Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN


KASUS HIPERTENSI PADA LANSIA

Dosen Pembimbing : Mariani, S.Kep.,M.PH

Oleh :
Badik Munawaroh
NIM: 14401.16.17004

PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATAY PESANTREN


ZAINUL HASAN GENGGONG PADJARAKAN
PROBOLINGGO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Badik Munawaroh


NIM : 14401.16.17004
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik dengan kasus Hipertensi pada Ny A.

Probolinggo, 16 Mei 2020

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(Mariani, S.Kep.,M.PH) (Badik Munawaroh)


LEMBAR KONSULTASI

Isi
No. Tanggal Saran Pembimbing TTD
Konsul
1. 08 Mei Askep 1) Cek penulisan
2020 2) Pada data khusus di
lengkapi dengan hasil
observasinya, misal kepala
warna rambut, telinga,
kebersihannya bagaimana,
mulut giginya masih
ompong atau utuh.
3) Fokuskan ke masalah
hipertensinya
4) Tambahkan RR
5) Lanjutkan ke tahap
implementasi dan
evaluasinya

1. Cek kembali penulisan


huruf dan spasinya nya
2. Pada poin keadaan
umum, jelaskan KU
nya bagaimana dan
tambahkan hasi
pemeriksaan TTV
3. Lengkapi kegiatan
penyulhan dengan bukti
dokumentasi
ASKEP Revisi ACC
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

1. Pengertian Lanjut Usia


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008).
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun.
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan
menjadi:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau
65 tahun,
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang
dibagi lagi dengan:
a) 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),
b) lebih dari 80 (very old).
c. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994)
menjadi tiga kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang
baru memasuki lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
3. Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho,
2000 dalam buku R. Siti Maryam, dkk, 2008). Tipe tersebut dapat dibagi
sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik
dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

4. Teori – Teori Penuaan


1. Teori Biologik

a.Teori Genetik dan Mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram


oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
b. Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah


c.Autoimun

Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.

d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e.Teori radikal bebas

Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan


bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.
2. Teori Sosial

a. Teori aktifitas

Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial
b. Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai


melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun
kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
1) Kehilangan peran

2) Hambatan kontrol sosial

3) Berkurangnya komitmen

c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu,
dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 11111954).
Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan
dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada
tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan
tersebut tercapai.
b. Teori individual jung

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari


seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda
dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian
individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran
bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar
atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan
R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang
mempengaruhi penuaan adalah sebagai berikut:
a. Hereditas (Keturunan/Genetik)
b. Nutrisi (Asupan Makanan)
c. Status Kesehatan
d. Pengalaman Hidup
e. Lingkungan
f. Stress

6. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada
lansia adalah sebagai berikut:
1.      Perubahan Biologis
a.       Sel
Jumlah sel menjadi menurun atau lebih sedikit, ukuran sel lebih besar,
berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di
otak; otot; ginjal; darah dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi atrofi (beratnya
berkurang 5-10%), lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan
melebar.
b.      Perubahan Sistem Persyarafan
Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan bertambahnya usia.
Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel syaraf
yang tidak bisa diganti. Terjadi penurunan sintesis dan neuro
transmitter utama. Impuls saraf dihantarkan lebih lambat, sehingga
lansia memerlukan waktu yang lebih lama untukmerespons dan
bereaksi.
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan
menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra
sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif
terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang
sensitif terhadap sentuhan.
Waktu reaksi yang lama menyebabkan lansia beresiko mengalami
kecelakaan dan cedera. Kehilangan kesadaran atau pingsan dapat
terjadi bila orang tersebut berdiri terlalu cepat dari posisi berbaring
atau duduk. Perawat harus menasehati orang tersebut untuk menunggu
waktu merespons terhadap rangsang dan bergerak lebih pelan.
Kebingungan yang terjadi tiba-tiba mungkin merupakan gejala awal
infeksi atau perubahan kondisi fisik (pneumonia, infeksi saluran
kencing, interaksi obat, dehidrasi dan lainnya).
c.       Perubahan Penglihatan
Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan luar lensa mata,
maka sel tengah yang tus akan menumpuk dan menjadi kuning, kaku,
padat dan berkabut. Jadi, bagian luar lensa yang masih elastic untuk
berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan dekat.
Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan gelap dan terang dan memerlukan sinar yang
lebih terang untuk melihat benda yang sangat dekat. Meskipun kondisi
visual patologis bukan merupakan bagian penuaan normal, namun
terjadi peninekatan penyakit mata pada lansia.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis,
daya membedakan warna menurun.

d.      Perubahan Pendengaran


Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada berfrekuensi
tinggi terjadi pada usia pertengahan. Ini disebabkan karena perubahan
telinga dalam yang irreversible. Lansia sering tidak mampu mengikuti
percakapan karena nada konsonan frekuensi tinggi (huruf f, s, th, ch,
sh, b, t, p) semuanya terdengar sama. Ketidakmampuan
berkomunikasi, membuat mereka terasa terisolasi dari menarik diri
dari pergaulan social. Bila dicurigai ada gangguan pendengaran, maka
harus dilakukan kajian telinga dan pendengaran.
e.       Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada
semua kelompok umur termasuk lansia. Angka kematian akibat
penyakit kardiovaskuler juga meningkat dengan meningkatnya usia.
Perubahan structural yang normal dari penuaan yang terjadi pada
jantung dan system vascular mengakibatkan kemampuannya untuk
berfungsi secara efisien menurun.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari tidur
ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal
±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.

f.       Perubahan Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh


Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan
antara lain: temperatur tubuh menurun (hipotermi) yang secara
fisiologis keadaan ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan
reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot. Pada kondisi ini, lanjut usia
akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah.
g. Perubahan Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi yang berikut :
peningkatan diameter anterioposterior dada, kolaps osteoporotic
vertebra yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura konveks
tulang belakang), kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas
alveoli. Peningkatan rigiditas atau hilangnya recoil elastisitas paru
mengakibatkan peningkatan volume residual paru dan penurunan
kapasitas vital.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya
aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak
berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
Fungsi traktus gastrointestinal biasanya tetap adekuat sepanjang
hidup. Namun demikian beberapa orang lansia mengalami
ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat. Peristaltic di
esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter
gastroesofagus gagal berelaksasi dan keluhan utama biasanya berpusat
bpada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan pencernaan.
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
Peningkatan kesehatan untuk sistem gastrointestinal pada lansia
dapat dipandu untuk meningkatkan fungsi gastrointestinalnya untuk
mengikuti praktik peningkatan kesehatan seperti; menggosok gigi
setiap hari, perawatan gigi yang teratur, menghindari aktivitas berat
setelah makan, makan makanan tinggi serat, diet rendah lemak, minum
banyak air, menjaga kebiasaan defekasi secara teratur, dan
menghindari laksatif dan antasida.
i. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya
menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita
sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas
jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse
berefek pada seks sekunder.
Peningkatan kesehatan sistem genitourinaria dilakukan dengan
mengonsumsi cairan yang mencukupi sangat penting untuk mencegah
infeksi kandung kemih dan memelihara keseimbangan cairan.
Masalah kontinensia urin dan sering berkemih dapat dikurangi
bila individu lansia mengikuti petunjuk berikut:
1) Selalu dekat dengan fasilitas kamar mandi
2) Berkemih secara teratur
3) Melatih otot dasar panggul
Latihan otot dasar panggul sangat berguna dalam mengurangi
gejala stress dan dorongan inkontinensia. Karena untuk mencapai
control muskulus yang baik diperlukan latihan beberapa minggu,
maka individu lansia harus didorong untuk melakukan latihan secara
teratur.
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone,
dan testoteron.
k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan
pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum
usia 40 tahun. Kehilangan densitas tulang yang massif akan
mengai]kibatkan osteoporosis. Kondisi ini kebanyakan terjadi pada
wanita pasca menopausedan berhubungan dengan inaktivitas, masukan
kalsium yang tidak adekuat, dan kehilangan estrogen. Perubahan
tersebut mengakibatkan penurunan mobilitas, keseimbangan dan
fungsi organ internal berkurangnya ukuran otot dan kehilangan
kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanannya sebagai akibat penurunan
aktivitas pada lnsia yang ditandai dengan nyeri punggung.  
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
Peningkatan kesehatan tulang pada lansia dengan osteoporosis.
Osteoporosis  merupakan masalah yang sering terjadi pada wanita
lansia. Demineralisasi yang terjadi pada osteoporosis dipercepat
dengan hilangnya estrogen, inaktivitas, dan diet rendah kalsium tinggi
fosfat. Perawat dapat menganjurkan:
a.    Masukan tinggi kalsium
b.    Diet rendah fosfor
c.    Olahraga
Peningkatan kesehatan untuk fungsi musculoskeletal dengan
melaksanakan Program olahraga rutin harus dijalankan seumur hidup
atau dimulai pada lansia. Aksioma ”gunakan atau kamu kehilangan”
sangat sesuai dengan kapasitas fisik lansia.
Hambatan terbesar untuk berolahraga adalah perilaku
masyarakat secara keseluruhan dan perilaku negative lansia itu
sendiri. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dengan
mmberi semangat dan menantang lansia untuk berpartisipasi dalam
program olahraga dengan teratur.
m. Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita antara lain
vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut, uterus
mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva, selaput lendir vagina
menurun. Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi
pria antara lain ada penurunan secara berangsur-angsur meskipun
testis masih dapat memproduksi spermatzoa, dan sebanyak ±75% pria
usia di atas usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat.
2.      Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.
3.      Perubahan Psikososial
a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan
rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung
panik dan depresif.
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan
sosioekonomi.
c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status,
teman atau relasi.
d. Sadar akan datangnya kematian.
e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit kronis.
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan syaraf panca indra.
j. Gizi
k. Kehilangan teman dan keluarga.
l. Berkurangnya kekuatan fisik
4.    Perubahan kultural
a.   Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki
standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok
seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan
ikiran dan perilaku mereka. (Harwood, 1981)
b.    Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang
kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang
menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang
luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau secara efektif
dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan
kepercayaan.
a. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa
ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk
melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn 1972, bahwa tiap bahasa adalah
merupakan jalan khusus untuk meneropong dan interprestasi pengalaman tiap
bahasa membuat tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang
dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun
individu berbicara dengan bahasa yang sama. Perawat kadang kesulitan
untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana, bebas dari bahasa
yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan
ahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya .

b. Jarak Pribadi dan Kontak Jarak pribadi


adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel. Pengertian tentang jarak
pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses
pengkajian dan peningkatan interaksi perawat klien. Profesional kesehatan
merasa bahwa mereka mempunyai ijin keseluruh daerah badan klien. Kontak
yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan fisik, perawat
hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan mengenal
kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak
privasi.
e.    Pandangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit
Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cra
memberi etika kepada penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada
siapa mereka harus mengkomunikasikan masalah – masalah kesehatan dan
berapa lama mereka berada dalam pelayanan. Karena kesehatan dibentuk
oleh faktor – faktor budaya, maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan
kesehatan, status kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam dan
diantara budaya yang berbeda – beda.
1. Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia
a. Upaya Promotif

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di


sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk
lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya
peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas
masyarakat lanjut usia.

1) Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Dachroni tahun 1998,
PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang
garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada
pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam bidang
kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visipromosi
kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya hidup
sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas
30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti
rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.

2) Gizi untuk Lanjut Usia

Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia
untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi,
yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai
kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi
seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan
zat pengatur.

a) Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras,
jagung, ubi dan lainya yang mengandung karbohidrat.

b) Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan


mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu.
c) Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.
d) Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral
yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh
contohnya sayuran dan buah.

b. Upaya Preventif

Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan
komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan
pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia
(posyandu lansia) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat
(KMS) lanjut usia.

c. Upaya Kuratif

Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan dapat di
lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut
ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas
pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan
Desa. Apabila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan
fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun
upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan
fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.

2. Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan
penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000)
keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia
yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan,
implementasi serta evaluasi.

3. Fungsi Perawat Gerontik


Menurut Eliopoulous (2005), fungsi perawat gerontologi adalah:
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang
pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (Menghormati hak
orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang
sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan mendorong
kualitas pelayanan).
5. Notice and reduce risks to health and well being (Memerhatikan serta mengurangi
risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6. Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan).
7. Open channels for continued growth (Membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya).
8. Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9. Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat, dukungan dan
harapan).
10. Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian).
11. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan perawatan
restoratif dan rehabilitatif).
12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur perawatan).
13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner
(Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu
dan perawatan secara menyeluruh).
14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).
16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other
(Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual).
17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern
(Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya
bekerja).
18. Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

4. Lingkup Keperawatan Gerontik


Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai
akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan
untuk mengatas keterbatasan lansia. Sifatnya adalah independen (mandiri),
interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik.

1. pngertian Hipertensi

Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis


(yaitu meningkat secara perlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri
sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa
penyebabnya, mengikuti suatu pola yang khas (Wolff, 2006).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang
hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah
tinggi pada penyakit kardiovaskular (Price, 2006).

2. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:


1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan pening-katan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter ter-diagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

1. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
Tingkat 4 (sangat berat) ≥210 ≥120

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu :


a. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya, yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis
sistem renin, angiotensin, dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan risiko adalah obesitas, merokok, alkohol, dan polisitemia.
a. Hipertensi Sekunder
Penyebab, yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

2. Etiologi dari Hipertensi


Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok,
alkohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikendalikan
a. Umur
Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambah-nya umur seseorang. Ini
disebabkan karena dengan bertambahnya umur, dinding pembuluh darah
mengalami perubahan struktur. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi
kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pem-buluh darah besar
yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah diastolik meningkat sam-pai dekade kelima dan keenam kemudian
menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan
beberapa peruba-han fisiologis. Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi
perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor
pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang. Sedangkan peran ginjal juga
sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
b. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita. Hipertensi
berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada
wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat
badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pria lebih
berhubungan dengan kurang nyaman dengan pekerjaan dan pengangguran.
c. Genetik (Keturunan)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menye-babkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium.
Individu yang memiliki orang tua dengan hipertensi berisiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi.
Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah. Adapun
hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak. Otak akan
bereaksi terhadap niko-tin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan
oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah karena jantung
dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan
jaringan tubuh (Astawan, 2002).
b. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
patogenesis hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi
terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah
(Basha, 2004). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormal-kannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Garam
mempunyai sifat menahan air. Mengonsumsi garam lebih atau makan makanan
yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari
pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak
berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan, sebaliknya
dengan membatasi jumlah garam yang dikonsumsi (Wijayakusuma, 2000).
c. Obesitas
Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa
penyakit degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya lemak pada perut
berhubungan erat dengan hipertensi. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Semakin besar massa tubuh maka semakin
banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan
merupakan faktor risiko independen yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh
faktor risiko lain.
d. Kurang Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah maka akan memu-
dahkan terjadinya hipertensi.
e. Stres Emosional
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Meskipun dapat
dikatakan bahwa stres emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk
jangka waktu yang sing-kat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan
menghilangnya penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat
permanen, maka seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga
stres menjadi suatu resiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan
darah karena ada pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-
menerus dirangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
4) 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
6) Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
7) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

PATHWAY

Umur jenis kelamin gaya hidup obesitas


Hipertensi

Kerusakan vaskular pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak pembuluh darah ginjal


vasokontriksi koroner blood flow menurun
Retensi suplai O2 afterload meningkat iskemi miocard respon
RAA
pembuluh edema
darah otak sinkop Nyeri dada
Penurunan fatique Kelebihan volume cairan
Nyeri akut Gangguan
curah jantung
Intoleransi
perfusi
aktivitas
serebral

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium

a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti

hipokoagulabilitas dan anemia

b. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal

c. Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin

d. Uranalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

ada DM

e. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

f. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,

perbaikan ginjal

h. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung

4. Komplikasi Hipertensi
a) Miokard infark
b) Stroke
c) Cerebral vaskular accident
d) Penyakit vascular perifer: aterosklerosis, aneurisma.
e) Gagal ginjal
f) Left ventricular failure
5. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penanganan : Mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas pe-nyerta
dengan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan temba-kau, latihan
dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan.
b. Perubahan cara hidup
c. Mengurangi intake garam dan lemak
d. Mengurangi intake alkohol
e. Mengurangi BB untuk yang obesitas
f. Latihan/peningkatan aktivitas fisik
g. Olah raga teratur
h. Menghindari ketegangan
i. Istirahat cukup
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Digunakan untuk penderita hipertensi ringan dengan berada dalam risiko tinggi
dan apabila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg dan
sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg.
Golongan/jenis obat anti hipertensinya, yaitu :
1) Golongan Diuretic
 Diuretik Thiazid. Misalnya : klortalidon, hydroklorotiazid.
 Diuretik Loop, Misalnya furosemid.
2) Golongan Penghambat Simpatis
Penghambatan aktivitas simpatis dapat terjadi pada pusat vaso-motor otak
seperti metildopa dan klonidin atau pada akhir saraf perifer, seperti golongan
reserpin dan goanetidin.
3) Golongan Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah
jantung dan efek penekanan sekresi renin. Misalnya, pindo-lol, propanolol,
timolol.
4) Golongan Vasodilator
Yang termasuk obat ini yaitu, prasosin, hidralasin, minoksidil, diazoksid dan
sodium nitrofusid.
5) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Misalnya : captropil.
6) Antagonis Kalsium
Golongan obat ini menurunkan curah jantung dengan cara meng-hambat
kontraktilitas. Misalnya : nifedifin, diltiasem atau verama-miu.
6. Discharge Planning
a. Berhenti merokok.
b. Pertahankan gaya hidup sehat.
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres.
d. Batasi konsumsi alkohol.
e. Penjelasan mengenai hipertensi.
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya secara rutin.
g. Batasan diet dan pengendalian berat badan.
h. Diet garam.
i. Periksa tekanan darah secara teratur.

b. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI


1. Pengkajian Keperawatan
Data Subyektif
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku, keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
registrasi.
b. Riwayat atau Adanya Faktor Risiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas/Istirahat
1) Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler.
b. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obs-truksi.
c. Neurosensori
i. Keluhan pusing.
ii. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
b) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d) Riwayat merokok.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin/hematokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubu-ngan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-
faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi jaringan.
3) Glukosa : Hiperglikemia (diabetes militus adalah pencetus hiper-tensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (me-ningkatkan hipertensi).
4) Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldo-steron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening-katkan
hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat meng-indikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
7) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokon-striksi dan
hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme pri-mer
(penyebab).
9) Urinalisasi : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi gin-jal dan/atau
adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindi-kasikan adanya
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai risiko terjadinya
hipertensi.
12) Streroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
13) IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab parenkim
ginjal, batu ginjal dan ureter.
14) Foto dada : Dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area katup ;
deposit pada dan atau takik aorta perbesaran jantung.
15) CT-Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, dan feokromisitoma.
16) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peningggian gelombang P ada-lah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi (Doenges, 2000).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen pencedera fisik
3. Intervensi keperawatan
1. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


1 Penurunan curah 1. Kekuatan nadi perifer Perawatan jantung akut
jantung b/d meningkat Observasi:
perubahan 2. Gambaran EKG aritmia 1. Identifikasi karakteristik
afterload menurun nyeri dada
3. Lelah menurun 2. Monitor aritmia
4. Tekanan darah membaik 3. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik:
1. Pertahankan tirah baring
minimal 12 jam
2. Pasang akses intravena
3. Sediakan lingkungan
yang kondusif untuk
beristirahat dan
pemulihan
4. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi
ansietas dan stress
5. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Edukasi:
1. Anjurkan segera
melaporkan nyeri dada
2. Ajarkan teknik
menurunkan kecemasan
dan ketakutan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
antiangina

2 Intoleransi 1. Frekuensi nadi Terapi aktivitas


aktivitas b/d meningkat Observasi :
kelemahan, 2. Kemudahan dalam 1. Identifikasi defisit
ketidakseimbang melakukan aktivitas tingkat aktivitas
an suplai dan sehari-hari 2. Identifikasi
kebutuhan meningkat kemampuan
oksigen 3. Keluhan lelah berpartisipasi dalam
menurun aktivitas tertentu
4. Dispnea saat 3. Monitor respons
aktivitas emosional, fisik,
5. Perasaan lemah sosial, dan spiritual
menurun terhadap aktivitas
6. Tekanan darah Terapeutik :
membaik 1. Fasilitasi fokus pada
7. Frekuensi napas kemampuan, bukan
membaik defisit yang dialami
2. Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
3. Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
4. Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
5. Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-
hari
Edukasi :
1. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
2. Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai

3 Nyeri akut b/d 1. Keluhan nyeri menurun Manajemen nyeri


Observasi:
agen pencedera 2. Kemampuan
fisik menuntaskan aktivitas 1. Identifikasi lokasi,
meningkat karakteristik,
3. Frekuensi nadi membaik durasi,frekuensi,
4. Pola napas membaik kualitas,intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi nyeri non
verbal
Teraupetik:
1. Berikan tehnik non
farmakologi (terapi
musik, terapi pijat, kopres
hangat/dingin)
2. Fasilitasi istirahat tidur
3. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgesik

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3. Jakarta: EGC
Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri. Jakarta : Yudistira.
Kozier, B.B., & Erb, G. (1987). Fundamentals of Nursing: Concepts and Procedures
Massachussets: Eddison Wesley
Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic Nursing. (2nd ed.). Missouri : Mosby Eliopoulos, C.
(2005). Gerontological Nursing (6 th Ed). Philadelphia: JB.
Lippincorl Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan
2012-2014. Jakarta : EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7
Volume 2. Jakarta : EGC
Madyaningratri,Ambar.2012.Fisiologi Sistem kardio vaskular
(Hemodinamika).Available:http://www.academia.edu/9841261/Fisiologi_Sistem_Kar
dio_Vaskular_Hemodinamika_. Diakses pada Selasa, 06 Oktober 2015 pukul 20.00
WITA
Putri, Puniari Eka.2012.Aliran Darah dan Denyut
Jantung.Available:https://id.scribd.com/doc/99106200/Aliran-Darah-Dan-Denyut-
Jantung. Diakses pada Selasa, 06 Oktober 2015 pukul 19.15 WITA
Shann,Resti.2012.Laporan Praktikum Anfisman Tekanan
Darah.Available:http://www.academia.edu/6475438/LAPORAN_PRAKTIKUM_ANFISMA
N_TEKANAN_DARAH. Diakses pada Selasa, 06 Oktober 2015 pukul 19.00 WITA
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI

PRODI DIII KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL
FORMAT
HASAN PENGKAJIAN GERONTIK
PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY
PESANTREN ZAINUL HASAN – PROBOLINGGO

1. Pengkajian
A. Riwayat klien/data biografis
1. Nama : Ny. A
2. Alamat : Dusun Krajan Kulon RT/RW 003/013
Desa Paleran Kecamatan Umbulsari
Kabupaten Jember
3. Telp :-
4. Tempat,tanggal lahir : Jember, 01-Juli-1963
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
8. Status perkawinan : Cerai Mati
9. Pendidikan : Tamat SD
10. Alamat : Dusun Krajan Kulon RT/RW 003/013
Desa Paleran Kecamatan Umbulsari
Kabupaten Jember
11. Orang yang paling dekat dihubungi : Anak
B. Riwayat keluarga
1. Pasangan
a. Hidup :-
b. Status kesehatan :-
c. Umur :-
d. Pekerjaan :-
e. Kematian : Satu Suami
f. Tahun meninggal : 2004
g. Penyebab kematian : Tidak ada faktor penyebab
2. Anak-anak
a. Hidup :3
b. Nama dan alamat : 1.Susmiati 2.Yuliana 3.Imam Safi’i, Dusun
Krajan Kulon RT/RW 003/013Desa Paleran
Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember
c. Kematian :-
d. Tahun meninggal :-
e. Penyebab kematian :-

C. Riwayat pekerjaan (narasikan)


1. Status pekerjaan saat ini : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A merupakan
Ibu Rumah Tangga dan kadang membantu
anaknya di toko
2. Pekerjaan sebelumnya : Sebelumya Ny A Pernah Bekerja Menjahit
Dirumah sendiri
3. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Ny. A
mengatakn untuk saait ini Ny. A dicukupi kebutuhannya oleh anaknya.

D. Riwayat lingkungan hidup (narasikan)


1. Tipe tempat tinggal :
2. Jumlah kamar : Ny. A mengatakan Terdapat 4 kamar:
kamar pertama ditempati oleh anak ketiga, dan kamar kedua ditempati oleh
cucunya, dan kamar ketiga ditempati oleh Ny. A dan kamar keempat ditempati
Sebagai Ruang Sholat
3. Jumlah tingkat : Ny. A mengatakn bahwa Rumahnya
hanya berlantai satu
4. Jumlah orang yang tinggal dirumah : Ny. A mengatakan didalam rumah
terdapat 4 orang yakni Ny. A sendiri, anak Ketiga dan suaminya, dan anaknya
dari anak ketiga
5. Derajat privasi : Didalam keluarga tidak ada rasa saling
menutupi akantetapi saling keterbukaan
antar sesama.
6. Tetangga terdekat : Ny. A mengatakan bahwa terdapat
banya tentangga terdekat yang dimiliki oleh Ny. A.
7. Alamat/telp : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak
memili nomer telefon dari tetangganya dikarnakan tidak memakai telfon.
E. Riwayat rekreasi (narasikan)
1. Hobi/minat : Ny. A mengatakan memiliki hobi memasak
2. Keanggotaan organisasi : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A mengikuti
sebuah organisasi Mslimatan, dan sholawatan.
3. Liburan/perjalanan : Ny. A mengatakan hanya menghabiskan waktu
luang bersama keluarga
F. Sumber/sistem pendukung yang digunakan (narasikan)
1. Dokter : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A kalau berobat
kedokter
2. Rumah sakit : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak pernah
kerumah sakit jika berobat.
3. Klinik : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak pernah
berobat ke bidan setempat
4. Pelayanan kesehatan dirumah : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A mendapat
pelayan berupa tensi ketika mengikuti kegiatan
lansia
5. Makanan yang dihantarkan : Ny. A mengatakn bahwa Ny. A memasak
bersama dengan anaknya dan dibelanjakan oleh
anaknya
6. Perawatan sehari-hari : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A melakukan
perawatan sehari-hari dengan mandiri
G. Deskripsikan khusus kebiasaan waktu tidur: Ny. A mengatakan biasanya sebelum
tidur menonton tv dengan keluarga.
H. Status kesehatan saat ini (masing-masingpoint dinarasikan)
1. Status kesehatan umun selama satu tahun yang: Ny A mengatakan Bahwa satu
tahun yang lalu Ny A juga pernah mengalami hipertensi
2. Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu: Ny. A mengatakan bahwa
Ny. A mengalami hipertensi kurang lebih satu tahunyang lalu
3. Ke1uhan kesehatan utama (PQRST): Ny. A mengatakan bahwa Ny. A terkadang
pusing, saat di gunakan untuk beraktivitas,nyeri datang ketika kelelahan dan
banyak fikiran , nyeri terusmenerus dengan skala 6.
4. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan: Ny. A
mengatakan biasanya Ny. A hanya minum obat yang diberi dari dokter.
5. Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan diagnosa
medis: Ny. A mengatakan hanya periksa pada dokter atau mantri.
6. Obat-obatan : Ny. A mengatakan hanya mengkonsumsi obat dari dokter dan beli
obat-obatan ditoko-toko dekat rumah.
7. Status imunisasi : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak pernah melakukan
imunisasi.
8. Alergi : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak memiliki riwayat alergi
I. Nutrisi : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A makan3x sehari dan di habiskan, namun
Ny A, suka dengan masakanyang asin.
J. Status kesehatan masa lalu (narasikan)
1. Penyakit masa anak-anak: Ny. A mengatakan bahwa ketika masih kecil Ny. A
hanya sakit panas, batuk, dan pilek seperti biasanya.
2. Penyakit serius/kronik: Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak pernah mengalami
sakit yang serius.
3. Trauma: Ny. A mengatakan bahwa Ny. A pernah mengali jatuh dari sepeda motor
akan tetapi Ny. A tidak mengalami cidera.
4. Perawatan diRS: Ny. A engatakan bahwa Ny. S tidak pernah dirawat dirumah
sakit
5. Operasi: Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak pernah menjalani operasi.
6. Riwayat obstetrik: Ny. A mengatakan tidak memili riwayat masalah setelah
melahirkan.
K. Riwayat keluarga :

Ny. A

Keterangan:
: Keluarga Laki-laki : Keluarga lai-laki yang meninggal

: Keluarga Perempuan : Keluarga perempuan yang meninggal

: Ny. A : Satu Rumah

 Dari keluarga Ny. A tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jantung
ataupun penyakit yang lainnya

L. Tinjauan system :
1. Keadaan Umum:
a. Kelelahan : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A
terkadang mengalami kelelahan
b. Perubahan berat badan 1 tahun : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A berat
badannya masih sama dengan yang lalu
yakni 75kg dan tidak mengalami
penurunan.
c. Perubahan nafsu makan : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak
mengalami penurunan nafsu makan.
d. Demam : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak
mengalami demam
e. Keringat malam : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak
mengalami keringat yang berlebihan saat
malam hari.
f. Kesulitan tidur : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A tidak
mengalami kesulitan ketika akan tidur.
g. Sering pilek / infeksi : Ny. A bahwa Ny. A jarang terkena pilek
dan batuk.
h. Penilaian diri terhadap status kesehatan: Ny. A mengatakan kurang
mengetahui terkait manajamen pengobatan yang tepat untuk masalah yang
dihadapi.
i. Kemampuan melakukan ADL : Ny. A mengatakan mampu melakukan
aktivitas secara mandiri.

