Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shayidatun Nisak

Kelas : Reguler C

NIM : 2141111037

KONSEP DASAR RETORIKA


A. Apa itu Retorika
Secara etimologis, kata retorika berasal dari kata Yunani rhetorke, yang berarti seni
berbicara (Jordan,1965), kemudian retorika dipandang sebagai seni atau ilmu persuasi.

 Louis Glorfeld menyatakan adanya kesulitan dalam mendefinisikan retorika: Rhetoric


has never been easy to define, largly because of the imprecise and shifting meaning
affixed to the word by individuals who use it in either a highly specialized or grandly
sweeping sense.
 Aristoteles mendefinisikan retorika sebagai the faculty of seeing in any situation the
available means of persuasion. Definisi Aristoteles ini kemudian diadopsi oleh
Everret Lee Hunt yang menyatakan “Rhetoric is the study of men persuading men to
make free choises”. Menurut definisi ini, retorika adalah studi bagaimana manusia
mempersuasi dengan pilihan-pilihan secara bebas.
 Marcus Fabius Quintilianus mendefinisikan retorika sebagai ilmu berbicara efektif.
Seorang orator adalah orang baik yang berbicara baik (the good man speaking well).
 Plato menyatakan bahwa retorika sebagai the art of winning the soul by discourse
seni memenangkan jiwa dengan wacana). Sejalan dengan perkembangan peradaban
dan kebudayaan cakupan retorika tidak saja berkenaan dengan seni berbicara, tetapi
berkenaan dengan keterampilan menyampaikan ide, pesan secara tertulis.
 Rothwell (1971) menyatakan “The study of rethoric has broadened to include written
as well as spoken discourse. Today rhetoric is involved with prose as well oratory”.
 Edward P.J Corbert dalam bukunya The Little Rhetoric and Handbook with Readings
mendefinisikan retorika secara sederhanasebagai berikut: rhetoric is the art of
effective communication.
 Brooks dan Warren (1973) menyatakan, “ Rhetoric is the art of using language
effectively.”
 Ivon Amstrong Richards menyatakan “Rhetoric, I shall urge should be a study of
misunderstanding and its remedies”.

Retorika adalah keterampilan berbicara yang dimiliki seseorang untuk


mengungkapkan suatu informasi, perasaan, dan ide kepada orang lain. Retorika diartikan
sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan,
menyatakan pikiran, gagasan, serta perasaan (Tarigan,1983:14).
Retorika adalah suatu gaya/seni berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alami
(talenta) dan keterampilan teknis. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk
berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian
berbicara ini bukan hanya berarti berbicara secara lancar tampa jalan pikiran yang jelas
dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat,
jelas, padat dan mengesankan.

B. Pentingnya Mempelajari Retorika

Terkadang kita sering tidak sadar seberapa pentingkah berbicara dalam kehidupan
kita. Banyak orang berbicara semaunya, seenaknya tanpa memikirkan apa isi dari
pembicaraan mereka tersebut. Sebenarnya berbicara mempunyai artian mengucapkan
kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai tujuan
tertentu (misalnya memberikan informasi atau memberi motivasi). Tapi sering kali kita
mengalami kesulitan dalam mengungkapakan maksud dan isi pikiran kita kepada orang
lain. Bahkan sering pula maksud yang kita sampaikan berbeda dengan yang ditangkap
oleh pendengar.

Kemampuan berbicara sesungguhnya tidak hanya diperlukan di ruang-ruang siding


atau di depan public, namun juga hamper seluruh kegiatan manusia. Penelitian
membuktikan bahwa 75% waktu bangun kita berada dalam kegiatan komunikasi dan bisa
dipastikan bahwa sebagian besar di antaranya dilakukan secara lisan (Rakhmat,2000:2).

Kemampuan berbicara bisa merupankan bakat, tetapi kepandaian berbicara perlu


pengetahuan dan latihan. Tidak sedikit orang yang mempunyai bakat, tetapi tidak bisa
memanfaatkannya dengan maksimal. Beberapa faktor yang bisa menghambat seseorang
untuk menjadi pembicara yang baik, diantaranya adalah:
 Konsep diri yang negatif
 Kurangnya penguasaan materi
 Kurangnya penguasaan keterampilan berbicara

C. Akar Filosofi Retorika

Beberapa akar filosofis yang dapat digunakan untuk memotret jarak jauh sebuah
aktivisme retorika:
1. Bahwa retorika merupakan bagian dari filsafat eksistensialisme. Dengan kata lain
retorika merupakan bagaian dari kebutuhan aktualisasi diri, yang dalam diagram
Maslow digambarkan sebagai puncak kebutuhan.
2. Bahwa setiap manusia memiliki karakteristik dan pembawaan masing-masing yang
sangat khas, (kalem, berapi-api, tenang dan lain-lain).
3. Bahwa setiap manusia memiliki ukuran rasa yang berbeda-beda dan hati yang
memiliki kecenderungan tertentu.
4. Bahwa adakalanya kecenderungan hati tidak dapat dinalar secara sistematis
5. Bahwa dalam setiap diri manusia ada gairah fanatisme.

D. Sejarah Retorika

Sebagai cikal bakal ilmu komunikasi , retorika mempunyai sejarah yang panjang.
Para ahli berpendapat bahwa retorika sudah ada sejak manusia ada. Uraian sistematis
yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani di pulau Sicilia.

