Anda di halaman 1dari 9

DETEKSI PERUBAHAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA 5 KOTA

BESAR DI PULAU JAWA (Studi kasus : DKI JAKARTA, KOTA


BANDUNG, KOTA SEMARANG, KOTA JOGJAKARTA, DAN KOTA
SURABAYA)
Detection of greenery open space ABSTRACT
change of 5 major cities in Java
Some major cities in Java Island such as DKI Jakarta, Bandung, Semarang,
Island (Case study: DKI Jakarta,
Yogyakarta and Surabaya showed rapid growth. It was mainly due to fast economic
Bandung City, Semarang City,
and population growth. In those cities, it was reported that the economic and
Jogjakarta City, and Surabaya City)
population growth are around 6-7% and 1.5 – 2.5% respectively. The economic
and population growth will increase the need of land for development of economic
centers and residences. This situation will cause land use change especially in
greenery open space. The objective of this study is to detect the change of greenery
open space in five major cities in Java Island: DKI Jakarta, Bandung City, Semarang
City, Yogyakarta City, and Surabaya City.

Ariev Budiman This study found that greenery open space in DKI Jakarta decreased by 57.5% within
Mahasiswa Program Studi Arsitekur a period of 31 years from 1982 to 2013 or about 1.8% / year. In Bandung City
Lanskap Sekolah Pascasarjana IPB greenery open space decreased by 42% within a period of 22 years from 1991 to 2013
e-mail: arievbudiman@yahoo.com or about 2% / year. Greenery open space in Yogyakarta also decreased. Within a
period of 41 years from 1972 to 2013 there was a decrease of 28% or 1.5% / year.
Bambang Sulistyantara
Staff Pengajar Departemen Arsitektur Different situation was found in Semarang City and Surabaya City. In Semarang
Lanskap Fakultas Pertanian IPB City, there was an increase of 62% of greenery open space within a period of 13 years
from 2000 to 2013 or 4.7% / year. While in Surabaya City, greenery open space
Alinda FM Zain increased by 116% within a period of 13 years from 2000 to 2013 or 8.9% / year.
Staff Pengajar Departemen Arsitektur
Lanskap Fakultas Pertanian IPB Keywords : greenery open space change, major cities, Java Island

PENDAHULUAN meningkatnya ekonomi masyarakat, RTH yang terjadi. Kota – kota di atas
dan meningkatnya indeks kualitas dipilih karena memenuhi syarat
Beberapa kota besar di Pulau Jawa
pendidikan. Di sisi lain, sebagai kota besar sebagaimana
seperti DKI Jakarta, Bandung,
pertumbuhan tersebut juga disyaratkan oleh Doxiadis (1968)
Semarang, Yogyakarta dan Surabaya
memberikan efek negatif seperti yaitu memiliki jumlah penduduk
menunjukkan perkembangan yang
meningkatnya beban kota, lebih dari 300.000 jiwa. Penelitian ini
sangat pesat, hal ini utamanya
meningkatnya populasi penduduk, dilaksanakan selama 1 tahun mulai
didorong oleh pertumbuhan
menurunnya kualitas lingkungan
ekonomi dan pertumbuhan dari Maret 2013 sampai April 2014.
kota, dan berkurangnya ruang
penduduk. Badan Pusat Statistik
terbuka publik. Situasi ini Prosedur Analisis Data
(2012) menyebutkan bahwa di kota-
menyebabkan pola penggunaan
kota tersebut pertumbuhan ekonomi 1. Penentuan lokasi penelitian.
lahan tidak seimbang secara
sebesar 6 – 7 % dan pertumbuhan
ekologis.
penduduk 1,5 - 2,5 %. Dengan Pada penelitian ini penentuan lokasi
adanya pertumbuhan ekonomi, kota RTH yang merupakan salah satu penelitian didasarkan kepada jumlah
atau negara cenderung untuk komponen kota, saat ini menjadi
penduduk yang memenuhi syarat
tumbuh, meningkatkan ukuran dan sasaran paling rawan terhadap
sebagai kota besar berdasarkan
strukturnya berubah (Alonso, 1998). konversi lahan. Contoh yang sering
parameter menurut Doxiadis (1968)
dijumpai adalah adanya konversi
Pertumbuhan ekonomi dan yang menyatakan bahwa syarat
lahan pertanian menjadi pemukiman
penduduk juga akan meningkatkan utama kota besar adalah memiliki
dan kawasan industri. Penelitian ini
kebutuhan lahan untuk jumlah penduduk lebih dari 300.000
bertujuan untuk menganalisis
pembangunan sentra ekonomi dan jiwa. Begitu juga dengan tingkat
perubahan RTH di beberapa kota
pemukiman, yang pada akhirnya
besar di Pulau Jawa. kepadatan penduduk juga
mendorong terjadinya perubahan
mempengaruhi RTH, diduga pada
tata guna lahan terutama
kawasan yang padat penduduk
menurunnya ruang terbuka hijau METODE PENELITIAN
(RTH). Pertumbuhan suatu kawasan terjadi permasalahan RTH. Untuk
Penelitian ini dilakukan di 5 kota penelitian ini dipilih DKI Jakarta,
memberikan efek positif dan negatif.
besar di Pulau Jawa (DKI Jakarta, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota
Di antara efek positif tersebut adalah
Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya.
meningkatnya pendapatan
pemerintah daerah, berkembangnya Yogyakarta dan Kota Surabaya)
dengan menganalisis perubahan 2. Menentukan indikator yang
sentra-sentra ekonomi,
digunakan untuk mendeteksi