Khusus
a. Integumen : tidak terdapat lesi/luka, tidak terdapat pruritus, tidak terdapat
perubahan pigmentasi , tidak terdapat perubahan tekstur, tidak terdapat
memar.
b. Hemopoetik : tidak terdapat perdarahan /memar abnormal, tidak terdapat
pembengkakan kelenjar limfe, tidak terdapat riwayat tranfusi darah
c. Kepala: warna rambut sebagian putih, kulit kepala bersih, terkadang Ny. A
mengalami sakit kepala dikarnakan kelelahan, tidak terdapat trauma masa
lalu, tidak terdapat lesi pada kulit kepala
d. Mata perubahan penglihatan: Ny. A tidak mengalami perubahan penglihatan
secara berlebih, sehingga masih dapat melihat dengan jelas.
e. Telinga: Ny. A tidak mengalami perubahan pendengaran.
f. Hidung dan sinus: Ny. A tidak memiliki gangguan pada indra penciuman.
g. Mulut dan tenggorokan: mulut bersih, gigi utuh, Ny. A tidak mengalami sakit
pada tenggorokan, tidak terdapat perubahan suara, tidak kesulitan menelan,
perdarahan gusi, tidak terdapat karies, Ny. A gosok gigi, Ny. A tidak
menggunakan gigi palsu
h. Leher: tidak terdapat kekakuan, tidak terdapat nyeri/nyeri tekan, tidak
terdapat benjolan/massa, tidak mengalami keterbatasan gerak.
i. Payudara: tidak terdapat benjolan massa, tidak terdapat nyeri/nyeri tekan,
tidak terdapat bengkak, tidak terdapat cairan yang keluar dari putting susu.
j. Pernapasan: tidak terdapat batuk, tidak terdapat sesak nafas, tidak terdapat
asma dan tidak terdapat alergi pernapasan RR: 20x/menit
k. Kardiovaskuler: tidak terdapat nyeri/ ketidak nyamanan pada dada, tidak
terdapat palpitasi, tidak terdapat sesak nafas.
l. Gastrointestinal: tidak terdapatnyeri uklu hati, tidak terdapat mual muntah.
m. Perkemihan: tidak terdapat gangguan pada sistem perkemihan.
n. Genetik reproduksi wanita: tidak terdapat lesi, Ny.A sudah tidak menstruasi
sejak usia 45 tahunan.
o. Muskuloskeletal: Ny.A terkadang mengalami nyeri persendian, terkadang
mengalami nyeri punggung ketika lama duduk, tetapi tidak berdampak pada
kegiatan sehari-hari.
p. Sistem saraf pusat: terkadang sakit kepala ketika kelelahan, tidak mengalami
masalah memori
q. Sistem endokrin: Ny.A mengalami perubahan rambut yakni berwarna putih
hitam.
r. Psikososial: Ny.A tidak mengalami cemas, depresi, insomnia, menangis,
gugup, masalah dalam mengambil keputusan, kesulitan konsentrasi, dampak
adl
s. Pengkajian multi dimensional (fungsional dan psikososial)
1. KATz lndeks
2. Bartel lndeks
3. MMSE
4. SPMSQ
5. GDS
Lampiran; Pedoman skrinning status emosi dan kognitf
PENGKAJIAN TENTANG MMSE
Petunjuk Pengisian:
Berilah nilai (sesuai poin) pada kolom yang tersedia untuk jawaban nilai!

N Jawaban
Pernyataan
o Nilai Jumlah
1 Onientasi(nilai max 10)

1. Tanggal berapa sekarang, bulan apa, tahun berapa, musim 1. 4


9
apa dan hari apa(tiap jawaban poini)
2. Dimana kita sekarang?negara mana, wilayah, propinsi, desa 2. 5

2 Registrasi(nilai max 3)

 perawat menyebutkan 3 benda, tiap benda di jelaskan 1 detik, 3 3


klien diminta mengulang nama benda, pengulangan 6 kali
3 Perhatian dan kalkulasi(nilai max 5) 3
3
1. Diminta menghitung hasil 100 dikurangi 7, hasilnya kembali
kurangi 7lagi, sebanyak 5 kali pengurangan( nilai sesuai
benamya), skor benar adalah jumlah benar sebelum salah
Atau menyebutkan huruf yang nenyusun kata dunia yang di
balik, nilai adalah jumlah benar huruf sebelum salah
menyebut urutan huruf
4 Mengingat kembali (nilai max 3)
Menyebutkan 3 benda yang sudah dijelaskan di poin 2, tiap benda 2 2
yang diingat mendapat skor I
5 Bahasa (nilai max 9)

1. Menyebutkan /menamai 2 benda(nilai tiap benda 1) 1. 2
2. Pengulangan : ulangi hal berikut “tak ada jika, dan, atau tapi” 2. 3
4 nilai 1 3. 3
3. Ikuti perintah 3 langkah : “ambil secarik kertas dengan 4. 1
13
tangan kanan anda, lipat menjadi 2, dan taruh dilantai “4 nilai
mak 3 5. 1
4. Baca dan ikuti penintah ini (perlihatkan bahan-bahan tertulis) 6. 3
“tutup mata anda” 4 nilai 1
5. Tuliskan satu kalimat - nilai 1
6. Menyalin gambar ( polgon kompleks) 4 nilai
Total skor 30

Jika skor ≥ 21, klien mengalami masalah kognitif, nilai max 30


Hasil Pemeriksaan: asppek kognitif dari fungsi mental baik.

Lampiran : Pedoman skrinning status intelegensia


PENGKAJIAN SPMSQ
Petunjuk Pengisian
Hitunglah jumlah kesalahan dan jawaban, Berilab tanda √ pada jawaban

N
DAFTAR PERTANYAAN BEN SALAH BENAR
O
1 Tanggal berapakah hari ini? √
2 Hari apakah hari ini? √
3 Apakah tempat ini? √
4 Berapakah no telp/ no rumah/ nama jalan? √
5 Berapakah usia anda? √
6 Kapan anda lahir √
7 Siapa nama presiden sekarang? √
8 Siapa nama presiden sebelumnya? √
9 Siapa nama ibumu? √
10 20 dikurangi 3 dan seterusnya? √
Penilaian arti jumlah kesalahan
0-2 kesalahan : intelegensi baik
3-4 kesalahan : gangguan intelek ringan
5-7 kesalahan : gangguan intelek sedang
8-10 kesalahan : gangguan intelekberat
Lampiran : Penilaian depresi pada lansia
Penilain tingkat depresi dengan GDS
Lingkarilah nilai pada pilihan jawaban

Nilai
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? 1 0
Apakah anda telah banyak menghentikan aktivitas dan minat—minat
2 1 0
anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 0 1
4 Apakah anda sering merasa hidup anda bosan? 0 1
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? 1 0
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan akan terjadi pada
6 1 0
anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? 1 0
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 0 1
Apakah anda Iebih senang tinggal di rumah dan pada pergi ke luar dan
9 1 0
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingatan
10 0 1
anda di bandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? 1 0
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? 0 1
13 Apakah anda merasa penuh semangat? 1 0
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? 0 1
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari pada
15 1 0
anda?

