Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Besarnya Konsumsi Dari Sisi Faktor Ekonomi dimasa Pandemi ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ujian akhir
semester Ibu Rita Indah Mustikowati, S.E., M.M pada mata kuliah Teori Ekonomi Makro.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya konsumsi dari sisi faktor ekonomi di masa pandemi COVID-19 bagi
para pembaca dan juga penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB 1 – PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB 2 – PEMBAHASAN................................................................................. 3
BAB 3 – PENUTUP........................................................................................... 7
3.1............................................................................................. Kesimpulan 7
3.2........................................................................................................ Saran 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 8
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Konsumsi merupakan semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi tidak
termasuk konsumsi, karena barang dan jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Barang dan jasa dalam proses produksi ini digunakan untuk memproduksi
barang lain.Tindakan konsumsi dilakukan setiap hari oleh siapapun, tujuannya adalah untuk
memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dalam arti
terpenuhi berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun sekunder, barang
mewah maupun kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Faktor utama yang menentukan konsumsi seorang konsumen akan barang dan jasa adalah
tingkat pendapatan konsumen tersebut. Tingkat pendapatan berpengaruh positif, dalam arti
apabila pendapatan konsumen naik maka pengeluaran konsumsinya juga akan mengalami
kenaikan, begitu pula sebaliknya. Keadaan ekonomi yang sedang tidak stabil menjadi salah
satu aspek paling utama yang berdampak kepada konsumsi yang juga belakang ini tidak
stabil, karena kebutuhan yang banyak ditambah lagi adanya pandemi COVID-19. Padahal kita
mengetahui bahwa konsumsi sendiri adalah salah satu kegiatan manusia untuk mengurangi
atau menghabiskan nilai guna sebuah barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan.
Faktor tingkat konsumsi tidak hanya dari pendapatan konsumen, dari penjelasannya
menurut Modigliani dalam Teori Konsumsi beranggapan bahwa besarnya konsumsi, tidak
harus tergantung berdasarkan dari pendapatan. Karena pada dasarnya pendapatan itu sendiri
sangat bervariasi, yaitu ketika seseorang dapat tetap mengatur pendapatannya dari tabungan
ketika pendapatan sedang rendah, tinggi, maupun tidak ada pendapatan misal karena pensiun
yang telah dibayarkan dimuka, dan lain sebagainya. Teori konsumsi Modigliani ini disebut
sebagai Hipotesis Daur Hidup (Life Cycle Hypothesis). Teori ini menjelaskan bahwa besarnya
konsumsi tidak hanya bergantung pada besarnya pendapatan, namun juga berdasarkan jumlah
kekayaan yang dimiliki, dimana kekayaan ini dapat dihasilkan melalui tabungan, investasi,
penyisihan pendapatan, warisan, dan lain sebagainya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang mempengaruhi besarnya konsumsi dari sisi Pendapatan Rumah Tangga
(Household Income) di tengah pandemi covid 19?
2) Apa yang mempengaruhi besarnya konsumsi dari sisi Kekayaan Rumah Tangga
(Household Wealth) di tengah pandemi covid 19?
3) Apa yang mempengaruhi besarnya konsumsi dari sisi Tingkat Bunga (Interest Rate) di
tengah pandemi covid 19?
4) Bagaimana Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The
Future) di tengah pandemi covid 19?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui yang mempengaruhi besarnya konsumsi dari sisi Pendapatan Rumah
Tangga (Household Income) di tengah pandemi covid 19
2) Mengetahui yang mempengaruhi besarnya konsumsi dari sisi Kekayaan Rumah
Tangga (Household Wealth) di tengah pandemi covid 19
3) Mengetahui yang mempengaruhi besarnya konsumsi dari sisi Tingkat Bunga (Interest
Rate) di tengah pandemi covid 19
4) Mengetahui Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The
Future) di tengah pandemi covid 19
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Kekayaan rumah tangga adalah kekayaan yang riil (misalnya rumah, tanah dan mobil)
dan financial (seperti deposito berjangka, saham dan surat-surat berharga). Kekayaan-
kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan
disposibel. Di masa pandemi ini, kekayaan seperti deposito dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi karena asset keuangan ini termasuk yang mudah untuk
dicairkan sebagai dana darurat di masa darurat wabah virus ini. Dari sisi imbal hasil
biasanya tidak mudah naik turun dengan cepat. Hal ini juga harus diperhatikan mengenai
konsumsi ditengah pandemi Covid-19, menggunakan asset keuangan harus diatur dengan
bijak tanpa perlu panik ditengah wabah yang sedang terjadi.
Bagi mereka yang ingin mengkonsumsi dengan berhutang dahulu, misalnya dengan
meminjam dari bank atau menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin
mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi. Sama halnya dengan mereka
3
yang memiliki banyak uang. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan menyimpan uang
di bank terasa lebih menguntungkan ketimbang dihabiskan untuk konsumsi.
Jika tingkat bunga rendah, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Bagi keluarga kaya,
menyimpan uang di bank menyebabkan ongkos menunda konsumsi terasa lebih besar.
Sementara bagi keluarga yang kurang mampu, biaya meminjam yang menjadi lebih
rendah akan meningkatkan keberanian dan gairah konsumsi.
Tantangan krisis ketika pandemi adalah informasi tentang adanya krisis keuangan
yang datang dari sektor riil kemungkinan besar akan terlambat di dapatkan oleh otoritas
sektor keuangan. Hal ini terjadi karena informasi dari sektor riil lebih lama di kumpulkan
dan biasanya dilaporkan setiap tiga bulan sekali, tidak seperti data-data di pasar saham
yang bisa dilihat secara harian. Hal ini bisa menyebabkan keterlambatan penanganan dari
otoritas keuangan. Akibatnya pengawas sektor keuangan akan menghadapi situasi yang
lebih menantang dan ruang kebijakan penanganan krisis yang lebih terbatas. Hal ini
karena kedua krisis sebelumnya masih berada dalam koridor sektor keuangan sehingga
kebijakan untuk mengatasi krisis sepenuhnya berada di dalam kendali otoritas sektor
keuangan.
Kali ini otoritas sektor keuangan tidak memiliki kekuatan untuk menutup penyebab
krisis, yakni mengakhiri kelesuan di sektor riil karena Covid-19. Otoritas sektor keuangan
hanya bisa berharap kepada pemerintah beserta para ahli dan tenaga kesehatan untuk
segera memutus mata rantai penularan wabah agar sektor riil kembali bangkit.
Rekomendasi untuk otoritas sektor keuangan, BI dapat menurunkan tingkat suku bunga
acuan agar arus uang terjaga dan beban bunga menurun. Akan tetapi, BI jangan
kebablasan menurunkan suku bunga acuan karena apabila suku bunga acuan mendekati
atau berada di 0% maka BI tidak bisa lagi menurunkan bunganya dan menarik
masyarakat lebih banyak membelanjakan uangnya daripada menabung.
Walaupun beberapa bank sentral di Eropa dan Jepang mencoba membuat suku
bunganya negatif, banyak ekonom skeptis akan kesuksesan kebijakan tersebut sebab
melawan akal sehat. Apabila deposan dikenakan biaya atas simpanannya dan peminjam
diberikan uang atas pinjamannya maka menyebabkan penarikan uang besar-besaran di
bank. Benar saja, kebijakan suku bunga negatif hanyalah sebatas membuat bank
membayar simpanannya kepada bank sentral dan bank tidak benar-benar menerapkannya
kepada nasabahnya.
4
2.4 Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik mereka akan merasa
leluasa untuk berkonsumsi. Karena itu pengeluaran konsumsi cenderung meningkat.
Tetapi sebaliknya, jika perkiraan kondisi masa depan buruk, mereka ancang-ancang
untuk menekan pengeluaran konsumsi. Adapun faktor yang mempengaruhi masa depan
yaitu :
6
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasa diatas, dapat ditarik kesipulan bahwa ada 4 faktor yang
mempengaruhi besarnya konsumsi, yaitu Pendapatan Rumah Tangga(Household
Income), Kekayaan rumah tangga (Household Wealth), Tingkat bunga (Interest Rate),
Perkiraan tentang masa depan (household expectation about the future).
Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena
adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga
surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Besar
konsumsi selama masa pandemi berada pada pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan
pokok melalui online shopping. Namun, masa pandemi ini membawa kesulitan bagi
mereka yang menerima gaji dalam hitungan harian.
3. 2 Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Ciputra, UC, Surabaya. 13 Juli 2015. Pengertian Konsumsi Menurut Para Ahli.
ciputrauceo.net. (Online), (http://ciputrauceo.net/blog/2015/7/13/pengertian-
konsumsi-menurut-para-ahli-ekonomi-makro)
Susanti, Ani. 18 Desember 2017. Makalah Ekonomi Makro Tentang Konsumsi Rumah
Tangga Dan Pendapatan Nasional. Blogspot. (Online),
(https://anisusanti1982.blogspot.com/2017/12/makalah-ekonomi-makro-tentang-
konsumsi.html)
Yanna Fauzi, Yuli. 7 Maret 2020. Sisihkan Dana Darurat di Tengah Wabah Corona.
(Online), (https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20200306213146-83-
481305/sisihkan-dana-darurat-di-tengah-wabah-corona)
Suryahadi, Akhmad. 12 April 2020. Ini Perubahan Perilaku Konsumen Indonesia Saat
Pandemi Corona. (Online), ( https://amp.kontan.co.id/news/ini-perubahan-perilaku-
konsumen-indonesia-saat- pandemi-corona)