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014 7


BUDIMAN, SULISTYANTARA,ZAIN

perubahan RTH melalui pendekatan geometris (georeferencing) supaya sebanyak 30 titik pengamatan. Pada
pola perubahan perkembangan kota citra berada pada posisi yang penelitian ini tingkat akurasi dari
(Alonso, 1998). Sebagai indikatornya sebenarnya berdasarkan Datum hasil analis lebih dari 90%.
digunakan teori Miller (1988) yang WGS 84 dengan sistem koordinat
7. Penampilan (display), dari
menjelaskan bahwa ada tiga pola latitude-longitude. Semua hal ini
hasil analisis mendapatkan peta
perkembangan kota yaitu pola dilakukan dengan tool GIS berupa
landcover dengan 6 jenis landcover
konsentrik, pola sektor dan pola Arcgis 9.3 berdasarkan kordinat GPS
yaitu 1) pohon, 2) lahan pertanian,
pusat lipat ganda. Perubahan RTH hasil survey lapang. Setelah file
semak, rumput dan sawah 3) lahan
juga dideteksi melalui perubahan terkumpul maka langkah selanjutnya
perkotaan (perumahan dan
luasannya. adalah melakukan pemotongan (clip)
perdagangan), 4) lahan industri, 5)
citra berdasarkan batas kota-kota
3. Pengambilan data (capture) lahan terbuka dan 6) badan air
yang diteliti. Langkah selanjutnya
dilakukan dengan mengunduh (sungai, waduk/situ). Pohon, lahan
menyatukan (composite) potongan-
(download) data citra landsat yang pertanian, semak, rumput dan sawah
potongan band citra dengan
dibutuhkan dari website United termasuk dalam kategori RTH.
kombinasi untuk Citra Landsat 1-6
State geological Survey (USGS) di Lahan perkotaan (perumahan dan
kombinasi red:green:blue adalah
www.usgs.gov berdasarkan kolom perdagangan), lahan industri, lahan
band 2:3:1, untuk citra landsat 7
(path disingkat p) dan baris (row terbuka dan badan air (sungai,
kombinasi red:green:blue adalah
disingkat r) yang sesuai. DKI Jakarta waduk/situ) termasuk dalam
band 5:4:3, untuk citra landsat 8
berada pada kolom ke-122 dan baris kategori non RTH.
kombinasi red:green:blue adalah
ke-64 (p122 r64), Kota Bandung
band 6:5:4. Hasil dari kombinasi ini 8. Hasil akhir (output), dari
berada pada p122 r65, Kota
akan menghasilkan citra landsat hasil proses display dapat dideteksi
Semarang berada p120 r65, Kota
dengan alami, proses ini dinamakan perubahan RTH berdasarkan
Yogyakarta berada pada p120 r65,
colour composite. Setelah itu visualitas (pola perubahannya)
Kota Surabaya berada pada p117 r66.
dilakukan proses pengklasifikasian maupun kuantitas (perubahan
Selain itu juga dilakukan
citra landsat (remote sensing), pada luasan RTH).
pengambilan data di lapangan
penelitian ini proses
sebanyak 30 titik pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN
pengklasifikasian menggunakan
dengan bantuan GPS untuk validasi
metode unsupervised classification Analisis Pola Perubahan Ruang
citra.
(klasifikasi tak terbimbing) dengan Terbuka Hijau
4. Penyimpanan data (store), iso cluster sebanyak 6 claster. Setelah DKI Jakarta
proses selanjutnya adalah itu akan didapat file .iso (dengan
melakukan ekstraksi dan Area kajian untuk DKI Jakarta
nama kota dan tahun citra) sebagai
mencakup luasan sebesar 649,71
pengumpulan data citra sesuai hasil dari klasterisasi. File sampel
km2. Kajian ini hanya dilakukan di
dengan nama kota dan tahun .iso selanjutnya di analasis dengan
wilayah DKI Jakarta daratan, dengan
perekamannya. menggunakan tool extension yang
asumsi bahwa perubahan RTH pada
bernama maximum likelihood wilayah DKI Jakarta kepulauan tidak
5. Pemilahan (query), citra
classification pada Arcgis 9.3 maka terlalu signifikan.
yang digunakan adalah citra dengan
akan keluar hasil klasifikasi citra
kualitas tinggi (kualitas 9) dan Hasil analisis menunjukkan bahwa
berdasarkan klaster yang telah
ketebalan awan atau cloud coverage berdasarkan Miller (1988), pola
ditentukan atau disebut dengan peta
(cc) rendah (< 10%) sesuai standar landcover di DKI Jakarta pada tahun
landcover. Proses validasi
USGS. 1982 termasuk dalam pola
menggunakan data hasil
konsentrik (Gambar 1). Pola
6. Pengolahan (analysis), pengamatan dan kordinat GPS konsentrik ditandai dengan pusat
selanjutnya dilakukan koreksi

