Anda di halaman 1dari 5

A.

PENDAPAT ULAMA SYIAH TERKAIT PERINCIAN RUKUN ISLAM

‫ بُنِ َي‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم يَقُوْ ُل‬ َ ِ‫ْت َرسُوْ َل هللا‬ ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ض َي هللاِ َع ْنهُ َما قَا َل‬
ِ ‫ب َر‬ ِ ‫ع َْن أَبِ ْي َع ْب ِد الَّرحْ َم ِن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن ُع َم َر ب ِْن ْال َخطَّا‬
. َ‫ضان‬ َ ‫صوْ ِم َر َم‬َ ‫ َو‬,‫ت‬ ِ ‫ َو َح ِّج ْالبَ ْي‬,‫صالَ ِة َوإِ ْيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬
َّ ‫ َشهَا َد ِة أَ ْن الَإِلَهَ إِالَّ هللاُ َو أَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللاِ َوإِقَ ِام ال‬: ‫س‬
ٍ ‫اإل ْسالَ ُم َعلَى خَ ْم‬
)‫(رواه البخاري و مسلم‬

Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhuma berkata : Aku


pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: “Islam dibangun
atas lima pekara. (1) Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul
Allah, (2) mendirikan shalat, (3) mengeluarkan zakat, (4) melaksanakan ibadah haji, dan (5)
berpuasa Ramadhan”. [HR Bukhari dan Muslim].

Maksud hadis di atas bahwasannya Islam dibangun di atas lima hal dan lima hal
tersebut seperti tiang-tiang bangunannya. Hadis di atas diriwayatkan Muhammad bin
Nashr al-Marwazi dalam kitab Ta’zhim Qadrish Shalah (no. 413, sanadnya shahih
menurut syarat Muslim) dengan lafazh:

Maksud hadis tersebut adalah penyempurnaan Islam dengan bangunan dan tiang-tiang
bangunan tersebut adalah kelima hal tersebut. Jadi, bangunan tidak kuat tanpa tiang-
tiangnya dan ajaran-ajaran Islam lainnya adalah penyempurna bangunan di mana jika
salah satu dari ajaran-ajaran tersebut hilang dari bangunan Islam, maka bangunan
brkurang namun tetap bisa bediri dan tidak ambruk dengan berkurangnya salah satu
dari penyempurnanya.
Dalam hadis ini, Rasulullah SAW mengilustrasikan (menggambarkan) Islam dengan
sebuah bangunan yang tertata rapi. Tekad di atas pondasi-pondasi yang kokoh.
Pondasi-pondasi tersebut adalah
1. Dua kalimat syahadat
2. Menegakan shalat
3. Menunaikan zakat
4. Haji
5. Puasa ramadhan1
1
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Arba’in An-Nawawi, (Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2018), cet. 5, hal.
71
B. PENDAPAT ULAMA SYIAH TERKAIT PERINCIAN RUKUN IMAN

Dikatakan bahwa Syiah memiliki Rukun Iman dan Rukun Islam yang berbeda dengan
yang diper cayai Ahlus Sunnah. Kenyataannya, rumusan Rukun Iman dan Rukun Islam
adalah konsensus atau kon vensi, sementara sesungguhnya banyak dasar yang
menunjukkan bahwa Rukun Islam dan Rukun Iman bisa di defi nisikan dan ditetapkan
sebagai memiliki jumlah dan kandungan yang berbeda. Di bawah ini sebagian buktinya,
sesuai dengan hadis-hadis sahih di kalangan Ah lus Sunnah.
Hadis sahih riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahîh-nya, 1/30
Bab Al-Imân Ma Huwa wa Bayâni Khishalihi:
Hadis Bukhari:

Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Pada suatu hari, Nabi Saw. muncul di hadapan
orangorang. Kemudian Jibril mendatanginya dan berkata, ‘Apakah iman itu?’ Beliau
menjawab, ‘Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, percaya
kepada pertemuan dengan-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, dan eng kau percaya kepada
yang gaib.”

Hadis Muslim:

Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Pada suatu hari, Nabi Saw. muncul di hadapan
orangorang. Kemudian Jibril mendatanginya dan berkata, ‘Apakah iman itu?’ Beliau
menjawab, ‘Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, percaya
kepada pertemuan dengan-Nya, kepada rasul-rasul-Nya.’”

Hadis di atas menyebutkan bahwa Rukun Iman itu hanya mencakup beriman:
1. Kepada Allah,
2. Kepada para malaikat,
3. Kepada kitab-Nya,
4. Kepada perjumpaan dengan-Nya,
5. Kepada para Rasul,
6. Kepada Hari Kebangkitan.

