Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN.

2.1 Karakteristik Perilaku Makan Remaja


Selama masa remaja, remaja mengembangkan otonominya sendiri.
Mereka sering menolak nilai-nilai orangtua mereka untuk
mengembangkan nilai-nilainya sendiri. Nilai-nilai yang berkaitan dengan
makanan dan makan juga tidak terkecuali, dan banyak remaja mengubah
kebiasaan makan mereka agar berbeda dengan seluruh keluarganya.
Mereka mungkin :
A. Menghindari waktu makan keluarga untuk menghindari kontrol
pengawasan dan makanan yang di berikan orangtuanya, mereka
mungkin mengatakan bahwa dirinya tidak lapar atau “aku akan
membuat sesuatu untukku sendiri”
B. Mengadopsi pola makan yang berbeda, seperti vegetarianisme atau
diet untuk mengelola berat badan.
Ini juga saat bereksperimentasi, tanpa terlalu memedulikan
konsekuensi jangka panjang . Seperti masalah kesehatan di usia paruh
baya. Jadi, mereka mungkin tertarik Junk Food karena daya tarik
rasanya dan mengikuti kelompok sebayanya tanpa memedulikan
konsekuensi nutrisionalnya.
Pilihan makanan mereka kemungkinan besar di dasarkan atau di
pengaruhi oleh:
a) Kenyamanan khususnya ketika makan di luar rumah.
b) Preferensi.
c) Selera.
d) Merek.
e) Mode dan tekanan atau pengaruh kelompok sebaya.
f) Ideology personal, seperti pilihan diet vegetarian.
g) Sibuk dengan pengendalian berat badan terlepas dari apakah hal iti
dapat di justifikasi atau tidak.

1
h) Memilih makanan kurang sehat sebagai tindakan menentang
orangtua dan solidaritas dengan teman sebaya.
i) Mengikuti diet tertentu untuk memperkuat kecakapan olahraga.

2.2 Nutrisi Pada Usia Remaja


Masa pubertas yang dialami remaja adalah masa dimana terjadinya
perubahan hormonal. Perubahan hormonal ini berkaitan dengan
pertumbuhan pada masa remaja. Remaja akan menambah 20% tinggi
badannya dan hampir 50% dari berat orang dewasa selama masa remaja.
Karena masa inilah remaja membutuhkan banyak nutrisi karena
kebutuhan gizinya yang meningkat.
Apa saja nutrisi yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh?  
2.2.1 Kalori
Remaja laki-laki membutuhkan sekitar 2.500 hingga 2.800 kalori
setiap harinya, sedangkan remaja putri membutuhkan kira-kira
2.200 kalori perhari.

Idealnya kebutuhan kalori tersebut bersumber dari protein, susu


rendah lemak, biji-bijian (kacang-kacangan, sayuran dan buah-
bauhan).

2.2.2 Protein
Remaja membutuhkan protein sebesar 45 hingga 60gram perhari
untuk tumbuh dan membentuk otot. Protein sangat mudah didapat
dari berbagai sumber makanan sehat, seperti daging, telur, ikan,
dan susu. Untuk vegetarian protein bisa didapat dari makanan yang
berbahan kacang-kacangan.
2.2.3 Kalsium dan Fosfor
Saat masa pubertas, tubuh membutuhkan banyak kalsium untuk
menyimpannya sebagai tabungan untuk membentuk tulang yang
kuat saat dewasa. Karena memasuki usia 20tahun penyerapan
asupan kalsium untuk tulang akan berkurang. Remaja
membutuhkan asupan kalsium sebesar 1.200mg setiap harinya.