2 Gambar 1. Peta landcover DKI Jakarta tahun 1982, 2000, dan 2013

8 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014


BUDIMAN SULISTYANTARA, ZAIN

aktifitas perkotaan berada pada dapat berfungsi sebagai paru-paru Waduk Pluit serta Taman Ayodia.
pusat kota seperti Central Business kota karena dapat memproduksi Kondisi ini juga ditunjukkan dari
District (CBD), pusat pemerintahan, oksigen, penyerap berbagai bentuk hasil analisis RTH yang cenderung
dan perkantoran. Sangat sedikit cemaran (udara, air dan tanah), membentuk koridor dan titik yang
dijumpai RTH di kawasan ini. pengendali iklim mikro, pengatur tersebar di wilayah DKI Jakarta.
Selanjutnya, pada area pinggiran tata air tanah dan pengendali laju
pusat kota didominasi oleh erosi, sebagai habitat satwa liar,
Perbandingan citra landsat DKI
perumahan (Fatmawati, Pondok pelestarian plasma nutfah dan
Jakarta dari tahun 1982, 2000, dan
Indah, Pantai Indah Kapuk) dan vegetasi asli, serta bermanfaat dalam
2013 (Gambar 1) menunjukkan
kawasan industri (Sunter, dunia ilmu pengetahuan alam
bahwa telah terjadi perubahan pola
Pulogadung). Di kawasan ini mulai lainnya. Selain itu, RTH perkotaan
RTH di wilayah DKI Jakarta yang
bisa ditemukan beberapa spot RTH. juga berperan dalam meningkatkan
awalnya memiliki pola
Untuk daerah lapis ketiga lebih keindahan kota, menjadi pusat
mengelompok dan terkonsentrasi
didominasi oleh RTH karena kesegaran jasmani, rekreasi alam dan
pada wilayah pinggiran Jakarta
kawasan perumahan tidak terlalu sumber produksi terbatas (kebun
(tahun 1982) menjadi pola tersebar
padat sehingga didapatkan pola pembibitan, sentral tanaman hias,
dengan luasan yang lebih kecil
sebaran RTH mengelompok pada dll.).
(tahun 2013). Hal ini terjadi karena
bagian pinggir terutama pada bagian
adanya perubahan dalam pola
timur, selatan dan barat (Gambar 1).
Berdasarkan hasil analisis yang pengembangan DKI Jakarta dari pola
ditampilkan pada Tabel 1, terjadi konsentrik menjadi pola sektor. Pola
Pada tahun 2000, pola landcover DKI perubahan luas RTH DKI Jakarta sektor ini menjadikan DKI Jakarta
Jakarta berkembang menjadi pola pada tahun 1982 sebesar 259,884 km2 terbagi menjadi 3 Sektor/Zona
sektor (Gambar 1). Hal ini ditandai atau sekitar 40% dari luas DKI dengan potensi RTH yang berbeda
dengan terbentuknya cluster Jakarta. Pada tahun 2000, luas RTH (Haryono, 2000) yaitu:
landcover dimana di sebelah utara DKI Jakarta mengalami penurunan
berkembang kawasan industri dan menjadi sebesar 129,942 km2 atau 20
1.Zona Utara (wilayah intrusi)
perdagangan (Tanjung Priok, % dari luas DKI Jakarta. Selanjutnya
Mangga Dua, Sunter) sehingga pola pada tahun 2013 mengalami
perubahan RTH semakin terdesak ke penurunan kembali sehingga hanya Wilayah ini mencakup areal 382,67
pinggir kota. Di kawasan pusat kota, tersisa 110,450 km2 atau sekitar 17% ha, terdiri atas kawasan sempadan
perkembangan area CBD (Sudirman, dari luas DKI Jakarta. Penurunan sungai 300 ha, penyangga situ-situ
Kuningan, Thamrin) makin padat luasan RTH juga ditunjukkan oleh 6,82 ha, penyangga tegangan tinggi
menyebabkan RTH hanya tersisa penelitian Sugarwa dan Susanto 6,45 ha, penyangga rel kereta api 3,4
spot-spot kecil. Sementara itu, agak (2005). Berdasarkan kajian tersebut, ha, dan sempadan pantai 6 ha.
jauh dari pusat kota, di wilayah dalam jangka waktu dari 1983 Kondisi fisik wilayahnya dicirikan
Jakarta Selatan berkembang dengan sampai 2002 terjadi pengurangan oleh pengaruh intrusi air laut, berada
pesat kawasan perumahan luasan RTH di Jakarta Timur sebesar pada ketinggian 0-4 meter dpl,
(Fatmawati dan Pondok Indah) 7.538,0 ha, Jakarta Selatan sebesar kadangkala tergenang musiman, dan
membuat perubahan landcover dari 6.731,1 ha, Jakarta Barat sebesar vegetasi yang mampu beradaptasi
RTH menjadi perumahan. Hal ini 5.494,0 ha, Jakarta Utara sebesar dan tumbuh sangat terbatas. Oleh
mengakibatkan pola sebaran RTH 2.394,6 ha dan Jakarta Pusat sebesar karena itu, perlu perhatian khusus
semakin tidak teratur dan luasannya 597,6 ha. Secara keseluruhan, dalam pemilihan jenis tanaman pada
semakin berkurang. Luasan RTH penelitian tersebut menyimpulkan wilayah yang terintrusi air laut
berubah dari 259,884 km2 pada bahwa terjadi pengurangan RTH di semacam ini.
tahun 1982 menjadi 129,942 km2 DKI Jakarta sebesar 22.755,3 ha.
pada tahun 2000 (Tabel 1).
Berdasarkan hasil pendataan, 46 jenis
Berdasarkan hasil analisis GIS pada tanaman yang tumbuh dan
Mencermati fenomena seperti uraian citra landsat tahun 2013 (Gambar 1) berkembang di zona utara, tercatat
di atas, sejak tahun 1980-an telah pola perkembangan DKI Jakarta 23 jenis yang dinilai mampu
muncul kesadaran Pemerintah DKI masih sama dengan tahun 2000 yaitu beradaptasi dan tumbuh dengan
Jakarta untuk melakukan upaya pola sektor. Untuk mengatasi baik pada wilayah ini. Pada tapak
pengendalian dan penanganan berkurangnya RTH Pemerintahan yang terpengaruh oleh pasang surut
permasalahan RTH ini. Langkah DKI Jakarta melakukan pembelian air laut (kawasan sepandan pantai),
awal yang dilakukan adalah dengan lahan baru untuk menambah RTH dan kebun bibit mangrove, jenis-
membentuk dinas-dinas teknis dan program penghijauan untuk jenis yang dikembangkan meliputi
(Pertanian, Pertamanan, dan mengembalikan fungsi lahan kepada api-api (Avicenia marina) pada areal
Kehutanan) yang memiliki tugas fungsi semula yaitu sebagai area berhadapan langsung dengan air
untuk menangani masalah ini secara hijau. Hal ini bisa dilihat dari laut yang mengarah ke daratan,
langsung. Hal ini mengingat bahwa program yang dilakukan di Taman bakau (Rhizophora mucronata)
keberadaan RTH memiliki peran Penjaringan, sempadan Sungai ditempatkan di belakang api-api
penting bagi suatu kawasan. RTH Cisadane dan Sungai Ciliwung, pada kelas genang-II, bidada

