HEMATOKOLPOS
Oleh :
Supervisor Pembimbing :
MANADO
2020
HEMATOKOLPOS
DEFINISI
Epidemiologi
Dalam perkembangan embrio, pada hari kedua puluh satu setelah konsepsi
akan terbentuk genital ridge yang berasal dari proliferasi mesoderm intermediate.
Genital ridge ini terbentang dari kranial ke kaudal dari embrio yang merupakan
asal dari seluruh alat genital, kecuali vulva, uretra dan vagina bagian bawah. 6
Pada minggu ke-5 dan ke-6, terbentuk saluran Muller (Muller duct) atau
saluran paramesonefros yang berjalan kanan kiri yang berasal dari epitel kolemik.
Pada minggu ke-7 dan 8 sampai minggu ke-12 terjadi penggabungan (fusi) dari
kedua saluran Muller pada bagian distalnya, sedangkan pada bagian proksimal
masih tetap terpisah. Bagian distal setelah berfusi, kemudian akan terjadi
rekanalisasi sehingga terbentuklah vagina dan uterus. Sedangkan bagian
proksimal saluran Muller yang tidak mengadakan fusi akan membentuk tuba
fallopii. Vagina bagian bawah atau distal dibentuk dari sinus urogenitalis.
Pada tingkat permulaan sekali, kloaka akan terbagi dua menjadi hindgut
dan sinus urogenitalis karena terbentuknya septum urorektal yang berasal dari
mesoderm yang tumbuh ke bawah.6
Gambar 1. Gambar skematik yang memeperlihatkan pembentukan uterus dan vagina (A) Pada 9
minggu, (B) Pada akhir bulan ke-3, (C) Baru lahir.6
Jadi, bagian vagina atas (tiga perempat bagian) terbentuk dari saluran
Muller dan bagian distal dari sinus urogenital. Terjadinya gangguan dalam
perkembangan kedua jaringan (saluran) embrional ini akan menyebabkan
timbulnya kelainan vagina, uterus dan tuba fallopii.6
2.4 Etiologi
Himen imperforata
transversal11
Trauma
2.5 Patofisiologi
Hematokolpos terjadi karena obstruksi pada distal vagina, yang
menyebabkan darah menumpuk pada uterus dan vagina. Penyebab tersering dari
hematokolpos adalah malformasi kongenital misalnya pada himen impeerforata.2
Gambaran Klinis
Nyeri abdomen atau pelvis terjadi berulang yang bersifat siklik dialami
hingga 60% pasien karena distensi berlanjut pada vagina dan karena akumulasi
darah menstruasi. Nyeri pinggang dialami oleh 38-40% pasien yang adalah
merupakan nyeri yang menjalar karena iritasi pleksus sakralis oleh vagina dan
uterus yang distensi.1,7
Pada kasus kronik di mana distensi uterus dan vagina sudah mencapai
rektum, dapat terjadi konstipasi dan tenesmus. Gangguan ini terjadi pada 20-27%
pasien. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa di abdomen bawah disertai
nyeri pada palpasi. Pada inspeksi vulva, dapat terlihat tonjolan kebiruan pada
introitus vagina.7,10
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah USG dan MRI. Pada
pemeriksaan USG untuk menentukan ada tidaknya dan luasnya perdarahan pada
uterus, tuba, dan rongga perut. Pada hematokolpos dapat gambaran hipoechoic
pada kanalis servikalis dan vagina. Apabila dengan USG tidak jelas, di perlukan
pemeriksaan MRI untuk mengetahui apakah ada anomali kongenital traktus
urinaria yang menyertai. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat memberikan
pencitraan yang terbaik dari jaringan lunak superfisial dan jaringan yang lebih
dalam. MRI dapat mengonfirmasi hasil pemeriksaan USG.9
Himen imperforata asimtomatik dapat terjadi pada usia dini, selama masa
kanak-kanak. Himenektomi elektif dapat dilakukan saat pubertas, ketika jaringan
telah mengalami estrogenisasi, tetapi sebelum terjadinya menarche untuk
menghindari hematometra atau hematocolpos. Adanya estrogen membantu
perbaikan dan penyembuhan bedah.11
Evaluasi vagina dan uterus perlu di lakukan sampai 4-6 minggu paska
pembedahan, bila uterus tidak mengecil perlu di lakukan pemeriksaan inspeksi
dan dilatasi serviks untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar. Bila
hematokolpos belum keluar, instrumen intra uterin jangan di pergunakan karena
bahaya perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan.
Perdarahan, jaringan parut dan stenosis dari lubang vagina adalah komplikasi
utama dari prosedur ini.11
Komplikasi
Komplikasi juga dapat terjadi sebagai efek dari himenektomi. Pada suatu
penelitian, ditemukan dalam analisis univariat bahwa persalinan caesar secara
signifikan lebih umum dilakukan di antara wanita yang telah menjalani operasi
himenektomi. Dalam model regresi logistik multivariat, himenektomi ditemukan
menjadi faktor risiko independen untuk gejala obstetri dan ginekologi yang
signifikan yang didefinisikan sebagai satu atau lebih dari hal berikut: kelahiran
caesar, laserasi serviks, laserasi vagina, laserasi perineum, kelahiran prematur,
inkompetensi serviks, endometriosis, infertilitas, dan dispareunia.14
Prognosis