2
Asupan kalsium dapat berasal dari susu, sereal, buah dan sayur
yang kaya akan kalsium.
Kalsium dan fosfor penting untuk akresi/pertambahan
jaringan tulang yang cepat. Enam puluh persen massa tulang
dewasa didapatkan selama percepatan pertumbuhan masa pubertas.
Bahkan setelah percepatan pertumbuhan, kalsifikasi tulang
berlanjut karena massa tulang puncak dicapai di sebagian besar
tempat tulang antara umur 16 sampai 30 tahun. Meskipun 70-80
persen massa tulang puncak ditentukan oleh faktor-faktor genetik,
20-30 persen sisanya dapat dipengaruhi oleh diet dan olahraga.
2.2.4 Zat Besi
Zat besi membantu darah membawa oksigen keseluruh otot, juga
membuat fungsi otak bekerja maksimal dan membantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit.
Remaja laki-laki membutuhkan asupan sebanyak 12mg zat besi
perharinya, sedangkan untuk remaja perempuan membutuhkan
asupan zat besi sebanyak 15mg perharinya. Kebutuhan zat besi
remaja perempuan lebih besar dibandingkan kebutuhan zat gizi
untuk laki-laki, hal ini karena perempuan mengalami menstruasi.
Saat menstruasi perempuan membutuhkan zat besi yang lebih
banyak untuk menghindari adanya resiko kekurangan darah.
Mencapai cadangan zat besi adekuat menjadi penting bagi anak
perempuan ketika periode menstruasi menjadi lebih teratur dan
lebih berat seiring kematangan mereka.
2.2.5 Vitamin
Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam
jumlah sangat kecil, yang pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh
tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan oleh makanan. Vitamin
termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan
kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik dalam tubuh.

Kebutuhan vitamin thiamin, riboflavin, dan niasin pada


remaja akan meningkat. Zat-zat tersebut diperlukan untuk

3
membantu proses metabolisme energi. Begitu Juga dengan folat
dan vitamin B12 yang penting untuk sintesis DNA dan RNA. Tak
kalah pentingnya adalah vitamin D yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan otot. Vitamin A, C, dan E dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan mendukung fungsi sel baru.
2.2.6 Mineral
RNI untuk kalsium, fosfor dan zat besi untuk kedua jenis kelamin,
dan magnesium untuk perempuan, lebih tinggi untuk remaja
dibanding untuk orang dewasa. Ini mereflesikan meningkatnya
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan.

2.3 Makanan Sehat Pada Remaja


Pedoman tentang makan sehat untuk remaja didasarkan pada jumlah
penyajian harian di masing-masing kelima kelompok makanan didalam
“eatwell plate”. Tiga penyajian besar susu, keju, atau yogurt akan
memastikan bahwa kebutuhan zat besi dan fosfor terpenuhi untuk
memastikan deposisi tulang. Mengonsumsi dua porsi perhari, atau tiga
porsi untuk vegetarian, dari kelompok daging, ikan, telur, kacang-
kacangan, dan biji-bijian setiap hari akan memastikan bahwa kebutuhan
ekstra akan zat besi terpenuhi.
Ukuran Porsi Makanan-Makanan untuk Remaja :
Kelompok 1 :

 Roti, nasi, kentang, pasta dan makanan berzat tepung lainnya.


 iris roti gandum utuh atau roti putih, muffin roll panekuk
 Semangkuk besar (7-9 sendok makan) sereal sarapan
 Semangkuk besar (10-16 sendok makan) sereal panas seperti
bubur yang di buat dengan susu.
 5-10 sendok makan nasi atau pasta
 1-3 butir kentang sebesar telur atau 3-8 sendok makan kentang
lumat
 2-5 potong crispbreads atau kreker
Kelompok 2 :
 Buah dan sayuran.
 1-2 butir apel, jeruk, pir, pisang

4
 6-15 butir anggur
 4-8 sendok makan buah segar yang dimasak direbus atau
dilumatkan
 4-6 sendok makan sayur mentah atau dimasak
Kelompok 3 :
 Susu, keju dan yogurt
 200-250 ml susu sapi penuh sebagai minuman
 2 wadah kecil (125ml) yogurt
 4-8 sendok makan keju parut
 Keju didalam roti lapis (sandwich) atau sepotong pizza
 150-200 ml custard atau pudding susu
Kelompok 4:
 Daging, ikan, telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
 5-8 sendok makan daging tanpa lemak, ikan, atau unggas giling,
cincang atau di potong dadu
 1-2 butir telur utuh
 4-10 sendok makan biji-bijian utuh atau lumat (kacang buncis,
kacang polong, lentil, hummus dhal)
 1-2 sendok makan selai kacang atau 2-4 sendok makan kacang
giling
Kelompok 5 :
 Makanan tinggi lemak dan tinggi gula.
 2-3 potong biscuit digestif atau 2-4 potong biscuit kecil
 1 sendok teh, madu atau gula

