Anda di halaman 1dari 68

HIDROLIKA

(SIL 232)

yDr. Ir. Yuli Suharnoto, MSc.
yDr. Ir. Erizal, MAgr.
Dr  Ir  Erizal  MAgr

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan


Fakultas Teknolog Pertanian
Institut Pertanian Bogor
MODUL 1  
PRINSIP DASAR HIDROLIKA
PRINSIP DASAR HIDROLIKA

1.1.PENDAHULUAN
1 1 PENDAHULUAN
Hidrolika adalah bagian dari hidromekanika
((hydro
y mechanics)) yyangg berhubungan
g dengan
g gerak
g
air. Untuk mempelajari aliran saluran terbuka
mahasiswa harus menempuh mata kuliah kalkulus
d mekanika
dan k ik fluida
fl id lebih
l bih dulu.
d l
Dengan bekal mata kuliah kalkulus dan
mekanika fluida mahasiswa akan mampu memehami
penurunan persamaan-persamaan dasar dan
fenomena aliran yang pada prinsipnya merupakan
fungsi dari tempat (x,y,z) dan waktu (t).
HUKUM / PRINSIP DASAR
·Hukum ketetapan massa, hukum ketetapan 
energi dan hukum ketetapan momentum, yang 
akan dinyatakan dalam persamaan kontinuitas, 
persamaan energi dan persamaan momentum.
id t

·Penjelasan perbedaan prinsip antara aliran   
saluran tertutup dan aliran saluran terbuka.

·Jenis dan geometri saluran terbuka.
Agar mahasiswa memahami penggunaan atau
penerapan persamaan‐persamaan dasar yang telah
diturunkan maka di akhir bab ini mahasiswa diberi
tugas untuk mengerjakan soal‐soal yang  ada
g y g g g
hubungannya dengan bangunan‐bangunan air
seperti bangunan air untuk irigasi dan/atau untuk
drainase. 
Pada setiap soal diberi petunjuk agar
mahasiswa dapat mengevaluasi sendiri apakah
mahasiswa dapat mengevaluasi sendiri apakah 
pekerjaannya  
sudah benar.
Setelah membaca 
Setelah membaca
modul ini, mahasiswa 
dapat memahami
dapat memahami 
prinsip dasar hidrolika
yang berhubungan
yang berhubungan 
dengan fenomena 
aliran saluran terbuka
aliran saluran terbuka.
JADWAL  KULIAH
No. Pokok Bahasan Sub-Pokok Bahasan Dosen
1 Aliran Saluran Terbuka, 1. Tipe Aliran ERZ
penggolongan dan sifat- 2. Jenis saluran terbuka
sifatnya 3. Geometri saluran
Prinsip energy dan 1. Definisi Energi spesifik ERZ
2 momentum 2. Aliran Subkritis, kritis dan superkritis
3. Aksesibilitas dan kontrol
4. Aplikasi prinsip energi
5. Definisi Momentum spesifik
6. Loncatan hidrolik
hid lik
3 Konsep terjadinya aliran 1. Terbentuknya aliran seragam ERZ
seragam 2. Persamaan Chezy dan Manning
3. Estimasi koefisien kekasaran
4 Komputasii aliran
li seragam 1. 1 Hantaran dari
d i suatu Penampang saluranl ERZ
2. Faktor penampang dan eksponen hidrolis
3. Perhitungan kedalaman dan kecepatan normal
4. Penetuan kemiringan normal dan kemiringan kritis
5 P
Perencanaan S l
Saluran untukk 1.
1 S l
Saluran tahan
h eorsii ERZ
Aliran Seragam 2. Saluran peka erosi
3. Saluran berumput
6 Teori dan Analisis Aliran Tak 1. Asumsi dasar ERZ
S
Seragam 2
2. P
Persamaan di
dinamisi aliran
li takk seragam
7 Karakteristik dan Klasifikasi 1. Ciri-ciri profil aliran ERZ
Aliran Tak Seragam 2. Penggolongan penampang aliran
3. Analisa Profil aliran
JADWAL KULIAH
JADWAL  KULIAH
No.
No Pokok Bahasan Sub-Pokok
Sub Pokok Bahasan Dosen
10 Metode Perhitungan Aliran Tak 1. Metode integrasi grafis YSH
Seragam 2. Metode Integrasi Langsung
3. Metode Tahapan Langsung
4
4. M t d tahapan
Metode t h standar
t d
11 Aliran Tak Mantab berubah Kontinuitas aliran tak mantab YSH
bertahap Persamaan dinamis aliran tak mantab
Perambatan gelombang
12 Aliran Tak-Mantab berubah Tiba- 1. Aliran seragam bertahap YSH
tiba 2. Perpindahan loncatan hidrolis
3. Hempasan positif
4 Hempasan
4. H negative
ti
13 Konsep Aliran dalam Pipa 1. Resistensi dalam aliran pipa bulat YSH
2. Resistensi dalam aliran pipa tak bulat
14 Analisa aliran dalam jaringan pipa Loop method YSH
Node Method
PENILAIAN & PUSTAKA
PENILAIAN & PUSTAKA
• UTS : 30 %
• Praktikum : 30 %
• Ujian Akhir : 40 %

