OLEH :
STAMBUK : 15020170167
KELAS : C3
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
1. Apa yang dimaksud dengan :
a. Rute intralesional
d. Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang
sangat banyak dalam sterilisasi jarum spoit, penutup
karet dan alat bedah. Bahan-bahan ini tertutupi oleh air
mendidih dan harus mendidih kurang lebih 20 menit,
setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air
dengan pinset yang telah disterilkan menggunakan
pemijaran untuk meningkatkan efisiensi pensterilan dari
air 5% fenol, 1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol
tersaponifikasi yang menghambat bahan-bahan logam.
3) Cara Bukan Panas ( Lachman : 628 )
a. Sinar Ultra Violet
Sinar ultra violet umumnya digunakan untuk
mengurangi kontaminasi di udara dan pemusnahan
selama proses di lingkungan, aksi letal ketika sinar UV
melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam
atom-atom dan mengubah ke area kereaktifannya.
b. Sterilisasi Secara Kimia
Sterilisasi gas adalah cara menghilangkan
mikroorganisme dengan menggunakan gas atau uap
yang membunuh mikroorganisme dan sporanya sterilisai
ini adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme
occluded dengan Kristal akan di bunuh, cara ini di
gunakan untuk mensterilkan obat serbuk seperti
penicillin, juga telah digunakan untuk sterilisai benang,
plastic, tube. Penggunaan etilen oksida juga untuk
sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti
kertas, kraf dan lapisan tipis polietilen. Semprotan
aerosol etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan
daerah sempit di mana dilakukan teknik aseptik.
2. Sterilisasi Cara Mekanik
Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untuk larutan
farmasetik atau bahan biologi yang di pengaruhi oleh
pemanasan, bebeda dengan metode filtrasi lainnya filtrasi
bakteri di tujukan untuk filtrasi bebas bakteri. Metode sterilisasi
ini membutuhkan penggunaan teknik aseptik yang benar.
Sediaan obat yang disterilkan dengan metode ini membutuhkan
penggunaan bahan bakteriostatik kecuali diarahkan lain.
B. Menurut Dasar-dasar mikrobiologi farmasi hal : 190
1) Perlakuan Fisik
Untuk membunuh mikroorganisme atau jasad renik dapat
digunakan beberapa perlakuan fisik misalnya dengan
pemanasan basah, pemanasan kering, radiasi, dan lain-lain.
2) Pemanasan basah
Beberapa cara pemanasan basah yang dapat
membunuh mikroorganisme, karena panas basah dapa
menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim
dalam sel mikroorganisme
3) Pemanasan kering
Pemanasan kering sering digunakan dalan sterilisasi alat
– alat gelas dalam laboraturium dimana digunakan oven suhu
160 – 180°c selama 1,5 – 2 jam dengan sistem udara statis.
4) Radiasi
Radiasi UV menyebabkan kesalahan dalam replikasi
DNA dan mempunyai aktivitas muktagenik pada sel – sel yang
masih hidup.
5) Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi gas merupakan cara untuk menghilangkan
mikroorganisme atau uap yang membunuh mikroorganisme dan
sporanya cara ini sering di sebut disinfeksi dan aktiseptik, bahan
kimia ini menimbulkan pengaruh yang lebih selektif terhadap
mikroorganisme dimana sterilisasi dengan gas berjalan lambat,
wakru sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi,
kelembaban temperatur dan konsentrasi dari gas etilenoksida.
Konsentrasi minimum adalah 450 mg /1 pada 27 psi.
6) Sterilisasi secara mekanik
Cara – cara penyaringan telah banyak digunakan untuk
mensterilkan medium laboratorium dan larutan – larutan yang
dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan ukuran penyaring
pori – pori 0,45 mickron /-. Mekanisme filtrasi bakteri adalah
kompleks. Filter dengan pori lebih kecil menghilangkan bakteri
tetapi beberapa filtrasi sangat lambat.
7) Filter seitz
Dibuat dari bahan asbes yang di jepit pada dasar wadah
besi, keuntungan dari filter ini adalah lapisan filter yang dapat di
buang setelah digunakan dan masalah pembersih hanya
berkurang. Filter ini mampu dengan volume dari 30 ml hingga
lebih dari 100 ml, kerugian pertama dari filter ini adalah
cenderung memberikan komponen magnesium pada filtrat
kedua permuakaan saat lapisan filter membuat larutan tidak
cocok untuk injeksi.
8) Filter swinny
Mempunyai alat terkhusus yang terdiri dari lapisan asbes,
bersama dengan screen dan pencuci, utamanya untuk
digunakan filter swinny dibungkus dengan kertas dan di
autoklaf. Bagian yang dipasang dihubungkan pada spoit luer
lola dan cairan dimasukkan melalui disk asbes dengan
menggunakan tekanan pada saluran spoit.