2.4 Faktor Ketidakseimbangan Nutrisi Pada Remaja


The National Diet and Nutrition Surveys (NDNS) dan survey-survey
diet lain menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memberikan sumbangan
pada ketidakseimbangan nutrisi pada kelompok umur remaja adalah :
A. Snacking atay grazing (ngemil) adalah salah satu pola makan yang
lazim di temui pada kelompok umur ini, dimana kebanyakan remaja
makan paling tidak enam kali kesempatan di siang hari. Sneknya lebih
banyak berupa cemilan kering. Biskuit, permen dan minuman

5
karbonasi daripada buah segar, roti lapis (sandwich) atau produk-
produk berbasis susu.
B. Faktanya, snack-snack gurih seperti cemilan garing, keriping kentang,
biscuit dan cokelat adalah makanan-makanan yang paling lazim di
konsumsi, dan sejumlah besar remaja memakannya setiap hari.
C. Tingginya konsumsi makanan-makanan dan minuman ringan yang
mengandung gula menyediakan asupan energy yang tinggi namun
hanya sedikit mikronutrien.
D. Buruknya konsumsi buah dan sayuran, dimana banyak remaja makan
kurang dari satu porsi per hari.
E. Asupan makanan-makanan berbasis susu tidak adekuat sejak umur 11
tahun, dengan hanya sedikit minum susu.
F. Angka remaja putri yang berdiet tercatat tinggi. Didalam NDNS 1997,
16 persen anak perempuan yang berumur 15-18 tahun berdiet untuk
mengurangi berat badan.
G. Sepuluh persen anak perempuan yang berumur 15-18 tahun
mengatakan dirinya vegetarian di dalam survey yang sama. Kacang-
kacangan dan biji-bijian yang cocok sering tidak dimasukkan didalam
diet vegetarian remaja.
H. Sarapan sering tidak dimakan, yang mengurangi asupan nutrient.
Sebuah survey pada 2005 menemukan bahwa 12 persen anak-anak
yang berusia 15-16 tahun tidak makan apapun sebelum berangkat
sekolah (sodexho,2005)
I. Anak laki-laki yang lebih tua memiliki asupan nutrient yang lebih baik
di banding anak-anak perempuan karena mereka makan dengan
kuantitas lebih besar, termasuk lebih banyak biskuit, daging, sereal
sarapan yang di perkaya, kacang polong panggang dan kentang.

2.5 Penyebab-Penyebab Kurang Gizi Pada Remaja


2.5.1 Vegetarianisme
Kebanyakan remaja diet hanya berumur pendek, tetapi
vegetarianisme mungkin merupakan salah satu cara untuk

6
melestarikan asupan energi yang lebih rendah. Bagi sebagian
remaja, berdiet dan vegetarianisme saling berkaitan. Didalam
sebuah kajian AS (Neumark Sztainer et al, 1997) kaum vegetarian :
a) Dua kali lebih banyak yang melaporkan sering berdiet
b) Empat kali lebih banyak muntah untuk mengontrol berat badan
c) Delapan kali lebih banyak untuk menggunakan pencahar.
2.5.2 Pelangsingan yang Tidak Semestinya
Masa remaja adalah umur puncak untuk body dissatisfaction
(ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri), dan berbagai survey
terhadap remaja inggris secara konsisten menunjukkan bahwa lebih
dari 50 persen anak perempuan merasa gemuk dan ingin
mengurangi berat badan. Sampai dengan 25 persen remaja putri
muda melaporkan berdiet untuk mengurangi berat badan, motivasi
mereka didorong oleh ketidakpuasan terhadap berat badan dan
bentuk badan (Hill, 2002). Dan untuk anak laki-laki biasanya lebih
khawatir bahwa mereka tubuhnya tidak cukup berotot.
2.5.3 Alkohol
Asupan alkohol cenderung meningkat selama usia belasan, yang
mencapai puncaknya pada sekitar umur 19 tahun. Selama masa
remaja, asupan alkohol sering dibatasi sampai satu atau dua hari
per minggu dan intoksikasi serta value for money merupakan
tujuan kuncinya. Didalam survey bergulit NDNS, 4 persen anak
laki-laki yang berumur 13-15 tahun dan 8 persen anak laki-laki
berumur 13-15 tahun minum alkohol masing-masing sekali atau
dua kali seminggu. Remaja inggris menduduki salah satu tingkat
tertinggi di Eropa untuk penggunaan alkohol, bringe drinking, dan
mabuk.
Asupan alkohol yang tinggi adalah salah satu penyebab
kekhawatiran untuk alasan kesehatan maupun sosial. Remaja
memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk memetabolisme
alkohol di banding orang dewasa yang usianya sudah matang dan
lebih rentan terhadap efek-efek merugikannya. Di bawah pengaruh

7
alkohol mereka akan lebih mungkin untuk melakukan hubungan
kontrasepsi, dan juga lebih berkemungkinan untuk melakukan
hubungan seks yang kelak mereka sesali.

