Anda di halaman 1dari 10

Journal Reading

A clinical study of Congenital Cataract

Oleh:
Andini Hidayani Dalimunthe

Pembimbing :
dr. Kaherma Sari, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


ILMU KESEHATAN MATA
RSUD SIAK SRI INDRAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
nikmat dan pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan jurnal dengan
judul “A clinical study of congenital cataract” yang diajukan sebagai
persyaratan untuk mengikuti KKS Ilmu penyakit mata di RSUD Siak Sri
Indrapura. Shalawat beriring salam kami hadiahkan kepada nabi besar
Muhammmad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliah menuju alam
yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Dalam menyelesaikan jurnal ini penulis banyak mendapat bantuan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak hingga jurnal ini dapat selesai
tepat pada waktunya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada dr. Kaherma Sari, Sp.M atas bimbingan dan pertolongannya selama
menjalani kepanitraan klinik Senior ini.
Mohon maaf jika dalam penulisan jurnal ini terdapat kesalahan.
Penulis mohon kritikan dan saran pembaca demi kesempurnaan jurnal ini dan
selanjutnya. Atas perhatian dan sarannya kami ucapkan terima kasih.

19 September 2018

Penulis
KAJIAN KLINIS KATARAK KONGENITAL

Abstrak
Tujuan: Untuk mempelajari penyebab katarak kongenital, manajemen
dan visual. Metode: studi retrospektif yang dilakukan di pusat perawatan
mata tersier dari januari 2014 hingga desember 2014. 20 anak dengan usia
mulai dari 1 bulan hingga 11 tahun yang dimasukkan ke dalam penelitian
setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Semua anak-anak menjalani
pemeriksaan klinis menyeluruh sebelum melakukan operasi. Anak-anak
menjalani operasi katarak insisi kecil dengan lensa intra okuler,
fakoemulsifikasi dengan lensa intra okuler,sclera terfiksasi lensa intraokuler.
Hasil: 20 anak memiliki katarak congenital dikedua mata. Diantara
mereka, 9 adalah laki-laki dan 11 perempuan. Hubungan darah terdapat pada
16 anak-anak dan orang tua dari 4 anak tidak memiliki riwayat. Pembedahan
dilakukan pada semua anak-anak. Ketajaman visual pra operasi berkisar dari
persepsi cahaya hingga 6/24.setelah dilakukan operasi, 60% (23 mata)
memiliki ketajaman 6/60 hingga 6/18. selebihnya memiliki persepsi cahaya
hingga 5/60.
Kesimpulan: studi mengungkapkan bahwa keterkaitan antara
berbagai tingkat merupakan factor etiologi dan bahwa ketajaman visual
mereka sebelum intervensi bedah sangat buruk. Setelah operasi ketajaman
visual meningkat pada kisaran 6/60 hingga 6/18 pada 60% anak-anak. Kajian
diambil dari pandangan bahwa pentingnya intervensi bedah dini pada anak-
anak dengan katarak congenital dan memberikan mereka masa depan yang
lebih baik. Pengakuan dan intervensi tepat waktu dapat menghilangkan
kejadian kebuataan karena katarak pada masa anak-anak sebagai kondisi yang
dapat diobati.
Kata kunci: consanguinity (hubungan darah), infeksi maternal,
nistagmus.

PENDAHULUAN
Katarak pada anak-anak dapat mengakibatkan 5%-20% kebutaan pada
anak-anak diseluruh dunia dan untuk persentase penglihatan anak-anak lebih
tinggi di Negara berkembang. Prevalensi katarak masa kecil bervariasi dari
1,2 hingga 6,0 kasus per 10.000 bayi. Penatalaksanaan katarak tepat waktu
diikuti dengan rehabilitasi visual yang cepat merupakan hal yang paling
penting pada anak-anak. Penyebab penting katarak pada masa anak-anak
termasuk kelainan genetic, infeksi intrauteruna, gangguan metabolisme, obat
yang diinduksi, trauma dan gangguan mata lainnya.seperti iniridia,
micropthalmia, vitreus primer hiperplastik permanen dan sindrom pembelahan
segmen anterior. Di negara maju katarak yang paling umum adalah katarak
congenital. Di beberapa Negara berkembang , sekitar 25% katarak infantile
adalah karena infeksi rubella congenital. Secara global terdapat 190.000 anak-
anak yang buta karena katarak. Katarak pada anak-anak dapat hadir saat lahir
(katarak congenital) atau mungkin muncul setelah beberapa tahun kemudian
(katarak developmental). Dalam penelitian ini telah dilakukan gambaran
rincian klinis katarak congenital.

TUJUAN DARI KAJIAN INI


Untuk mempelajari penyebab katarak congenital, manajemen dan hasil
visual.

BAHAN DAN METODE


Merupakan penelitian retospektif yang dilakukan di perguruan tinggi
kedokteran pemerintah mulai januari 2014 hingga desember 2014. Dua puluh
anak dengan usia mulai dari 1 bulan hingga 11 tahun dimasukkan dalam
penelitian.

Kriteria inklusi
1. Anak-anak dengan usia ≤ 11 tahun
2. Anak-anak dengan penglihatannya tidak kurang dari pergerakan atau
lambaian tangan
3. Anak-anak dari keluarga orang tua yang memiliki riwayat dan orang tua
yang tidak memiliki riwayat .
Kriteria eksklusi
1. Anak-anak dengan usia  11 tahun
2. Anak-anak dengan penglihatannya dibawah dari gerakan lambaian tangan
Riwayat keturunan, riwayat kelahiran, pemeriksaan rutin ocular dengan
kelainan ocular telah dilakukan.

Pemeriksaan berikut yang telah dilakukan:


 rekaman ketajaman visual dan pola fiksasi dimasing-masing mata
 pembiasan
 tes cover-uncover / tes hirschbergs.
 Nistagmus
 pemeriksaan slit lamp
 B-scan dalam kasus katarak padat.
Pemeriksaan pasca operasi menyeluruh dan komprehensif dilakukan
untuk setiap pasien mulai dari hari pasca operasi 1 sampai tanggal dilepaskan
dari rumah sakit yang mana biasanya ke 4 dan ke 5..
Pada hari ke 5 pasca operasi, retinoskopi dilakukan dan kacamata
diresepkan untuk sebagian besar pasien. Untuk usia yang lebih dewasa dan
bisa membaca maka diuji secara subjektif dengan grafik snellen dan kacamata
yang sesuai.

HASIL
Merupakan penelitian retrospektif yang dilakukan selama satu periode dan
setengan tahun di perguruan tinggi kedokteran. 20 pasien yang termasuk
dalam hal ini adalah seorang pelajar. Hasil studi diatas adalah sebagai berikut
(Tabel 1-6).
sex No. of patients No of patients in %
Male 09 45%
Female 11 55%
Table 1. gender distribution
Distribusi pasien antara jenis kelamin kurang lebih seimbang, dengan
lebih berat sedikit pada wanita. 45% dari pasien laki-laki dan 55% dari pasien
perempuan.
Dalam penelitian ini, 40 mata dari 20 pasien dengan katarak
congenital dioperasikan. Jumlah maksimum pasien dalam kelompok usia
antara 1-6 tahun. Jumlah pasien paling sedikit ditemukan pada kelompok usia
1 bulan-6 bulan. (Tabel 2).
Age group percentage
1 bulan - 6 bulan 5%
7 bulan – 12 bulan 10%
1 tahun – 6 tahun 50%
7 tahun – 12 tahun 35%
Table 2. katarak congenital

Secara rinci diambil untuk semua pasien yang termasuk kelas


consanguinity 1, grade II, grade III dan non consanguinity (Tabel 3).

Consanguinity No. of patients


Grade I 3 (15%)
Grade II 7 (35%)
Grade III 6 (30%)
Non - Consanguinity 4 (20%)
Table 3. Grade of consanguinity

15% dari pasien memiliki riwayat positif grade I consanguinity


35% dari pasien memiliki riwayat positif dari grade II consanguinity
30% dari pasien memiliki riwayat positif dari grade III consanguinity
Non consanguinity ditemukan pada 20% pasien.

S.No Preoperative No of eyes Post No of eyes


visual acuity operative
visual acuity
1 PL 11 (27.50%) PL 1 (0%)
2 HM 3 (7.5%) HM 2 (5%)
3 CFC 4 (10%) CFC 2 (5%)
4 1/60-5/60 18 (45%) 1/60-5/60 12 (30%)
5 6/60-624 4 (10%) 6/60-6/18 23 (60%)
Table 4. pre and post operative visual acuity

Tabel ini memberikan rentang ketajaman visual 27,5% pasien memiliki


ketajaman visual PL
 7,5% dari pasien memiliki ketajaman visual dari HM
 10% dari pasien memiliki ketajaman visual CFC.
 45% pasien memiliki penglihatan mulai dari 1/60 - 5/60.
 yang tepat untuk semua pasien sebelum operasi.
 10% dari pasien memiliki penglihatan mulai dari 6/60 – 6/24

Pembedahan dilakukan terutama dibawah anestesi umum. Sebagian


besar anak-anak menjalani SICS dengan IOL. Phacoemulsifikasi dengan IOL
dilakukan di 4 mata, sclera fiksasi IOL dalam 2 mata, dan SICS dengan IOL
dalam 34 mata (Tabel 5).
S.No Types of surgery No. of eyes
1 Phaco with IOL 4 (10%)
2 SICS with IOL 34 (85%)
3 S.F IOL 2 (5%)
Table 5. Types of surgeries

S.No Visual acuity No of eyes


1 PL 1 (0%)
2 HM 2 (5%)
3 CFC 2 (5%)
4 1/60-5/60 12 (30%)
5 6/60-6/18 23 (60%)
Table 6. Postoperative visual acuity
Ketajaman visual pada periode pasca operasi dicatat dengan koreksi
yang sesuai.
 5% dari pasien memiliki ketajaman visus dari HM.
 5% dari pasien memiliki ketajaman visus CFC
 30% pasien memiliki visus mulai dari 1/60 – 5/60
 60% pasien memiliki visus mulai dari 6/60 – 6/18

DISKUSI
Dalam penelitian ini, data klinis dan bedah dari 40 mata dan 20 anak-
anak dengan pasien katarak congenital yang dilakukan rumah sakit antara
januari 2014 hingga desember 2014. Ada banyak prosedur bedah yang
dijelaskan untuk pengobatan katarak termasuk iridectomi perifer (untuk
sentral opasitas), tusuk jarum dan aspirasi, lensektomi, tangkap optic lensa
intraocular ruang posterior setelah fakoemulkifikasi. Untuk secara visual
merehabilitasi penglihatan pada mata infantil setelah katarak ekstraksi, mata
harus focus secara optic dan terapi harus dimulai untuk mengobati dan
mencegah perkembangan ambliopia lebih lanjut.
Studi yang dilakukan oleh forbes dkk tentang manajemen bedah dari
katarak pada anak-anak menunjukkan kebutuhan untuk operasi awal pada atau
sebelum 6 minggu usia dan sebelum pengembangan penglihatan binocular
yang akan memberikan prognosis visual yang baik. Inferensi ini bertepatan
dengan penelitian ini.
Sebuah laporan kasus yang disajikan oleh Ruth dkk menyebutkan
tentang katarak ekstraksi dengan implantasi IOL pada anak berusia 8 minggu.
Anak memiliki penglihatan yang baik dimata yang dioperasi daripada mata
normal. Ini juga cocok dengan penelitian ini berkaitan dengan prognosis
visual pasca operasi.
Ledoux dkk telah melakukan penelitian retrospektif terhadap 510 anak
yang menjalani operasi katarak dengan implantasi IOL. Usia rata-rata pasien
sekitar 5 tahun. Visus dinilai 4 tahun setelah operasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 50% memiliki ketajaman visual yang lenih baik daripada
20/30 dan 50% lebih buruk dari 20/30. Ini sebanding dengan data penelitian
ini.
Tantangan sebenarnya dimulai setelah operasi katarak seperti anak
dengan kesalahan bias kotor, yang dapat mengarah pada pengembangan
amblyopia jika tidak diperbaiki segera. Untuk mendapatkan hasil visual yang
bagus setelah operasi katarak pada anak-anak tetap sulit, membutuhkan usaha
ekstra dan kesabaran pada bagian dari dokter mata dan kepatuhan yang baik
dari orang tua
Dalam penelitian ini, semua 20 anak memiliki katarak congenital pada
kedua mata. Diantara mereka 19 adalah laki-laki dan 11 perempuan. Yang
paling muda anak dalam penelitian ini berusia 1 bulan dan yang tertua berusia
11 tahun. Ketidakseimbangan hadir di 16 anak-anak dan orang tua dari 4 anak
yang tidak terkait. Pembedahan dilakukan pada semua anak- insisi kecil
katarak dengan lensa intra ocular di 34 mata, phaco dengan lensa intra ocular
pada 2 mata, dan skleral fixated lensa intra ocular pada 2 mata. Ketajaman
visualpra operasi berkisar dari persepsi terang ke 6/24. Setelah operasi, 60%
(23 mata) memiliki penglihatan 6/60 hingga 6/18. Sebagian mata memiliki
persepsi cahaya hingga visus 5/60.

RINGKASAN
Penelitian retrospektif ini berjudul “Sebuah studi klinis tentang katarak
kongenital” yang termasuk 40 mata dari 20 anak-anak dengan katarak
congenital mengungkapkan bahwa consanguinity (hubungan darah) dari
berbagai tingkatan adalah factor penyebab dan ketajaman visual mereka
sebelum intervensi bedah sangat buruk. Setelah operasi, ketajaman visual
meningkat dalam kisaran 6/60 hingga 6/18 hingga 60% dari anak-anak. Ini
jelas merupakan anugerah yang sangat besar anak yang buta dan juga pada
orang tua dan masyarakat.
Pengelola katarak congenital sangat komplek, dan seharusnya hanya
dilakukan dipusat spesialis. Namun setiap pekerja mata dapat memainkan
peran dengan membantu penemuan kasus dan meninjaklanjuti. Pengakuan
dan intervensi yang tepat waktu dapat menghilangkan buta yang bertahun-
tahun karena katarak masa kanak-kanak sebagai kondisi dapat diobati.

Anda mungkin juga menyukai