Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan pemenuhan hak bagi ibu dan
anak. ASI sebagai makanan bayi terbaik ciptaan Tuhan tidak dapat
tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Pemberian ASI
eksklusif merupakan salah satu strategi global yang dicanangkan WHO dan
UNICEF untuk mengurangi angka kematian bayi dan neonatal. Menurut
WHO/UNICEF, standar emas pemberian makan pada bayi dan anak ialah
mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah lahir, menyusui bayi secara
eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan. ASI Eksklusif memiliki
kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak.
Anak yang diberi ASI Eksklusif akan tumbuh dan berkembang secara optimal
dan tidak mudah sakit. Kajian global “The Lancet Braestfeeding Series, 2016
telah membuktikan menyusui Eksklusif menurunkan angka kematian karena
infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia kurang dari 3 bulan, sebanyak
31,36% (82%) dari 37,94% anak sakit, karena tidak menerima ASI Ekslusif.
Investasi dalam pencegahan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), Stunting dan
meningkatkan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan ASI Eksklusif berkontribusi
dalam menurunkan risiko obese dan penyakit kronis (KemenKes, 2016).
Di Indonesia cakupan ASI eksklusif pada tahun 2015 secara nasional
sebesar 55,7%. Cakupan pemberian ASI ekskusif di Propinsi Sulawesi Utara
Tahun 2017 sebanyak 39.42%, Riskesda Tahun 2018 cakupan pemberian
ASI eksklusif dari 34 provinsi dimana Propinsi Sulawesi Utara berada pada
urutan kedua terendah yaitu 38,69%, cakupan ini masih jauh dari cakupan
Nasional sebesar 80% (Kemenkes, 2018).
Bayi yang belum mendapatkan ASI eksklusif dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya dukungan dari berbagai pihak yang masih
kurang, salah satunya dukungan suami. Penelitian yang dilakukan oleh Bakri
dkk, 2019), di wilayah kerja Puskesmas Sempur Kota Bogor menunjukkan
bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI

1
eksklusif. Keberhasilan ASI eksklusif dapat dicapai bila dukungan dari suami
turut berperan. Menyusui memerlukan kondisi emosional yang stabil,
mengingat faktor psikologis ibu sangat mempengaruhi produksi ASI, suami
dan istri harus saling memahami betapa pentingnya dukungan terhadap ibu
yang sedang menyusui.
Sikap positif ibu tentang ASI akan berpengaruh pada praktik pemberian
ASI secara eksklusif. Ibu yang memiliki perilaku merupakan hasil proses
pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dengan mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian tindakan pemberian ASI. Hasil penelitian oleh
Septiani dkk (2017), bahwa ada hubungan ibu yang memiliki sikap positif
dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang menganggap bahwa ASI
merupakan makanan terbaik untuk bayi berencana untuk memberikan ASI
selama 6 bulan. Semakin positif sikap ibu maka semakin besar peluang ibu
dalam memberikan ASI eksklusif.
Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena timbulnya
beberapa masalah pada ibu dan bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham
bagaimana teknik menyusui yang benar dapat menjadi masalah dalam
menyusui. Pengetahuan ibu yang baik tentang teknik menyusui merupakan
hasil tahu dan mengingat suatu hal setelah seseorang melakukan cara
memberikan ASI pada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi
dengan benar yang didapat dari petugas kesehatan dan social serta media
yang lainnya. Kemampuan ibu dalam menyusui dengan teknik yang benar
sangat mendukung dalam perilaku ibu dalam memberikan ASI kepada
bayinya, hasil penelitian oleh Syada dan Finarti (2019) di RSUD Kokan Hulu
menunjukkan ada hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui dengan
kelancara pemberian ASI ekskusif. Sama dengan penelitian La Muju (2017),
di Pusat Kesehatan Kota Biak terhadap 50 ibu menyusui menunjukkan ada
hubungan yang signifikans antara pengetahuan dan pemberian ASI eksklusif
pada bayi.
Faktor lain tidak efektifnya pemberian ASI eksklusif pada bayi ialah
pekerjaan ibu. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja meningkatkan
frekuensi kegagalan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang bekerja menghadapi