2.6 Masalah Nutrisi Pada Remaja


Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap kesehatan
dan gizi remaja. Disamping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak
lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alkohol dan rokok, serta hubungan
seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja.
Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan
kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi,
kelebihan dan kekurangan berat badan. Sedikit sekali yang diketahui
tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah
tercukupi, namun elemen lain seperti zat besi, kalsium, dan beberapa
vitamin ternyata masih kurang.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah
konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi,
secara berlebihan. Makanan ini , meskipun dalam iklan diklaim kaya akan
vitamin dan mineral, sering terlalu banayak mengandung gula serta lemak,
disamping zat aditif. Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat
menyebabkan kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan
yang mengandung zat ini menyebabkan remaja mengalami perubahan
patologis yang terlalu dini.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan.
Remaja banyak memerlukan zat besi apalagi remaja wanita untuk
mengganti zat besi yang hilang bersamaan dengan darah haid. Dampak
negatif kekurangan mineral kerap tidak terlihat sebelum mereka mencapai
usia dewasa. Contoh, kalsium sangat penting dalam pembentukan tulang
pada usia remaja dan dewasa muda. Kekurangan kalsium selagi muda
merupakan penyebab osteoporosis diusia lanjut, dan keadaan ini tidak
dapat ditanggulangi dengan meningkatkan konsumsi zat ini ketika (tanda)
penyakit ini tampak.  

8
Ketidakseimbangan antara asupan dan kekurangan energi
mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia
remaja cenderung berlanjut hingga dewasa, dan lansia. Sementara obesitas
itu sendiri merupakan salah satu faktor penyebab penyakit degeneratif
seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, artritis, penyakit kantong
empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai
gangguan kulit.
Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:
A. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi
dan zat gizi yang lebih banyak.
B. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian
pemasukan energi dan zat gizi.
C. Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan
obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, disamping itu tidak
sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya obesitas.
Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif,
dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat
sekali terpengaruh oleh lingkungan.
Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja untuk
tidak makan untuk tetap mempertahankan bentuk dan berat badannya
yang tetapi akan berujung pada anoreksia nervosa.
Hampir 50% remaja (daniel, 1977) terutama remaja yang lebih
tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja
(89%) yang meyakini bahwa sarapan penting. Namun mereka yang
teratur sarapan hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua
kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar
kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali
mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan)
nafsu makan. Mengudap sebenarnya tidak dilarang, asalkan tau cara
memilih kudapan yang kaya akan zat gizi.

9
2.7 Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Usia Remaja
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan
penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara
lain:
A. Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di
sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja
mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan
pada masa balita.
B. Program Suplementasi Gizi
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan
yang biasa terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi
yang ditambahkan ke konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan
terpenuhi kebutuhan gizinya.
Contoh:
melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil
besi dan vitamin
C. Program Fortifikasi Bahan Makanan
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan
makanan dengan tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi
(kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang ditambahkan
adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara
bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan
fortifikasi pada bahan makanan tersebut.
Contoh:
Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat dan   iodium pada garam ataupun
fortifikasi besi pada tepung.

10
DAFTAR PUSTAKA
1. Ari, Yuniastuti. 2008 . Gizi dan Kesehatan . Yogyakarta : Graha Ilmu.
2. Judy, More. 2014 . Gizi Bayi Anak dan Remaja . Jakarta : Pustaka Pelajar.
3. Michael J.Gibney,dkk. 2008 . Gizi Kesehatan Masyarakat . Jakarta : CV.
EGC.
4. Ronald, Sitorus. 2009 . Makanan Sehat dan Bergizi . Bandung : Yrama
Widya.
5. Sunita, Almatsier . 2002 . Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai