Anda di halaman 1dari 23

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS PENGGANTI UTS

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

OLEH :

NAMA : ALIYAH MAULIDYA ILHAM

STAMBUK : 15020170167

KELAS : C3

DOSEN PENGAMPU : Dr. MIRAWATI, S.Si., M.Si., Apt.

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
1. Apa yang dimaksud dengan :
a. Rute intralesional

Pemberian obat dalam atau dimasukkan langsung kedalam


lesi (luka lokal) metode ini memungkinkan untuk mencapai
konsentrasi tinggi zat dalam lesi dan keterlambatan pelepasan
obat dalam sirkulasi sistemik
b. Rute intrapleural

Pemberian obat dalam rongga pleura. Pemberian obat


inrapleural biasanya menghasilkan baik kerja obat lokal dan
sistetmik.
c. Rute intra ventrikel

Pemberian obat secara langsung ke dalam ventrikel serebral,


umumnya menggunakan reservoir. Hal ini memungkinkan lebih
pemerataan obat melalui cairan serebrospinal (CSF) dan sangat
berguna dalam pengobatan beberapa jenis kanker.
d. Rute intra articular

Suntikan intra articular telah direkomendasikan sebagai


pengobatan tambahan untuk pasien dengan osteoarthritis lutul
(OA). Banyak pendekatan anatomi berbasis dimana untuk
mengola terapi suntikan ke lutut termasuk kaki diperpanjang lateral
dan media portal midpatellar dan kaki ditekuk anteromedial dan
anteroleteral portal. Kesepakatan tentang pendekatan yang paling
akurat yang kurang. Dalam lutut “kering” OA dimana lutut tidak
memiliki efusi the klinis terdeteksi akurasi intra articular
penempatan jarum kurang tertentu karena konfirmasi penempatan
dengan aspirasi tidak mungkin. Akurasi penempatan jarum
mungkin memiliki implikasi untuk efikasi dan keamanan suntikan
intra articular lutut.
e. Rute intratecal
Pemberian obat secara langsung ke ruang subarachnoid
tulang belakang dalam cairan serebrospinal, pada setiap tingkat
sumbu serebrospinal, termasuk injeksi kedalam ventrikel serebral,
dalam rangka untuk memotong penghalang darah-otak dan
mencapai lokal, efek yang cepat pada meninges atau sumbu
serebrospinal. Administrasi dlam cairan serebrospinal pada setiap
tingkat sumbu serebrospinal termasuk injeksi kedalam ventrikel
serebral.
f. Sepsis
Sepsis  adalah komplikasi berbahaya akibat infeksi.
Komplikasi infeksi tersebut dapat menimbulkan tekanan darah
turun drastis serta kerusakan pada banyak organ. Kedua hal ini
dapat menimbulkan kematian. Pada saat terjadi infeksi, sistem
kekebalan tubuh akan aktif untuk melawan penyebab infeksi.
g. Trombosis
Trombosis adalah pembentukan gumpalan darah
(pembekuan) yang bisa menyumbat pembuluh dara vena dan
arteri di seluruh tubuh.
h. Flebitis
Flebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan oleh iritas
kimia, mekanik ataupun bakteri.
i. Aseptis
Aseptis adalah suatu proses atau kondisi terkendali dimana
tingkat kontaminasi mikroba diminimalkan.
j. Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh bakteri pathogen maupun nonpathogen, tetapi tidak
efektif membunuh spora bakteri.
k. Antiseptik
Antiseptik adalah suatu bahan yang digunakan untuk
membunuh atau hanya mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
2. Jelaskan keuntungan dan kerugian sediaan parenteral
a. Keuntungan
- Dapat dicapai efek fisiologis segera, umtuk kondisi penyakit
tertentu (jantung berhenti)
- Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan
secara oral (tidak tahan asam lambung)
- Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi
oral (sakit jiwa atau tidak sdar)
- Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter
untuk mengontrol obat, karena pasien harus kembali
melakukan pengobatan
- Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek lokal seperti pada
kedokteran gigi/ anastesiologi
- Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk
mengoreksi gangguan serius cairan dan keseimbangan
elektrolit.
b. Kerugian
- Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personel
yang terlatih dan membutuhkan waktu pemberian yang lebih
lama
- Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan
ketentuan prosedur aseptik dengan rasa nyeri pada lokasi
penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari
- Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk
menghilangkan/ merubah efek fisiologisnya karena obat telah
berada dalam sirkulasi sistemik.
- Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur
dan pengemasan
- Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara
parenteral seperti septisema, infeksi jamur, inkompatibilitas
karena pencampuran sediaan parenteral dan interaksi obat
- Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari
partikel partikulat, bebas dari pirogen, dan stabilitas sediaan
parenteral harus disadari oleh semua personel yang terlibat
3. Jelaskan aspek farmaseutikal yang mempengaruhi penggunaan
parenteral
a. Kelarutan obat dan volume injeksi
- Obat harus terlarut sempurna, lebih disukai dalam air, sebelum
dapat diberikan secara injeksi intravena
- Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis yang diperlukan
untuk menghasilkan efek erapetik akan menentukan volume