2
beberapa kendala dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, antara
lain; alokasi waktu, waktu kebersamaan dengan bayinya, beban kerja, stress,
ibu yang bekerja memiliki keyakinan yang rendah untuk memberikan ASI
eksklusif. Indah dkk (2020), dalam penelitiannya menyimpulkan ada
hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi, bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai kecenderungan
untuk memberikan ASI eksklusif lebih besar dibandingkan dengan ibu yang
bekerja. Berdasarkan beberapa penelitian di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan studi literature untuk mengkaji determinan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diteliti yaitu apakah determinan pemberian Asi
Eksklusif Pada Bayi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Studi literature ini bertujuan untuk mengkaji tentang determinan
pemberian ASI Ekslusif pada Bayi.
2. Tujuan Khusus
a. Megkaji hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif
pada bayi.
b. Mengkaji hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada
bayi.
c. Mengkaji hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI Ekslusif
pada bayi.
d. Mengkaji hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif
pada bayi.

3
D. Manfaat
1. Bagi ibu
Meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat khususnya ibu-ibu yang
menyusui tentang manfaat pemberian ASI dalam meningkatkan kesehatan
bagi bayi.
2. Bagi Penulis
Melalui studi literatur ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
penulis tentang faktor penentu atau determinan dalam pemberian ASI
eksklusif.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep ASI
1. Pengertian ASI Eksklusif
Menurut KemenKes (2016), menyusui eksklusif adalah tidak memberi
bayi makanan atau minuman lain termasuk air putih selain menyusui
(selain obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga
diperbolehkan). UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI
Eksklusif sampai bayi berusia enam bulan. Setelah itu anak diberi makanan
padat dan semi padat sebagai makanan tambahan selain ASI.
ASI eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan
karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang
diperlukan anak pada umur tersebut. Pengenalan dini makanan yang rendah
energy dan gizi atau yang disiapkan dalam kondisi tidak higienis dapat
menyebabkan anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asing
sehingga mempunyai daya tahan tubuh yang rendah (KemenKes RI, 2014).

2. Kategori Menyusui Eksklusif


KemenKes RI (2014), menyatakan ada tiga kategori menyusui, yaitu:
a. Menyusui Eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman
lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat – obatan dan vitamin
dan mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan). Pada Riskesdas 2010,
menyusui eksklusif adalah komposit dari pertanyaan : bayi masih disusui,
sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau minuman selain ASI,
selama 24 jam terakhir bayi hanya disusui ( tidak di beri makanan selain
ASI).
b. Menyusui Predominan
Menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan
sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh sebagai
makanan/minuman prelakteal sebelum ASI keluar. Pada riskesdas 2010,
menyusui predominan komposit dari pertanyaan; bayi masih disusui,

5
selama 24 jam, terakhir bayi hanya disusui, sejak lahir tidak pernah
mendapatkan makanan atau minuman kecuali minuman berbasis air, yaitu
putih atau air teh.
c. Menyusui parsial
Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan
selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi
berumur enam bulan , baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan
sebagai makanan prelakteal.
3. Komposisi ASI
ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih
telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, hormone, ensim, zat kekebalan dan
sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang.
Berikut ini beberapa zat yang terkandung dalam ASI (Rahmisyah, 2016), yaitu:
1. Kolostrum
Segera setelah melahirkan, ASI yang keluar berwarna kekuning-
kuningan kental dan agak lengket, diproduksi selama kira-kira seminggu.
Kolostrum lebih banyak mengandung protein, vitamin A, Natrium dan seng,
banyak mengandung immunoglobulin A dan laktoferin , sedikit lemak dan
laktosa serta sel-sel darah putih untuk mencegah penyakit infeksi. Jumlah
kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada
hari-hari pertama kelahiran, walaupun sedikit namun cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu kolostrum harus diberikan
pada bayi
2. Protein
ASI mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan
antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey denag Casein
merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI
mengandung Whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan
ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whey:Casein ialah 20:80, sehingga tiddak mudah diserap

6
3. Lemak
Perbandingan lemak total ASI bervariasi antara ibu yang satu dengan
ibu yang lain. ASI yang keluar selama menyusui disebut ASI awal
(foremilk). Cairan ini mengandung kira-kira 1-2 persen lemak dan tampak
encer. Air susu ini membantu memberikan kepuasan kepada bayi yang
haus ketika mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut disebut susu
akhir (hindmilk) yang mengandung lemak empat kali lebih banyak dari
foremilk. Susu hindmilk member hamper seluruh energy. Oleh karenanya,
penting bagi bayi untuk memperoleh susu belakang tersebut.
4. Laktosa
Laktosa merupakan komponen utama karbohidrat dalam ASI. Selain
sebagai sumber energy yang mudah dicerna , beberapa lactose diubah
menjadi asam laktat yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri yang
tidak diinginkan serta membantu penyerapan kalsium dan mineral lainnya.
5. Mineral
ASI lebih sedikit mengandung kalsium disbanding susu sapi. Namun
kasium dalam ASI mudah diserap maka cukup memenuhi kebutuhan bayi.
ASI juga mengandung natrium, kalsium, fosfor dan khlor lebih rendah dari
susu sapi, tetapi jumlahnya cukup bagi bayisekitar 50-70 persen zat besi
dalam ASi dapat diserap oleh bayi.
6. Vitamin
Apabila makanan ibu cukup seimbang, maka vitamin-vitamin yang
dibutuhkan bayi selama 4-6 bulan pertama dapat dipenuhi oleh ASI.

4. Manfaat ASI Eksklusif


Menurut Suradi dkk (2009), Air Susu Ibu bukan hanya bermanfaat untuk bayi,
tetapi juga untuk ibu, keluarga dan Negara.
1. Manfaat ASI untuk bayi
a. Nutrien (Zat gisi yang sesuai untuk bayi)
1) Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI ialah lemak. Sekitar 50% kalori
berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3.5-4.5%.

7
walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh
bayi karena tigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam
lemak menjadi asam lemak dan gliserol oleh ensim lipase yang
terdapat dalam ASI
ASI juga mengandung asam lemak esensial seperti linoleat (Omega
6) dan asam linolenat (Omega 3). Kedua asam lemak tersebut
merupakan precursor (pembentuk) asam lemak tidak jenuh rantai
panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA) berasal dari Omega 3
dan arachidonic acid (AA) berasal dari Omega 6 yang berfungsi untuk
pertumbuhan otak anak.
2) Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI ialah laktosa, yang kadarnya paling
tinggi disbanding susu mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah diurai
menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang
sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa juga
bermanfaat untuk mempertinggi absorbs kalsium dan merangsang
laktobasilius bifidus.
3) Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI
sebesar 0,9%, whey 60% yang lebih mudah dicerna disbanding kasein
(protein utama susu sapi. Dalam ASI terdapat dua asam amino yang
tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan
untuk pertumbuhan somatic, sedangkan taurin untuk pertumbuhan
otak.
4) Garam dan Mineral
ASI mengandung garam mineral lebih rendah. Zat besi dalam ASI
lebih mudah diserap (> 50%). Dalam badan bayi terdapat cadangan
zat besi, disamping itu ada zat besi yang berasal dari eritrosit yang
pecah, bila ditambah dengan zat besi yang berasal dari ASI, maka bayi
akan mendapat cukup zat besi sampai usia 6 bulan. Seng diperlukan
untuk tumbuh kembang, system imunitas dan mencegah penyakit-
penyakit tertentu seperti akrodermatitis eneropatika (penyakit yang

8
mengenai kulit dan system pencernaan dan dapat berakibat fatal). Bayi
yang mendapat cukup ASI akan terhindar dari penyakit ini.
5) Vitamin
ASI mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K berfungsi
sebagi katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI
dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap. ASI juga mengandung
vitamin E terutama di kolostrum.dalam ASI juga terdapat vitamin D.
b. Mengandung Zat Protektif
Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita penyakit, karena adanya
zat protektif dalam ASI seperti:
1) Laktobasilus bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat
dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan
bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme
seperti bakteri E coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
2) Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi.
Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100ml tertinggi diantara
semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin
bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu yaitu
stafilokokus dan E coli. Laktoferin dapat pula menghambat
pertumbuhan jamur kandida.
3) Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri
(bakteriosidal) dan antiinflamatori bekerja bersama peroksida dan
askorbat untuk menyerang E coli dan sebagian salmonella.
Konsentrasinya dalam ASI sangat banyak (400 µg/ml), dan
merupakan komponen terbesar dalam fraksi whey ASI.
4) Komplemen C3 dan C4
Kedua komplemen ini kadarnya dalam ASI sangat rendah, mempunyai
daya opsonik, anafilaktoksik dan kemotaktik yang bekerja bila
diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI.

9
5) Faktor antistreptokokus
Dalam ASI terdapat factor antistreptokukous yang melindungi bayi
terhadap infeksi kuman tersebut.
6) Antibodi
ASI mengandung kolostrum yang mengandung imonoglobulin yaitu,
secretory IgA (SIgA), IgE, IgM dan IgG. Dari semua immunoglobulin
tersebut terbanyak ialah SIgA. Antibody dalam ASI dapat bertahan di
dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan ensim
proteolitik.
7) Imunitas seluler
ASI mengandung sel-sel. 90% sel tersebut berupa makrofag yang
berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme,
membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin. 10% terdiri dari limfosit
B dan T. angka leukosit pada kolostrum kira-kira 5000/ml, setara
dengan angka leukosit darah tepi.
8) Tidak menimbulkan alergi
Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu
formula akan merangsang aktivasi system ini dan dapat menimbulkan
alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini.
c. Mempunyai Efek Psikologis Yang Menguntungkan
waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit
yang dini besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak yang akan
memberikan efek psikologis yang besar. Interaksi yang timbul waktu
menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi.
Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan kepercayaan pada bayi
(basic sense of trust), yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang lain
(ibu) maka akan timbul rasa percaya pada diri sendiri.
d. Menyebabkan pertumbuhan yang baik
Bayi yan g mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang
baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan
mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan
tentang ASI dan laktasi, turunnya berat badan bayi (pada minggu pertama

10
kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan
Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan
ASInya setelah melahirkan. Frekwensi menyusui yang sering (tidak
dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat, karena volume ASI yang dihasilkan
lebih banyak, sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
e. Mengurangi kejadian karies dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih
tinggi disbanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui
dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi
lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang
terbentuk akan merusak gigi. Kadar selenium dalam ASI akan mencegah
karies dentis.
f. Mencegah kejadian maloklusi
Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah
kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusui dengan dot.
1. Manfaat ASI untuk Ibu
a. Aspek Kesehatan Ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh
kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu mencegah involusi uterus dan
mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan,
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma
mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah disbanding yang tidak
menyusui.
b. Aspek Keluarga Berencana
Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan.
Ditemukan rerata jarak kehamilan ibu yang menyusui adalah 24 bulan,
sedangkan yang tidak menyusui 11. Hormone yang mempertahankan
laktasi bekerja menekan hormone untuk ovulasi, sehingga dapat menunda
kembalinya kesuburan.

11
Ibu yang sering hamil, merupakan resiko tersendiri bagi ibu untuk
mendapatkan penyakit seperti anemia, resiko kesakitan dan kematian akibat
persalinan.
c. Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga
untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa dibutuhkan oleh
semua manusia.
2. Manfaat ASI untuk Keluarga
a. Aspek Ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya dipergunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu
penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih
jarang sakit sehingga` mengurangi biaya berobat.
b. Aspek Psikologis
Kebahagiaan keluarga bertambah, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan
dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana dan kapan saja.
Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang
harus dibersihkan. Tidak perlu minta pertolongan orang lain.
3. Manfaat ASI untuk Negara
a. Menurunkan Angka Kesakitan Dan Kematian Anak
Adanya factor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin
status gisi bayi baik serta kesakitan dan kematian akan menurun. Beberapa
penelitian epidemiologi menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak
dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media dan infeksi saluran
pernapasan akut bagian bawah.
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan
memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi
persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan

12
untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat
di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu formula.
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui,
diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar yang
seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal,
sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
5. Faktor Determinan Pemberian Asi Eksklusif
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Rahmisyah (2016), menyatakan
perilaku merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok
dan masyarakat.untuk mencapai target pemberian ASI eksklusif maka
intervensi terhadap perilaku menjadi sangat strategis. Perilaku dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu;
1. faktor predisposisi (predisposing factor) meliputi pengetahuan, sikap,
keyakinan, dan nilai.
2. Faktor pemungkin (enabling factor), meliputi berbagai keterampilan dan
sumber daya yang diperlukan untuk melakukan perilaku kesehatanseperti
fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan berbagai sumber daya
(fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan berbagai sumber daya,
biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka dan keterampilan petugas
kesehatan menyangkut penggunaan teknik dan alat medik dalam program
pelayanan).
3. Faktor penguat (Reinforcing factor) adalah faktor yang menetukan apakah
tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat
tergantung pada tujuan dan jenis program. Penguat dapat diberikan oleh
teman, pimpinan atau keluarga, apakah penguat ini positif atau negative.

13
Bagian ini akan membahas beberapa faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif, yaitu:
1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo dalam (Rahmisyah (2016), meyatakan pengetahuan
merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat pengetahuan
dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini ialah
mengingat kembali (recal) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum –
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.

14
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa faktor predisposisi
seperti pengetahuan memegang peranan dalam praktik pemberian ASI
eksklusif. Semakin baik atau semakin tinggi pengetahuan ibu maka
praktik pemberian ASI eksklusi juga akan semakin baik. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Indah dkk (2020) di Kecamatan Ciseeng
Kabupaten Bogor menyimpulkan ada hubungan pengetahuan ibu
dengan pemberian asi eksklusif pada bayi, ibu yang memiliki
pengetahuan baik mempunyai kecenderungan untuk memberikan ASI
eksklusif tiga kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang
pengetahuan kurang.
Windayanti (2016), dalam penelitiannya menyimpulkan ada
hubungan yang signifikan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif. Ibu dengan pengetahuan tinggi akan memberikan ASI
eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Fauziah dan

15
Supart (2019) di RW 12 Kelurahan Mojosongo Surakarta,
menyimpulkan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif.
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini
dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap merupakan proses afeksi yang di dalamnya, seseorang sudah
melakukan perbandingan dari berbagai informasi yang diperolehnya. Jika
hasil perbandingan dari informasi dari apa yang diketahui tersebut baik
maka sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif juga baik.
Sikap sebagai salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap
individu dalam merespon sesuatu (pemberian ASI), oleh karena itu sikap
berujud perasaan atau emosi, Hal ini dikarenakan sikap merupakan
pandangan atau perasaan yang memicu kecenderungan bertindak tetapi
belum terlaksana dalam tindakan nyata. Fadlliyyah (2019) dalam
penelitiannya menyatakan ada hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI
eksklusif bahwa semakin positif sikap ibu, semakin besar peluang ibu
dapat memberikan ASI eksklusif dan begitu juga sebaliknya. Sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh oleh Septiani dkk (2017), bahwa ada
hubungan ibu yang memiliki sikap positif dengan pemberian ASI eksklusif.
Ibu yang menganggap bahwa ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi
berencana untuk memberikan ASI selama 6 bulan. Semakin positif sikap
ibu maka semakin besar peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
3. Dukungan Suami
Dukungan suami adalah salah satu bentuk interaksi yang didalamnya
terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang
bersifat nyata yang dilakukan oleh suami terhadap istri. Friedman (2010)
dalam Abiyoga dkk (2019) Dukungan Suami terdiri dari suami terdiri dari
empat jenis yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental, dan dukungan emosional.

16
Dukungan suami ibu lebih mudah memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya. Dalam hal ini ada empat dukungan yang dapat diberikan suami
dalam proses pencapain peran sebagai seorang ibu yaitu, dukungan
emosional perasaan dicintai, dirawat, dipercaya, dan dimengerti. Dukungan
informasi bantuan melalui pemberian informasi yang berguna dalam
menghadapi masalah atau situasi. Dukungan instrumental berupa dukungan
langsung, dan dukungan penilaian “dukungan yang memberitahukan
pemegang peran bagaimana kinerja seorang individu hal ini memungkinkan
individu untuk mengevaluasi dirinya dalam hubungan dengan peranan
orang lain Dukungan suami berperan besar dalam keberhasilan ibu untuk
memberikan ASI Eksklusif. Semakin besar dukungan yang diberikan oleh
suami maka semakin besar juga peluang ibu untuk menyusui bayinya. Hal
ini akan mempengaruhi kelancaran refleks pengeluaran ASI, karena
dipengaruhi oleh perasaan dan emosi ibu. Dukungan keluarga diperlukan
untuk ketenangan, ketenteraman, dan kenyamanan ibumenyusui yang dapat
meningkatkan produksi hormon oksitosin sehinggadapat meningkatkan
pemberian ASI pada anak (Abiyoga dkk, 2019).
Bakri dkk (2019), dalam penelitiannya di wilayah kerja Puskesmas
Sempur Kota Bogor menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan
suami dengan pemberian ASI eksklusif. Keberhasilan ASI eksklusif dapat
dicapai bila dukungan dari suami turut berperan. Menyusui memerlukan
kondisi emosional yang stabil, mengingat faktor psikologis ibu sangat
mempengaruhi produksi ASI, suami dan istri harus saling memahami
betapa pentingnya dukungan terhadap ibu yang sedang menyusui. Sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah dkk (2020) di Kecamatan
Ciseeng Kabupaten Bogor bahwa ada hubungan signifikan antara dukungan
suami dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan suami baik
mempunyai kecenderunagn untuk memberikan ASI eksklusif lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan dukungan suami kurang baik.

17
4. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan bagi seorang ibu berhubungan sangat erat dengan kecukupan
waktu luang bagi ibu untuk menyusui bayinya. ibu yang menghabiskan
waktu di luar rumah maka akan mengakibatkan berkurangnya waktu
kebersamaan antara ibu dan anak. Ibu yang bekerja di luar rumah dan harus
meninggalkan anak lebih dari 7 jam berpotensi terhalang waktu yang
dimiliki untuk menyusui karena jadwal bekerja, dibandingkan dengan ibu
ibu rumah tangga yang dapat menyusui bayinya secara tidak terjadwal
(Fadlliyyah, 2019).
Indah dkk (2020), dalam penelitiannya menyimpulkan ada hubungan
yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada
bayi, bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai kecenderungan untuk
memberikan ASI eksklusif lebih besar dibandingkan dengan ibu yang
bekerja.

18
B. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 sebagai
berikut;

Faktor Predisposisi:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Keyakina
4. Nilai

Faktor Pemungkin:
1. Ketersediaan fasilitas tempat menyusui
2. Aksesibilitas: jarak tempuk ketempat
kerja dengan rumah
3. Keterampilan petugas kesehatan: Perilaku
penggunaan teknik dan alat medik
dalam program pelayanan

Faktor Penguat:
1. Dukungan keluarga/suami
2. Dukungan Tenaga kesehatan

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian Determinan Pemberian ASI Eksklusif


Sumber: Notoatmodjo (2010) dalam Rahmisyah (2016).

19
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2, sebagai
berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposisi:
1. Pengetahuan
2. Sikap

Faktor Predisposisi:
1. Pekerjaan Ibu Perilaku Pemberian ASI

Faktor Penguat:
1. Dukungan Suami

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian Determinan Pemberian ASI


Eksklusif

D. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif
2. Ada hubungan sikap dengan pemberian ASI eksklusif
3. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif
4. Ada hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif

20
BAB III
METODE PENELELITIAN

A. Studi Literatur
Penelitian ini merupakan studi literatur yang mencari database dari berbagai
referensi, seperti buku, jurnal penelitian, review jurnal, annual report dan
data-data yang berkaitan dengan determinan pemberian ASI eksklusif .

B. Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Metode pengumpulan data
ialah studi pustaka. Sumber data untuk penelitian studi literatur dapat berupa
sumber yang resmi akan tetapi dapat berupa laporan/kesimpulan seminar,
catatan/rekaman diskusi ilmiah, tulisan-tulisan resmi terbitan dan lembaga-
lembaga lain, baik dalam bentuk buku/manual maupun digital ( Melfianora).

C. Tahapan Studi Literatur


1. Identifikasi masalah
Peneliti mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini dengan
permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini. Permasalahan dalam
penelitian ini berkaitan dengan determinan pemberian ASI eksklusif pada
bayi. Pencarian literature dengan menggunakan kata kunci determinan
pemberian ASI eksklusif, pengetahuan dan ASI eksklusif, sikap dan ASI
eksklusif, dukungan suami dan ASI eksklusif, pekerjaan dan ASI eksklusif.
2. Screening
Peneliti melakukan screening setelah masalah di identifikasi dengan
menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu:
Kriteria inklusi:
a. Artikel/jurnal dari tahun 2016-2020
b. Full text, sesuai dengan judul
c. Dapat diakses tanpa bayar. sedangkan
Kriteria eksklusi:
a. Terdiri dari abstrak saja

21
3. Eligbility (Kelayakan)
Peneliti melakukan penilaian kualitas dari literature yang diperoleh dengan
menentukan bahwa literature yang telah diperoleh sesuai dengan kebutuhan
peneliti. Kriteria inklusi yang digunakan oleh peneliti yaitu; sesuai dengan
judul penelitian yaitu tentang determinan pemberian ASI eksklusif dan data
penelitian tersebut merupakan data kuantitatif, sedangkan kriteria eksklusi
yaitu; merupakan literature review, opini ataupun hanya berupa ulasan
teori
4. Analisa Data
Dalam penelitian ini setelah melewati tahapan screening sampai dengan
penilaian kualitasi data maka analisa dapat dilakukan dengan
menggabungkan semua data yang telah memenuhi kriteria inklusi yang
ditentukan oleh peneliti. Peneliti melakukan analisis dengan
mengintegrasikan literature yang telah ditemukan dengan membandingkan
temuan dalam literature dengan teori.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abiyoga, A., Sukirman, I., Melida, V. 2019. Hubungan Dukungan Suami dalam
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Air Putih
Samarinda. Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan. Vol 4, No.2. 2019.
ISSN: 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)

Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara. 2017. Profil Kesehatan Provinsi


Sulawesi Utara.

Fadlliyyah, U.R.2019. Determinan Faktor Yang Berpengaruh Pada Pemberian


ASI Eksklusif Di Indonesia. Jurnal IKESMA Volume 15 Nomor 1 Maret
2019. Hal 51-58

Indah, F.P., Puspita, R.R., Pratiwi, R.D., Fadhila, F.A. 2020. Anlisis Faktor
Determinan Pemberian ASI Ekskusif di Kecamatan Ciseeng Kabupaten
Bogor. Edu Masda Journal. Vol 4 No 1 Maret 2020. ISSN (print) 25974572.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan Indonesia. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pekan ASI Sedunia (PAS),


Breastfeeding A Key Sustainable Development. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI.2018. Hasil Utama Riskesdas 2018, Kementerian


Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

La Muju. 2017. Determinant Factors Toward Exclusive Breast. International


Lournal of Science and Research (IJSR), Volume 6 Issue 2017. P 1825-1830

Maesorah, S., Kristianingsih., dan Anggraini. 2018. Gambaran Determinan


Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 6-24 Bulan. Jurnal Aisya: JUrnal Ilmu
Kesehatan, Vol. 3, No I Juni 2018, pp 9-16. ISSN 2502-4825.

Melfianora. Penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan Studi Literatur.

Rahmisyah. 2016. Determinan Pemberian ASI Eksklusif Oleh Tenaga KEsehatan


di Rumah Sakit Umum daerah Langsa Tahun 2016. FAkultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera Utara

Syahda, S. dan Finarti, Y. 2019. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui


Dengan Kelancaran ASI di RSUD Rokan Hulu. Jurnal Do[[ler Universitas
Pahlawan Tuanku Tambusai. Vol.3 No 1 Tahun 2019. ISSN “580-3123.

Windaryanti, R. 2016. Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Wedi


Kabupaten Klaten Jawa Tengah Tahun 2015. Vol.11 Nomor 4 Oktober
2016. ISSN: 1907-3887. Hal 52-68

23

Anda mungkin juga menyukai