PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sepanjang sejarahnya, di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga
ada kesan di masyarakat bahwa “ganti menteri, ganti kurikulum”. Perubahan kurikulum pada
dasarnya memang dibutuhkan manakala kurikulum yang berlaku (current curriculum)
dipandang sudah tidak efektif dan tidak relevan lagi dengan tuntutan dan perkembangan
jaman dan setiap perubahan akan mengandung resiko dan konsekuensi tertentu.
Perubahan kurikulum yang berskala nasional memang kerapkali mengundang
sejumlah pertanyaan dan perdebatan, mengingat dampaknya yang sangat luas serta
mengandung resiko yang sangat besar, apalagi kalau perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba
dan dalam waktu yang singkat serta tanpa dasar yang jelas.
Oleh karena itu, dalam rangka menemukan model kurikulum yang sesuai di sekolah,
seyogyanya di sekolah dibentuk tim pengembang kurikulum tingkat sekolah yang bertugas
untuk memanage kurikulum di sekolah. Memang saat ini, di sekolah-sekolah sudah ditunjuk
petugas khusus yang menangani kurikulum (biasanya dipegang oleh wakasek kurikulum).
Namun pada umumnya mereka cenderung disibukkan dengan tugas -tugas yang hanya
bersifat rutin dan teknis saja, seperti membuat jadwal pelajaran, melaksanakan ulangan umum
atau kegiatan yang bersifat rutin lainnya. Usaha untuk mendesain, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi serta mengembangan kurikulum yang lebih inovatif tampaknya kurang begitu
diperhatikan.
Dari pernyataan tersebut di atas, maka kelompok kami mengambil judul “MODEL
DAN ORGANISASI PENGEMBANGAN KURIKULUM”.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana perbandingan model-model kurikulum?
3. Apa yang dimaksud dengan organisasi kurikulum?
4. Bagaimana peranan guru dalam pengembangan kurikulum?
5. Apa saja jenis model dan organisasi kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia?
Tujuan Penulisan
ii
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model pengembangan
kurikulum.
2. Untuk mengetahui perbandingan model-model kurikulum.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi kurikulum.
4. Untuk mengetahui peranan guru dalam pengembangan kurikulum.
5. Untuk mengetahui jenis model dan organisasi kurikulum apa saja yang pernah
diterapkan di Indonesia.
Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I .........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................................1
Latar Belakang ...........................................................................................................................1
Rumusan Masalah ......................................................................................................................1
Tujuan Penulisan.........................................................................................................................1
Sistematika Penulisan ...............................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................2
2.1 Model Pengembangan Kurikulum .......................................................................................3
2.2 Membandingkan Model-Model Kurikulum .........................................................................8
2.3 Organisasi Kurikulum ..........................................................................................................9
2.4 Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum ..............................................................17
Jenis Model dan Organisasi Kurikulum yang Pernah Diterapkan di Indonesia ......................19
BAB III.....................................................................................................................................23
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................23
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................23
Saran ........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................25
27
BAB II
PEMBAHASAN
ii
2.1 Model Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai faktor maupun aspek,
seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya dan sosial), proses
pengembangan, kebutuhan peserta didik, lingkup (scope) dan urutan (sequence) bahan
pelajaran, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Pengemabangan
kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing),
menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan basis apa yang akan
dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang ditekankan pada kebutuhan mata
pelajaran, peserta didik, penguasa kompetensi suatu mata pekerjaan, kebutuhan masyarakat
atau permasalahan sosial. Ada beberapa model pengembangan kurikulum yang akan
dikemukakan dalam bahasan ini diantaranya:
Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan
pendidikan menurut Tyler yaitu : 1) kebutuhan peserta didik sebagai individu, 2)
masyarakat dan 3) berpusat pada bahan pelajaran (subject matter).selanjutnya dlam
penentuan tujuan khusus maka filosofi pendidikan dan psikologi belajar merupakan
landasan yag dijadikan dasar dalam penentuan tujuan khusus. Ada lima faktor yang
dijadikan arah dalam penentuan tujuan pendidikan, diantaranya: pengembangan
kemampuan berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap
masyarakat, pengembangan minat peserta didik, dan pegembangan sikap sosial.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran
adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Dalam proses
pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan atau
sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan
keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Proses pembelajaran merupakan
salah satu sub komponen yang harus difasilitasi dan dibimbing oleh guru. Penentuan
ii
kegiatan belajar dikembangkan berdasarkan pada tujuan yang lebih umum ke khusus
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Bahan yang dipelajari peserta didik diorganisasi pada unit-unit yang dapat
menggambarkan suatu urutan pengalaman serta dapat memudahkan dalam
implementasi dan memberikan gambaran terhadap evaluasi pembelajaran.
Mengorganisasi pengalaman belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya adalah dengan pengembangan bentuk vertikal dan horizontal serta
kesinambungan.
b. Model Administratif
Pengembangan kurikulum ini sering disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah
(Top down) atau lini staf (Line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum ini
dimulai dengan langkah pertama dari para pejabat tinggi atas membuat keputusan dan
kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum, tim ini sekaligus sebagai tim
pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langah kedua adalah membentuk suau panitia
pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa
anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh
masyarakat, tim pelaksana pendidikan dan pihak dunia kerja.
Selanjutnya kurikulum yang sudah selesai disusun kemudian diajukan untuk diperiksa
dan diperbaiki oleh tim pengarah. Setelah mendapat perbaikan atau penyempurnaan,
ii
maka kurikulum tersebut perlu diujicobakan secara nyata di beberapa sekolah yang
dianggap representatif.
Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini harus diawali dari gagasan guru-guru
sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Bahkan pihak porofesional, orang tua siswa, dan
unsur mayarakat dapat terlibat dalam pengembangan model kurikulum ini. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots,
diantaranya 1) guru harus memiliki kemampuan yang professional, 2) guru harus terlibat
penuh dalam perbaikan kurikulum, 3) guru harus terlibat langsung dalam perumusan
tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi, 4) seringnya pertemuan kelompok dalam
pembahasan kurikulum akan berdampak pada pemahaman guru dan akan menghasilkan
consensus tujuan, prinsip maupun rencana-rencana.
d. Model Demonstrasi
Menurut Smith, Stanley, dan Shroes, ada dua bentuk model pengembangan ini.
Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau dari beberapa sekolah yang diorganisasi
atau ditunjuk untuk melaksanakan suatu ujicoba atau eksperimen suatu kurikulum. Kedua,
dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada,
kemudian guru-guru tersebut mengadakan eksperimen, ujicoba dan mengadakan
pengembangan secara mandiri.
ii
pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator,
akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan komplek, 3) hakekat
model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan
pelaksanaan di lapangan, 40 model ini akan menggerakan sumber-sumber administrasi
untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
e. Model Miller-Seller
2. Pengembangan Tujuan
Tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan pandangan orang (Image
person) dan pandangan (Image) kemasyarakatan.
c. Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh,
sudah dilatih, dan mendukung model.
ii
4. Implementasi
Menurut Taba bahwa guru harus aktif penuh dalam pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai inovator
dalam pengembang kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan
Taba’s. dalam pengembangannya lebih bersifat induktif dan berbeda dengan model
tradisional. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Mendiagnosis kebutuhan
c. Memilih isi
d. Mengorganisasi isi
g. Mengevaluasi
Pegujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat
menghimpundata bagi penyempurnaan.
ii
Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada data yang dihimpun
sebelumnya. Selain perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu
penarikan kesimpulan hal-hal yang bersifat umum tentang konsistensi teori yang
digunakan langkah ini dilakukan secara berama-sama dengan koordinator kurikulum
maupun ahli kurikulum. Produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit
yang telah teruji di lapangan.
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang
lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli hukum.
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan
sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang
dihadapi guru-guru dilapangan.
ii
- Bentuk organisasi lebih - Bentuk perencanaan secara terperinci,
bersifat seragam untuk fleksibel yang diorientasikan pada
semua siswa. pembentukan integritas.
- Menggunakan pendekatan kontruktivis.
ii
lama semakin mendalam yang dikembangkan berdasarkan keluasan secara vertikal
maupun horizontal.
4. Keseimbangan
Keseimbangan bahan pelajaran perlu dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum.
Semakin dinamis perubahan dan perkembangan dalam ilmu pengetahuan, sosial budaya
maupun ekonomi akan berpengaruh terhadap dimensi kurikulum. Ada dua aspek yang
haru selalu diperhatikan dalam keseimbangan pada organisasi kurikulum : 1)
keseimbangan terhadap substansi bahan atau isi kurikulum; 2) keseimbangan yang
berkaitan dengan cara atau proses belajar. Keseimbangan substansi isi kurikulum harus
dilihat secara komprehensif untuk kepentingan siswa sebagai individu, tuntutan
masyarakat maupun kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Aspek
estetika, intelektual, dan moral, sosial-emosional, personal, religius, seni-apresiasi dan
kinestetik, semuanya harus terakomodasi dalam isi kurikulum.
5. Keterpaduan (integrated)
Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kurikulum harus menjadi bahan pertimbangan
dalam organisasi kurikulum. Bahn pelajaran yang dipelajari siswa perlu dikemas dan
diklasifikasi dalam bentuk desain kurikulum.
Secara umum ada 3 bentuk organisasi kurikulum, antara lain sebagai berikut :
a. Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran (Subject Curriculum)
Subject Curriculum berarti kurikulum yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran atau
disebut juga subject-centered curriculum yang artinya kurikulum yang berpusat pada mata
pelajaran. Adapun jenis-jenis kurikulum ini adalah sebagai berikut :
1. Mata Pelajaran Terpisah (Separated Subject Curriculum)
Bentuk kurikulum memiliki karakteristik yang sangat sederhana dan mudah
dilaksanakan. Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum)
bertujuan agar generasi muda mengenal hasil-hasil kebudayaan dan pengetahuan umat
manusia yang telah dikumpulkan secara berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan
menemukan kembali dengan apa yang telah diperoleh dari generasi terdahulu (S.
Nasution, 1986).
Secara fungsional, bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan dan kelebihan,
kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum), yaitu:
a. Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah, yang
menggambarkan tidak ada hubungannya antara materi satu dengan yang lainnya.
b. Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak
bersifat aktual.
ii
c. Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru sedangkan siswa
cenderung pasif.
d. Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial
yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
e. Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari
masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan datang.
f. Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat,
minat dan kebutuhan siswa.
Sedangkan kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject
curriculum), yaitu :
a. Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana
dan mudah dipelajari.
b. Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan
budaya terdahulu.
c. Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
d. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain
bahkan mudah untuk diperluias dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan
waktu yang ada.
e. Kurikulum ini mudah dinilai
f. Kurikulum ini lebih memudahkan guru
Bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan diperoleh siswa dari
buku pelajaran. Siswa akan lebih banyak menghafal dalam mempelajari pengetahuan yang
sifatnya terlepas-lepas, sehingga kemampuan siswa kurang berkembang dan cenderung
kurang mengoptimalkan potensi siswa sebagai individu.
ii
b. Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang aktual yang
langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.
c. Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan
siswa.
d. Apabila prinsip penggabungan belum dipahami kemungkinan bahan
pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.
Sedangkan kelebihan pola mata pelajaran gabungan (correlated curriculum) adalah :
a. Bahan bersifat korelasi walau sebatas beberapa mata
pelajaran.
b. Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu
bidang studi.
c. Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran
yang sejenis.
Dalam korelasi kurikulum masih memungkinkan guru akan lebih banyak memberikan
substansi prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga guru dapat menyampaikan materi atau
membimbing siswa untuk mempelajari bahan pelajaran secara utuh (dalam lingkup broad
fileld) dan dapat meningkatkan daya tarik siswa terhadap pelajaran tersebut.
ii
a. Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan
cara memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dalam menyelesaikan
suatu topik atau permasalahan.
b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan
bakat, minat dan potensi yang dimilikinya secara individu.
c. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan
permasalahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan belajar secara
bekerjasama (cooperative).
d. Mempraktekkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran.
e. Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara maksimal.
f. Memberikan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pada
pengalaman langsung.
g. Dapat membantu meningkatkan hubungan antar sekolah dengan
masyarakat.
h. Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam pola
kurikulum yang lain.
Sedangkan kekurangan dalam kurikulum ini, antara lain :
a. Kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga
memerlukan kesiapan dan kemampuan guru secara khusus dalam pengembangan
kurikulum seperti ini.
b. Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sistematis.
c. Bahan pelajaran tidak bersifat sederhana.
d. Dapat memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan
berbeda secara mencolok.
e. Kemungkinan akan memerlukan biaya, waktu dan tenaga
yang banyak, oleh karena itu perlu adanya pengorganisasian yang lebih optimal
sehingga dapat mengurangi kekurangan-kekurangan tersebut.