• Chow, Ven-te (1959) : Open Channel


Hydraulics
y
• Henderson, F.M. (1966) : Open Channel Flow
• Vennard,, John K. dan R.L. Street ((195)) :
Elementary Fluid Mechanics
y
• Bakhmeteff, B.A. (1938) : Hydraulics of Open
p
Channel
HYDROSTATICS

HYDRO
HYDRODYNAMICS
MECHANICS

HYDROLICS
FLUID
MECHANICS
AEROSTATICS

AERO THEOROTICAL
MECHANICS AERODYNAMICS
EXPERIMENTAL
AERODYNAMICS
Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua 
macam aliran yaitu aliran saluran tertutup dan 
aliran saluran terbuka. Dua macam aliran 
tersebut dalam banyak hal mempunyai 
kesamaan tetapi berbeda dalam satu ketentuan 
penting. Perbedaan tersebut adalah pada 
keberadaan permukaan bebas; aliran saluran 
terbuka mempunyai permukaan bebas, sedang 
aliran saluran tertutup tidak mempunyai 
permukaan bebas karena air mengisi seluruh 
penampang saluran. 
Dengan demikian aliran saluran terbuka
mempunyai permukaan yang berhubungan
dengan atmosfer, sedang aliran saluran tertutup
tidak mempunyai hubungan langsung dengan
tekanan atmosfer.
Di dalam modul ini yang dibahas adalah aliran
saluran terbuka (open channel flow ) yang
sangat erat hubungannya dengan teknik sipil.
sipil
Garis
G i arus adalah
d l h garis
i
menerus (continous) yang lurus
atau melengkung di dalam
cairan dimana ggaris singgung
gg g
pada setiap titiknya
menunjukkan arah kecepatan
gerak partikel cairan pada garis
arus tersebut. 
tersebut
Contoh garis arus adalah seperti pada Gb.1.1 
dibawah ini:
y S

V
Vy

Vx

G b 1
Gambar 1.1.
1 Sk
Skett d
definisi
fi i i garis
i arus
Pipa arus adalah sekumpulan garis‐garis arus yang 
diawali suatu lengkung tertutup dan diakhiri suatu 
lengkung tertutup.