injeksi yang harus diberikan
- Rute pemberian obat secara parenteral selain intravena
memiliki keterbatasan dalam hal volume injeksi yang dapat
diberikan
b. Karakteristik pembawa
- Pembawa air : dapat diberikan melalui rute parenteral apa saja
- Pembawa bukan air : yang dapat bercampur atau tidak dengan
air biasanya diberikan dengan intramuskular
- Larutan suntik dengan pelarut campur
c. pH dan osmolaritas larutan injeksi
- larutan suntik harus diformulasi pH dan osmolaritas yang sama
dengan cairan tubuh (isohidris dan isotonis)
- terkait dengan masalah stabilitas kelarutan atau dosis
- pada umumnya larutan parenteral hipertonis
dikontraindikasikan untuk penyuntikan subkutan atau
intramuskular
d. bentuk sediaan
- suspensi : hanya intramuskular dan subkutan. Tidak boleh
intravena atau rute parenteral selain diatas karena obat
langsung masuk kecairan biologis atau jaringan sensitif (otak
dan mata)
- serbuk untuk injeksi atau dilarutkan sempurna dalam pembawa
yang sesuai sebelum diberikan
4. Jelaskan mengenai metode sterilisasi (cantumkan pustakanya)
A. Menurut Scoville’s hal : 404
1. Sterilisasi Fisik
1) Pemanasan kering
a. Udara panas oven
Bahan yang karateristik fisiknya tidak dapat
disterilkan dengan uapa destilasi dalam udara panas.
Oven yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak
lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propileglikol.
Serbuk steril seperti talk, kaolin dan ZnO, beberapa obat
yang lain sebagai tambahan sterilisasi panas kering
adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat dan
banyak alat-alat bedah ini harus di tekankan bahwa
minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang
sama tidak dapat di sterilisasi dalam autoklaf. Salah satu
elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan
uap autoklaf.
Suhu yang biasa di gunkan pada sterilisai panas
kering 160°C paling cepat 1 jam tapi lebih baik 2 jam,
suhu ini di gunakan secara khusus untuk sterilisasi
minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya.
b. Penangas minyak dan lainnya
Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel
dapat di sterilisasi dengan mencelepukanya dalam
penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 162°C
larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia
kloridadapat juga digunakan sebagai pasteurisasi ini
merupkan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah.
Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan, untuk
menjaga alalt tetap tajam, dan untuk melihat zat penutup.
c. Pemijaran langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk melestarikan
spatula logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan
filter bakteri lainnya. Dalam semua kasus bagian yang
paling kuat 20 detik.dalam keadaan darurat amul dapat
disterilisasi dengan mempasiskan bagian leher ampul
kearah bawah lubang kawat keranjang dan dipijarkan
langsung.
2) Panas Lembab
a. Uap bertekanan
Penggunaan uap bertekanan atau metode sterilisasi
yang paling umum memuaskan efektif yang ada.
Merupakan metode yang di inginkan untuk sterilisasi
larutan yang di tujukan untuk infeksi pada tubuh,
pembawa sediaan mata, bahan gelas. Untuk
penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan.
Kerugian yang paling prinsip dari penggunaan uap ini
adalah ketidaksesuaiannya untuk penggunaan bahan-
bahan sensitif. Metode ini tidak dapat digunakan untuk
sterilisasi misalnya produk yang di buat dari basis minyak
dan serbuk. Metode ini mampu membunuh
mikroorganisme pada suhu 120°C dan dalam waktu ½
menit dapat menghancurkan spora vegetatif yang tahan
terhadap pemanasan tinggi.
b. Uap panas pada 100°C
Uap panas pada suhu 100°C dapat di gunakan
dalam bentuk uap air mengalir atau air mendidih. Metode
ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir di
laukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk
mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan
untuk larutan yang mengandung bahan-bahan karena
spora sering gagal tumbuh di bawah kondisi ini, bentuk
vegetatif dari kebanyakan bakteri yang tidak membentuk
spora, temperatur suhu titik mati bervariasi tetapi tidak
ada bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya
2 metode uap mengalir digunakan, suatu perpanjangan
pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh
semua bentuk vegetatif bakteri.
c. Pemanasan dengan bakterisida
Ini menghadirkan aplikasi khusus daripada uap
panas pada 100°C, adanya bakterisida sangat
meningkatkan efektivitas metode ini, metode ini
digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang
tidak stabil pada temperature yang biasa diterapkan pada
autoklaf, larutan yang di tumbuhkan bakterisida ini di
panaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100°C
selama 20 menit dalam pensterilisasi uap atau penangas
air, bakterisida yang dapat digunakan termasuk 0,5%,
fenol 0,5%, klorbutanol 0,2%, kresol 0,002%. Larutan
dosis tunggal lebih dari 15ml larutan obat untuk injeksi
intratekal atau gastrointestinal sehingga tidak di buat
metode ini.

d. Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang
sangat banyak dalam sterilisasi jarum spoit, penutup
karet dan alat bedah. Bahan-bahan ini tertutupi oleh air
mendidih dan harus mendidih kurang lebih 20 menit,
setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air
dengan pinset yang telah disterilkan menggunakan
pemijaran untuk meningkatkan efisiensi pensterilan dari
air 5% fenol, 1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol
tersaponifikasi yang menghambat bahan-bahan logam.
3) Cara Bukan Panas ( Lachman : 628 )
a. Sinar Ultra Violet
Sinar ultra violet umumnya digunakan untuk
mengurangi kontaminasi di udara dan pemusnahan
selama proses di lingkungan, aksi letal ketika sinar UV
melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam
atom-atom dan mengubah ke area kereaktifannya.
b. Sterilisasi Secara Kimia
Sterilisasi gas adalah cara menghilangkan
mikroorganisme dengan menggunakan gas atau uap
yang membunuh mikroorganisme dan sporanya sterilisai
ini adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme
occluded dengan Kristal akan di bunuh, cara ini di
gunakan untuk mensterilkan obat serbuk seperti
penicillin, juga telah digunakan untuk sterilisai benang,
plastic, tube. Penggunaan etilen oksida juga untuk
sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti
kertas, kraf dan lapisan tipis polietilen. Semprotan
aerosol etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan
daerah sempit di mana dilakukan teknik aseptik.
2. Sterilisasi Cara Mekanik
Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untuk larutan
farmasetik atau bahan biologi yang di pengaruhi oleh
pemanasan, bebeda dengan metode filtrasi lainnya filtrasi
bakteri di tujukan untuk filtrasi bebas bakteri. Metode sterilisasi
ini membutuhkan penggunaan teknik aseptik yang benar.
Sediaan obat yang disterilkan dengan metode ini membutuhkan
penggunaan bahan bakteriostatik kecuali diarahkan lain.
B. Menurut Dasar-dasar mikrobiologi farmasi hal : 190
1) Perlakuan Fisik
Untuk membunuh mikroorganisme atau jasad renik dapat
digunakan beberapa perlakuan fisik misalnya dengan
pemanasan basah, pemanasan kering, radiasi, dan lain-lain.
2) Pemanasan basah
Beberapa cara pemanasan basah yang dapat
membunuh mikroorganisme, karena panas basah dapa
menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim
dalam sel mikroorganisme
3) Pemanasan kering
Pemanasan kering sering digunakan dalan sterilisasi alat
– alat gelas dalam laboraturium dimana digunakan oven suhu
160 – 180°c selama 1,5 – 2 jam dengan sistem udara statis.
4) Radiasi
Radiasi UV menyebabkan kesalahan dalam replikasi
DNA dan mempunyai aktivitas muktagenik pada sel – sel yang
masih hidup.
5) Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi gas merupakan cara untuk menghilangkan
mikroorganisme atau uap yang membunuh mikroorganisme dan
sporanya cara ini sering di sebut disinfeksi dan aktiseptik, bahan
kimia ini menimbulkan pengaruh yang lebih selektif terhadap
mikroorganisme dimana sterilisasi dengan gas berjalan lambat,
wakru sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi,
kelembaban temperatur dan konsentrasi dari gas etilenoksida.
Konsentrasi minimum adalah 450 mg /1 pada 27 psi.
6) Sterilisasi secara mekanik
Cara – cara penyaringan telah banyak digunakan untuk
mensterilkan medium laboratorium dan larutan – larutan yang
dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan ukuran penyaring
pori – pori 0,45 mickron /-. Mekanisme filtrasi bakteri adalah
kompleks. Filter dengan pori lebih kecil menghilangkan bakteri
tetapi beberapa filtrasi sangat lambat.
7) Filter seitz
Dibuat dari bahan asbes yang di jepit pada dasar wadah
besi, keuntungan dari filter ini adalah lapisan filter yang dapat di
buang setelah digunakan dan masalah pembersih hanya
berkurang. Filter ini mampu dengan volume dari 30 ml hingga
lebih dari 100 ml, kerugian pertama dari filter ini adalah
cenderung memberikan komponen magnesium pada filtrat
kedua permuakaan saat lapisan filter membuat larutan tidak
cocok untuk injeksi.
8) Filter swinny
Mempunyai alat terkhusus yang terdiri dari lapisan asbes,
bersama dengan screen dan pencuci, utamanya untuk
digunakan filter swinny dibungkus dengan kertas dan di
autoklaf. Bagian yang dipasang dihubungkan pada spoit luer
lola dan cairan dimasukkan melalui disk asbes dengan
menggunakan tekanan pada saluran spoit.
9) Filter Fritted-glass
Disusun dari dasar serbuk, tombol bulat dari gelas di
gabung bersama dengan penggunaan panas untuk menentukan
sebelumnya ukuran dalam bentuk disk.
10) Filter Berkefeld dan Mendler
Tes bentuk tube filter pembanding ini yang dihubungkan
dengan dasar logam dan saluran keluar tube adalah sama pada
keduanya. Di buat dari silikat murni, asbes dan kalsium sulfat.
Cara sterilisasi masing-masing obat dan bahan
a. Sterilisasi uap
Untuk alat-alat gelas, pembalut operasi, larutan dalam jumlah
besar, larutan dalam ampul.
b. Sterilisasi panas kering (oven)
Untuk minyak, lemak, gliserin, produk minyak tanah (petrolatum,
parafin) serbuk yang stabil oleh pemanasan seperti ZnO.
c. Sterilisasi dengan penyaringan
Untuk larutan yang tahan panas.
d. Sterilisasi gas dengan etilen oksida
Untuk kateter, jarum, alat suntik sekali pakai.
e. Sterilisasi dengan ionisasi (2,5 mrad)
Untuk plastik sekali pakai, antibiotik, hormon, jarum suntik.
(Ansel : 411- 416)
C. Keuntungan dan kerugian masing-masing metode sterilisasi
1. Sterilisasi Panas Kering
Keuntungan:
1. Dapat digunakan untuk membunuh spora
dan bentuk vegetatifnya dari semua mikroorganisme
(Lachman: 1263).
2. Umumnya digunakan untuk senyawa-
senyawa yang tidak efektif disterilkan dengan uap air panas
(Ansel: 413).
3. Metode pilihan bila dibutuhkan peralatan
yang kering atau wadah yang kering seperti pada zat kimia
kering atau larutan bukan air (Ansel: 414).
Kerugian:
1. Hanya digunakan untuk zat-zat yang tahan penguraian
pada suhu diatas kira-kira 140oC (Lachman: 1263).
2. Karena panas kering efektif membunuh mikroba dengan
uap air panas, maka diperlukan temperatur yang lebih tinggi
dan waktu yang lebih panjang (Ansel: 413).
2. Sterilisasi Uap Panas
Keuntungan :
1. Adanya uap air dalam sel mikroba
menimbulkan kerusakan pada temperatur yang relatif rendah
daripada tidak ada kelembaban (Ansel: 412).
2. Metode ini digunakan untuk sediaan
farmasi dan bahan-bahan yang dapat tahan terhadap
temperatur yang digunakan dan penembusan uap tetapi tidak
timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air (Ansel : 413).
3. Sel bakteri dengan kadar air besar
umumnya lebih mudah dibunuh (Ansel : 413).
4. Dipergunakan untuk larutan jumlah
besar, alat-alat gelas, pembalut operasi dan instrument (Ansel
:413).
5. Dapat membunuh semua bentuk
mikroorganisme vegetatif (Scoville`s : 408).
Kerugian :
a. Tidak digunakan untuk
mensterilkan minyak-minyak lemak, sediaan berminyak dan
sediaan yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau
pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap jenuh
(Ansel : 413).
b. Spora-spora yang kadar
airnya rendah, sukar dihancurkan (Ansel : 413).