Secara ideal hasilnya dalam kurikulum ini dapat memberikan kemampuan siswa yang
terintegritas yang menggambarkan manusia yang harmonis sesuai dengan kebutuhan
masyarakat maupun sesuai dengan tuntutan potensi siswa. Kemampuan dalam
memecahkan masalah secara ilmiah merupakan bagian dari karakteristik pembelajaran
dalam kurikulum ini.
ii
Kurikulum inti merupakan bagian dari kurikulum terpadu (integrated curriculum).
Beberapa karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah : 1) kurikulum ini
direncanakan secara berkelanjutan (continue) selalu berkaitan dan direncanakan secara
terus menerus; 2) isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari
pengalaman yang saling berkaitan; 3) isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah
maupun problema yang dihadapi secara aktual; 4) isi kurikulum cenderung mengambil
atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi maupun sosial; 5) isi kurikulum ini lebih
difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum
tetapi subtansinya bersifat problema, pribadi, sosial, dan pengalaman yang terpadu.
Topik-topik yang dapat diangkat dalam kurikulum ini selalu berkaitan dengan
beberapa disiplin ilmu dan lingkungan, misalnya topik-topik sebagai berikut :
a. Penanggulangan penyebaran virus flu burung (Avian Influenza/AI).
b. Hakikat demokrasi dalam berbangsa dan bernegara.
c. Penanggulangan limbah bagi kehidupan manusia.
d. Pentingnya pelestarian sumber alam bagi kehidupan manusia.
e. Memahami fungsi atom untuk perdamaian dunia.
f. Kesiapan untuk berumah tangga.
g. Hakikat pornografi dan pornoaksi.
h. Membentuk kemampuan berkomunikasi yang efektif.
i. Kajian terhadap pola industri dan jasa dalam pertumbuhan ekonomi.
Masih banyak topik lain dalam kurikulum ini yang dapat dibahas dan diangkat sebagai
topik problema dalam pembelajaran, tetapi dalam implementasinya tidak lepas dari
prinsip-prinsip maupun karakteristik yang telah dikemukakan di atas.
ii
pengembangan kecakapan hidup seharusnya tidak berdiri sendiri melainkan terintegritas
dengan disiplin ilmu atau mata pelajaran yang lain. Supaya tidak dangkal, maka substansi
pengembangan kecakapan hidup harus terpadu dengan beberapa mata pelajaran yang sesuai
dengan struktur kurikulum di sekolah tersebut, jadi bukan sekedar pendidikan keterampilan
atau vokasional dasar yang terpiah-pisah. Kalsifikasi kecakapan hidup (Depdiknas, 2005)
dapat dilihat dari bagan sebagai berikut :
Kesadaran sebagai
makhluk Tuhan,
Kesadar
an Diri Kesadaran akan
Kecakapan potensi diri dan
Hidup
Kecakapan untuk
menggali informasi
Kecakap Kecakapan mengolah
an informasi dan
Berpikir mengambil
Rasional keputusan
Kecakapan
memecahkan
masalah secara arif
Kecakapan dan kreatif.
Hidup Kecakapan
Generik mendengarkan
Kecakapan
Akademik Kecakapan
Kecakap Kecakapan
an Hidup merancang dan
ii
Dalam kehidupan nyata bahwa kecakapan-kecakapan tersebut harus saling
melengkapi, sehingga menjadi terpadu sebagai kompetensi dan performance individu yang
melibatkan aspek fisik, mental, sosial-emosional, dan intelektual.
ii
2.4 Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara
yang bersifat sentralisasi. desentralisasi. dan sentral-desentral. Dalam pengembangan
kurikulum yang besifat sentralisasi, kurikulum disusun oleh suatu tim khusus di tingkat pusat.
Kurikulum bersifat uniform untuk seluruh negara, daerah, atau jenjang/jenis sekolah. Tujuan
utama pengembangan kurikulum yang uniform ini adalah untuk menciptakan persatuan dan
kesatuan bangsa, serta memberikan standar penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah.