Gambar 1.2. Sket definisi pipa arus


adalah aliran yang terdiri dari banyak pipa arus 
y g
yang mempunyai batas tetap seperti pada Gb.1.3.
p y p p p

Gambar
G b 1 1.3.
3 KKumpulan
l pipai arus
di antara batas tetap
Apabila
p ρ1 adalah kerapatan
p cairan rata‐rata
pada penampang 1 dan ρ2 adalah kerapatan
cairan rata‐rata pada penampang 2, maka
besarnya massa per‐satuan
per satuan waktu di dua
penampang tersebut adalah :

m1 = ρ1 .V1 . A1
dan ( 1.1))

m2 = ρ 2 .V2 . A2
Dimana:
m  = jumlah massa cairan per‐satuan
waktu (slug atau kg)
V  =  kecepatan rata‐rata penampang
(ft/s atau m/s)
A  =  luas penampang (ft2 atau m2)
(slug atau slug/ft2
ρ =  kerapatan cairan (slug atau
atau kg/m3)
indeks 1 dan
1 dan 2 menunjukkan
2 menunjukkan harga
harga‐harga
harga
tersebut pada penampang 1 dan pada
penampang 2.
Seperti yang harus diketahui,
diketahui air
mengalir dari hulu ke hilir (kecuali ada gaya
yang menyebabkan aliran ke arah sebaliknya)
sampai mencapai suatu elevasi permukaan air
tertentu misalnya:
tertentu,
• permukaan air di danau 
atau
• permukaan air di laut
Tendensi/kecenderungan ini ditunjukkan oleh
aliran di saluran alam yaitu sungai.

Perjalanan air dapat juga ditambah


oleh bangunan‐bangunan yang dibuat oleh
manusia, seperti :
™ saluran irigasi
™ pipa
™ gorong ‐ gorong (culvert), dan
™ saluran buatan yang lain atau kanal (canal). 
Walaupun pada umumnya

perencanaan saluran ditujukan untuk

karakteristik saluran buatan, 

namun konsep
k hid lik
hidrauliknya

d t juga
dapat j dit
diterapkan
k

sama baiknya pada saluran alam.


alam
Apabila saluran terbuka terhadap
atmosfer, seperti sungai, kanal, gorong‐gorong,
maka alirannya disebut aliran saluran terbuka
(open channel flow) atau aliran permukaan
bebas (free surface flow).
flow)

Apabila aliran mempunyai penampang


penuh seperti aliran melalui suatu pipa, disebut
aliran saluran tertutup atau aliran penuh (full
flow).
™Luas penampang (area (area))
™Lebar Permukaan (top (top width)
width)
™Keliling Basah (Wetted
(Wetted Parimeter)
Parimeter) dan
™Jari
Jari--jjari Hydraulik
y ((Hydraulic
Hydraulic
y Radius).
Radius)

Yang dimaksud dengan penampang saluran


(channel cross section) adalah penampang yang
diambil tegak
g lurus arah aliran,, sedangg p
penampang
p g
yang diambil vertical disebut penampang vertikal
(vertical section).
Dengan demikian apabila dasar saluran
terletak horizontal maka penampang saluran
akan sama dengan penampang vertikal.
vertikal
Saluran buatan biasanya direncanakan
dengan penampang beraturan menurut bentuk
geometri yang biasa digunakan,
9 Bentuk penampang trapesium adalah bentuk
yang biasa digunakan untuk
saluran‐saluran irigasi
atau
saluran‐saluran drainase
karena menyerupai
y p bentuk saluran alam,,
dimana kemiringan tebingnya menyesuaikan
dengan sudut lereng alam dari tanah yang
digunakan untuk saluran tersebut.
9Bentuk penampang persegi empat atau segitiga
merupakan penyederhanaan dari bentuk
trapesium yang biasanya digunakan untuk
saluran‐saluran drainase yang melalui lahan‐
lahan yang sempit.

9Bentuk penampang lingkaran biasanya


digunakan pada perlintasan dengan jalan;
saluran ini disebut gorong‐gorong (culvert).
Elemen geometri penampang memanjang saluran
terbuka dapat dilihat pada Gb.1.4 berikut ini:

y d

Penampang melintang
Datum θ Datum

Gambar 1.4 Penampang memanjang


dan penampang melintang aliran sal
saluran
ran terb
terbuka
ka
dengan notasi d adalah kedalaman dari
penampang aliran, sedang kedalaman y adalah
kedalaman vertikal (lihat Gb.1.4), dalam hal
sudut kemiringan dasar saluran sama dengan θ
maka :
d = y cos θ
atau ( 1.2))
d
y=
cos θ
adalah elevasi atau jarak vertikal dari permukaan
air di
air di atas suatu datum (bidang
datum (bidang persamaan).
persamaan).

adalah lebar penampang saluran pada permukaan


bebas (lihat Gb
Gb..1.5). Notasi atau simbol yang
digunakan untuk lebar permukaan adalah T, dan
satuannya adalah satuan panjang
panjang..
mengacu pada luas penampang melintang dari
aliran di dalam saluran
saluran.. Notasi atau simbol
yang digunakan untuk luas penampang ini
adalah A, dan satuannya adalah satuan luas.
luas.

suatu penampang aliran didefinisikan sebagai


bagian/porsi dari parameter penampang aliran
yang bersentuhan (kontak) dengan batas benda
padat yyaitu dasar dan/atau dinding
p g saluran
saluran..
Dalam hal aliran di dalam saluran terbuka
b
batas tersebut adalah dasar dan 
b d l hd d
dinding/tebing saluran seperti yang tampak 
pada Gb. 1.4 di bawah ini. 

Notasi atau simbol yang digunakan untuk 
k lili b h i i d l h d
keliling basah ini adalah P, dan satuannya 
adalah satuan panjang.
T
Luas penampang

Keliling
g basah
B

Gambar
G b 1.5.
15 PParametert LLebar
b P Permukaan
k (T)
(T),
Lebar Dasar (B), Luas Penampang dan
Keliling basah suatu aliran
dari suatu penampang aliran bukan merupakan 
karakteristik yang dapat diukur langsung, tetapi sering
karakteristik yang dapat diukur langsung, tetapi sering 
sekali digunakan didalam perhitungan. Definisi dari jari 
jari hydraulik adalah luas penampang dibagi keliling 
basah, dan oleh karena itu mempunyai satuan panjang; 
notasi atau simbul yang digunakan adalah R, dan 
satuannya adalah satuan panjang. 
t d l h t j
Untuk kondisi aliran yang spesifik, jari‐jari
y
hydraulik seringg kali dapat
p dihubungkan
g
langsung dengan parameter geometrik dari
saluran.

Misalnya, jari‐jari
Misalnya jari jari hydraulik dari suatu aliran
penuh di dalam pipa (penampang lingkaran
dengan diameter D) dapat dihitung besarnya
jari‐jari hydraulik sebagai berikut:
A
R=
Pw ( 1.3)

π .D 4 D
2
Rlingkaran = =
π .D 4
Dimana:
R = Jari
Jari--jari hydraulik (ft/m)
A = Luas penampang (ft2 atau m2)
Pw = Keliling basah (ft atau m)
D = Diameter pipa (ft atau m)
dari suatu penampang
aliran adalah luas A
penampang dibagi
dib i lebar
l b D= ( 1.4)
permukaan, dan oleh T
karena itu mempunyai
satuan panjang. Simbul
atau notasi yang
di
digunakan
k adalah
d l h D.
D
adalah perkalian dari luas
Z=A D penampang aliran A dan
akar dari kedalaman
(1.5) A hydraulik D. Simbol atau
=A notasii yang di
digunakan
k
T adalah Z.
adalah perkalian dari
luas penampang
p p g aliran
A dan
A  dan pangkat 2/3 dari
2/3 dari
jari‐‐jari hydraulik : 
jari :
AR2/3

Persamaan / rumus elemen geometri dari


berbagai bentuk penampang aliran dapat
dilih t pada
dilihat d table
t bl 1.1.
Tabel 1.1. Unsur-unsur geometris penampang saluran
adalah suatu p penampang
p g saluran terbuka yyangg lebar
sekali dimana berlaku pendekatan sebagai saluran
terbuka berpenampang persegi empat dengan lebar
yang jauh lebih besar daripada kedalaman aliran B >> y,
y
dan keliling basah P disamakan dengan lebar saluran B.
Dengan
g demikian maka luas p
penampang
p g A = B . yy; P =
B sehingga :