Penilaian kesimpulan oleh pengkaji: tingkat depresi yang dialami Ny. S tidak berat, sehingga
Ny. S tidak merasa resah dengan kondisi yang dialami.

Lampiran
KATz Indeks (menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis dan
untuk menggambarkan tingkat fungsional klien (mandiri atau tergantung)
Mampu secara mandiri
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Mandi √
2 Berpakaian √
3 Toilet √
4 Berpindah √
5 Kontinen √
6 Makan √

Kriteria: Hasil penilaian

A. Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah , ke kamar kecil, berpakaiaan,


dan mandi
B. Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dan fungsi tersebut
C. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaiaan dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaiaan, dan kekamar kecil dan
satu fungsi tambahan
E. Kemandinian dalam semua hal kecuali mandi, perpakaian, ke kamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan
F. Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Lain2: tergantung pada sedikitnya 2 fungsi tetapi tidak dapat dikiasifikasikan


C,D,EdanF
Modixfikasi dari Barthel Indeks
Termasuk yang manakah klien ?

DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
Frekuensi : sedang
Jumlah : satu piring
1 Makan 5 10 tidak penuh.
Jenis : Nasi, sayur
mayur, dan lauk pauk.
Frekuensi : kurang lebih
8 gelas
2 Minum 5 10 Jumlah : 960 ml/hari
Jenis : air putih
hangat dan tawar biasa.
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, Ny. S mampu berpindah
3 5 – 10 15
sebaliknya tempat secara mandiri.
Personal toilet ( cuci muka, menyisir Frekuensi : cuci muka
rambut, gosok gigi ) kurang lebih 6 kali, gosok
4 0 5
gigi 2 kali, menyisir rambut
kurang ebih 3 kali.
Keluar masuk toilet ( mencuci pakaian, Ny.s mampu keluar masuk
5 5 10
menyeka tubuh, menyiram) toilet secara mandiri.
6 Mandi 5 15 Frekuensi : 2 kali sehari
Ny.s mampu jalan
7 Jalan di permukaan datar 0 5
dipermukaan datar.
Ny.s mampu menuruni
8 Naik turun tangga 5 10
tangga.
Ny.s mampu mengenakan
9 Mengenakan pakaian 5 10
pakaina secara mandiri.
Frekuensi : 1 kali sehari.
10 Kontrol Bowel ( BAB ) 5 10
Konsisten : lunak
Frekuensi : kurang lebih
11 Kontrol Bladder ( BAK ) 5 10 4 kali sehari
Warna : kuning jernih
Frekuensi : tidak olah
raga.
12 Olah raga / latihan 5 10 Jenis : tidak pernah
mengikuti kegiatan olah
raga.
Jenis : menonton tv,
berkumpul bersama
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu luang 5 10
keluarg.
Frekuensi : 2 kali sehari.
Keterangan : kegiatan mandiri pada Ny.s yakni dengan nilai 130, Ny.s mampu melakukan kegiatan sehari-hari
dengan mandiri.
Keterangan:
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds:Ny. A mengatakan bahwa Ny. A Agen pencendera Nyeri Akut
terkadang pusing, saat di gunakan fisiologis
untuk beraktivitas,nyeri datang ketika
kelelahan dan banyak fikiran , nyeri
terus menerus dengan skala 6.
Do:
- K/u: Baik
- Kesadaran: komposmenstis
- Palpasi: terdapat nyeri pada ulu
hati
- Ttv :
 TD: 190/120 Mmhg
 S: 36,8°C
 N: 87x/menit
 RR: 18x/menit
- Klien tampak meringis
2. Ds: Kurang Terpapar Defisit Pengetahuan
Ny A tidak mengetahui Informasi
tentang penyakitnya, namun
bila merasa tubuhnya sudah
sehat, klien tidak mau
meminum obat hipertensinya
lagi. klien senang
mengonsumsi makanan asin,
bahkan sampai saat ini klien
masih senang mengonsumsi
makanan asin.
Do:
- Menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran
- Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah.
- Ny. A terkakang hanya beli obat-
obatan ditoko-toko terdekat

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama klien : Ny. A

No Diagnosa keperawatan Ditemukan Teratasi


.

1. Nyeri akut b.d agen 06 mei 2020


pencidera fisiologis ...

2. Deficit pengetahuan b.d 06 mei 2020


kurang terpapar informasi

RENCANA KPERAWATAN

Nama klien: Ny.A

N Diagnosa SLKI dan indicator Rencana keperawatan


o keperawatan

1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan edukasi kepada MANAJEMEN NYERI


agen pencidera pasien, pasien mengerti apa yang  Observasi
fisiologis disampaikan mahasiswa : 1. Identifikasi lokasi,
 Keluhan nyeri menurun (5) karakteristik,
 Meringis menurun (5) durasi,frekuensi,kualita
 Sikap protektis menurun (5)
 Gelisah menurun (5)
 Kesulitan tidur menurun s, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi nyeri non
verbal
 Teraupetik
1. Berikan tehnik non
farmakologi
2. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
3. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
4. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesik

2. Defisit Setelah dilakukan edukasi kepada EDUKASI PERILAKU


pasien, pasien mengerti apa yang UPAYA KESEHATAN
Pengetahuan
disampaikan mahasiswa :
tentang 1. Verbalisasi kemauan mematuhi 1. Identifikasi kesiapan dan
program perawatan atau kemampuan menerima
hipertensi informasi
pengobatan meningkat 5
berhubungan 2. Verbalisasi mengikuti anjuran 2. Sediakan materi dan
anjuran meningkat 5 media pendidikan
dengan Kurang kesehatan
3. Risiko komplikasi penyakit
Terpapar menurun 5 3. Jadwalkan pendidikan
4. Perilaku menjalankan anjuran kesehatan sesuai
Informasi kesepakatan
membaik 5
5. Tanda dan gejala penyakit 4. Berikan kesempatan
membaik 5 untuk bertanya
5. Gunakan variasi metode
pembelajaran
6. Berikan pujian dan
dukungan terhadap usaha
positif dan pencapaiannya
7. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan
Anjurkan program
kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO.
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI
DX
1. 06 Mei 2020 19.30 1. mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
19.35 2. mengkaji skala nyeri
19.40 3. Mengkaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
19.40 4. Mengkaji pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
19.45 5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara Kompres
hangat.
19.45 6. Memberikan saran agar istirahat dan tidur dengan nyaman yakni sesuai dengan
kebutuhannya.
19.46 7. Mengklarisifikasi jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
19.45 8. Memberikan strategi meredakan nyeri
19.47 9. Menyarankan untuk merasakan nyeri secara mandiri agar segera melakukan strategi sesuai
dengan yang diajarkan.
19.47 10. Menyarankan menggunakan analgetik secara tepat
19.48 11. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.

2. 06 Mei 2020 10.05 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


10.05 2. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
10.05 3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
10.05 4. Memberikan kesempatan untuk bertanya
10.10 5. Memberikan pujian dan dukungan terhadap usaha positif dan pencapaiannya
10.10 6. Menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
10.10 7. Menjurkan program kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
EVALUASI KEPERAWATAN

NO. TANGGA
JAM EVALUASI KEPERAWATAN
DX L
1. 06 Mei S : Ny. A mengatakan bahwa Ny. A terkadang pusing, saat di gunakan untuk beraktivitas,nyeri datang
2020 ketika kelelahan dan banyak fikiran , nyeri terusmenerus dengan skala 6.

O:
- K/u: Baik
- Kesadaran: komposmenstis
- Ttv :
 TD: 180/130 Mmhg
 S: 37°C
 N: 80x/menit
 RR: 19x/menit
- Klien tidak meringis
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
I:
1) Pengkajian lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2) Pengkajian skala nyeri
6) Memberikan saran agar istirahat dan tidur dengan nyaman yakni sesuai dengan kebutuhannya
9) Menyarankan untuk merasakan nyeri secara mandiri agar segera melakukan strategi sesuai
dengan yang diajarkan.
10) Menyarankan menggunakan analgetik secara tepat
E:
 S: Ny. S mengatakan bahwa Ny. S terkadang masih merasa pusing, seperti tertusuk-tusuk,
merasa nyeri ketika merasa capek, dan nyeri terasa hilang timbul, dengan skala 6.
 O:
- K/u: Baik
- Kesadaran: komposmenstis
- Palpasi: terdapat nyeri pada ulu hati
- Ttv :
 TD: 200/120 Mmhg
 S: 36,3°C
 N: 79x/menit
 RR: 18x/menit
- Klien tidak meringis
 A: Masalah Teratasi Sebagian
 P: Lanjutkan Intervensi
2. 06 Mei S:
2020 Ny. A megatakan bahwa Ny. A sudah mulai mengetahui terkat masalah yang dialami.
O:
- Mulai menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
- Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.
- Ny. A terkadang hanya beli obat-obatan ditoko-toko terdekat dan dibidan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
I:
3) Memberikan materi dan media pendidikan kesehatan
4) Melakukan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5) Memberikan kesempatan untuk bertanya
E:
 S: Ny. S megatakan bahwa Ny. S sudah mulai mengetahui terkat masalah yang dialami.
 O:
- Mulai menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
- Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.
- Ny. S terkadang hanya beli obat-obatan ditoko-toko terdekat dan dibidan
 A: masalah teratasi sebagian
 P: Lanjutkan intervensi

CATATAN PERKEMBANGAN

No.
Tanggal Jam Catatan Perkembangan
DX
1. 07 Mei 2020 10:00 S: Ny. A mengatakan bahwa Ny. A terkadang pusing, saat di gunakan untuk beraktivitas,nyeri datang
ketika kelelahan dan banyak fikiran , nyeri terusmenerus dengan skala 4.
O:
- K/u: Baik
- Kesadaran: komposmenstis
- Palpasi: terdapat nyeri pada ulu hati
- Ttv :
 TD: 170/120 Mmhg
 S: 36,3°C
 N: 74x/menit
 RR: 18x/menit
- Klien tidak meringis
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
I:
3) Pengkajian lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
4) Pengkajian skala nyeri
7) Memberikan saran agar istirahat dan tidur dengan nyaman yakni sesuai dengan kebutuhannya
11) Menyarankan untuk merasakan nyeri secara mandiri agar segera melakukan strategi sesuai dengan
yang diajarkan.
E:
 S: Ny. A mengatakan bahwa Ny. A terkadang pusing, saat di gunakan untuk beraktivitas,nyeri
datang ketika kelelahan dan banyak fikiran , nyeri terusmenerus dengan skala 4.
07 Mei 2020 11:00  O:
- K/u baik
- Kesadaran komposmentis
- TTV:
 TD: 170/120 Mmhg
 S: 36°C
 N: 76x/menit
 RR: 18x/menit
- Epigastrium masih kaku
 A: Masalah Teratasi
 P: Hentikan Intervensi, memberikan saran agar:
- Tetap istirahat yang cukup
- Menjaga pola makan agar teratur
- Mempraktikkan strategi meredakan nyeri jika mulai terasa nyeri
- Memonitor nyeri secara mandiri.
2. 12 Mei 2020 10:02 S: Ny. A megatakan bahwa Ny. A sudah mulai mengetahui terkat masalah yang dialami.
O:
- Mulai menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
- Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.
- Ny. A terkadang hanya beli obat-obatan ditoko-toko terdekat dan dibidan
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 3, 4, 5.
I:
3) Memberikan materi dan media pendidikan kesehatan yakni tentang penyakit gastritis
4) Melakukan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5) Memberikan kesempatan untuk bertanya
13 Mei 2020 11:02 6) Memberikan saran agar:
- Aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia
- Melakukan pengobatan pada pelayanan kesehatan terdekat.
E:
 S: Ny. A mengatakan bahwa Ny. A mulai memahami dari masalah yang dialami setelah dilakukan
pendidikan kesehatan
 O:
- Ny. A mampu menyebutkan hal-hal yang sudah diberikan ketika pelaksaan pendidikan
kesehatan
- Ny. A mulai berfikir secara aktif bagaimana penanganan pada masalah yang dialami.
- Ny. A mulai mempraktikkan hasil dari pendidikan kesehatan yang sudah diberikan, yakni
menerapkan untuk banyak minum air putih, minum air hangat.
 A: Masalah teratasi
 P: Hentikan intervensi, memberikan saran agar
- Meningat dan mempraktikkan pola hidup sehat sehat yakni makan secara teratur dan lain-lain
- Aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia
- Melakukan pengobatan pada pelayanan kesehatan terdekat.
Dokunentasi : 10 mei 2020
Dilakukan implementasi I
Dokunentasi : 11 mei 2020
Dilakukan implementasi II
Dokunentasi : 12 mei 2020
Dilakukan implementasi III
Dokunentasi : 13 mei 2020
Dilakukan implementasi IV
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi)
Sub topik : Pencegahan Penyakit hipertensi
Penyuluh : Badik Munawaroh
I. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah di berikan penyuluhan selama 45 menit tentang hipertensi pasien dapat
memahami tentang pencegahan penyakit hipertensi
2. Tujuan khusus
Setelah di lakukan penyuluhan :
1) Mampu Menyebutkan Definisi penyakit hipertensi
2) Mampu Menyebutkan penyebab penyakit hipertensi
3) Mampu Menyebutkan komplikasi penyakit hipertensi
4) Mampu Menyebutkan 5 dari 10 Tanda Gejala hipertensi
5) Mampu Menyebutkan 3 dari 7 Pencegahan hipertensi

II. Materi Penyuluhan


1. Menjelaskan Definisi penyakit hipertensi
2. Menjelaskan penyebab penyakit hipertensi
3. Menjelaskan klasifikasi penyakit hipertensi
4. Menjelaskan tanda gejala penyakit hipertensi
5. Menjelaskan Pencegahan penyakit hipertensi

III. Metode Pembelajaran


1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanggung jawab
IV. Media
1. leaflet
V. Materi : terlampir

VI. Kegiatan Penyuluhan


No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta Media
1. Pembukaan 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam
5 menit salam 2. mendengarkan dan
2. Perkenalan memperhatikan
3. Kontrak waktu dan
penyuluhan
4. Menyebutkan
materi yang akan di
berikan
5. Tujuan
diadakannya
penyuluhan
2. Isi 25 Menjelaskan materi 1. mendengarkan dan
menit tentang: memperhatikan
1. pengertian tentang
penyakit hipertensi
2. Penyebab
hipertensi
3. Komplikasi
hipertensi
4. Gejala hipertensi
5. Pencegahan
Penyakit hipertensi
3. Penutup 15 Evaluasi 1. bertanya pada leaflet
menit 1. memberi leaflet penyuluhan jika
kepada peserta masih dia yang
penyuluhan belum faham
2. memberi 2. menjawab
kesempatan untuk pertanyaan
bertanya 3. menjawab salam
3. memberikan
pertanyaan kepada
pasien
4. menyimpulkaan
materi
5. memberi reward
6. mengucapkan
terimakasih
7. mengucapkan
salam

Penyaji : Badik munawaroh


MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT HIPERTENSI
1. Definisi hipertensi
Tekanan darah tinggi (Hipertensi) adalah Keadaan dimana tekanan Sistole lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 90 mmHg atau tekanan sistole dan diastole
orang tersebut lebih dari 20 mmHg dari biasanya
2. Penyebab Penyakit Hipertensi
1. Asupan garam yang tinggi
2. Strees psikologis
3. Faktor genetik (keturunan)
4. Kurang olahraga
5. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
6. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
7. Peningkatan usia
8. Kegemukan
3. Komplikasi penyakit hipertensi
1. Payah jantung
2. Perdarahan otak

3. Kelainan mata, ginjal dan otak

4. Penyakit pada pembuluh darah

5. Stroke

6. Gagal gnjal

4. Tanda dan Gejala Penyakit hipertensi


Adapun tanda-tanda gejala pada hipertensi antara lain
1. Kepala pusing
2. Gemetar
3. Sering marah – marah
4. Jantung berdebar-debar
5. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
6. Keringat berlebihan
7. Gangguan penglihatan
8. Rasa berat ditekuk
9. Sukar tidur

. Diet Hipertensi
1. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi :

a. Sumber karbohidrat seperti biscuit, singkong, roti, tepung, mie, tapioca, nasi

b. Sumber protein nabati seperti tahu, temped an kacang-kacangan

c. Sumber vitamin (buah dan sayuran) seperti buah jeruk, pisang, melon, tomat,
dll

2. makanan yang dibatasi

a. Garam dapur

b. Makanan yang diawetkan dengan garam seperti ikan asin, asinan

c. Makanan yang tinggi lemak dan kolesterol

5. Pencegahan Hipertensi
1. Periksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Diet hipertensi
3. Menjaga keseimbangan berat badan
4. Hindari minum-minuman keras (alkohol) dan kurangi/hentikan merokok
5. Istirahat yang cukup
6. Hindari strees
7. Olahraga yang teratur

DAFTAR PUSTAKA
Aziah, Lilik Ma’rifatul (2011) keperawatan lanjut usia, yogyakarta : graha ilmu
Proverawati Atikah,dan Wati Kusuma Erna (2011) ilmu gizi,untuk keperawatan dan gizi
kesehatan, yogyakarta:nuha medika
Potter, A. Patricia Dan Perry, G. Anne.2010. Fundamental Of Nursing.Jakarta : Salemba
Medika
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : nyeri
Sub topik : managemen nyeri
Penyuluh : Badik Munawaroh

VII. Tujuan
3. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan klien mampu memahami tentang
Manajemen Nyeri
4. Tujuan khusus
Setelah di lakukan kegiatan penyuluhan diharapkan mampu :
1. Menyebutkan pegertian nyeri.
2. Menyebutkan macam macam manajemen nyeri
3. Memperagakan salah satu teknik untuk menghilangkan nyeri.

VIII. Materi Penyuluhan


1. Pegertian nyeri.
2. Distraksi.
3. Rilaksasi.

IX. Metode Pembelajaran


4. Ceramah
5. Demonstrasi
6. Tanggung jawab

X. Media
2. leaflet
XI. Materi : terlampir

XII. Kegiatan Penyuluhan


No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta Media
1. Pembukaan 6. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
5 menit 7. Perkenalan 4. mendengarkan dan
8. Kontrak waktu dan memperhatikan
penyuluhan
9. Menyebutkan materi
yang akan di berikan
10. Tujuan diadakannya
penyuluhan
2. Isi 25 Menjelaskan materi 2. mendengarkan dan
menit tentang: memperhatikan
1. Menyebutkan
pegertian nyeri.
2. Menyebutkan macam
macam manajemen
nyeri
3. Memperagakan salah
satu teknik untuk
menghilangkan nyeri.

3. Penutup 15 Evaluasi 4. bertanya pada leaflet


menit 8. memberi leaflet penyuluhan jika
kepada peserta masih dia yang belum
penyuluhan faham
9. memberi kesempatan 5. menjawab pertanyaan
untuk bertanya 6. menjawab salam
10. memberikan
pertanyaan kepada
pasien
11. menyimpulkaan
materi
12. memberi reward
13. mengucapkan
terimakasih
14. mengucapkan salam

Penyaji : Badik munawaroh


MATERI PENYULUHAN
PENGERTIAN NYERI
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman,
baik ringan maupun berat.
 
MANAJEMEN NYERI
1. DISTRAKSI (Pengalihan pada hal-hal lain sehingga lupa terhadap nyeri yang
sedang dirasakan)
a. Distraksi visual
Contoh :
1. menonton tv
2. membaca koran
 
b. Distraksi pendengaran
Contoh :
1. Mendengarkan musik, radio, dll
2. Berbincang – bincang dengan orang lain
 
c. Distraksi Pernapasan
Cara :
1. Fokus pada 1 objek
2. Hirup napas melalui hidung, dalam hitungan 1 – 4
3. Keluarkan napas melalui mulut, sambil berhitung 1 – 4
4. Bisa dilakuak bersamaan dengan masase/pijitan.
d. Distraksi Intelektual
Contohnya :
Mengisi Teka teki silang
2. TEKNIK RELAKSASI
Hal penting dalam teknik relaksasi :
1. Posisi yang tepat
2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yang tenang
Langkah relaksasi :
tarik nafas dalam melalui mulut tahan 2 sampai 3 detik kemudian hembuskan
melalui mulut seperti bersiul. Lakukan beberapa kali
 
MANFAAT RELAKSASI
1. Mengurangi nyeri
2. Ketenangan batin bagi individu.
3. Mengurangi rasa cemas, khawatir
4. Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa.
5. Mengurangi tekanan darah, detak jantung
6. jadi lebih rendah dan tidur menjadi nyenyak.
7. Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit.
8. Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik.
9. Bermanfaat jika perasaan lelah dan tidak enak badan
Daftar pustaka
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Suddarth & Brunner. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.


MANAGEMENT NYERI

Arti nyeri

Nyeri adalah suatu perasaan yang menimbulkan ketegangan dan


siksaan bagi yang mengalaminya

Tujuan mengurangi nyeri

1. Mengurangi rasa nyeri


2. Merelaksasikan otot
3. Mengalihkan perhatian agar nyeri tidak terasa
4. Mengurangi kecemasan

Cara mengatasi nyeri

A. Teknik relaksasi
Teknik nafas dalam melalui hidung kemudian mengeluarkannya secara
perlahan melalui mulut dengan gerakan lambat dan teratur
B. Teknik distraksi
Menfokuskan perhatian dari pada nyeri pada sesuatu selain pada nyeri
misalnya mengontrol dengan orang lain
C. Komres hangat dengan mengompres dibagian yang terasa nyeri

SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai