Anda di halaman 1dari 21

MYCOTA ( FUNGI / JAMUR )

1. Tujuan Praktikum
- mengenal sifat dan ciri jamur secara umum
- Mengenal sifat dan ciri jamur yang tergolong jamur mikrokospis ( tingkat rendah) dan
jamur makrokospis ( tingkat tinggi)

2. Landasan Teori
 Struktur Jamur

Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang mempunyai
inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benang-benang sel tunggal panjang,
sedangkan kumpulan hifa disebut dengan miselium. Miselium merupakan massa benang yang
cukup besar dibentuk dari hifa yang salingmembelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah
dikenal dengan melihat warnamiseliumnya (Volk and Wheeler, 1993).
Bagian penting tubuh jamur adalah suatu struktur berbentuk tabung menyerupai seuntai
benang panjang, ada yang tidak bersekat dan ada yang bersekat. Hifa dapat tumbuh bercabang-
cabang sehingga membentuk jaring-jaring, bentuk ini dinamakan miselium. Pada satu koloni jamur
ada hifa yang menjalar dan ada hifa yang menegak. Biasanya hifa yang menegak ini menghasilkan
alat-alat pembiak yang disebut spora, sedangkan hifa yang menjalar berfungsi untuk menyerap
nutrien dari substrat dan menyangga alat-alat reproduksi. Hifa yang menjalar disebut hifa vegetatif
dan hifa yang tegak disebut hifa fertil. Pertumbuhan hifa berlangsung
terus-menerus di bagian apikal, sehingga panjangnya tidak dapat ditentukan secara pasti. Diameter
hifa umumnya berkisar 3-30 µm. Jenis jamur yang berbeda memiliki diameter hifa yang berbeda
pula dan ukuran diameter itu dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Carlile and Watkinson,
1994).
Hifa adalah benang halus yang merupakan bagian dari dinding tubuler yang mengelilingi
membran plasma dan sitoplasma. Jamur sederhana berupa sel tunggal atau benang-banang hifa
saja. Jamur tingkat tinggi terdiri dari anyaman hifa yang disebut prosenkim atau pseudoparenkim.
Prosenkim adalah jalinan hifa yang kendor dan pseudoparenkim adalah anyaman hifa yang lebih
padat dan seragam. Sering terdapat anyaman hifa yang padat dan berguna untuk mengatasi kondisi
buruk yaitu rhizomorf atau sklerotium. Ada pula yang disebut stroma yaitu jalinan hifa yang padat
dan berfungsi sabagai bantalan tempat tumbuhnya bermacam-macam bagian lainnya
(Sasmitamihardja, 1990). Sebagian besar jamur membentuk dinding selnya dari kitin, yaitu suatu
polisakarida yang mengandung pigmen-pigmen yang kuat namun fleksibel (Kimball, 1999).

 Klasifikasi
Jamur terdiri dari empat kelas utama yaitu :

a. Chitridiomycetes
Sebagian besar Chitridiomycetes adalah organisme aquatik. Chitridomycetes merupakan
jamur yang berflagel. Cara penyerapan makanannya dengan cara absorbsi, dinding selnya terbuat
dari kitin. Sebagian besar Chitridiomycetes membentuk hifa senositik dan spora berflagel tunggal
atau disebut zoospore (Campbell et al., 2003).

b. Zygomycetes
Anggota Zygomycetes memiliki hifa yang tidak bersekat dan memiliki banyak inti disebut
hifa senositik. Kebanyakan kelompok ini saprofit. Berkembang biak secara aseksual dengan spora,
dan secara seksual dengan zigospora. Ketika sporangium pecah, sporangiospora tersebar, dan jika
jatuh pada medium yang cocok akan tumbuh menjadi individu baru. Hifa yang senositik akan
berkonjugasi dengan hifa lain membentuk zigospora (Moore-Landecker, 1982).

c. Ascomycetes
Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di dalam kantung yang
disebut askus. Askus adalah sel yang membesar yang didalamnya terdapat spora yang disebut
askospora. Setiap askus biasanya memiliki 2-8 askospora. Kelompok ini memiliki 2 stadium
perkembangbiakan yaitu stadium konidium (aseksual) dan stadium askus (seksual). Sebagian besar
Ascomycetes bersifat mikroskopis dan hanya sebagian kecil bersifat makroskopis yang memiliki
tubuh buah (Moore-Landecker, 1982).