Di mana bersistem pemerintahan diktator dan pada saat itu diktator ditumbangkan
dan demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan lagi tanah rakyat kepada
pemiliknya yang sah. Untuk mengambil haknya itu pemilik tanah harus sanggup
meyakinkan dewan juri di pengadilan, waktu itu tidak ada pengacara dan sertifikat tanah.
Sering orang tidak berhasil karena ia tidak pandai bicara. Untuk membantu orang untuk
mengambil haknya di pengadilan tersebut Corax menulis makalah retorika dengan teknik
kemungkinan dan dia juga meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato
pada lima bagian: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan kesimpulan.
Dari sini para ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato. Walaupun
demokrasi gaya Syracuse tidak betahan lama namun ajaran Corax tetap berpengaruh
bahkan sampai pada zamannya Aristoteles dan ahli retorika klasik, kita memperoleh lima
tahap penyusunan pidato: terkenal sebagai Lima Hukum Retorika (The Five Canons of
Rhetoric). Inventio (penemuan). Pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk
mengetahui metode persuasi yang paling tepat, dalam tahap ini pembicara merumuskan
tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.
Aristoteles menyebutkan tiga cara untuk mempengaruhi manusia.
 Pertama, harus sanggup menunjukkan kepada khlayak bahwa kita memiliki
pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat
(ethos).
 Kedua, harus menyentuh hati khalayak: perasaan, emosi, harapan, kebencian, dan
kasih sayang mereka (pathos).
 Ketiga, meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai
bukti.

Di sini kita mendekati khalayak lewat otaknya. Dispositio (penyusunan),


pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan, pesan harus dibagi ke dalam
beberapa bagian yang berkaitan secara logis. Susunan berikut ini mengikuti kebiasaan
berpikir manusia: pengantar, pertanyaan, argumen, dan epilog.
Menurut Aristoteles, pengantar berfungsi sebagai : Menarik perhatian, menumbuhkan
kredibilitas (ethos), dan menjelaskan tujuan. Elucutio (gaya).

Pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk “mengemas”
pesannya. Menggunakan bahasa yang tepat, benar, dan dapat diterima; pilih kata-kata
yang jelas dan langsung; sampaikan kalimat yang indah, mulia, dan hidup; dan sesuaikan
bahasa dengan pesan, khalayak, dan pembicara. Memoria (gaya), pembicara harus
mengingat apa yang ingin disampaikannya, dan mengatur bahan-bahan pembicaraan.

E. Pembagian Retorika
 Retorika merupakan bagian dari ilmu bahasa (linguistik), khususnya ilmu bina bicara
(sprecherziehung). Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara ini mencakup:
1.       Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, dimana hanya seorang
yang berbicara.
2.       Dialogika
Dialogika adalah tentang ilmu seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih
mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan.
3.       Pembinaan Teknik Bicara
Evektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik bicara. Teknik bicara
merupakan syarat bagi retorika.

F. Alasan Mempelajari Retorika

Menguasai kesanggupan berbahasa dan keterampilan berbicara menjadi alasan utama


keberhasilan orang-orang terkenal di dalam sejarah dunia seperti: Demosthenes, Socrates,
J. Caesar, St. Agustinus, St. Ambrosius, Martin Lhuter, Martin Luther King, J.F,
Kennedy , Soekarno (seperti yang kami sebutkan di atas) dan lain-lain.
Dalam sejarah dunia justru kepandaian berbicara atau berpidato merupakan
instrument utama untuk mempengaruhi massa. Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan
orang lain. Ketidakmampuan mempergunakan bahasa, sehingga tidak jelas
mengungkapkan masalah atau pikiran akan membawa dampak negative dalam hidup dan
karya seorang pemimpin. Oleh karena itu, pengetahuan tentang retorika dan ilmu
komunikasi yang memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam
bidang-bidang di bawah ini:

1.      Kemampuan Pribadi
Menguasai ilmu retorika dan keterampilan dalam menggunakan bahasa secara tepat,
dapat meningkatkan kemampuan pribadi orang yang bersangkutan.
2.      Keberhasilan pribadi
Orang yang menguasai ilmu retorika dan terampil dalam mempergunakan bahasa, dapat
mengalami banyak sukses dalam hidup dan karyanya.
3.      Tugas dan Jabatan
Dalam mengemban suatu tugas atau jabatan, penguasaan ilmu retorika dapat memberi
keuntungan seperti dapat mengemukakan pikiran secara singkat, jelas tetapi padat,
sehingga mudah meyakinkan orang lain dan lain-lain.
4.       Kehidupan pada umumnya
Secara umum penguasaan ilmu retorika dapat mendatangkan keuntungan-keuntungan
seperti memberi kesempatan dan kemungkinan untuk mengontrol diri. Dalam proses
komunikasi orang semakin terbuka terhadap diri sendiri dan orang lain.

Referensi
Dalimunthe,S.Fahmy.2013.Retorika, dalam Perspektif Teoritis dsn Aplikatif.
Jakarta:Halaman Moeka Publishing.

Effendy,Onong Uchjana.2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung:PT. Remaja


Rosdakarya.

Hendrikus,Dori Wuwur.1991.Retorika, Terampil berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,


Bernegosiai.Yogyakarta:Kanisius.

Siregar,Rosdiana.2013. Keterampilan Berbicara.Jakarta:Halaman Moeka Publishing.

Tarigan,H.G.1980.Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.Bandung:Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai