79-Article Text-110-2-10-20181124 PDF
79-Article Text-110-2-10-20181124 PDF
A. Pendahuluan
Kota secara singkat bisa dipahami sebagai wilayah yang mempunyai fungsi
sosial yang kompleks, terdiri dari berbagai suku bangsa, serta memiliki tingkat
diferensiasi keterampilan dan spesialisasi pekerjaan yang beragam dalam
1Cucu Nurhayati, Pengembangan Sosial sektor informal perkotaan: studi atas pedagang kaki lima di pasar minggu DKI
Jakarta (Jakarta : Orbit Publishing Jakarta, 2015), 1.
seimbang dengan daya tampung kota maka proplem sosial makin bertambah
pula.
Menurut beberapa ahli seperti: Masri Singarimbun, May Ling Oey,
urbanisasi di Indonesia harus di tanggapi secara wajar, karena masalahnya
tidak akan selesai dengan hanya mengutuk para pendatang, tetapi
bersangkut-paut dengan masalah ekonomi dan sosial secara nasional.
1 400 000
1 200 000 1980
Dari grafik di atas terlihat bahwa jumlah migrasi masuk. yang menempati
posisi pertama DKI Jakarta pada sebesar 766363 sedangkan untuk tahun 2015
sebesar 499101 artinya mengalami penurunan, dalam hal ini pergerakan jumlah
migrasi yang masuk menagalami naik turun setiap tahunnya. Sedangkan jumlah
migrasi yang masuk untuk provinsi jawa timur sebesar 315543 pada tahun
2015, jika dilihat dari grafik jumlah migrasi masuk ke Provinsi Jawa Timur terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya meskipun pada tahun 1985 sempat
mengalami penurunan.
Jumlah penduduk perkotan dari waktu ke waktu terus bertambah karena
arus urbanisasi penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan meningkat
dengan cepat, karena daerah perkotaan mempunyai daya tarik yang sangat kuat.
120000
100000
80000
60000
Jumlah
40000
20000
2 https://www.radiobintangtenggara.com/2017/07/12/arief-tjahjono-jumlah-kaum-urban-di-jember-tempati-peringkati-ke-3-
terbanyak/ (di akses pada 13 October 2018)
tahun 2014 mengalami kenaikan lagi padahal pada tahun 2010 sudah menurun
mencapai 2,71 persen kemudian terus meningkat sampai pada tahun 2014
sebesar 4,64 persen. Hal ini terjadi karena lapangan pekerjaan yang tersedia
masih kurang, khususnya lapangan pekerjaan disektor formal sehingga tidak
menutup kemukinan bagi para pekerja untuk mencari kerja di sektor informal.
11.34
12
10
7.41
8
5.57
6
4.48 4.42 4.64
3.95 3.91 3.94
4 2.71
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jember
B. Kajian Teori
1) Urbanisasi
Urbanisasi adalah peningkatan bertahap proporsi orang yang tinggal
di daerah perkotaan. Sedangkan menurut Wirth, urbanisme adalah cara
hidup yang khusus di kota yang diukur dengan skala penduduk, kepadatan
penduduk, keheterogenan dan urbanisasi yang dianggap sebagai proses
urbanisme ini bertambah dan meluas. Dalam hal ini urbanisasi dapat
berperan sebagai data statistik dalam perubahan masyarakat. pandangan
yang menjadikan urbanisasi sebagai dependent variabel kini dapat dilihat
dari teori Agnew. Dia menganggap urbanisasi sebagai proses masyarakat
3Ibid., 2.
4Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Economic Development 11 edition (United Kingdom : Arrangement with Person
Education Limited, 2006), 311.
5 Shogo Koyano, Pengkajian Tentang Urbanisasi di Asia Tenggara (Yogyakarta : Academica Press Inc, 1996), 3-4.
6
B.N Mabrun, Kota Indonesia Masa Depan : Masalah dan Prospek (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1994), 60.
7
Ibid., 69.
8 Cucu Nurhayati, Pengembangan Sosial sektor informal perkotaan: studi atas pedagang kaki lima di pasar minggu DKI
Jakarta (Jakarta : Orbit Publishing Jakarta, 2015), 24.
9
Suradi, “Peranan Sektor Informal Dalam Penanggulangan Kemiskinan” (Informasi, Vol. 16 No. 03 Tahun 2011)
11
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jember#Geografi (di akses pada tanggal 13 October 2018)
12
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jember (di akses pada tanggal 13 October 2018)
membelikan mesin untuk buka bengkel ini. Dulu Unej ini sebelum di
bangun masih berbentuk hutan, kemudian hanya terdiri dari beberapa
rumah saja. Kemudian tahun 70-an kalau tidak salah unej baru
dibangun. Kemudian tambah banyak dan ramai sekali sampai
sekarang ini. Dulu yang buka bengkel masih sedikit sekarang sudah
banyak”
Selain itu perkebangan sektor informal khususnya jumlah PKL semakin
banyak. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah pedagang kaki lima di jalan
Kalimantan misal jumlah pedagang es degan di dekat budaran DPR Jember
dalam satu barisan terdapat lima penjual yang menjual minuman sejenis, ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor informal khususnya PKL semakin
meningkat. Sebagaimana penyataan dari narasumber pak Luk penjual es
degang ketika ditanya tentang perkembangan sektor informal di jalan
Kalimantan.
“ saya sudah 10 tahun kerja jadi PKL, dulu yang berjualan disini masih
masih sedikit, sekarang sudah banyak. Di deretan ini saja yang menjual es
degan ada 5 orang belum di daerah yang lain. Tapi namanya usaha kalau
tidak ada pesaing justru tidak sehat. Ada pesaing tidak apa-apa yang
penting bersaing secara sehat. Saya tidak kawatir dengan rejeki karena sudah
ada yang ngatur. Buktinya saya bisa membiayai 10 cucu saya”
Pertumbuhan sektor informal juga tidak lepas dari banyaknya kaum
urban yang ada di Jember. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
tujuh narasumber tiga dari mereka merupakan kaum pendatang di luar kota
Jember. Salah satunya berasal dari Surabaya, Tasikmalaya, dab Garut. Ketika
ditanya terkait alasan mereka bekerja sebagai PKL karena pendidikan mereka
yang masih rendah yaitu tamat SMP dan mereka sadar kalau perusahaan
menerima karyawan minimal lulus SMA.
3. Peranan Sektor Informal dalam Mengatasi Masalah Urbanisasi Untuk
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Perkotaan.
Keberadaan sektor informal jangan hanya dipandang hanya sebagai hal
negatif saja tetapi juga harus diperhatikan segi positifnya. Dari segi
positifnya sektor informal mempunyai dampak sebagai berikut : (i)
mempunyai kemampuan untuk menyerap angkatan kerja. Hal ini mengingat
keterbatasan sektor formal dalam menyerap angkatan kerja; dan (ii) mampu
menciptakan lapangan kerja baru.
Sektor informal yang selama ini bagi sebagian orang dianggap lebih
sering sebagai beban yang mencemari keindahan dan ketertiban kota, justru
Daftar Pustaka
Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith. 2006. Economic Development
11 edition. United Kingdom : Arrangement with Person Education Limited.
Waluyo, Setyo Atdi “Study Urbanisasi di Wilayah Perkotaan kabupaten
Tegal: Karakteristik dan Tantangan Berdasarkan Sudut Pandang Pemerintah
kabupaten” (Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang, 2005)
Imanuel S, Abet Nego “ Analisis pendapatan dan Angkatan kerja
terhadap Urbanisasi dikota Bengkulu” (Skripsi, Universitas Bengkulu, 2014.
Koyano, Shogo. 1996. Pengkajian Tentang Urbanisasi di Asia Tenggara.
Yogyakarta : Academica Press Inc
Mabrun, B.N. 1994. Kota Indonesia Masa Depan : Masalah dan Prospek
.Jakarta : Penerbit Erlangga.
Nurhayati, Pengembangan Sosial sektor informal
Cucu. 2015.
perkotaan: studi atas pedagang kaki lima di pasar minggu DKI Jakarta .
Jakarta : Orbit Publishing Jakarta.
Suradi, “Peranan Sektor Informal Dalam Penanggulangan Kemiskinan”
(Informasi, Vol. 16 No. 03 Tahun 2011)
Referensi internet :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jember#Geografi (di akses pada
tanggal 13 October 2018)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jember (di akses pada tanggal 13
October 2018)
https://www.radiobintangtenggara.com/2017/07/12/arief-tjahjono-jumlah-
kaum-urban-di-jember-tempati-peringkati-ke-3-terbanyak/ (di akses pada
13 October 2018)