Tidak ada sebutan apa pun tentang kewajiban percaya kepada qadha’ dan qadar.2

C. MENGAPA SYIAH MENAMBAHKAN ALI DAN IMAM MAKSUM SEBAGAI


LAFADZ SYAHADAT

ARGUMENTASI DAN LAFADZ SYAHADAT SYIAH SERTA KOMENTAR


ULAMANYA

sesuai dengan ijma’ seluruh Muslim dari maz hab mana pun. Syiah tidak mengakui adanya
tambahan lain atas teks syahadat sebagaimana ijma’ muslimin di atas. Tambahan teks “wa
‘Aliyyan waliyullah” sama se kali tidak ditemukan dalam buku-buku rujukan Syiah. Bahkan,
penambahan teks tersebut, sebagaimana yang dituduhkan kepada Syiah dalam Azan, adalah
bid‘ah menurut jumhur ulama Syiah.
Sebagian awam yang menambahkan kalimat sebagaimana yang dituduhkan di atas
tidaklah dapat dijadikan sebagai dasar, karena perilaku awam bukanlah sumber hukum
ataupun otoritas yang dapat dipegang dalam menilai mazhab mana pun.
Di dalam Kitab Wasail Al-Syiah bab 19 tentang azan dan iqamah disebutkan larangan
untuk menambah teks “wa ‘Aliyyan waliyullah” dalam azan. Bahkan, hal ini dianggap
sebagai sesuatu yang dimasuk- kan dengan tidak sahih dalam kitab-kitab Syiah. Hal yang
sama disebutkan dalam semua referensi Syiah lain. Ka laupun dibenarkan, hukum tambahan
“wa ‘Aliyyan wa liyullah” dalam azan adalah sama dengan hukum pen dengar azan
bershalawat ketika mendengar kata Muhammad disebutkan dalam syahadat (lihat
Tahrir Al Wasilah Bab Azan dan Iqamah).3

2
TIM Ahlul Bait Indonesia (ABI), Buku Putih Madzhab Syiah, (Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Ahlul Bait
Indonesia, 2012), cet. 4, Hal. 45-48
3
TIM Ahlul Bait Indonesia (ABI), Buku Putih Madzhab Syiah, (Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Ahlul Bait
Indonesia, 2012), cet. 4, Hal. 50-51
D. PENDAPAT ULAMA SYIAH TENTANG KITAB AL-KAFI KARYA AL-
KULAINI

E. RIWAYAT-RIWAYAT SYIAH TERKAIT AL-QUR’AN

Menurut seorang ulama syiah Al-Mufid dalam kitab Awail al-maqalat, menyatakan
bahwa al-Qur’an yang ada saat ini tidak orisinil. Alqur’an sekarang sudah mengalami
distorsi, penambahan dan pengurangan (al-Mufid, Awail al-Maqalat, hal. 80-81).
Tokoh syiah lain mengatakan dalam kitab Mir’atun ‘Uqul Syarh al-Kafi, menyatakan
bahwa al-Qur’an telah mengalami penambahan dan pengurangan (Baqir al-Majlisi,
Mir’atul ‘Uqul Syarh al-Kafi lil Kulaini, Vol. 12/525).4

Dan diantara tokoh syi’ah Imamiyah yang berkata demikian adalah : Ali bin
Ibrahim Al-Qumi, Nikmatullah Al-Jazairy, Al-Faidh Al-Kasyani, Ahmad At-
Thabarsi, Muhammad Baqir Al-Majlisi, Muhammad bin An-Nu’man yang berjuluk
al-Mufid, Abu al-Hasan al-Amini Adnan al-Bahrani, Yusuf Al-Bahrani, Nuri At-
Thabarsi, Habibullah al-Khu’ie, Muhammad Al-ayyasyi, Muhammad Ya’kub Al-
Kulaini dan sebagainya5

Kaum syiah meyakini bahwa mushaf al-Qur’an yang ada sekarang ini sudah
mengalami banyak perubahan dan sudah tidak asli lagi. Menurut paham syiah jumlah
ayat al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT pada Nami Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril adalah 17.000 ayat bukan 6666 ayat. Hal ini berdasarkan
keterangan yang termaktub dalam kitab syiah yakni al-Kafi Juz 2 halaman 634:

RIWAYAT

4
Lihat Buku Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia, oleh Majelis Ulama Indonesia
(Penerbit : Formas, 2014), hal. 45
5
Abdullah bin Muhammad, Siapakah Syi’ah Itu? (Ad-Difa’ Anisunnah), Hal. 6
Kaum syiah meyakini bahwa ada mushaf lain selain al-Qur’an, yaitu mushaf yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Sayyidah Fatimah Azzahra ra, mushaf tersebut
diturunkan ketika Sayyidah Fatimah dalam keadaan sedih karena ditinggal Rasulullah
SAW. Keyakinan tentang mushaf fatimah terdapat dalam kitab syiah, al-Kafi Juz 1
halaman 240 karangan al-Kulaini

“Dan sesungguhnya kita memiliki Mushaf Fatimah as. Aku bertanya (kepada Rawi):
apa itu Mushaf Fatimah as, Abu Abdillah menjawab “Mushaf yang isinya tiga kali
lipat al-Qur’an kalian ini dan isinya sama sekali berbeda dengan al-qur’an kalian”6

F. PANDANGAN SYIAH TENTANG ABU BAKAR ASH-SIDDIQ

6
Abdul Mannan, Syiah Tantangan Umat Islam Indonesia, (Kediri : Tanpa Penerbit) hal. 124-127

Anda mungkin juga menyukai