Anda di halaman 1dari 52

BAB I

STERILISASI

I.I. Teori Dasar

Sterilisasi adalah proses untuk mematikan atau membunuh semua mikroba


dan merusak spora. Spora adalah sel yang tidak aktif yang lebih resisten terhadap
panas dibandingkan dengan sel vegetatif mikroorganisme. Dalam proses
fermentasi, sterilisasi memegang peranan pentin untuk menjamin keberhasilan
proses tersebut. Sterilisasi diperlukan untuk :

 Sterilisasi produk pangan dalam kaleng, botol dan kemasan lainnya


 Sterilisasi media cair dan nutrient untuk industri bioteknologi, misal obat-
obatan dan enzim
 Sterilisasi bioreaktor dengan alat pengendali dan monitoring

Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk


kehidupan mikroba, termasuk spora, pada permukaan benda mati. Prosesnya dapat
berupa pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi, atau filtrasi (Gruendemann dan
Fernsebner, 2006). Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk
mematikan semua mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya
dikombinasi dengan pengemasan hermes untuk mencegah kontaminasi ulang.
Yang dimaksud pengemasan hermetis adalah pengemasan yang sangat rapat,
sehingga tidak dapat ditembus oleh mikroorganisme, air, ataupun udara
(Purnawijayanti, 2001). Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan
uap air pada suhu 211°C selama beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan
adalah memusnahkan bakteri patogen dan spora bakteri elostridium bolulinum
yang berbahaya. Metode sterilisasi yang paling umum dilakukan adalah
menggunakan kaleng atau kemasan tetra pack (Yuyun dan Gunaisa, 2011).

Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses dengan metode


tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak
dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup
banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta

1
kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap menjaga
kualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil sterilisasi peralatan medis perlu dijaga
terus. Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan proses panas. Proses panas
dibedakan menjadi dua yaitu panas kering dan panas basah. Proses sterilisasi
dengan menggunakan panas sangat tergantung dengan waktu dan suhu sterilisasi.
Penggunaan panas dalam proses sterilisasi dapat mengakibatkan perubahan
terhadap substrat dan nutrient, misalnya terjadi proses karamelisasi larutan gula,
denaturasi protein, menonaktifkan vitamin, reaksi gula dengan asam amino,
polimerisasi aldehyd tak jenuh.

I.II. Tujuan Percobaan

Mengenalkan kepada mahasiswa tentang :

 Pemakaian autoclave untuk proses sterilisasi


 Teknik sterilisasi peralatan
 Teknik sterilisasi media cair

I.III. Bahan dan Alat Praktikum

 Autoclave
 Sampul coklat atau kertas koran atau aluminium foil
 Kain kasa
 Kapas berlemak
 Benang
 Alat atau media yang akan disterilkan

I.IV. Prosedur Percobaan

1. Cuci sampai bersih peralatan gelas yang akan disterilkan


2. Bersihkan kembali menggunakan etanol, lalu dikeringkan di oven. Pintal
kapas menggunakan tangan (tangan harus bersih), lalu masukkan kedalam

2
bagian mulut tabung reaksi /erlenmayer/peralatan gelas lainnya agar
mikroba tidak dapat menembusnya.
3. Tutuplah kapas pada mulut peralatan gelas tadi menggunakan aluminium
foil dan ikat dengan tali atau benang agar kapas tidak basah pada waktu
akan sterilisasi uap
4. Masukkan ke autoclave atau oven dengan waktu dan suhu sesuai yang
dibutuhkan. Misal selama 20 menit pada suhu 110°C
5. Hidupkan alat autoclave sesuai SOP alat untuk Kegunaannya
6. Setelah selesai sterilisasi, keluarkan peralatan gelas, lalu dinginkan pada
suhu ruang dan simpan pada tempat yang aman

3
I.V. Analisis Percobaan

Pada umumnya, peralatan yang digunakan untuk sterilisasi adalah


peralatan yang terbuat dari bahan gelas atau kaca, plastik dan besi. Dalam
melakukan sterilisasi, perlu diketahui mana alat yang terbuat dari bahan yang
tahan panas dan yang tidak tahan panas. Maupun bahan yang memiliki batas
panas maksimal yang mampu diterimanya. Hal ini bertujuan untuk supaya
peralatan yang disterilkan tidak rusak.

Pada praktikum kali ini, kami menggunakan metode sterilisasi panas


kering. Sterilisasi panas kering dilakukan dengan pemanasan terhadap peralatan
yang akan disterilkan. Dengan cara ini, kita harus memperhatikan beberapa hal
yang memungkinkan terjadinya kegagalan dalam praktikum. Misalnya terjadi
kontaminasi mikroba yang menempel pada peralatan yang sedang disterilkan.
Kontaminan dapat terjadi akibat dari perilaku praktikan atau pengamat yang
terlalu sering berbicara tanpa menggunakan masker dan tangannya tidak di
bersihkan terlebih dahulu menggunakan etanol. Oleh karena itu, sebelum
melakukan praktikum sebaiknya praktikan harus mencuci dan membersihkan
tangannya menggunakan etanol dan pada saat melakukan praktikum sebaiknya
tidak terlalu sering berbicara. Semua ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi agar mendapatkan hasil praktikum yang baik dan benar.

I.VI. Kesimpulan

Jadi, hal yang harus di perhatikan dalam proses sterilisasi adalah jenis alat yang
akan disterilkan, bahan dari alat yang akan disterilkan agar mengetahui ketahanan
fisik peralatan terhadap proses sterilisasi. Berdasarkan hasil percobaan yang kami
lakukan, dapat disimpulkan bahwa berhasil atau tidaknya percobaan itu
tergantung dari perilaku praktikan. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum melakukan
praktikum, seorang praktikan harus membersihkan tangannya dan menjaga
kebersihan selama praktikum berlangsung.