A By
R= = =y
P B
C Debit aliran (discharge)
C.  Debit aliran

Debit aliran adalah


volume air yang
mengalir melalui suatu
penampang tiap
satuan waktu, Apabila hukum
simbol/notasi yang ketetapan massa
digunakan adalah Q. dit
diterapkan
k untuk
t k aliran
li
diantara dua penampang
seperti pada Gb
Gb..1.3 dan
dengan menggunakan
Pers..1.1.
Pers
maka didapat persamaan sebagai berikut:

m1 = ρ1 A1V1 = m2 =  ρ2 A2V2

kerapatan tetap ρ1 = ρ2 sehingga


untuk kerapatan tetap ρ1 = ρ2, sehingga 
untuk
persamaan tersebut menjadi :

A1V1 = A2V2 = Q (1.6)

Persamaan (1.6) tersebut di atas disebut 
( )
persamaan kontinuitas. 
D.  Kecepatan (velocity)
Kecepatan aliran (V) dari suatu penampang aliran
tidak sama diseluruh penampang aliran, tetapi
bervariasi menurut tempatnya.

Apabila cairan bersentuhan dengan batasnya


(didasar dan dinding saluran) kecepatan
alirannya adalah nol

Hal ini seringkali


g membuat kompleksnya
p y
analisis, oleh karena itu untuk keperluan
praktis biasanya digunakan harga rata-rata
dari kecepatan di suatu penampang aliran
Kecepatan rata‐rata ini didefinisikan sebagai
debit aliran dibagi luas penampang aliran, dan
oleh karena itu satuannya adalah panjang per
satuan waktu.

Q
V= (1.7)
A
Dimana:
V = Kecepatan rata – rata aliran (ft/s atau m/s)
Q = Debit aliran (ft3/s atau m3/s )
A = Luas penampang aliran (ft2 atau m2)
Gambar 1.6 1 6 menunjukkan pembagian
kecepatan
Gambar 1.6. diarah vertical dengan
kecepatankecepatan
Pembagian maksimum di permukaan air
dan kecepatan
(velocity noldipada dasar.
distribution)
arah vertikal
Misalnya kecepatan aliran di suatu titik adalah
v dan
d kecepatan
k rata rata aliran
li adalah
d l h V maka
k
debit aliran adalah :

Q = V . A = ∫ v .dA ((1.8))
A

Kecepatan rata-rata dapat ditentukan dari


Pers.(1.8) tersebut diatas

V=
∫ v . dA
A (1.9)
A
E. Kriteria aliran

Aliran tetap (steady flow) merupakan salah


satu
t jenis
j i aliran;
li k t “tetap”
kata “t t ” menunjukkan
j kk
bahwa di seluruh analisis aliran diambil asumsi
bahwa debit alirannya tetap.
tetap Apabila aliran
melalui saluran prismatis maka kecepatan aliran
V juga tetap, atau kecepatan aliran tidak
berubah menurut waktu.
⎛ ∂∂V
V ⎞
⎜ = 0⎟
⎝ ∂t ⎠
sebaliknya
b lik apabila
bil k
kecepatan
t aliran
li
berubah menurut waktu, aliran disebut aliran
tid k tetap
tidak t t (unsteady
( t d flow)
fl )

⎛ ∂V ⎞
⎜ ≠ 0⎟
⎝ ∂t ⎠
Aliran seragam (uniform flow) merupakan jenis
aliran yang lain; kata “seragam” menunjukkan
bahwa kecepatan aliran disepanjang saluran
adalah tetap, dalam hal kecepatan aliran tidak
tergantung pada tempat atau tidak berubah
menurut tempatnya.

⎛ ∂V ⎞
⎜ = 0⎟
⎝ ∂s
∂s ⎠
sebaliknya apabila kecepatan berubah
menurut tempat makak aliran
li di b aliran
disebut li tidak
id k
seragam (nonuniform flow).