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014 9


BUDIMAN, SULISTYANTARA,ZAIN

(Sonneratia alba) pada kelas genang- sp), bungur (Lagerstromea speciosa) dominasi oleh landcover pusat
III yang dicampur dengan jenis dan kiacret (Spatodea campanulata). perkantoran, pusat pemerintahan
waru laut (Tephrosia villosa). Pada dan pusat bisnis (CBD) sehingga
kawasan pantai berpasir, meliputi pola RTH tidak merata dengan
3. Zona Selatan (wilayah resapan
cemara laut (Casuarina equisetifolia), luasan yang tidak begitu signifikan
dan kikisan)
ketapang (Terminalia catapa); padan berupa jalur di sepanjang jalan
(Pandanus tectorius); nyamplung utama seperti terlihat pada Gambar
(Calophylum inophyllum), dan Wilayah ini mencakup areal 131,63 6. Hal ini menyebabkan pola
keben (Barringtonia asiatica); Pada ha, terdiri atas kawasan sempadan perubahan RTH di Kota Bandung
kawasan penyangga situ-situ sungai 120 ha, penyangga situ-situ menjadi mengelompok pada bagian
meliputi bungur (Lagerstrome 10,23 ha, dan penyangga jalur rel pinggir terutama pada bagian timur,
spesiosa), kayu jaran (Lannea kereta api 1,4 ha. Kondisi fisik selatan dan utara. Pada bagain utara
grandis); cangkring (Erythrina sp), wilayahnya dicirikan sebagai ini juga kita jumpai RTH berupa
kiacret (Spatodea campanulata); kawasan resapan air, berada pada Taman Hutan Raya Juanda namun
rengas (Gluta veluntinodan G. ketinggian 20-27 meter dpl, dan pohonnya belum lebat (Gambar 2).
renghas); waru (Hisbiscus tiliaceus), vegetasi yang tumbuh cukup
bambu (Gigantocloa apus), gelam beranekaragam. Zona selatan
Hasil analisis GIS pada citra landsat
(Melaleuca sp) dan putat (Alstonia wilayah DKI Jakarta berfungsi
tahun 2000 (Gambar 2) pola
scholaris); Sedangkan pada kawasan sebagai daearah resapan air.
perkembangan Kota Bandung
sempadan sungai, perlu Pembangunan perumahan dan CBD
berubah menjadi pola sektor
dikembangkan jenis bambu meningkatkan besarnya laju erosi.
(Gambar 7) dimana untuk pusat kota
(Gigantocloa apus), kiacret (Spatodea Jenis tetumbuhan yang dipilih
didominasi oleh perkantoran dan
campanulata), awar-awar (Ficus sp), hendaknya mempunyai sistem
CBD, untuk daerah utara didominasi
karet (Hevea brasiliensis), laban perakaran yang dalam, dengan
oleh perumahan-perumahan kelas
(Vitex pubescens), dan kayu jaran evaporasi yang rendah.
menengah atas (untuk daerah dago
(Lannea grandis), adalah jenis-jenis
ke utara), dan untuk daerah selatan
yang dinilai mampu tumbuh dan
Ditemukan 72 jenis tanaman yang dan timur didominasi oleh industri
berkembang.
tumbuh dan berkembang di zona ini, (sepanjang Jalan Sukarno Hatta). Hal
tercatat 17 jenis yang dinilai sesuai ini menyebabkan pola perubahan
2. Zona Tengah (wilayah untuk dikembangkan. Pada kawasan RTH di Kota Bandung tetap
pengendapan) penyangga situ-situ, pengembangan mengelompok di bagian pinggir
jenis yang sesuai meliputi kepuh wilayah bagian utara, timur dan
(Sterculia foetida), cangkring selatan, namun mengalami
Wilayah ini mencakup areal 731,71
(Erythrina sp), kiacret (Spatodea pengurangan RTH di bagian barat.
ha, terdiri atas sempadan sungai 720
campanulata), salam (Eugenia RTH di Kota Bandung
ha, penyangga situ-situ 6,71 ha; dan
malacensis), buni (Eugenis bunius), terkonsentrasi di wilayah bagian
pengembangan hutan kota 6 ha.
johar (Casia siamea), trembesi timur. Pola RTH yang tersebar
Kondisi fisik wilayahnya dicirikan
(Samanea saman), flamboyan menunjukkan bahwa RTH yang
oleh tanah-tanah alluvial dengan air
(Delonix regia), plutau (Adenantera terdapat di wilayah utara, timur dan
tanah yang relatif dangkal, berada
sp) dan mahoni (Swietenia selatan didominasi oleh ruang
pada ketinggian 4-20 meter dpl,
macrophylla). Sedangkan pada terbuka privat.
vegetasi yang tumbuh relatif
kawasan sepadan sungai,
beraneka ragam.
pengembangan jenis meliputi bambu
Pola perkembangan kota Bandung
(Gigantocloa apus), kiacret (Spatodea
tahun 2013 hampir sama dengan
Hasil pendataan tahun 2000 campanulata), awar-awar (Ficus sp),
tahun 2000 yaitu pola sektor. Hal ini
ditemukan 56 jenis tanaman yang loa (Euphorbia sp), benda (Ficus
menyebabkan pola perubahan RTH
tumbuh dan berkembang, tercatat 12 sp), kihiang (Albizia procera), kecapi
di Kota Bandung menjadi kelompok-
jenis yang dinilai potensial. Pada (Sondaricum koetjape) dan gatet
kelompok kecil di sekitar pinggiran
kawasan penyangga situ-situ, (Inocarpus sp).
area kajian. Untuk mengatasi laju
seyogyanya dikembangan kepuh
penurunan RTH (Gambar 2) maka
(Sterculia foetida), kiacret (Spatodea
Kota Bandung pemerintahan kota Bandung pada
campanulata), gandaria (Bouea
saat ini mengembalikan fungsi
macrophylla), cangkring (Erythrina
kawasan-kawasan hijau seperti
sp), dan kayu jaran (Lannea grandis). Area kajian pada kota Bandung
Taman Tegalega, Taman Pasopati
Sedangkan pada kawasan sempadan mencakup luasan sebesar 167,29
dan meluncurkan berbagai program
sungai, jenis yang potensial untuk km2. Berdasarkan hasil analisis GIS
lingkungan seperti penanaman
dikembangkan meliputi balsa pada citra landsat tahun 1991
sejuta pohon hingga perluasan RTH
(Ochroma sp), geronggang didapatkan pola perkembangan Kota
dengan bentuk mengubah beberapa
(Octomeles sumatrana), bambu Bandung adalah konsentrik (Gambar
lokasi pom bensin menjadi taman
(Gigantocloa apus), awar-awar (Ficus 6). Pola konsentrik ini dapat dilihat
kota. Antara lain di Jalan
pada Gambar 2, area pusat kota di
Cikapayang, Jalan Sukajadi, Jalan

10 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014


BUDIMAN SULISTYANTARA, ZAIN

2 Gambar 2. Peta landcover Kota Bandung tahun 1991, 2000, dan 2013

Riau dan Jalan Cibeunying. pada tahun 2002 menjadi 439 taman
Perluasan taman juga dilakukan di pada tahun 2003. Penurunan jumlah Kota Semarang
lokasi Tegalega II, TPA Pasir Impun taman tersebut disebabkan karena
dan Gedebage. Pemerintahan Kota tidak dimasukkannya sejumlah
Untuk Kota Semarang, area kajian
Bandung juga membangun jalur taman yang tercatat pada tahun 2002
meliputi luasan sebesar 382,71 km2.
hijau di sepanjang jalan utama pusat karena sebenarnya tidak masuk
Berdasarkan hasil analisis GIS pada
kota dan taman-taman. Hasil dari dalam kategori taman yang bukan
citra landsat tahun 2000 didapatkan
penghijauan di ruang terbuka berfungsi sebagai fasilitas umum dan
pola Kota Semarang adalah pola
publik, bantaran sungai, jalan-jalan fasilitas sosial, serta adanya taman
sektor (Gambar 7), dimana
utama kota Bandung menunjukan yang hilang/beribah fungsi. Dengan
perkembangan Kota Semarang
hasil yang bagus sebagaimana demikian jumlah total luas taman di
terpusat pada bagian utara. Pola
terlihat pada Gambar 2. Kota Bandung juga menurun dari
sektor dicirikan dengan pusat
1,118,855 ha pada tahun 2002
perdagangan dan industri berada
menjadi 803,965 ha pada tahun 2003.
Pada saat sekarang, RTH di Kota pada satu bagian wilayah terutama
Bila dibandingkan dengan total luas
Bandung yang masih terjaga di di wilayah utara dan pusat
kota (167.290.000 m2 atau 16,729 ha),
antaranya Taman Ganeca, Taman pemerintahan di bagian tengah,
proporsi taman saat ini baru
Maluku, Taman Merdeka Taman perumahan juga mendominasi pada
mencapai 4,8%.
Lalu Lintas dan Taman Sari / Kebon bagian timur. Hal ini menyebabkan
Binatang, Taman Anggrek, pola perubahan RTH di Kota
Lapangan Ciujung, Lapangan Perbandingan citra landsat Kota Semarang mengelompok pada
Bengawan, Taman Pendawa, Lapang Bandung dari tahun 1991, 2000, dan bagian pinggir terutama pada bagian
Dr. Otten, Lapang Sabang, Taman 2013 menunjukkan bahwa telah selatan dan barat, sehingga pola
Citarum, Taman Pramuka dan terjadi perubahan pola RTH di perubahan RTH tidak tersebar
lapangan alun-alun, Taman wilayah kota. Hal ini disebabkan merata dengan luasan yang tidak
Cibeunying Utara, dan Taman berubahnya pola perkembangan begitu signifikan di bagian timur.
Cibeunying Selatan. kota Bandung dari pola konsentrik Pada bagian barat laut ini juga kita
menjadi pola sektor sehingga RTH jumpai RTH berupa hutan mangrove
pada Kota Bandung yang awalnya dan lahan perikanan darat berupa
Berdasarkan hasil Tabel 2 terlihat
memiliki pola mengelompok dan tambak ikan (Gambar 3).
luas RTH kota Bandung sebesar
terkonsentrasi pada wilayah
56,8786 km2 pada tahun 1991 atau
pinggiran Kota Bandung (tahun
sekitar 34% dari luas kota Bandung. Pada tahun 2013 (Gambar 3), pola
1991) menjadi pola tersebar dengan
Luas RTH kota Bandung tahun 2000 Kota Semarang tidak berubah, masih
luasan yang lebih kecil (tahun 2013).
mengalami perubahan (penurunan) tetap pola sektor. Hal ini
Meskipun memiliki pola RTH yang
menjadi sebesar 38,4767 km2 atau mengakibatkan pola perubahan RTH
tersebar, citra landsat Kota Bandung
menjadi 23 % luas kota Bandung dan di Kota Semarang tetap
tahun 2013 menunjukkan pola
tahun 2013 mengalami penurunan mengelompok di wilayah barat dan
tersebar yang teratur membentuk
sehingga hanya tersisa 110,450 km2 selatan serta mengalami
koridor, atau area (patch). Hal ini
atau sekitar 20 % dari luas kota penambahan luas yang signifikan.
hampir sama dengan citra landsat
Bandung. Hal ini juga di buktikan Hal ini juga memperlihatkan bahwa
Kota Bandung tahun 2000 yang
oleh PPSDAL-UNPAD pada perkembangan kota yang dapat
menunjukkan pola sebaran RTH
penelitian 2003, tercatat sebanyak dijaga akan membuat pola
secara acak, terutama di wilayah
123 taman baru yang tidak tercatat perubahan RTH juga terjaga. Hasil
bagian utara, timur, dan selatan.
pada data 2002, namun jumlah total analisis juga menunjukkan adanya
Kondisi tersebut menunjukkan
taman kota (berdasarkan pengertian peningkatan luasan RTH dari 112,11
bahwa perubahan RTH di Kota
taman sesuai kriteria yang disusun) km2 pada tahun 2000 menjadi
Bandung pada tahun 2013
di Kota Bandung saat ini berkurang 183,113 km2 (47,84%) pada tahun
didominasi oleh ruang terbuka
sebesar 2,44% yaitu dari 450 taman 2013 (Tabel 3). Hasil yang diperoleh
publik.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014 11


BUDIMAN, SULISTYANTARA,ZAIN

Gambar 3 Peta landcover Kota Semarang tahun 2000 dan 2013

ini tidak jauh berbeda dengan hasil disebabkan karena banyak dari lahan hotel, dan CBD yang membuat pola
penelitian Ekaputra dan Sudarwani terbuka yang terlihat ditanami kota Yogyakarta berubah menjadi
(2013) yang menyebutkan luas RTH dengan pohon yang bisa pola pusat lipat ganda (Gambar 8).
Kota Semarang sebesar 15.894,56 ha menghasilkan kayu seperti Pohon Hal ini bisa diketahui dengan
(42,53%). Meskipun luasan Jati dan Sengon (memiliki nilai banyaknya terbentuk centra-centra
keseluruhan RTH cukup tinggi, ekonomis yang tinggi) sehingga perdagangan dan sentra-sentra
namun RTH publik di Kota terjadi penambahan RTH yang untuk pariwisata yang tersebar
Semarang masih cukup terbatas. signifikan seperti terlihat pada merata diseluruh kota Yogyakarta.
Nugradi (2013) menyebutkan RTH Gambar 3. Warsito (2013) Dari perkembangan kota ini
publik Kota Semarang yang ada menyebutkan berdasarkan hasil menyebabkan berubahnya pola RTH
hanya seluas 1.483,32 ha atau hanya verifikasi didapatkan bahwa Kota di Kota Yogyakarta menjadi semakin
sebesar 3,97 % dari luas kota. Saran Semarang sudah maksimal bahkan berkurang dan terpecah-pecah secara
yang diajukan adalah agar sudah melebihi target menanam acak mulai dari selatan ke utara (
Pemerintah Kota Semarang perlu pohon sebanyak 1,6 juta pohon Gambar 4).
segera merencanakan penambahan sesuai dengan jumlah penduduk
RTH publik sebesar minimal 5.990,76 Kota Semarang. Pada Kota Semarang
Pada tahun 2013, pola kota
ha agar RTH publik Kota Semarang terdapat hutan produksi 1.559,7 ha,
Yogyakarta tidak berubah, masih
mencapai 20%. Pengembangan RTH terbangunnya hutan mangrove
tetap dengan pola pusat lipat ganda
publik dapat dilakukan pada RTH seluas 140 ha.
dengan intensitas perkembangan
yang semula bersifat privat yang
yang hampir sama dengan tahun
memiliki luas relatif besar, yaitu
Kota Yogjakarta 2000 (Gambar 4). Hal ini
sebesar 44,7 % dari luas kota.
menyebabkan pola perubahan RTH
Pengembangan RTH publik ini dapat
di Kota Yogyakarta masih tersebar
berupa hutan kota, lapangan Luas area kajian pada kota
merata dalam ukuran yang kecil-
bermain, lapangan sepak bola, Yogyakarta adalah sebesar 32,5 km2.
kecil, namun ada penambahan RTH
tempat rekreasi publik dan Berdasarkan hasil analisis GIS pada
pada bagian pusat yang tersebar
pemakaman umum. Pengembangan citra landsat tahun 1972 didapatkan
merata, seperti terlihat pada gambar
RTH publik juga dapat dilakukan pola pembentukan kota Yogyakarta
4.
pada sempadan pantai dan sungai, adalah konsentrik (Gambar 6). Pola
dengan melakukan pengelolaan konsentrik ini dapat dilihat pada
yang memadai Kota Semarang bisa Gambar 4, area pusat kota di Berdasarkan hasil Tabel 4 terlihat
dijadikan contoh bagi kota-kota dominasi oleh landcover pusat luas RTH Kota Yogyakarta sebesar
lainnya dalam menjaga dan perkantoran, pusat pemerintahan 14,30 km2 pada tahun 1972 atau
memperluas RTH. dan pusat bisnis sehingga pola RTH sekitar 44% dari luas kota
menjadi terkonsentrasi pada Yogyakarta. Pada tahun 2000, luas
pinggiran kota di sebelah barat dan RTH Kota Yogyakarta mengalami
Perbandingan citra landsat Kota
timur. penurunan menjadi sebesar 10,725
Semarang dari tahun 2000 dan 2013
km2 atau 33 % dari luas kota.
menunjukkan bahwa tidak terjadi
Selanjutnya pada tahun 2013
perubahan pola perkembangan kota, Pada tahun 2000, pesatnya
mengalami penurunan lagi sehingga
sehingga pola perubahan RTH di pertambahan penduduk dan
hanya tersisa 10,40 km2 atau 32 %
wilayah kota Semarang tidak wisatawan yang berkunjung ke
dari luas kota.
berubah dan justru luasan RTH Yogyakarta mengakibatkan semakin
cenderung meningkat. Hal ini banyaknya dibangun perumahan,