3. Sterilisasi Gas
Keuntungan :
1. Beberapa senyawa yang tidak tahan
terhadap panas dan uap dapat disterilkan dengan baik dengan
memaparkan gas etilen oksida atau propilen oksida bila
dibandingkan dengan cara lain (Ansel : 416)
2. Dapat digunakan untuk membunuh
mikroorganisme dan spora lain (Parrot : 280).
Kerugian :
1. Gas-gas (etilen dan propilen oksida)
mudah terbakar bila tercampur dengan udara (Ansel : 417).
2. Tindakan pengemasan yang lebih
besar diperlukan untuk sterilisasi dengan cara ini daripada
dengan cara lain karena waktu, suhu, kadar gas dan
kelembaban jumlahnya tidak setegas seperti pada sterilisasi
panas kering dan lembab panas (Ansel : 417).
3. Gas-gas sulit hilang dan kebanyakan
bahan-bahan setelah pemaparan (Lachman:1283).
4. Iritasi jaringan dapat terjadi jika etilen
oksida tidak dihilangkan sama sekali, sifat karsinogenik dan
mutagenic dari etilen oksida dari sisa-sisa pada bahan yang
digunakan pada manusia (Lachman : 1285).
5. Waktu siklus untuk sterilisasi dengan
etilen oksida agak lama (Lachman : 1286).