⎛ ∂∂V
V ⎞
⎜ ≠ 0⎟
⎝ ∂s ⎠
Aliran seragan dan tetap disebut aliran 
beraturan
⎛ ∂V ∂V ⎞
⎜ = 0 dan = 0⎟
⎝ ∂t ∂s ⎠

Aliran tidak seragam dapat dibagi menjadi :


o aliran berubah lambat laun
(gradually varied flow)
o aliran berubah dengan cepat
(rapidly varied flow)
Aliran disebut berubah lambat laun
apabila perubahan kecepatan terjadi secara
lambat laun dalam jarak yang panjang,
sedangkan aliran disebut berubah dengan
apabila perubahan terjadi pada jarak yang
pendek.

Untuk saluran prismatis jenis aliran


tersebut diatas juga dapat dinyatakan dalan
perubahan kedalaman aliran seperti ditunjukkan
d l
dalam persamaan‐persamaan sebagai
b i berikut
b ik t :
∂h ∂h
Aliran Tetap : = 0 , Aliran Tidak Tetap : ≠ 0
∂s ∂s
∂h ∂h
g : = 0 , Aliran TidakSeraggam : ≠ 0
Aliran Seragam
∂t ∂t

Contoh dari perubahan kedalaman air


disepanjang aliran dapat dilihat pada Gb.1.7
dibawah ini.
ini

(a)
Air balik (backwater)

Laut

(b)
Laut
(c)

Gambar 1.7.
1 7 Perubahan kedalaman air
(a. aliran seragam; b. aliran berubah lambat
laun; c. aliran berubah dengan cepat)
disepanjang aliran
F. Sifat Aliran ((Aliran Laminer, Aliran
,
Turbulen, dan Angka Reynold)
Aliran laminer
adalah suatu tipe Sebaliknya aliran
aliran yang turbulen tidak
ditunjukkan oleh
mempunyai garis-
garis-
gerak partikel‐
partikel cairan garis arus yang
menurutt garis‐garis
i i halus dan sejajar
arusnya yang halus sama sekali
dan sejajar.
sejajar
Karakteristik aliran turbulen
ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran‐pusaran
dalam aliran,, yyangg menghasilkan
g percampuran
p p
terus menerus antara partikel partikel cairan di
seluruh penampang aliran.
Perhatikan bahwa pusaran‐pusaran
menghasilkan variasi arah maupun besarnya
kecepatan. Perhatikan juga bahwa pusaran‐
pusaran pada suatu waktu memberi kontribusi
pada
d kecepatan
k t d i partikel
dari tik l yang diketahui
dik t h i
dalam arah aliran , dan pada waktu yang lain
mengurangi darinya.
darinya
Hasilnya adalah bahwa pembagian kecepatan
yang diambil pada waktu yang berbeda‐beda tampak
berbeda satu sama lain, dan pembagian kecepatan
tersebut akan tampak lebih kasar daripada pembagian
kecepatan dari suatu aliran laminer