12 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014


BUDIMAN SULISTYANTARA, ZAIN

2 Gambar 4 Peta landcover Kota Jogjakarta tahun 1972, 2000, dan 2013

penelitian ini dengan data dari dan pusat pemerintahan di bagian


Suyuti (2012) mengemukakan untuk Bappeda Pemkot Yogyakarta tahun tengah, perumahan dan industri juga
menekan laju penurunan RTH, 2012 maka hasilnya hampir sama, mendominasi pada bagian selatan.
Pemkot Yogyakarta memulai pada penelitian ini didapatkan Hal ini menyebabkan pola
membangun RTH dari persentase luasan RTH sebesar 32% perubahan RTH di Kota Surabaya
perkampungan melalui gerakan sedangkan data dari Bappeda mengelompok pada bagian pinggir
penghijuan di setiap kampung di Pemkot Yogyakarta tahun 2012 terutama pada bagian timur dan
Yogyakarta. Masyarakat diajak sebesar 32,1%. barat, sehingga pola perubahan RTH
untuk bersama-sama menanam dan tersebar merata di bagian timur dan
Perbandingan citra landsat Kota
merawat pohon yang ada sebagai barat. Pada bagain barat laut ini juga
Yogyakarta dari tahun 1972, 2000
bagian dari RTH tersebut. kita jumpai RTH berupa hutan
dan 2013 menunjukkan bahwa telah
Penghijauan juga dilakukan bersama mangrove dan lahan perikanan darat
terjadi perubahan pola
masyarakat di pinggir bantaran berupa tambak-tambak ikan
perkembangan kota Yogyakarta dari
sungai. Melalui program (Gambar 5).
pola sektor menjadi pola pusat lipat
pengembangan titik ungkit wilayah,
ganda, tentu hal ini akan
area bantaran sungai di Kota
mempengaruhi pola perubahan RTH Pada tahun 2013 (Gambar 5), pola
Yogyakarta saat ini sudah banyak
di wilayah Kota Yogyakarta yang perkembangan Kota Surabaya tetap
yang rindang. Bukan hanya sekedar
awalnya memiliki pola dengan pola sektor sehingga pola
taman tetapi penghijauan dengan
mengelompok besar pada wilayah perubahan RTH di kota Surabaya
pohon-pohon perindang.
timur dan barat (tahun 1972) menjadi juga tetap mengelompok di wilayah
Pembangunan RTH privat oleh
pola mengelompok dengan luasan barat dan timur walaupun di
pengusaha maupun instansi juga
yang lebih kecil dan tersebar merata beberapa lokasi mengalami
terus didorong melalui kebijakan
(tahun 2000). Sedangkan pada tahun perubahan fungsi menjadi lahan
pengurusan izin usaha (HO) yang
2013, RTH di Kota Yogyakarta pemukiman dan bisnis, hal ini bisa
mensyaratkan hal itu. Kebijakan
menjadi tersebar merata dengan terlihat dari penambahan
tersebut mengatur bahwa tidak
ukuran yang kecil-kecil. Hal ini pemukiman dan bisnis terjadi di
diizinkan pembangunan rumah
disebabkan karena banyak dari RTH sepanjang jalan utama. Untuk
terutama di jalan protokol di Kota
yang berubah fungsi menjadi penambahan RTH terjadi pada
Yogyakarta tanpa menyertakan
pemukinan dan area bisnis sehingga wilayah utara dan barat yang
pembangunan RTH privat 10% dari
yang tersisa hanya bagian-bagian sebelumnya dugunakan untuk lahan
luas tanah yang akan dibangun.
kecil saja. tambak menjadi lahan mangrove.
RTH di Kota Surabaya terkonsentrasi
Disamping itu, Muhammad (2012) di wilayah barat dan timur.
Kota Surabaya
mengatakan, ruang terbuka hijau
privat di Kota Yogyakarta sudah
Perbandingan citra landsat Kota
melebihi target nasional, yaitu 14,4% Untuk Kota Surabaya area kajian
Surabaya dari tahun 2000 dan 2013
dari target 10%. Namun, untuk mencakup luasan sebesar 374,80
menunjukkan bahwa tidak terjadi
ruang terbuka hijau publik masih km2. Berdasarkan hasil analisis GIS
perubahan pola RTH. Hal ini sejalan
belum memenuhi target karena baru pada citra landsat tahun 2000
dengan pola perkembangan kota
mencapai 17,7% dari target 20%. didapatkan pola Kota Surabaya
Surabaya yang juga tidak berubah
Kota Yogyakarta dialiri tiga sungai, adalah pola sektor (Gambar 6),
dari pola sektor. Pola perubahan
yaitu Code, Gadjah Wong dan dimana perkembangan Kota
RTH yang awalnya memiliki pola
Winongo. Dua sungai yaitu Winongo Surabaya terpusat pada bagian utara
mengelompok besar pada wilayah
dan Gadjah Wong sudah memiliki ke selatan. Pola sektor dicirikan
barat dan timur (tahun 2000) tetap
forum komunikasi sebagai sebuah dengan pusat perdangan dan
membentuk pola mengelompok
lembaga di masyarakat. Jika industri berada pada satu bagian
pada tahun 2013. Pada saat ini
dibandingkan luasan RTH hasil wilayah terutama di wilayah utara
pemerintah kota Surabaya banyak