Model pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi mempunyai beberapa kelebihan
dan kelemahan. Kelebihannya adalah selain mendukung terciptanya persatuan dan kesatuan
bangsa, dan tercapainya standar minimal penguasaan/perkembangan anak, juga model ini
mudah dikelola, dimonitor, dan dievaluasi, serta lebih hemat dilihat dari segi biaya, waktu,
dan fasilitas. Sedangkan kelemahannya antara lain :
1. Menyeragamkan kondisi yang berbeda-beda keadaan dan tahap perkembangan
intelek, alam dan sosial budayanya, sukar sekali. Penyeragaman dapat menghambat
kreativitas, dapat memperlambat kemajuan sekolah yang sudah mapan, dan menyeret
perkembangan sekolah yang masih terbelakang.
2. Ketidakadilan dalam menilai hasil. Dalam kurikulum yang seragam, penilaian
sering dilakukan secara seragam pula. Yang dimaksudkan dengan seragam dalam
penilaian yaitu kesamaan di dalam segi yang dinilai, prosedur dan alat penilaian serta
standar penilaian.
3. Penggunaan standar yang sama untuk semua sekolah di seluruh wilayah akan
memberikan gambaran hasil yang beragam dan menunjukkan adanya perbedaan yang
sangat ekstrem.
Terlepas dari pro dan kontra, kelebihan dan kekurangannya kita akan mencoba melihat
peranan guru di dalamnya. Peranan guru baik dalam model sentralisasi mupun desentralisasi
dapat dilihat dalam tiga tahap, yaitu tahap perancangan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengembangan kurikulum pada tahap perancangan berkenaan dengan seluruh kegiatan
menghasilkan dokumen kurikulum atau kurikulum tertulis. Pelaksanaan kurikulum atau
disebut juga implementasi kurikulum, meliputi kegiatan menerapkan semua rancangan yang
tercantum dalam kurikulum tertulis. Evaluasi kurikulum merupakan kegiatan menilai
pelaksanaan dan hasil-hasil penggunaan suatu kurikulum.
1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang besifat sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dalam
perancangan, evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam
ii
kurikulum mikro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu
tahun, satu semester, satu catur wulan, beberap minggu atau pun beberapa hari saja.
Menjadi tugas gurulah menyusun dan merumukan tujuan yang tepat, memilih dan
menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan
anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi, serta menyusun program dan alat
evaluasi yang tepat.
Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan,
kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu memilih dan menciptakan
situasi-situasi belajar yang menggairahkan siswa, mampu memilih dan melaksanakan metode
mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, bahan pelajaran, dan banyak mengaktifkan
siswa.
Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang
akan dicapai dengan pengajarannya. Ia juga hendaknya melakukan upaya untuk
membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif, memberikan
pengarahan dan bimbingan. Guru memberikan tugas-tugas individual atau kelompok yang
akan memperkaya dan memperdalam penguasaan siswa. dalam kondisi ideal, guru juga
berperan sebagai pembimbing, berusaha memahami secara seksama potensi dan kelemahan
siswa, serta membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.
2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang besifat
desentralisasi
Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah maupun kelompok sekolah tertentu
dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau
lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan atas
karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah atau sekolah-
sekolah tersebut.
Bentuk kurikulum seperti ini mempunyai kelemahan dan kelebihan, kelebihan-
kelebihannya antara lain :
1. Kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan pekembangan masyarakat setempat.
2. Kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan
profesional, finansial, maupun manajerial.
3. Disusun oleh guru-guru sendiri, dengan demikian sangat memudahkan dalam
pelaksanaannya.
4. Ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru) untuk mengembangkan
diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan
terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
ii
Adapun kelemahannya adalah sebagai berikut :
1. Tidak adanya keseragaman.
2. Tidak adanya standar penilaian yang sama.
3. Adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah/wilayah lain.
4. Sukar untuk mengadakan pengelolaan dan penilaian secara nasional.
5. Belum semua sekolah/daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sendiri.
Dalam kurikulum yang dikelola secara desentralisasi dan sampai batas-batas tertentu
juga yang sentralisasi-desen-sentralisasi, peranan guru dalam pengembangan kurikulum lebih
besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi,
bukan hanya dalam penjabaran kurikulum induk ke dalam program tahunan/semester/catur
wulan, atau satuan pelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh di
sekolahnya.
Karena guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka akan
memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelksanaan
kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagai
pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang, dan juga pelaksana dan
evaluator kurikulum.
ii
Berikut perjalanan sejarah pengembangan kukulum di negara kita :
1. Kurun waktu 1945 sampai 1968
a. Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran. lebih popular ketimbang
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan
Rencana Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:
1. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
2. Garis-garis besar pengajaran.
Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah : pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap
kesenian dan pendidikan jasmani.
b. Rencana pelajaran terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. "Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu
mata pelajaran," (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995). Di penghujung era
Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.
Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Panca
wardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
ii
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang
tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
b. KURIKULUM 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien.
Menurut Drs Mudjito; Ak; Msi (Direktur Pemb. TK dan SD Depdiknas).
yang melatar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,"
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan
instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik.
Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
c. KURIKULUM 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R.
Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.
Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan
gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran
penolakan CBSA bermunculan.
d. KURIKULUM 1994 dan SUPLEMEN KURIKULUM 1999
Kurikulum 1994 merukan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama kur 19975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan
proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban
belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi
muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa
ii
daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-
kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan
rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi
perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
ii
menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu jiwanya
desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun
menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan
pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Pertanyaan yang timbul : ”Apakah sistem pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah sekarang, sudah menerapkan suatu proses pembelajaran dan
penilaian yang berorientasi pada kompetensi?”.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah :
1. Ada beberapa model pengembangan kurikulum, yaitu :
a. Model Ralph Tyler
b. Model Administratif
d. Model Demonstrasi
e. Model Miller-Seller
2. Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan
disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam
pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak
dicapai.
3. Secara umum ada 3 bentuk organisasi kurikulum, antara lain
1. Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran (Subject Curriculum)
2. Social Functions dan Persistent Situations
3. Experience atau Activity Curriculum
ii
4. Pengembangan kurikulum ada yang bersifat sentralisasi dan desentralisasi,
peranan guru dalam pengembangan kurikulum bersifat sentralisasi adalah guru tidak
mempunyai peranan dalam perancangan, evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka
lebih berperan dalam kurikulum mikro. Sedangkan perana guru dalam pengembangan
kurikulum yang bersifat desentralisasi adalah guru bukan hanya berperan sebagi
pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang, dan juga pelaksan dan
evaluator kurikulum.
5. Jenis kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. KurikulumBelanda leer plan
b. KURIKULUM 1968
c. KURIKULUM 1975
d. KURIKULUM 1984
e. KURIKULUM 1994 dan SUPLEMEN KURIKULUM 1999
f. KURIKULUM 2004
g. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Saran
Sebagai calon pendidik, kita harus bisa menyikapi perubahan dan perkembangan
kurikulum di Indonesia dengan baik. Selain itu, sebagai calon pendidik pun kita harus
senantiasa kreatif, sehingga nantinya kita bisa mengembangkan kurikulum di Indonesia yang
nantinya akan menghasilkan efektivitas dan efisiensi pendidikan di Indonesia.
Dari sisi pemerintah, sebaiknya pemerintah jangan terlalu sering mengubah-ubah
kurikulum, karena hal tersebut bisa saja membingungkan siswa bahkan guru. Dan pemerintah
pun harus memperhatikan serta mempertimbangkan kemampuan pendidikan di Indonesia
yang cenderung berbeda-beda. Dengan begitu, kualitas pendidikan di Indonesia akan
bertambah baik dan berkualitas tinggi.
ii
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen MKDP FIP UPI. Kurikulum dan Pembelajaran. 2006. Bandung : Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Sukmadinata, Nana S. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. 2002. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
www.gamalielschool.com
www.google.co.id
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...ii
BAB I .........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................................1
Latar Belakang ...........................................................................................................................1
Rumusan Masalah ......................................................................................................................1
Tujuan Penulisan.........................................................................................................................1
Sistematika Penulisan ...............................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................2
2.1 Model Pengembangan Kurikulum .......................................................................................3
2.2 Membandingkan Model-Model Kurikulum .........................................................................8
2.3 Organisasi Kurikulum ..........................................................................................................9
2.4 Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum ..............................................................17
Jenis Model dan Organisasi Kurikulum yang Pernah Diterapkan di Indonesia ......................19
BAB III.....................................................................................................................................23
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................23
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................23
Saran ........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................25
27
ii
ii