9) Filter Fritted-glass
Disusun dari dasar serbuk, tombol bulat dari gelas di
gabung bersama dengan penggunaan panas untuk menentukan
sebelumnya ukuran dalam bentuk disk.
10) Filter Berkefeld dan Mendler
Tes bentuk tube filter pembanding ini yang dihubungkan
dengan dasar logam dan saluran keluar tube adalah sama pada
keduanya. Di buat dari silikat murni, asbes dan kalsium sulfat.
Cara sterilisasi masing-masing obat dan bahan
a. Sterilisasi uap
Untuk alat-alat gelas, pembalut operasi, larutan dalam jumlah
besar, larutan dalam ampul.
b. Sterilisasi panas kering (oven)
Untuk minyak, lemak, gliserin, produk minyak tanah (petrolatum,
parafin) serbuk yang stabil oleh pemanasan seperti ZnO.
c. Sterilisasi dengan penyaringan
Untuk larutan yang tahan panas.
d. Sterilisasi gas dengan etilen oksida
Untuk kateter, jarum, alat suntik sekali pakai.
e. Sterilisasi dengan ionisasi (2,5 mrad)
Untuk plastik sekali pakai, antibiotik, hormon, jarum suntik.
(Ansel : 411- 416)
C. Keuntungan dan kerugian masing-masing metode sterilisasi
1. Sterilisasi Panas Kering
Keuntungan:
1. Dapat digunakan untuk membunuh spora
dan bentuk vegetatifnya dari semua mikroorganisme
(Lachman: 1263).
2. Umumnya digunakan untuk senyawa-
senyawa yang tidak efektif disterilkan dengan uap air panas
(Ansel: 413).
3. Metode pilihan bila dibutuhkan peralatan
yang kering atau wadah yang kering seperti pada zat kimia
kering atau larutan bukan air (Ansel: 414).
Kerugian:
1. Hanya digunakan untuk zat-zat yang tahan penguraian
pada suhu diatas kira-kira 140oC (Lachman: 1263).
2. Karena panas kering efektif membunuh mikroba dengan
uap air panas, maka diperlukan temperatur yang lebih tinggi
dan waktu yang lebih panjang (Ansel: 413).
2. Sterilisasi Uap Panas
Keuntungan :
1. Adanya uap air dalam sel mikroba
menimbulkan kerusakan pada temperatur yang relatif rendah
daripada tidak ada kelembaban (Ansel: 412).
2. Metode ini digunakan untuk sediaan
farmasi dan bahan-bahan yang dapat tahan terhadap
temperatur yang digunakan dan penembusan uap tetapi tidak
timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air (Ansel : 413).
3. Sel bakteri dengan kadar air besar
umumnya lebih mudah dibunuh (Ansel : 413).
4. Dipergunakan untuk larutan jumlah
besar, alat-alat gelas, pembalut operasi dan instrument (Ansel
:413).
5. Dapat membunuh semua bentuk
mikroorganisme vegetatif (Scoville`s : 408).
Kerugian :
a. Tidak digunakan untuk
mensterilkan minyak-minyak lemak, sediaan berminyak dan
sediaan yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau
pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap jenuh
(Ansel : 413).
b. Spora-spora yang kadar
airnya rendah, sukar dihancurkan (Ansel : 413).
3. Sterilisasi Gas
Keuntungan :
1. Beberapa senyawa yang tidak tahan
terhadap panas dan uap dapat disterilkan dengan baik dengan
memaparkan gas etilen oksida atau propilen oksida bila
dibandingkan dengan cara lain (Ansel : 416)
2. Dapat digunakan untuk membunuh
mikroorganisme dan spora lain (Parrot : 280).
Kerugian :
1. Gas-gas (etilen dan propilen oksida)
mudah terbakar bila tercampur dengan udara (Ansel : 417).
2. Tindakan pengemasan yang lebih
besar diperlukan untuk sterilisasi dengan cara ini daripada
dengan cara lain karena waktu, suhu, kadar gas dan
kelembaban jumlahnya tidak setegas seperti pada sterilisasi
panas kering dan lembab panas (Ansel : 417).
3. Gas-gas sulit hilang dan kebanyakan
bahan-bahan setelah pemaparan (Lachman:1283).
4. Iritasi jaringan dapat terjadi jika etilen
oksida tidak dihilangkan sama sekali, sifat karsinogenik dan
mutagenic dari etilen oksida dari sisa-sisa pada bahan yang
digunakan pada manusia (Lachman : 1285).
5. Waktu siklus untuk sterilisasi dengan
etilen oksida agak lama (Lachman : 1286).
Kerugian :
Lachman L., H. Liebermen, and J. Kanig, L., 1989, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Terjemahan: Siti Suyatmi, Jilid II Edisi 3, UI Press: Jakarta, 74-
75.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet
DasarDasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 54 – 55,
98 – 115