4
I.VII. Daftar Pustaka

Jobsheet Penuntun Praktikum Mikrobiologi.2019.Politeknik Negeri Sriwijaya:

Palembang

Langkah Kerja

5
1. Persiapan alat dan bahan 2. Penyucian alat sebelum dilakukan
sterilisasi

3. Alat disemprot menggunakan etanol untuk


pensterilan.

4. Alat yang telah disemprot etanol


dikeringkan di dalam oven dalam suhu
tertentu selama 20 menit.

6
Gambar Alat

Cawan Petri
Pipet Ukur

Erlenmayer Labu Takar

7
Tabung Reaksi

BAB II

MELIHAT BENDA MELALUI MIKROSKOP

II.I. TEORI DASAR

Mikroskop dipergunakan untuk diperoleh bayangan yang sangat halus dari


suatu benda dan dengan demikian dapat dilihat susunan yang halus dari suatu
benda yang bagian bagiannya tidak terlihat dengan mata biasa.

Bagian bagian dari mikroskop :

1. Statief
Pada statief terpasang bagian : kaki, tiang dan meja benda
2. kyker (optika)
Merupakan bagian terpenting dari mikroskop dimana terdapat alat alat
perbesaran benda yang terdiri dari :
a. okuler : terdapat pembesaran 5x, 6x, 12x, dst
b. objektif : dapat digerakkan dan menunjukan kekuatan perbesaran
seperti pada okuler : 10x, 50x, 100x, 200x, dst.

Pembesaran dengan mikroskop dapat ditentukan dengan mengalihkan


kekuatan pembesaran objektif dan okuler yang dipakai. Misalnya : objektif 20x,
okuler 5x, maka perbesaran yang diperoleh adalah 100x. Perhitungan semacam ini
seenarnya tidak tepat, sebab pembesaran dari mikroskop masih dipengaruhi oleh :

8
panjang tubuh kyker, ialah jarak antara okuler sampai pada bagian tengah revolver
yang dapat berputar (bagian atas objektif)

Panjang tubuh kyker biasanya ditentukan menurut macam mikroskopnya.


Biasanya untuk mikroskop keluaran pabrik Leitz 170mm, untuk Zeiss 160mm,
pada okuler buis biasanya terdapat satu garis tanda yang menunjukan panjang
tubuh kyker yang tepat.

3. Alat Cermin
a. Cermin data dan cekung berfungsi untuk menangkap cahaya, diteruskan
melalui benda ke mata kita. Cermin ini dapat berputar kesegala arah.
Bagian cermin cekung dapat ditangkap lebih banyak daripada cermin
datar.
b. Diafragma untuk mengatur banyak dikitnya cahaya yang dibutuhkan
c. Kondensor , sebuah lensa untuk memusatkan cahay yang dipergunakan
dan cara ini pun dapat mengatur masuknya cahaya.

Dalam pengamatan dengan mikroskop dikenal 2 sitem yaitu :

1. Sistem Kering

Dengan tidak menggunakan cairan preparat dan lensa (objektf)

2. Sitem Basah
Degan mempergunakan cairan antara objektif dengan preparat
cairan dapat dipakai air, tetapi yang lazim dipakai adalah minyak cadar
(cedar oil). Dengan immersie system dapat diperoleh pembesaran yang
jauh lebih besar dari sitem kering sampai 1000x atay lebih. Sehabis
bekerja dengan immersi oil, lensa harus dibasahi dengan alkohol absolut
atau dengan xylol, juga pada pekerjaan biasa lainnya jika lensa menjadi
kotor karna sesuatu hal yang harus dibersihkan.

9
Alat Dan

Bahan :

Alat :

1. preparat

2. pinset

3. kaca objek

4. kaca tutup

5. jarum ose

6. mikroskop

10
MIKROSKOP-1

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan kepada mahasiswa cara pemakaian mikrosop untuk
mengamati dan melihat berbagai bentuk serat.

B. BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Mikroskop
2. Preparat
3. Kaca objek
4. Bunsen
5. Pinset
6. Jarum ose

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyiapkan berbagai macam serat seperti bulu ayam,bulu burung
dara,dan bulu kucing
2. Membersihkan kaca objek fan kaca penutup menggunakan alkohol lalu
keringkan
3. Mengambil masing-masing serat,diletakkan pada kaca objek lalu ditutup
denagan kaca penutup
4. Menggambarkan apa yang dilihat dalam mikroskop dengan cara mata
kiri melihat microskop,mata kanan dan tangan menggambar
5. Menggambarkan apa yanng diamati dan menerangkan perbedaan
masing-masing serat diatas

11
MIKROSKOP-2

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan kepada mahasiswa cara pemakaian mikrosop untuk
mengamati dan melihat berbagai bentuk amilum.

B. BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Mikroskop
2. Preparat
3. Kaca objek
4. Jarum prepaprat
5. Larutan alkohol
6. 3 macam bentuk amilum
7. Mortar
8. Pipet tetes

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyiapkan 3 macam bentuk amilum yaitu:butir amilum
kentang,ubi,jagung.
2. Membersihakan preparat,kaca objek,kaca penutup menggunakan
alkohol.
3. Mengiris tipis kentang,jagung,ubi lalu di tumbuk halus dan di ambil
endapannya dan diteteskan di atas kaca preparat.
4. Menggambarkan apa yang dilihat dalam mikroskop dengan cara mata
kiri melihat microskop,mata kanan dan tangan menggambar.