4. Sterilisasi Dengan Penyaringan


Keuntungan :
1) Penyaringan dapat digunakan untuk
memisahkan partikel termasuk mikroorganisme dari larutan
gas tanpa menggunakan panas (Lachman : 1285).
2) Saringan tidak harus mengubah
larutan/gas segala cara (Lachman : 1265).
3) Tidak menghilangkan bahan yang
diinginkan atau membawa komponen yang tidak diinginkan
(Lachman :.1265).
4) Kecepatan penyaringan sejumlah
kecil larutan, kemampuan untuk mensterilkan secara efektif
bahan tahan panas (Ansel : 416).
5) Peralatan yang digunakan relatif
tidak mahal dan mikroba hidup dan mati serta partikel-partikel
lengkap semua dihilangkan dari larutan (Ansel : 416).

Kerugian :

1) Penyaringan cairan dengan volume besar akan mermerlukan


waktu yang lebih lama terutama bila cairan kental
dibandingkan dengan bila memakai cara sterilisasi lembab
panas (Ansel : 414).
2) Cara ini diharuskan menjalani pengawasan yang ketat dan
memonitoring karena efek hasil penyaringan dapat
diperngaruhi oleh banyaknya miokroba dalam larutan (Ansel :
414).
3) Filter bakteri tidak efektif menghilangkan virus dari larutan
(Scoville’s: 419).
4) Muatan dalam pH yang sesuai yang bersifat alkali
menyebabkan kerusakan filter dan partikel yang kecil pada
filter merupakan problem yang khusus (Scoville’s: 419).
5) Tiap kebocoran yang mungkin terjadi pada sistem ini
menyebabkan kerusakan pada bagian luar tanpa kontaminan
filtrat yang steril (Lachman:1282-1283).
6) Kesulitan mempertahankan kondisi aseptis seperti merupakan
masalah besar sehubungan dengan sterilisasi melalui
penyaringan (Lachman: 1283).
5. Sterilisasi Radiasi
Keuntungan :
Pemakaian radiasi meningkat dalam frekuensi dan
luasnya pemakaian setelah diperoleh pengalaman dengan
metode ini, khususnya untuk sterilisasi alat medis, plastik,
sejumlah vitamin, antibiotik, dan hormon dalam keadaan
kering setelah berhasil dibuat steril dengan radiasi (Lachman:
1276).
Kerugian :
1. Penggunaan teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan
yang sangat khusus dan pengaruh radiasi dan produk-produk
dan wadah-wadah (Ansel : 418).
2. Sediaan farmasi dalam
carian tubuh lebih sulit disterilkan karena efek radiasi terhadap
sistem zat pembawa dari jaringan obat (Lachman : 1276).