d. Basidiomycetes
Kebanyakan anggota Basidiomycetes adalah jamur payung dan cendawan. Basidiomycetes
mempunyai hifa yang bersekat, fase seksualnya dengan pembentukan basidiospora yang terbentuk
pada basidium sedangkan fase aseksualnya ditandai dengan pembentukan konidium. Konidium
maupun basidiospora pada kondisi yang sesuai dapat tumbuh dengan membentuk hifa bersekat
melintang yang berinti satu (monokariotik). Selanjutnya, hifa akan tumbuh membentuk miselium
(Campbell et al., 2003).

Untuk jamur yang belum diketahui cara perkembangbiakan secara generatifnya


dikelompokkan ke dalam kelas khusus Deuteromycetes. Deuteromycetes merupakan jamur yang
hifanya bersekat dan menghasilkan konidia, namun jamur ini belum diketahui cara
perkembangbiakan secara generatifnya (Dwidjoseputro, 1978). Deuteromycetes disebut juga jamur
imperfecti (jamur tidak sempurna). Penamaan atau pengelompokkan ini bersifat sementara karena
apabila telah diketahui cara reproduksi generatifnya (pembentukan askus) maka dikelompokkan ke
dalam kelas Ascomycetes. Deuteromycetes secara filogenitik bukan merupakan suatu kelompok
taksonomi (Gandjar dkk., 2006)

3. Alat dan Bahan


1. Mikroskop beserta kaca objeknya
2. Berbagai jamur
3. Jarum pentul
4. Gelas kimia
5. Aquades
6. Kaca pembesar

4. Langkah Kerja
Ambil jamur yang terdapat pada tempe, roti, atau pada kulit buah jeruk yang telah
membusu. Amati di bawah mikroskop. Catat ciri yang tampak, dan perhatikan secara
seksama:
- Hifa
- Rhizoid
- Sporangiofor
- Sporangium
- Columella

Ambil ragi atau tape singkong/ketan yang telah masak. Amati di bawah mikroskop. Catat
sifat dan ciri yang tampak. Perhatikan tunas yang dibentuk.

Cari identifikasi serta klasifikasi pada buku sumber.

Ambil jamur payung yang telah disediakan. Amati dengan seksama dan bila perlu gunakan
lup (kaca pembesar). Catat sifat dan cirri yang tampak, dan perhatikan:

- Stipe (tangkai)
- Pileus (payung)
- Anullus (cincin)
- Gill (papan atau lamella yang tersusun radial)

Cari identifikasi serta klasifikasi pada buku sumber

5. Hasil dan pembahasan


No Hasil Teori Hasil Praktikum Keterangan
1

Rhizopus oligosporus (jamur pada


tempe)
- Kingdom : Fungi
- Filum :Zygomycola
- Genus : Rhizopus
- Kelas :Zygomiceles
- Ordo : Mucorales
- Family :Mucoraceae
2

Rhizopus stolonifera
- Kingdom: Fungi
- Phylum: Zygomycota
- Class: Zygomycetes
- Order: Mucorales
- Family: Mucoraceae
- Genus: Rhizopus
3

Rhizopussp
- Kingdom: Fungi
- Division: Zygomycota
- Class:

Mucoromycotina
- Order: Mucorales
- Family: Mucoraceae
- Genus: Rhizopus
4

JamurkupingAuricularia auricula-judae
- Kingdo :Fungi
- Divisi:Basidiomycota
- Kelas:Agaricomycetes
- Ordo :Auriculariales
- Famili:Auriculariaceae
- Genus:Auricularia

JamurTiramPleurotusostreatus
- Kingdom:Fungi
- Kelas:Homobasidiomycetes
- Ordo:Agaricales
- Famili:Tricholomataceae
- Genus:Pleurotus
- Spesies:P. ostreatus
Daftar Pustaka

Volk dan Wheeler, 1994. Mikrobiologi Dasar Jasad V. Jakarta: Erlangga.

Carlie dan Watkinson 1994 The Fungi. Academic Press,London.

Sasmitamihardja,Darjat,1990 Dasar-dasar fisiologi tumbuhan.

Campbell, N.A, J.B. Reece and LG. Mitchell 2003. Biologi. Alih Bahasa: L. Rahayu, E.I.M Adil, N
Anita, Andri, W.F Wibowo, W. Manalu. Penerbit Erlangga, Jakarta
BRYOPHYTA (LUMUT)

1. Tujuan Praktikum
- mengenal beberapa sifat dan cirri lumut yang termasuk lumut hati, lumut tanduk dan
lumut daun

2. Landasan Teori

 Karakteristik

Bryophyta adalah sebuah divisi tumbuhan darat yang jelas batasannya dan tidak memiliki
hubungan kekerabatan erat dengan tumbuhan lain dari dunia tumbuhan. Sebagian besar bryophyta
berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak dengan bantuan lensa, sedangkan yang terbesar
tidak pernah lebih dari 50 cm tingginya atau panjangnya. Lumut ini lazim terdapat
pada pohon, batu, kayu gelondongan, dan ditanah pada setiap bagian dunia dan hampir semua
habitat kecuali di laut. Tumbuhan ini hidup subur pada lingkungan yang lembab dan banyak sekali
dijumpai, khususnya di hutan-hutan tropik dan di tanah hutan daerah iklim sedang yang lembab.
Meskipun menyukai habitat yang lembab, bryophyta merupakan tumbuhan darat, dan yang
tumbuh di air tawar hanya merupakan adaptasi sekunder terhadap kehidupan air. Sifat ini
tercermin dari kenyataan bahwa bryophyta air tetap mempertahankan sifat yang khas bagi
tumbuhan darat, antara lain sporanya mengandung kutin dan dipencarkan oleh angin
(Loveless,1983: 57).
Walaupun bryophyta selalu dapat dikenali dari strukturnya, mereka juga mudah dibedakan
dari tumbuhan darat lain menurut daur hidupnya. Daur hidup bryophyta, seperti halnya
kebanyakan tumbuhan, mengalami pergiliran keturunan antara generasi seksual atau generasi
gametofit yang berbiak secara seksual (dan kadang-kadang juga secara vegetatif), dan generasi
aseksual atau generasi sporofit yang berbiak dengan spora (Loveless, 1983: 58).
Perbedaan mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan berpembuluh telah
beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan mempunyai organ reproduksi
(gametangium dan sporangium), selalu terdiri dari banyak sel (multiselluler) dan dilindungi oleh
lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam
gametangium betina. Oleh karena itu lumut dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya
merupakan tumbuhan darat tidak seperti ganggang yang kebanyakan aquatik (Tjitrosoepomo,
1989). Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut (kecuali
Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu lumut tidak
mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoid. Siklus hidup
lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Pada tumbuhan berpembuluh, tumbuhan sesungguhnya di alam merupakan generasi
aseksual (sporofit), sedangkan generasi gametofitnya sangat tereduksi. Sebaliknya pada lumut,
tumbuhan sesungguhnya merupakan generasi seksual (gametofit). Sporofit lumut sangat tereduksi
dan selama perkembangannya melekat dan tergantung pada gametofit (Polunin, 1990).
 Klasifikasi lumut

Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepaticopsida), lumut tanduk
(Anthocerotopsida), dan lumut sejati (Bryopsida)
a. Lumut Hati
Tumbuhan ini merupakan suatu kelas kecil yang biasanya terdiri atas tumbuhan berukuran
relatif kecil yang dapat melakukan fotosintesis, meskipun selalu bersifat multiseluler dan tampak
dengan mata bugil. Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua
yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya
memiliki struktur yang menyerupai akar, batang dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang
menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thalophyta
menuju Cormophyta. Seperti halnya lumut daun, lumut hati mempunyai rizoid yang yang
berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan.
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Berkembangbiak
secara generatif dengan oogami, dan secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup eram.
Lumut hati melekat pada substrat dengan rizoid uniseluler (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi 2 kelompok yaitu lumut hati bertalus dan
lumut hati berdaun. Tubuh lumut hati menyerupai talus (dorsiventral), bagian atas dorsal berbeda
dengan bagian bawah ventral. Daun bila ada tampak rusak dan tersusun pada tiga deret
pada batang sumbu. Alat kelamin terletak pada bagian dorsal talus pada jenis terletak pada bagian
terminal, sporogonium sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau kaki tangkai dan
kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul tidak manentu dan tidak teratur. Lumut hati hidup pada
tempat-tempat yang basah, untuk struktur tubuh yang himogrof. Pada tempat-tempat yang kering,
untuk struktur tubuh yang xeromorf (alat penyimpan air). Lumut hati yang hidup sebagai epifit
umumnya menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika.
b. Lumut tanduk
Tubuh lumut tanduk seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporifitnya berupa kapsul
memanjang. Perkembangbiakan pada lumut tanduk hampir sama pada lumut hati. Sel lumut
tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Mempunyai gametofit lumut hati, perbedaanya adalah
terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari
gametofit, masing-masing kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan
tumbuhan lumut. Lumut tanduk hidup ditepi-tepi sungai atau danau dan sering kali disepanjan
selokan, dan ditepi jalan yang basah atau lembab. Salah satu kelas dari lumut tanduk
adalah Anthoceros Laevis. Perkembangan secara generatif dengan membentuk anteridium dan
arkhegonium. Anteridium terkumpul pada satu lekukan sisi atas talus arkegonium juga terkumpul
pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu
dinding pisah melintang. Sel diatas terus membelah yang merupakan sporogenium diikuti oleh sel
bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki yang berfungsi sebagai alat
penghisap, bila sporogenium masak maka akan pecah seperti buah polongan, menghasilkan
jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumila ini
diselubungi oleh sel jaringan yang kemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora.
c. Lumut sejati
Masyarakat pada umumnya lebih mengenal lumut ini dibandingkan dengan lumut hati,
karena tumbuhan tersebut tumbuh pada tempat agak terbuka dan bentuknya lebih menarik.
Perbedaan yang jelas dibandingkan dengan lumut hati ialah adanya simetri radial, yaitu daunnya
tumbuh pada semua sisi sumbu utama (Siti Sutarni Tjitrosomo, 1984: 90).
Daun-daun ini tidak seperti yang terdapat pada lumut hati yang merupakan kerabatnya, biasanya
mempunyai rusuk tengah dan tersusun pada batang mengikuti suatu garis spiral, yang panjangnya
dapat bervariasi dari suatu bagian dari satu inci sampai barangkali satu kaki. Rusuk
tengahnya mengandung sel-sel memanjang, dan suatu berkas di pusat batangnya biasanya
mengandung sel-sel memanjang yang diduga berfungsi untuk mengangkut air dan zat-zat hara.
Akar yang sesungguhnya tidak ada, tetapi pangkal batang pada kebanyakan tipe lumut daun
mempunyai banyak sekali lumut-lumut daun untuk “bersauh”. Pada suatu golongan yang khas dan
penting, yang dikenal sebagai lumut gambut atau lumut rawa, daunya tidak hanya khas karena
tidak adanya rusuk tengah, tetapi unik karena terdiri atas jaringan-jaringan sel kecil yang hidup
yang memisahkan sel-sel mati yang besar-besar yang tembus cahaya dan berlubang-lubang,
menghisap dan menahan air dengan efisiensi yang luar biasa, oleh karena itulah besar
kemampuan rawa-rawa untuk menahan air sebagian besar terbentuk oleh tumbuh-tumbuhan
seperti itu (Polunin, 1990: 64). Pada gametofit terbentuk alat-alat kelamin jantan dan betina yang
kecil, umumnya dalam kelompok yang terbukti dari adanya modifikasi daun-daun yang
mengelilinginya, dan terdapat pada tumbuhan yang sama (banci), atau lebih sering pada dua
individu (jantan dan betina) yang terpisah. Pembuahan kembali dilakukan oleh spermatozoid yang
bergerak aktif, yang bila ada air, berenang ke sel telur yang terlindung baik. Badan
yang terbentuk melalui peleburan seksual itu berkembang menjadi sporofit, yang bila telah masak
terdiri atas kaki penghisap, satu tangkai yang biasanya panjang, dan sebuah kapsul yang sedikit
banyak bersifat rumit dan khas.

3. Alat Dan Bahan


- Mikroskop stereo
- Petridisk
- Kaca pembesar
- Lumut yg tersedia (lumut paku, lumut daun, lumut hati)

4. Cara Kerja
- ambil bahan-bahan yang telah disediakan
- gambarlah bentuk umum dari tiap jenis bahan yang tersedia
- tulislah sifat dan ciri yang dapat anda amati dengan lengkap
- tulislah dari masing-masing jenis lumut tersebut di dalam sistematika tumbuhan

5. Hasil Dan Pembahasan

No Hasil Teori Hasil Praktikum Keterangan


1

  Lumut daun (Pogonatum sp)

Kl klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Bryophyta
Classis             : Musci
Ordo                : Bryales
Familia            : Politrichaceae
Genus              : Pogonatum
Species            : Pogonatum sp

Pembahasan:

bentuk tubuhnya seperti


tumbuhan kecil yang memiliki
bagian akar (rizoid), batang,
dan daun

Lumut tanduk
Klasifikasi:

Kingdom  : Plantae
Division    : Antheceroptophyta
Class         :Antheceroptopsida
Ordo         :Antheceroptoceales
Family      :Antheceroptoceae
Genus       : Antheceroptopsida
Species     : Antheceroptopsida.sp

Pembahasan:

Lumut tanduk atau disebut


juga Anthocerotopsida adalah
anggota tumbuhan tidak
berpembuluh dan tumbuhan
berspora yang termasuk
dalam superdivisi tumbuhan
lumut atau Bryophyta.
3

Lumut Tanduk

Kingdom    : Plantae
Division    : Hepaticophyta
Kelas        : Hepaticosida 
Ordo         : Hepaticoceales
Family      : Hepaticoceae
Genus       : Hepaticopsida
Spesies     : Hepaticopsid

Pembahasan:
Bentuk tubuhnya berupa
lembaran mirip bentuk hati dan
banyak lekukan. Tubuhnya
memiliki struktur yang
menyerupai akar, batang, dan
daun. Hal ini menyebabkan
banyak yang menganggap
kelompok lumut hati merupakan
kelompok peralihan
dari tumbuhan Thallophyta
menuju Cormophyta. Lumut hati
beranggota lebih dari 6000
spesies
Daftar Pustaka

Painter, H.A., and J.E. Loveless. 1993. Effect of Temoperature and pH Value On The Growth Rate
Contants Of Nitrifying Bacteria in the Activated Sludge Process. Water research.

Rosoepoo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,


Pteridophyta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
PTERIDOPHYTA (PAKU)

1. Tujuan
- Mengenal sifat dan ciri-ciri beberapa jenis paku

2. Landasan Teori
 Ciri-ciri tumbuhan paku

Ciri tumbuhan paku meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh yang memiliki ukuran
bervariasi dari yang tingginya sekitar 2 cm, misalnya pada tumbuhan paku yang hidup mengapung
di air, sampai tumbuhan paku yang hidup di darat yang tingginya mencapai 5 m, misalnya paku
tiang (Sphaeropteris). Tumbuhan paku purba yang telah menjadi fosil diperkirakan ada yang
mencapai tinggi 15 m. Bentuk tumbuhan paku yang hidup saat ini 8 bervariasi, ada yang berbentuk
lembaran, perdu atau pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa. Tumbuhan paku terdiri dari dua
generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit
ini tumbuh bergantian dalam siklus tumbuhan paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang
menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet
(sel kelamin).

Pada tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama
dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku disebut
generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku.
Struktur dan fungsi tubuh tumbuhan paku generasi sporofit. Tumbuhan paku sporofit pada
umumnya memiliki akar, batang, dan daun sejati. Namun, ada beberapa jenis yang tidak memiliki
akar dan daun sejati. Batang tumbuhan paku ada yang tumbuh di bawah tanah disebut rizom dan
ada yang tumbuh di atas permukaan tanah. Batang yang yang tumbuh di atas tanah ada yang
bercabang menggarpu dan ada yang lurus tidak bercabang. Tumbuhan paku yang tidak memiliki
akar sejati memiliki akar berupa rizoid yang terdapat pada rizom atau pangkal batang. Tumbuhan
paku ada yang berdaun kecil (mikrofil) dan ada yang berdaun besar (makrofil). Tumbuhan paku
yang berdaun kecil, daunnya berupa sisik.

Daun tumbuhan paku memiliki klorofil untuk fotosintesis. Klorofil tumbuhan paku yang tak
berdaun atau berdaun kecil terdapat pada batang. Tumbuhan paku sporofit memiliki sporangium
yang menghasilkan spora. 9 Pada jenis tumbuhan paku sporofit yang tidak berdaun,
sporangiumnya terletak di sepanjang batang. Pada tumbuhan paku yang berdaun, sporangiumnya
terletak pada daun yang fertil (sporofil). Daun yang tidak mengandung sporangium disebut daun
steril (tropofil). Sporofil ada yang berupa helaian dan ada yang berbentuk strobilus. Strobilus
adalah gabungan beberapa sporofil yang membentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang.
Pada sporofil yang berbentuk helaian, sporangium berkelompok membentuk sorus. Sorus
dilindungi oleh suatu selaput yang disebut indusium. Sebagian besar tumbuhan paku memiliki
pembuluh pengangkut berupa floem dan xilem.

Floem adalah pembuluh pengangkut nutrien organik hasil fotosintesis. Xilem adalah pembuluh
pengangkut senyawa anorganik berupa air dan mineral dari akar ke seluruh bagian tumbuhan.
Spora yang menghasilkan sporofit akan tumbuh membentuk struktur gametofit berbentuk hati
yang disebut protalus atau protalium. Gametofit tumbuhan paku hanya berukuran beberapa
milimeter dan dari sebagian besar tumbuhan paku memiliki gametofit berbentuk hati yang disebut
protalus. Protalus berupa lembaran, memiliki rizoid pada bagian bawahnya, serta memiliki klorofil
untuk fotosintesis. Protalus hidup bebas tanpa bergantung pada sporofit untuk kebutuhan
nutrisinya. Gametofit jenis tumbuhan paku tertentu tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat
berfotosintesis. Makanan tumbuhan paku tanpa klorofil diperoleh dengan cara bersimbiosis dengan
jamur. 10 Gametofit memiliki alat reproduksi seksual yaitu jantan adalah anteridium yang
menghasilkan spermatozoid berflagelum sedangkan alat reproduksi betina adalah arkegonium
yang menghasilkan ovum.

Gametofit tumbuhan paku jenis tertentu memiliki dua jenis alat reproduksi pada satu individu.
Gametofit dengan dua jenis alat reproduksi disebut gametofit biseksual. Gametofit yang hanya
memiliki anteridium saja atau arkegonium saja disebut disebut gametofit uniseksual. Gametofit
biseksual dihasilkan oleh paku heterospora (paku yang menghasilkan dua jenis spora yang
berbeda).

 Klasifikasi tumbuhan paku

Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Paku Homospora
Paku Homospora yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan satu jenis spora
yang sama besar. Contohnya adalah paku kawat (Lycopodium). b. Paku Heterospora Paku
heterospora merupakan jenis tumbuhan paku yang menghasilkan dua jenis spora yang
berbeda ukuran. Spora yang besar disebut makrospora (gamet betina) sedangkan spora
yang kecil disebut mikrospora (gamet jantan). Contohnya adalah paku rane (Selaginella)
dan Semanggi (Marsilea). c. Paku Peralihan Paku peralihan merupakan jenis tumbuhan
paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, serta diketahui
gamet jantan dan betinanya. Contoh tumbuhan paku peralihan adalah paku ekor kuda
(Equisetum).
Berdasarkan struktur morfologinya, tumbuhan paku diklasifikasikan menjadi empat
subdivisi, yaitu paku purba (Psilopsida), paku kawat (Lycopsida), Paku ekor kuda
(Sphenopsida), dan paku sejati (Pteropsida).
1). Paku Purba (Psilopsida) Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini
diperkirakan hanya tinggal 10 spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba hidup
di daerah tropis dan subtropis. Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan
tidak memiliki daun sejati. Paku purba yang 13 memiliki daun pada umumnya berukuran
kecil (mikrofil) dan berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi dengan tinggi
mencapai 30 cm hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki pembuluh pengangkut.
Batang paku purba mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cabang
batang mengandung mikrofil dan sekumpulan sporangium yang terdapat di sepanjang
cabang batang. Sporofil paku purba menghasilkan satu jenis spora (homospora).
Gametofitnya tidak memiliki klorofil dan mengandung anteridium dan arkegonium.
Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk memperoleh nutrisi. Contoh
tumbuhan paku purba yaitu paku purba tidak berdaun (Rhynia) dan paku purba berdaun
kecil (Psilotum).
2). Paku Kawat (Lycopsida) Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku,
terutama dari genus Lycopodium dan Selaginella. Paku kawat banyak tumbuh di hutan-
hutan daerah tropis dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di
tanah. Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan paku
kawat berukuran kecil dan tersusun rapat. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun
membentuk strobilus pada ujung batang. Strobilus berbentuk kerucut seperti konus pada
pinus. Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah. Pada paku rane (Selaginella)
sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu mikrosporangium dan megasporangium.
Mikrosporangium 14 terdapat pada mikrosporofil (daun yang mengandung
mikrosporangium). Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh
menjadi gametofit jantan. Megasporangium terdapat pada megasporofil (daun yang
mengandung megasporangium). Megasporangium menghasilkan megaspora yang akan
tumbuh menjadi gametofit betina.
Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil. Gametofit memperoleh
makanan dari jamur yang bersimbiosis dengannya. Gemetofit paku kawat ada yang
uniseksual, yaitu mengandung anteridium saja atau arkegonium saja. Gametofit paku kawat
juga ada yang biseksual, yaitu mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit
uniseksual terdapat pada Selaginella. Selaginella merupakan tumbuhan paku heterospora
sedangkan gametofit biseksual terdapat pada Lycopodium.
3). Paku Ekor Kuda (Sphenopsida) Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25
spesies dari satu genus, yaitu Equisetum. Habitat utama tumbuhan ini hidup pada habitat
lembab di daerah subtropis. Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan
rata-rata tinggi Equisetum kurang dari 1 m. Equisetum memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik.
Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda. Batangnya
yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika. Sporangium 15 terdapat pada
strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga Equisetum digolongkan
pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter
tetapi dapat melakukan fotosintesis. Gametofitnya mengandung anteridium dan
arkegonium sehingga merupakan gametofit biseksual.
4). Paku Sejati (Pteropsida) Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling
sering kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan
subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae
memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau
batang di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki
tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung
(circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi (Marsilea crenata),
Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium nidus), suplir
(Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla pinnata), dan Dicksonia antarctica.

3. Alat Dan Bahan


- Mokroskop sterio
- Kaca pembesar
- Petridisk
- Contoh-contoh tumbuhan paku

4. Langkah Kerja
- Ambil beberapa jenis tumbuhan paku yang telah disediakan
- Gambar bentuk umum dan bagian-bagiannya. Perhatikan bentuk dan letak soros dengan
mengamati menggunakan kaca pembesar atau mikroskop sterio
- Tulis kedudukannya dalam sistematika tumbuhan

5. Hasil Dan Pembahasan

No Hasil Teori Hasil Praktikum Keterangan


1

Paku ekor kuda


Klasifikasi:
Nama ilmiah: Equisetum
Kelas: Equisetopsida
Ordo: Equisetales
Kingdom: Plantae
Klasifikasi lebih
tinggi: Equisetaceae
Divisi: Pteridophyta

Pembahasan:
Paku ekor kuda merujuk
pada segolongan
kecil tumbuhan (sekitar
20 spesies) yang
umumnya terna kecil dan
semua masuk dalam
genus Equisetum (dari equu
s yang berarti "kuda"
dan setum yang berarti
"rambut tebal" dalam bahasa
Latin).
2

Paku tanduk rusa


(platycerium)

Klasifiaksi:

Kingdom: Plantae

Divisi: Pteridophyta

Kelas: Pteridopsida
Ordo: Polypodiales

Famili: Polypodiaceae

Genus: Platycerium
Pembahasan:

Paku tanduk rusa adalah


sekelompok (sekitar
18 jenis) tumbuhan
paku epifit yang semuanya
tergabung
dalam marga Platycerium'.
Tumbuhan ini memiliki
penampilan yang khas
karena memiliki dua
tipe ental dengan fungsi dan
bentuk yang jelas berbeda,
dengan salah satu tipe
entalnya bercabang-cabang
berbentuk
seperti tanduk rusa. Paku
yang juga dikenal
sebagai simbar
menjangan ini dapat
dijumpai tumbuh liar di
berbagai penjuru
daerah tropika dan
subtropika dunia
Daftar Pustaka

Rosoepoo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,


Pteridophyta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Th, Gilbert M. 1995 Cryptoggamic Botany Volume I. Algae and Fungi. McGraw-Hill Books
Company, INC. New York

Anda mungkin juga menyukai