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014 13


BUDIMAN, SULISTYANTARA,ZAIN

Gambar 5 Peta landcover Kota Jogjakarta tahun 2000 dan 2013


melakukan pembenahan di taman- tempat-tempat pembiakan bibit (112,11 km2) ke tahun 2013 (183,11
taman dan jalur hijau di jalan-jalan tanaman km2) atau terjadi peningkatan
utama. sebesar 4,7%/tahun. Tren penurunan
luas RTH terjadi kembali pada kota
.SIMPULAN
Yogyakarta, dalam kurun waktu 41
Berdasarkan hasil Tabel 5 terlihat
tahun, dari tahun 1972 (14,30 km2)
luas RTH kota Surabaya sebesar
Penelitian ini telah membuktikan ke tahun 2013 (10,40 km2) terjadi
67,464 km2 pada tahun 2000 atau
bahwa terjadi perubahan pola RTH penurunan sebesar 28 % atau 1,5
sekitar 18% dari luas kota Surabaya.
yang dipengaruhi oleh pola %/tahun. Untuk kota Surabaya
Luas RTH Kota Surabaya mengalami
perkembangan kota, jika suatu kota terjadi peningkatan luas RTH sebesar
perubahan (peningkatan) menjadi
mengalami perubahan pola 116% dalam kurun waktu 13 tahun,
sebesar 149,92 km2atau menjadi 40 %
perkembangannya maka bisa dari tahun 2000 (67,46 km2) ke tahun
luas kota Surabaya pada tahun 2013.
dipastikan pola RTH juga akan 2013 (149,92 km2) atau terjadi
Hal ini disebabkan program
berubah. Hal ini terjadi pada DKI peningkatan sebesar 8,9%/tahun.
penghijuan yang dilakukan oleh
Jakarta, kota Bandung, dimana
Pemerintah Kota Surabaya dan
terjadi perubahan pola kota dari
penanaman hutan mangrove di Saran
konsentrik berubah menjadi sektor
sekitar pesisir Kota Surabaya.
(Miller. 1988). Kota Semarang dan
Surabaya tidak mengalami Diperlukan kebijakan dan kesadaran
Rismaharini (2012) mengatakan, perubahan pola perkembangan kota bersama dari pemerintah,
beberapa tahun lalu luas RTH di dari pola sektor sehingga pola masyarakat dan swasta untuk
Surabaya hanya sembilan persen, RTHnya juga tidak berubah. Pada menjaga pola perkembangan kota
lalu kemudian naik menjadi 12 kota Yogyakarta terjadi perubahan sesuai dengan yang direncanakan
persen, dan kini sebesar 26 persen. pola perkembangan kotanya dari agar tidak terjadi perubahan RTH.
Pemkot Kota Surabaya berupaya pola konsentrik berubah menjadi Perubahan yang diharapkan adalah
terus untuk membangun RTH baru pola pusat lipat ganda, hal ini kearah yang lebih baik dengan
guna tetap menjaga keseimbangan menyebabkab terjadinya perubahan adanya penambahan luas RTH pada
dan kondisi lingkungan di tengah pola RTH. kota-kota yang diamati.
pembangunan yang tumbuh pesat.
Bila pembangunan tidak diimbangi
Pendeteksian pola perubahan ini di DAFTAR PUSTAKA
dengan adanya RTH akan timbul
tandai dengan perubahan landcover Alonso, W. 1998. Location and Land Use:
banyak masalah lingkungan, seperti
pada kota-kota yang diamati. Toward a general theory of land
banjir, kekeringan, polusi yang kian
Perubahan RTH DKI Jakarta sekitar rent. Harvard University Press,
meningkat. Di dalam Undang USA. 204 halaman
57,5% dari tahun 1982 (259,88 km2)
Undang (UU) Nomor 26/2007 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012 . Indo-
ke tahun 2013 (110,45 km2). Dalam
tentang penataan ruang nesia dalam Angka. Badan Pusat
kurun waktu 31 tahun terjadi Statistik. Jakarta.
mensyaratkan RTH pada wilayah
penurunan luas RTH sekitar Doxiadis, C.A. 1968. An Introduction to
kota paling sedikit 30 persen dari
1,8%/tahun. Untuk kota Bandung the Science of Human Settlements-
luas wilayah kota. RTH terdiri dari Ekistics, London: Hutchinson of
juga terjadi perubahan (penurunan)
ruang terbuka hijau publik dan London
luas RTH sebesar 42% dalam kurun
ruang terbuka hijau privat. Proporsi [DPR RI] Dewan Perwakilan Rakyat Re-
waktu 22 tahun, dari tahun 1991 publik Indonesia. 2007. Undang-
RTH publik pada wilayah kota
(56,88 km2) ke tahun 2013 (33,46 undang Republik Indonesia No. 26
paling sedikit 20 persen dari luas
km2) atau sekitar 2 %/tahun. Hal Tahun 2007 Tentang: Penataan Ru-
wilayah kota. Pembuatan RTH ini ang. Jakarta.
yang berbeda terjadi pada kota
tidak selalu dalam bentuk taman, Ekaputra, Y.D., dan Sudarwani, M.M.
Semarang dimana terjadi kenaikan
akan tetapi juga bisa berupa 2013. Implikasi Program Pengem-
luas RTH sebesar 62% dalam kurun bangan Kota Hijau (P2kh) Ter-
pembuatan waduk, penanaman
waktu 13 tahun, dari tahun 2000 hadap Pemenuhan Luasan Ruang
pohon di pinggir jalan, hingga

14 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014


BUDIMAN SULISTYANTARA, ZAIN

Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan. Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Suyuti, H. 2012. Yogyakarta Hijau.
Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013 Universitas Negeri Semarang. Se- http://walikota.jogjakota.go.id/
Fakultas Teknik Universitas Wahid marang (diakses 20 Agustus 2014).
Hasyim. Semarang. Rismaharini, T. 2014. Luas Ruang Ter- Warsito, I. 2013. Lomba Penerima
Miller, J. R. 1988. Living in The Environ- buka Hijau Surabaya Ditarget 35 Penghargaan Peduli Penanaman
ment Fine Edition Wodswarth Persen. http://www.enciety.co/ Satu Milyar Pohon Tahun 2013
Publishing Company, Belmont, Cal- (diakses 20 Agustus 2014). Tingkat Nasional.
ifornia. Sugarwa, N. dan Susanto. 2005. Deteksi http://semarangkota.go.id/ (di-
Muhammad, E. 2012. Yogyakarta tambah Ruang Terbuka Hijau akses 20 Agustus 2014).
ruang terbuka hijau. Menggunakan Teknik Penginder- Waryono, T. 2000. Fungsi dan Peran Jasa
http://www.antaranews.com/ (di- aan Jauh (studi kasus: di DKI Jakar- Biologis Pepohonan Terhadap
akses 20 Agustus 2014). ta). Pertemuan Ilmiah Tahunan Lingkungan Fisik Kritis Perkotaan.
Nugradi, D.N.A. 2013. Identifikasi Ruang MAPIN XIV. Surabaya. Publikasi HK-02/2000. Universitas
Terbuka Hijau Kota Semarang. Indonesia. Jakarta.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 6 NO 1 2014 15

Anda mungkin juga menyukai