5. Jelaskan cara memperoleh air murni atau pembawa untuk produk


farmasi, (mekanismenya) ?
a) Destilasi
Untuk membuat air murni, dalam perdagangan banyak tersedia
alat penyulingan dalam berbagai ukuran, dengan berbagai
kapasitas mulai dari lebih kurang setengan sampai 100 galon
destilat perjam. Air dari sumber dipanaskan hingga naik menguap
ke kondensor, uap air dikondensor akan mengalami kondensasi
dan turun kepenampungan

b). Osmosis terbalik


- Air dari sumber ditempatkan terpisah dengan air murni dan
diantai oleh membran semipermeabel
- Peristiwa osmosis dibalik dengan menggunakan tekanan
- Tekanan yang diberikan biasanya berkisar amtara 200 dan
400 psig
Membran yang digunakan biasanya terdiri dari ester selulosa
dan polyamid

c). Pertukaran ion


Ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi sebagai
senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan
hubung silang (crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional
yang mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan
pada proses ini terjadi penghilangan mineral dari air baku. Semua
mineral dihilangkan melalui proses ini. Penghilangan mineral (ion
positif dan negatif) menggunaan exchanger resin anion, kation dan
disempurnakan dengan mixbed.
- Resin anion, mengandung resin penukaran anion yang
menghilangkan mineral dengan bermuatan positif.
- Resion kation mengandung resin penukaran kation yang
menghilangkan mineral dengan bermuatan negatif
- Mixbed mengandung resin anion dan kation, sehingga air yang
melewati mixbed ini disempurnakan penghilangan mineral +
dan – nya.
6. Pembagian pembawa untuk produk steril, jelaskan
a. Pembawa air
Pembawa yang paling sering digunakan untuk produk steril adalah
air, karena air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh. Air
yang digunakan dalam larutan parenteral dan irigasi harus bebas
pirogen.
- Water For Injection (WFI)
Merupakan pelarut yang paling sering digunakan pada
pembuatan obat suntik
- Steril WFI
Adalah air untuk obat suntik yang telah disterilkan, dan dikemas
dalam wadah-wadah dosis tunggal yang tidak lebih besar dari 1
liter
- Bacteriostatic WFI
Adalah air steril untuk obat suntik yang mengandung satu atau
lebih zat antimikroba yang sesuai. Dikemas dalam alat suntik
atau vial-vial dengan volume maksimal 30 mL. Digunakan
sebagai pembawa steril untuk obat suntik dengan volume kecil
- NaCl Injection
Adalah larutan steril dan isotonik NaCl dalam air untuk obat
suntik, tidak mengandung atimikroba
- Injeksi Bakteriostatik NaCl
Adalah NaCl injection yang mengandung bakteriostatik
- Ringer’s Injection
Berisi NaCl, kalium klorida, dan kalsium klorida dalam air untuk
obat suntik (kadarnya sama dengan kadar dalam cairan tubuh)
b. Pembawa bukan air
Digunakan pada obat-obat yang kelarutannya dalam air terbatas,
atau obat yang mudah terhidrolisis
- Minyak lemak nabati
- Gliserin, PEG, Propilen Glikol, Alkohol
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan: Farida
Ibrahim, Edisi 4,UI Press: Jakarta, 212-217.

Ansel, H.C., Allen, L.V., dan M. Vlachou., 1999, Pharmaceutical Dossage


Forms and Drug Delivery System, Leipincott Williams and Wilkins,
Philadelphia, 175-176.

Djide, M. N., 2003, Mikrobiologi Farmasi, 90, 96-97, Makassar, Jurusan


Farmasi UNHAS

Lachman L., H. Liebermen, and J. Kanig, L., 1989, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Terjemahan: Siti Suyatmi, Jilid II Edisi 3, UI Press: Jakarta, 74-
75.

Parrott, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics,


3th, Burgess Publishing Company, Minneapolis. 76–82.

Scoville, 1957, The Art of Compounding, In McGraw-Hill Book Company


second edition, New York, 66
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan, Edisi kedua, Airlangga University Press, Surabaya. 167 – 187.

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet
DasarDasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 54 – 55,
98 – 115

Tjay, H.T., dan Rahardjo, K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi V,


PT.Gramedia, Jakarta. 707.

Anda mungkin juga menyukai