Hal ini dapat diinterpertasikan bahwa


perubahan kecepatan dalam aliran turbulen akan
di ti b
dipertimbangkan
k sebagai
b i aliran
li tid k tetap
tidak t t
(unstedy). Namun demikian, apabila kecepatan
rata-rata pada sembarang titik yang diketahui di
dalam aliran adalah tetap (constant), maka aliran
diasumsikan sebagai
g aliran tetap.
p
Untuk membedakan aliran apakah turbulen
atau laminer,
l i terdapat
d suatu angka k tidak
id k
bersatuan yang disebut Angka Reynold
(R
(Reynolds
ld Number).
N b ) Angka
A k inii i dihitung
dihit d
dengan
persamaan sebagai berikut:
4V R ( 1.10)
Re =
ϑ
Dimana:
Re = Angka Reynold (tanpa satuan)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
R = Jari-jari hydraulik (ft atau m)
ϑ = Viskositas kinematis
kinematis, tersedia dalam tabel sifat
sifat-sifat
sifat
cairan (ft2/s atau m2/s)
Menurut hasil percobaan oleh 
M t h il b l h
Reynold, apabila angka Reynold 
kurang daripada 2000 aliran
kurang daripada 2000, aliran 
biasanya merupakan aliran 
laminer. Apabila angka Reynold
laminer. Apabila angka Reynold 
lebih besar daripada 4000, aliran 
y
biasanya adalah turbulen. 
Sedang antara 2000 dan 4000 
aliran dapat laminer atau
turbulen
b l tergantung pada d faktor‐
f k
faktor lain yang mempengaruhi.
G. Tipe
p Aliran ((Aliran kritis, sub‐kritis
,
dan super‐kritis, angka Froude)
Efek dari gaya gravitasi pada suatu
aliran ditunjukkan dalam perbandingan atau
rasio antara gaya inersia dan gaya gravitasi.
Rasio antara gaya‐gaya tersebut dinyatakan
dalam angka Froude, yaitu :

V
FR = ( 1.11)
1 11)
g.L
Dimana:

FR = angka Froude (tidak berdimensi/ tidak  
mempunyai satuan)
mempunyai satuan)

V = kecepatan rata
V    kecepatan rata‐rata
rata aliran ( ft/s atau m/s )
aliran ( ft/s atau m/s )

L = panjang karakteristik (dalam ft atau m)
L    panjang karakteristik (dalam ft atau m)
Dalam aliran saluran terbuka panjang
k k i ik disamakan
karakteristik di k d
dengan k d l
kedalaman
hydraulik D. Dengan demikian untuk aliran
saluran
l t b k angka
terbuka k Froude
F d adalah:
d l h
V
FR = ( 1.12)
1 12)
g.D

Apabila angka F sama dengan satu maka


j
Pers.1.10 menjadi:

V = g.D ( 1.13))
Dimana:

Adalah kecepatan rambat


g.D gelombang (celerity), dari
gelombang gravitasi yang
terjadi dalam aliran
dangkal.
Dalam hal ini aliran disebut dalam kondisi
kritis,, and aliran disebut aliran kritis ((critical fflow).
)
Apabila harga angka FR lebih kecil daripada satu atau
V 〈 g . D aliran disebut aliran sub‐kritis (subcritical
fl )
flow).

Dalam
D l k di i ini
kondisi i i gaya gravitasi
it i memegang
peran lebih besar; dalam hal ini kecepatan aliran lebih
kecil daripada
p kecepatan
p rambat ggelombangg dan hal
ini ditunjukkan dengan lairannya yang tenang.
Sebaliknya apabila harga FR lebih besar
daripada satu atau V 〉 g . D aliran disebut Aliran
super‐kritis (supercritical flow).

Dalam hal ini gaya‐gaya inersia menjadi


dominan, jadi aliran mempunyai kecepatan besar;
kecepatan
p aliran lebih besar daripada
p kecepatan
p
rambat gelombang yang ditandai dengan alirannya
yang deras.
H Regime aliran (regimes of flow) 
H. Regime aliran (regimes of flow)

Suatu kombinasi dari efek viskositas dan


Gravitasi menghasilkan salah satu dari empat regime
aliran, yang disebut:

¾ subkritis‐laminer (subcritical‐laminer), apabila FR lebih


kecil daripada satu dan Re berada dalam rentang
laminer;
¾ superkritis‐laminer (supercritical‐laminer), apabila FR
lebih besar daripada
p satu dan Re berada dalam
rentang laminer;

¾ superkritis‐turbulent
k iti t b l t (supercritical‐turbulent),
( iti l t b l t) apabila
bil
FR lebih besar daripada satu dan Re berada dalam
rentang laminer;

¾ subkritis‐turbulen (subcritical‐turbulent), apabila FR


lebih kecil daripada satu dan Re berada dalam
rentang turbulen.

Anda mungkin juga menyukai