D. ANALISIS PERCOBAAN (Mikroskop 1&2)


Percobaan yang dilakukan adalah mengamati adalah mengamati
benda melalui mikroskop berupa seratt dan amilum.Untuk mengamati
serat mikroskop menggunakan sistem kering(tidak menggunakan
cairan).Sedangkan untuk mengamati amilum mengggunakan sistem

12
basah.Dengan menggunakan kekuatan lensa okuler menggunakan
pembesaran 10x dan pada objectif menggunakan pembesaran 4x dan
10x,dapat memberikan perbedaan struktur pada setiap serat maupun
amilum.Hasil yang didapatkan pada serat bulu ayam memiliki serat yang
lebih jarang dibandingkan bulu burung dara.Bulu burung dara memiliki
serat yang rapat dan bulu kucing memiliki serat yang tebal diarah pangkal
dan meinipis ke ujung.Pada mikroskop 2 amilum jagung memiliki bentuk
susunan yang tidak terlalu banyak dan renggang,amilum kentang memiliki
amilum yang tidak terlalu rapat,sedangkan amilum ubi jalar sangat rapat,

E. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan,dapat disimpulkan bahwa
perbedaan bentuk amilum dan bentuk serat.Mikroskop digunakan untuk
memperoleh bayangan yang sangat kecil dari suatu benda,semakin tinggi
pembesaran mikroskop maka semakin jelas bentuk bayangan dan semakin
jelas perbedaan struktur serat dan bentuk amilum.

13
MIKROSKOP-4

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan kepada mahasiswa pemakaian mikroskop untuk melihat
macam-macam mikroorganisme dari susu.

B. BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Larutan methylen blue
2. Larutan susu

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Mikroskop
2. Preparat
3. Kaca objek
4. Kaca tutup

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyediakan preparat susu segar dan susu yang telat rusak
2. Menyelidiki mikroorganisme dalam bahan tersebut dan mengamati
perbedaan pada kedua bahan tersebut
3. Menyelidiki banyaknya mikroorganisme dalam bahan tersebut dengan
methylene blue,reduction metode: mengambil 10cc milik
sample,ditaruh dalam tabung m reaksi,kemudian ditambah 10cc larutan
standar dari methylene blue thyocianate,ditutup dengan kapas.

E. ANALISIS PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini, kami menggunakan bahan yang akan di lihat di
mikroskop adalah mikroba sayur basi pada media agar pengenceran ke-2
hasil percobaan kami sebelumnya. Sebelum melakukan praktikum, sterilkan
peralatan terlebih dahulu. Pada praktikum kali ini kami mensterilkan alat
menggunakan proses pemanasan menggunakan api bunsen. Setelah semua
peralatan disterilkan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menyiapkan air 10 ml lalu dimasukkan kedalam gelas kimia. Ambil mikroba

14
yang ada di dalam media agar pengenceran ke-2 menggunakan jarum ose,
lalu masukkan kedalam gelas kimia. Aduk agar tidak ada mikroba yang
tertinggal di ujung jarum ose.
Ambil mikroba yang telah di encerkan menggunakan pipet tetes. Teteskan
sebanyak satu tetes diatas kaca preparat yang telah diletakkan di mikroskop.
Tutup dengan kaca penutup lalu tetesi dengan metilen blue di daerah
samping kaca penutup. Atur pembesaran mikroskop lalu amati mikroba dan
foto hasil percobaan. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat bakteri yang
hidup dan mati. Hal itu dapat diketahui dari warna mikroba. Jika tidak
berwarna berarti mikroba tersebut masih hidup, tetapi apabila terdapat
bakteri yang berwarna biru maka mikroba tersebut sudah mati.

F. KESIMPULAN
1. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
mikroba yang ada pada media agar pengenceran ke-2 (10-2) adalah
mikroorganisme Saccharomyces carlbergensis var yang dilihat dari
warnanya yaitu putih tulang.
2. Terdapat bakteri yang masih hidup dan yang telah mati dapat
diidentifikasi dengan menggunakan Methylen Blue. Apabila
mikroorganisme tidak menyerap warna, artinya mikroorganisme tersebut
masih dalam kondisi hidup.
3. Pada saat pengenceran 10-2, terdapat penumpukan mikroorganisme.
Untuk itu dilakukan pengenceran kembali sehingga didapatkan kultur
murni dari suatu mikroorganisme.

15
Langkah Percobaan

Mikroskop 1

2. Membersihkan kaca preparat


dan kaca penutup
menggunakan alkohol.
1. Menyiapkan alat dan Kemudian dikeringkan dengan
bahan tisu atau lap.

3. Mengambil satu helai dari


masing-masing serat

4. Meletakkan masing-masing
serat pada kaca preparat dan
ditutup dengan kaca penutup.

5. Mengamati apa yang terlihat


dalam mikroskop.

16
Langkah Percobaan

Mikroskop 2

1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Membersihkan kaca preparat dan


kaca penutup menggunakan
alkohol. Kemudian dikeringkan
dengan tisu atau lap.

4. Mengendapkan sari pati


dari larutan ubi jalar, kentang,
dan jagung.

3. Membersihkan dan
memotong kentang, ubi jalar,
dan jagung menjadi bagian
kecil sampai mengeluarkan
butir amilum dengan
tambahan air secukupnya.

17
5. Mengambil pati dari endapan
dengan menggunakan pipet
tetes. 6. Meletakkan masing-masing
serat pada kaca preparat dan
ditutup dengan kaca penutup.

7. Mengamati apa yang terlihat


dalam mikroskop.

18
Langkah Percobaan

Mikroskop 4

Mengambil cuplikan dari Menyuspensikan mikroorganisme ke


mikroorganisme 10-1 dengan dalam 10 ml air.
menggunakan jarum ose yang telah
dipanaskan pada api bunsen.

Mengambil suspensi mikroorganisme Meletakkan kaca preparat pada


dengan menggunakan pipet tetes. mikroskop selanjutnya ditambahkan
Selanjutnya suspensi diletakkan pada indikator methylen blue.
kaca preparat.

Mengamati mikroorganisme dengan mikroskop.

19
Hasil Pengamatan

Mikroskop 1 & Mikroskop 2

PENGAMATAN LITERATUR DATA PENGAMATAN

Sampel : Serat Bulu Ayam


Warna : Hitam
Pergerakan sel : Diam
Dinding sel : Tipis
Perbesaran : 40x
Bentuk sel : Batang
Berserabut
Lensa objektif, lensa okuler :
10x, 4x

Bulu Ayam
Sampel : Bulu Burung Dara
Warna : Hitam
Pergerakan sel : Diam
Dinding sel : Tipis
Perbesaran : 40x
Bentuk sel : Batang dengan
serabut tipis
Lensa objektif, lensa okuler:
10x, 4x

Bulu Burung Dara


Sampel : Bulu Kucing
Warna : Hitam
Pergerakan sel : Diam
Dinding sel : Tipis
Perbesaran : 40x
Bentuk sel : Batang
Lensa objektif, lensa okuler :
10x, 4x
Bulu Kucing
Sampel : Amilum kentang
Warna : Kuning
Pergerakan sel : Diam
Dinding sel : Tipis
Perbesaran : 40x
Bentuk sel : Bulat dan rapat
Lensa objektif, lensa okuler :
10x, 4x

Kentang

20
Sampel : Amilum Jagung

Warna : Putih
Pergerakan sel : Diam
Dinding sel : Tebal
Perbesaran : 40x

Bentuk sel : Bulat rapat

Lensa objektif, lensa okuler:


Sampel : Amilum Ubi Jalar

Warna : Putih
Pergerakan sel : Diam
Dinding sel : Tipis
Perbesaran : 40x

Bentuk sel : Bulat Kecil

Rapat

Hasil Pengamatan

Mikroskop 4

Hasil Pengamatan Literatur

Perbesaran 10x10
Perbesaran 4x10

21
DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet Penuntun Praktikum Mikrobiologi.2019.Politeknik Negeri Sriwijaya:

Palembang

22
GAMBAR ALAT

KACA PENUTUP KACA PREPARAT

MORTAR DAN PRASTLE


PINSET

CUTTER
BOTOL AQUADEST

PIPET TETES

23
BAB III

PEMBUATAN MEDIA AGAR

III.I. Dasar Teori

Macam-macam media dapat dikelompokkan dalam 3 golongan, yaitu


media alam, semi buatan, dan media buatan. Media alam contohnya tape, nasi,
tanah, dll. Media semi buatan yaitu media yang dibuat dari bahan-bahan kimia
dicanpur dengan bahan alami, contohnya media agar tauge, agar kentanf dextrose,
dll. Sedangkan medium buatan adalah media yang seluruhnya dibat dari bahan
kimia, contohnya agar-agar sabeuraud, dll.

Menurut bentuknya, media dapat dikelompokkan dalam media cair, semi


padat, dan media padat. Media semi padat adalah media yang mengandung bahan
sama dengan media cair, tetapi ditambah media agar-agar sehingga hampir padat.
Sedangkan medium padat yaitu medium cair yang ditambahkan agar-agar
sehingga menjadi padat.

Menurut kegunaannya, medium dapat digolongkan atas :

1. Medum umum, yaitu mdium yang umum dipakai untuk menumbuhkan


mikroorganisme, dimana berbagai mikroorganisme dapat tumbuh pada
medium ini. Contohnya agar-agar nutrisi untuk bakteri, agar kentang
dextrose untuk jamur.
2. Medium selektif, yaitu medium yang hanya dapat ditumbuhi
mikroorganisme tertentu saja. Contohnya agar Endo, agar SS, agar HS, dll.
3. Medium diferensial, yaitu medium yang dapat ditumbuhi semacam
mikroorganisme dengan memberikan ciri tertntu. Mikroorganisme tersebt
mampu menguraikan salah satu bahan pembuat medium dimana
mikroorganisme lain tidak mampu tumbuh dalam medium tersebut.
Contoh agar darah, agar ecsin metilen blue, dll.
4. Medium pengaya, yaitu medium yang dipakai untuk menumbuhkan
mikroorganisme tertentu sebelum ditumbuhkan pada medium yang dipakai

24
dalam penelitian dengan maksud menyuburkan terlebih dahulu
mikroorganisme tersebut.

Sebelum digunakan, media yang telah disterilkan, baik medium cair


maupun padat, dapat disimpan di dalam tabung-tabung gelas berupa erlenmeyer
atau tabung reaksi atapun dalam botol.

Penyimpanan dalam jumlah kecil biasanya dalam tabung reaksi sebanyak


10-15 ml untuk agar yang nantinya diperlukan untuk mengisi cawaan petri.
Sebanyak 5-7 ml untuk membuat agar miring yang diperlukan untuk menanam
niakan, agar miring dibuat dengan memiringkan tabung reaksi berisi mdium
setelah disterilkan sebelum medium menjadi padat.

III.II. Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu


mengetahui dan membuat beberapa macam media yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya.

III.III. Pembuatan Media (Nutrient Agar/ Agar Kaldu)

III.III.I. Alat

a. Cawan petri 2 buah


b. Tabung reaksi 2 buah
c. Neraca analitik 1 buah
d. Hot plate 1 buah
e. Spatula 1 buah
f. Gelas kimia 250 ml 1 buah
g. Batang pengaduk 1 buah
h. Alumuniun foil secukupnya
i. Kaca arloji 1 buah
j. Magnet pengaduk 1 buah

25
k. Inkubator 1 buah
l. Lemari pendingin 1 buah
m. Laminar flow 1 buah

III.III.I. Bahan

a. NaCl 0,5 gram


b. Pepton (bacto) 0,5 gram
c. Ekstrak daging (Lemco) 0,3 gram
d. Akuadest 100 ml
e. Agar-agar (bacto) 1,8 gram

III.IV. Langkah Percobaan (Gambar terlampir)

1. Timbang bahan-bahan sesuai dengan takaran yang ditentukan.


2. Mencampurkan 0,5 gram NaCl, 0,5 gram pepton (bacto), 0,3 gram lemco,
dan 1,8 gram agar-agar kedalam gelas kimia 250 ml.
3. Tambahkan akuadest kedalam gelas kimia hingga mencapai volume 100
ml.
4. Larutan selanjutnya dipanaskan dengan hot plate hingga mencapai titik
didih. Selama pemanasan, tutup gelas kimia menggunakan alumunium
foil.
5. Setelah mendidih, media didinginkan selama 30 menit di dalam lamnar
flow.
6. Setelah media cukup dingn, tuangkan media ke dalam tabung reaksi &
cawan petri.
7. Media selanjutnya dibungkus dengan menggunakan alumunium foil untuk
menghindari kontaminasi mikroorganisme.
8. Media yang telah dibungks dengan rapi, selanjutnya dimasukkan ke dalam
inkubator pada suhu 30,3˚C.
9. Media selanjutnya disimpan di dalam lemari pendingin untuk jangka
waktu penyimpanan yang lama.

26
III.V. Data Pengamatan

No. Media Agar Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke- Hari Ke-4 Hari Ke-5 Hari Ke-6 Hari Ke-7
3
1. Tabung reaksi Bening Bening Muncul Bercak Bercak Bercak Bercak menyebar
kekuningan kekuningan bercak mulai berwarna menyebar luas pada
berwarna menyebar sedikit secara luas permukaan
. di hijau. pada media.
beberapa permukaan.
titik.
2. Cawan petri Bening Bening Muncul Titik putih Bintik Bintik Bintik menyebar
kekuningan kekuningan titik-titik mulai menyebar menyebar luas pada
putih. muncul di secara luas luas pada permukaan
beberapa pada permukaan media.
tempat. permukaan. media.

27
III.VI. Analisis Percobaan

Pembuatan media bertujuan untuk menyediakan tempat untuk tumbuhnya


mikroba. Dalam percobaan ini, sangat dibutuhkan kesterilan alat dan bahan yang
akan digunakan. Selain itu, tempat percobaan pun mempengaruhi hasil dari
percobaan ini. Setiap praktikan diharapkan dalam kondisi steril dan tidak bicara
selama proses pembuatan media dan tetap menggunakan masker untuk mencegah
adanya kontaminasi mikroba.

Alat dan bahan yang digunakan harus terlebih dahulu di sterilisasi, baik
sterilisasi secara pengukusan maupun sterilisasi menggunakan cairan etanol.
Dalam hal ini, kami menggunakan cairan etanol untuk mensterilkan peralatan
yang akan digunakan. Pada praktikum kali ini kami membuat media dengan bahan
nutrient agar (agar kaldu).

Beberapa hari setelah pembuatan media agar, kami melihat adanya bintik-
bintik dan bercak di permukaan media agar yang menandakan jika media yang
kami buat terkena kontaminasi. Sumber adanya kontaminan tersebut, dapat
berasal dari kurang sterilnya peralatan yang digunakan, lingkungan sekitar dan
bisa jadi berasal dari perilaku praktikan selama proses pembuatan media. Dalam
pembuatan media, kontaminan tidak boleh terjadi dan ditemukan di dalam media
yang dibuat karena dalam studi lanjutan kontaminan dapat merusak media
tumbuhnya mikroba yang akan di kembang biakan. Apabila terdapat kontaminan
dalam media, media tersebut harus segera dibuang dengan terlebih dahulu
mematikan mikroba yang ada di dalamnya. Untuk mematikan mikroba tersebut
dapat dilakukan dengan cara direbus dalam air yang mendidih selama kurang
lebih 5 menit, kemudian barulah dibuang.

III.VII. Kesimpulan

1. Pembuatan media bertujuan untuk menyediakan tempat untuk tumbuhnya


mikroba.
2. Pada saat proses pembuatan media diharapkan sebelum melakukan
praktikum, seorang praktikan harus menyemprotkan cairan etanol

28
kepermukaaan tangannya untuk menjaga kesterilan pada saat pembuatan
media.
3. Munculnya kontaminan dalam media agar dapat berasal dari kurang
sterilnya peralatan yang digunakan, lingkungan sekitar maupun perilaku
dan kurang sterilnya seorang praktikan.
4. Jika ditemukan kontaminan di dalam media agar itu menandakan adanya
mikroba yang tumbuh di media agar tersebut sebelum di lakukan
pembiakan. Jika demikian, maka media agar tersebut harus segera
dibuang dengan terlebih dahulu mematikan mikroba yang di dalam media
agar dengan cara direbus pada air yang mendidih.

Daftar Pustaka

Jobsheet Penuntun Praktikum Mikrobiologi.2019.Politeknik Negeri Sriwijaya:

Palembang

29
Hasil Pengamatan

Hari ke- 1 Hari ke-2 Hari ke-3

Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6

30
Hari ke-7

Gambar Alat

31
Cawan Petri
Pipet Ukur

32
Erlenmayer Labu Takar

Tabung Reaksi

33
BAB IV

PEMBIAKAN MIKROORGANISME DALAM MEDIA AGAR

IV.I. TEORI DASAR


Kultur murni suatu mikroorganisme yang telah diketahui sifat-sifat dan
kemampuannya dapat disimpan sebagai kultur induk (stock culture/primary
culture). Kultur tersebut selanjutnya dapat dianggap sebagai kultur persediaan
salah satu teknik penyimpanan dan pemeliharaan kultur ini adalah dengan cara
membiakkan kultur tersebut pada media agar miring dalam tabung reaksi dan
selanjutnya disimpan dalam lemari es batu atau pada suhu kamar.
Penyimpanan dengan cara ini dapat bertahan antara 10-14 dan selanjutnya
proses pembiakan tersebut harus diulang atau diperbarui lagi secara periodik.
Proses pembiakan kultur mikroorganisme perlu dilakukan dengan
menerapkan teknik perlakuan secara aseptis. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya kontaminasi dalam sistem yang dikembangkan.

IV.II. TUJUAN PERCOBAAN


Mengenalkan kepada mahasiswa penerapan teknik perlakuan aseptik
teknik pembiakan mikroorganisme dalam media agar miring dan pengenceran
dengan menggunakan media agar.

IV.III. BAHAN PRAKTIKUM

a. Sayur basi
b. Susu basi

34
IV.IV. ALAT PRAKTIKUM

a. Jarum penanam
b. Pembakaran spiritus atau bunsen
c. Tabung reaksi yang berisi media agar miring steril (2)
d. Cawan petri yang berisi media agar steril

IV.V. CARA KERJA


1. Pijarkan jarum penanam dengan menggunakan pembakar spiritus
atau bunsen
2. Ambil biakan mikroorganisme dengan cara menggeserkan jarum
penanam pada permukaan media kultur induk yang mengandung
mikroorganisme yang akan di biakkan
3. Geserkan bagian jarum yang telah mengandung mikroorganisme
tersebut dalam media agar miring dengan cara membuat garis zig-
zag dari permukaan ujung bawah hingga ujung atas. Pada cawan
petri, lakukan hal yang sama geser jarum penanam secara zig-zag.

35
IV.VI. DATA PERCOBAAN
Media yang sudah dibiakkan mikroba setelah beberapa hari.

Hari pertama Hari pertama


Belum tumbuh mikroba Belum tumbuh mikroba

Hari kedua : Telah Hari kedua : telah ditumbuhi


ditumbuhi mikroba (susu mikroba (sayur basi)
basi)

36
Hari ketiga : pembiakan Hari ketiga : pembiakan
mikroba bertambah banyak mikroba bertambah banyak
IV.VII. ANALISIS PERCOBAAN
Pada percobaan pembiakan mikroorganisme yang telah kami lakukan .
Bahan yang kami gunakan adalah bakteri STHAPYLOCOCCUS AUREUS
sayur basi dan susu basi.
Langkah pertama yang kami lakukan dalam percobaan ini adalah
mensterilkan media yang akan digunakan. Ini dilakukan agar media yang
nantinya digunakan tidak terkontaminasi mikroba, selanjutnya jarum ose
dipanaskan diatas bunsen. Proses ini dilakukan didalam laminar air flow agar
kondisi media dan biakan tetap steril . Selain itu, mulut tabung reaksi
dipanaskan menggunakan bunsen agar nantinya tidak terkontaminasi mikroba
lain. Lalu, susu basi dan mikroba dalam sayur basi diambil dengan jarum ose
dengan mencelupkan (pada susu basi) dan (pada sayur basi), kemudian
digoreskan secara zig-zag pada permukaan media agar miring dari ujung
bawah sampai ujung dan secara merata tanpa menyentuh kaca tabung, dan
menggores secara zig-zag diatas cawan petri.

IV.VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses pembiakan mikroorganisme harus dilakukan dengan steril tanpa
terkontaminasi
2. Pertumbuhan mikroorganisme tanpa/pada media agar dipengaruhi oleh
faktor lingkungan,suhu,kelembaban,serta steril atau tidaknya alat yang
digunakan

37
3. Proses dan media yang digunakan jika tidak steril akan menimbulkan
kontaminan pada media, sehingga menggangu pertumbuhan
mikroorgansime didalam media percobaan
4. Mikroba yang di dapat adalah STHAPYLOCOCCUS AUREUS

IV.IX. DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet Penuntun Praktikum Mikrobiologi.2019.Politeknik Negeri

Sriwijaya: Palembang

38
Langkah Kerja

1. Siapkan semua bahan dan alat yang


akan digunakan 2. Panaskan jarum ose, mulut tabung
reaksi dan pinggiran cawan petri
sebelum digunakan

3. Setelah kawat ose dingin, celupkan


pada susu basi/sayur basi untuk
mengambil mikroorganisme biakan

4. Goreskan jarum ose untuk mikroba


sayur basi ke dalam media datar
yakni cawan petri dan susu basi
pada media miring yakni tabung

39
reaksi

5. Setelah digoreskan segera tutup


menggunakan alumunium foil lalu 6. Masukkan/simpan dalam inkubator
diikat menggunakan tali nilon agar dan amati pembiakannya selama
tidak terkontaminasi beberapa hari.

Gambar Alat

Tabung Reaksi Bunsen

40
Jarum Ose Spatula

Rak Tabung Reaksi Aluminium Foil

Oven Tali Nylon

41
BAB V

ISOLASI MIKROORGANISME PADA SAYUR BASI

V.I. DASAR TEORI

Dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya


dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan
mereka dalam suatu biakan yang mana didalamnya hanya terdapat mikroba yang
kita butuhkantersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain. biakan yang
semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan ini,
haruslah dimengerti jenis-jenis nutrient yang disyaratkan mikroba dan juga
macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan
bakteri tersebut (Pelczar, 1986).

Mikroorganisme dialam hampir selalu dalam keadaan tercampur.


Campuran ini dapat sangat kompleks artinya banyak jenisnya ataupun walaupun
jenisnya sedikit sifatnya berbeda. Mungkin pula terdapat perbedaan sifat khusus
yang agak jauh walaupun dari sifat umumnya yang sama (Judoamidjojo, 1991).

Sifat-sifat umum suatu koloni tergantung pada besar atau kecilnya koloni
tersebut. Ada yang hanya berupa suatu titik kecil, ada pula yang menyebar sampai
menutup permukaan medium. Adapun jenis koloni yaitu : koloni yang bulat, ada

42
yang memanjang, ada tepi yang rata, ada tepi yang tidak rata. Kenaikan
permukaan : ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium,adapula yang
timbul (menjulung tebal diatas permukaan medium). Halus-kasarnya permukaan :
ada koloni yang permukaannya halus saja, ada yang permukaannya kasar tidak
rata. Koloni berdasarkan wajah permukaannya : ada koloni yang permukaannya
mengkilat, ada yang permukaannya suram. Koloni berdasarkan warna :
kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning kuningan, akan
tetapi ada juga koloni yang kemerahan-merahan, coklat, jingga, biru, hijau dan
ungu. Koloni berdasarkan kepekatan : ada koloni yang lunak seperti lendir, ada
juga yang lunak seperti mentega ada yang keras dan kering (Dwidjoseputro,
2005).

Screening adalah proses untuk mendapatkan mikroorganisme yang


potensial untuk aplikasi industri. Screening meliputi tahapan isolasi dan seleksi.
Isolasi adalah kegiatan pemisahan suatu kultur mikroorganisme dari campuran
biakan beberapa jenis mikroorganisme yang terdapat dialam. Seleksi dilakukakn
dengan memanipulasi kondisi lingkungan (pH, temperatur, aerob, anaerob, dan
sebagainya) dan komposisi media tubuh sehingga diperoleh suatu jenis
mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan reaksi atau
produk yang kita inginkan.

Pentingnya mengisolasi suatu mikroba dari lingkungan, seperti pada


makanan (substrat padat), minuman (substrat cair), dan pada diri sendiri karena
banyaknya mikroba yang sulit untuk diamati atau dibedakan secara langsung
menggunakan panca indera. Sehingga dengan isolasi akan mempermudah untuk
melihat dan mengamati bentuk-bentuk pertumbuhan mikroba pada beberapa
medium serta dapat melihat morfologi dari mikroba tersebut. Selain teknik
pertumbuhan mikroba, dikenal juga teknik isolasi mikroba yaitu inokulasi yang
merupakan suatu teknik pemindahan suatu biakan tertentu dari medium yang lama
ke medium yang baru dengan tujuan mendapatkan biakan murni tanpa adanya
kontaminasi dari mikroba yang tidak diinginkan (Ghoni, 2013).

Tujuan dari pemindahan biakan untuk menuasai teknik pemindahan biakan


bakteri dari satu wadah ke wadah lain, secara aseptik sehingga hanya biakan

43
murni yang diharapkan yang akan tumbuh. Hal ini sangat penting dalam tahap
awali isolasi mikroba terutama yang berasal dari stok kultur (bukan dari substrat).
Kegagalan dalam hal pemindahan biakan dapat menyebabkan kontaminasi dari
pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan (Dwyana, 2012)

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkn suatu jenis mikroba dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini
dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat (agar-agar) karena
dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap
pada tempatnya.

Pada umumnya media untuk pertumbuhan mikroba terdapat dalam dua


bentuk yaitu media cair (broth media) dan media padat (solid media) (Sutejo,
1996).

Ada berbagai cara untuk mengisolasi suatu bakteri dalam biakan murni
yaitu, cara pengenceran, cara penuanagan, cara penggesekan atau penggoresan,
cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan (Waluyo, 2007)

Menurut afrianto (2004), metode isolasi yang paling sering digunakan


adalah metode penggoresan dan penuangan. Prinsip pengenceran dengan maksud
untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat
terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati.

Berikut metode atau cara mengisolasi :

a. Metode gores atau streak plate (culture)


Menggunakan loop ose dan menggoreskannya pada permukaan medium
agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel
bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel
tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudiandapat dipindahkan
kedium selanjutnya agar didapatkan biakan murni.
b. Metode tuang atau pour plate(shake culture)

44
Dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mencampurkan suspensi bakteri
dengan medium agar pada suhu 50°C kemudian menuangkannya pada
petridisk atau dengan menyemprotkan suspensi pada dasar petrisdisk,
kemudian menuangkan medium agar keatasnya dan diaduk. Setelah agar
mengeras, bakteri akan berada pada tempatnya masing-masing dan
diharapkan bakteri tidak mengelompok sehingga terbentuk koloni tunggal.
c. Metode sebar atau spread plate
Dilakukan dengan menyemprotkan suspensi keatas medium agar
kemudian menyebarkan secara merata dengan trigalski. Dengan ini
diharapkan bakteri terpisah secara individual, kemudian dapat tumbuh
menjadi koloni tunggal.
d. Slant culture
Ujung kawat yang membawakan mikroba digesekkan pada permukaan
agar-agar miring dalam tabung reaksi. Dapat dilakukan dengan cara
menggorekan secara zig-zag pada permukaan agar miring menggunakan
jarum ose yang bagian atasnya dilengkungkan. Cara ini juga dilakukan pada
agar tergak untuk meminimalisir pertumbuhan mikroba dalam keadaan
kekurangan oksigen.
e. Strab culture
Ujung kawat yang membawakan bakteri ditusukkan pada media padat
(agar-agar) dalam tabung reaksi, berbeda dengan slant culture permukaan
agar-agar ini tidak miring. Media agar setengah padat dalm tabung reaksi,
digunakan untuk menguji gerak bakteri secara makroskopis.
Memindahkan mikroba dari medium lama kedalam medium baru yang
baru ini diperlukan ketelitian dan pengsterilan alat-alat yang akan digunakan,
supaya dapat dihindari terjadinya kontaminasi mikroba. (Alam dkk, 2013)
Seleksi suatu kultur harus menggabungkan antara produktivitas
mikroorganisme dan faktor ekonomi lainnya. Secara umum pemilihan
mikroorganisme yang akan digunakan untuk proses produksi memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk beradaptasi dengan media fermentasi yang murah.
2. Temperatur optimum pertumbuhan mikroorganisme diatas 40°C.

45
3. Kemampuan untuk mengkonversi substrat (produktivitas) tinggi.
4. Memiliki kestabilan genetik
5. Kemampuan beradaptasi dengan reaktor dan tipe proses yang digunakan.
6. Kemudahan memisahkan produk (recovery) dari kultur.

V.II. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa dapat mempelajari proses isolasi mikroorganisme.

V.III. BAHAN-BAHAN/ALAT

1. Media agar pembiakan sayur basi


2. Gelas kimia
3. Aquadest
4. Tabung reaksi
5. Jarum ose
6. Bunsen
7. Aluminium foil
8. Kapas
9. Gelas ukur
10. Batang pengaduk

V.IV. Cara Kerja

1. Menyiapkan mikroba sayur basi yang telah dibiakan untuk diisolasi


2. Menyuspensi mikroba sayur basi dengan 2 kali pengenceran (suspensi 10−1
dan suspensi 10−2 )
3. suspensi 10−1 dilakukan dengan melarutkan mikroba sayur basi dalam 10 ml
air aquadest sedangkan suspensi 10−2 dilakukan dengan melarutkan mikroba
sayur basi dalam 1 ml air suspensi 1 + 9 ml air aquadest

46
4. Menggoreskan secara zigzag mikroba yang telah diencerkan pada permukaan
media agar steril dalam tabung reaksi menggunakan jarum ose.
5. Menutup tabung reaksi menggunakan kapas dan aluminium foil agar mikroba
yang tumbuh tidak terkontaminan
6. simpan dalam inkubator
7. Amati hasilnya setelah 1x24 jam

V.V. Data Percobaan dan Pengamatan

No Wadah Volume Keterangan


1. Gelas kimia 1 10 ml 10 ml + air
2. Gelas kimia 2 10ml 9 ml air + 1 ml pengenceran 1

Hasil pengamatan

Wadah Waktu (0 jam) Waktu (24 jam) Kesimpulan


Tabung reaksi 1 Berwarna kuning Warna tetap + Terdapat
bening bulatan putih kecil pertumbuhan
mikroba
Tabung reaksi 2 Berwarna kuning Warna tetap + Terdapat
bening bulatan putih kecil pertumbuhan
mikroba

V.VI. ANALISIS PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini, kami hanya melakukan praktikum isolasi


mikroorganisme. Isolasi mikroorganisme adalah kegiatan pemisahan suatu kultur
mikroorganisme dari campuran biakan beberapa jenis mikroorganisme yang ada
dialam. Isolasi dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, namun kali ini
kelompok kami menggunakan metode slant culture,yaitu menggoreskan mikroba
pada agar miring dengan membentuk pola zig-zag.

47
Sebelum melakukan praktikum, cuci peralatan yang akan digunakan
terlebih dahulu. Setelah dicuci semprot peralatan dengan etanol lalu dikeringkan
didalam oven selama kurang lebih 10 menit. Setelah peralatan disterilkan, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah pengenceran mikroba yang ada didalam
media agar (kami menggunakan mikroba dari hasil percobaan pembiakan
mikroorganisme sayur basi satu minggu yang lalu). Sebelum pengenceran, kami
sudah membuat media agar didalam 2 tabung reaksi yang nantinya akan
digunakan sebagai media untuk mikroba setelah pengenceran.

Pengenceran ke-1 (10−1 )

Menyiapkan air sebanyak 10 ml didalam gelas kimia kemudian


mengambil mikroba yang ada di dalam media agar menggunakan jarum ose.
Namun sebelum melakukan itu harus diperhatikan kesterilan dari jarum ose, bakar
ujung jarum ose agar mikroba yang ada dijarum mati. Kemudian tunggu hingga
jarum ose mulai mendingin lalu baru goreskan jarum ose pada permukaan media
agar yang telah ditumbuhi mikroba yang akan diisolasi. Memasukkan jarum ose
kedalam gelas kimia yang telah diisi 10 ml air, lalu diaduk hingga homogen
dengan batang pengaduk. Setelah itu, memasukkan jarum ose kedalam gelas
kimia kemudian digoreskan pada permukaan media agar yang steril dalam tabung
reaksi. Lalu, tabung reaksi tersebut di tutup menggunakan aluminium foil dan
kapas agar mencegah terjadinya kontaminasi mikroba yang telah diisolasi.
Kemudian, masukkan kedalam oven.

Pengenceran ke-2 (10−2 )

Menyiapkan air sebanyak 9 ml didalam gelas kimia,kemudian tambahkan


1 ml air dari pengenceran ke-1. Memanaskan ujung jarum ose di atas bunsen lalu
dinginkan sebentar. Kemudian memasukan jarum ose kedalam gelas kimia yang
berisi mikroba yang telah diencerkan (10−2 ). Lalu, digoreskan pada permukaan
media agar steril didalam tabung reaksi. Setelah itu tutup tabung reaksi
menggunakan kapas dan aluminium foil. Kemudian, masukkan kedalam oven.

48
V.VII. KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat kita simpulkan bahwa :

1. Isolasi slant culture dilakukan dengan cara menggoreskan mikroba pada


media agar secara zigzag menggunakan jarum ose.
2. pada praktikum kali ini dilakukan 2 kali pengenceran (suspensi) yaitu
suspensi 10−1 dan suspensi 10−2 .
3. setelah 1x24 jam, bisa didapatkan hasil praktikum yaitu terlihatnya mikroba
yang tumbuh di permukaan media agar yang telah digoreskan.
4. Dalam melakukan isolasi, alat dan media harus dalam keadaan bersih/steril
agar mikroba yang tumbuh tidak terkontaminasi.

V.VIII. DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet Penuntun Praktikum Mikrobiologi.2019.Politeknik Negeri Sriwijaya:

Palembang

49
Langkah Kerja

Memeriksa pertumbuhan
Memilih koloni mikroorganisme yang
mikroorganisme dalam caan petri
dikehendaki. Mengambil koloni tersebut
(hasil pembiakan pertama).
kemdian menyspensikan ke dalam 10 ml
air.

Tutup tabung reaksi dengan alumunium


foil kemudian simpan media dalam
inkubator dengan suhu 30,3˚C.
Menggesekkan suspensi
mikroorganisme pada permukaan agar
miring dengan menggunakan jarum
ose. Dihasilkan mikroorganisme 10-1.

50
Selanjutnya suspensi mikroorganisme Menggesekkan suspensi mikroorganisme
10-1 di ambil 1 ml kemudian kembali pada permukaan agar miring dengan
disuspensikan ke dalam 9 ml air steril. menggunakan jaum ose. Dihasilkan
mikroorganisme dengan konsentrasi 10-2.

Tutup tabung reaksi dengan alumunium foil kemudian simpan media dalam
inkubator dengan suhu 30,3˚C.

Gambar alat

Tabung Reaksi Bunsen

51
Jarum Ose Spatula

Rak Tabung Reaksi Aluminium Foil

Oven Tali Nylon

52

Anda mungkin juga menyukai