Anda di halaman 1dari 55

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

EPISODE KINI MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK

i
DAFTAR ISI

Lembar Pasien Layak ...…………………………………………………….1

Lembar Pernyataan ………………………………………………………... 2

Lembar Pengesahan ……………………………………………………….. 3

Daftar Isi …………………………………………………………………....4

Laporan Kasus

I. Identitas Pasien ………………………………………………... 5

II. Riwayat Psikiatri ……………………………………………….6

III. Riwayat Kehidupan Pribadi …………………………………… 9

IV. Pemeriksaan Status Mental ……………………………………. 17

V. Pemeriksaan Fisik dan Neurologi …............................................20

VI. Ihtisa Penemuan Bermakna …………………………………….22

VII. Formulasi Diagnostik …………………………………………..23

VIII. Diagnosis Multiaksial …………………………………………..24

IX. Daftar Masalah ………………………………………………… 25

X. Rencana Terapi ………………………………………………… 25

XI. Prognosis ……………………………………………………….. 27

XII. Diskusi ………………………………………………………….. 27

XIII. Kesimpulan ……………………………………………………… 34

XIV. Wawancara Psikiatri ……………………………………………..34

Daftar Pustaka ……………………………………………….......45

Lampiran………………………………………………………… 46

ii
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn .H. R

Umur : 21 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Bitung, 16 Maret 1997

Status Perkawinan : Belum Menikah

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

Agama : Islam

Alamat Sekarang : Lingkungan III Wangurer, kompleks Dodik

Tanggal MRS : 11 Juni 2018

Cara MRS : Masuk Ke IGD

Tanggal Pemeriksaan : 13 Mei 2018

Tempat Pemeriksaan : Kamar nomor 5 Ruang Bunaken RS Jiwa Prof. Dr. V.L.

Ratumbuysang.

Nomor telepon : 0823114****

1
II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatrik diperoleh dari:

1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 13 Juni 2018 di Kamar nomor 5 Ruang

Bunaken RS Jiwa Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang

2. Aloanamnesis dengan Ibu Ny. S kakak pasien tanggal 14 juni 2018 di Kamar no 5

ruang Bunaken RS Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang dan pada tanggal 15 juni

dengan Tn. S di rumah pasien di Wangurer Lingkungan III, Kompleks Dodik belakang

Wale Leoni.

A. Keluhan Utama

Marah-marah, mengamuk, memukul dan menciderai temannya.karena yakin temannya

akan memukuli dia.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang ke IGD RSJ Ratumbuysang Manado dengan di antar oleh keluarga

dan petugas RS pada hari Kamis tanggal 11 juni 2018. Pasien di antar karena marah-

marah, mengamuk dan menciderai orang dengan menyiram orang menggunakan air

panas sehingga korban di larikan di RS Manembo-nembo Bitung. Pasien mengatakan

bahwa dia mendengar bisikkan seorang laki-laki yang menyuruhnya untuk menyerang

temannya, karena menurut bisikkan yang dia dengar, bahwa temannya akan

menyerangnya, sehingga pasien percaya pada bisikkan tersebut, setelah itu pasien

menyerangnya dengan memukulnya dan menyiramnya dengan air panas.

2
Ibu pasien mengatakan satu bulan yang lalu pacar dari pasien yang selalu datang

mencarinya ke rumah, sudah tidak kelihatan lagi, belakangan diketahui pacar tersebut

sudah meninggalkan pasien dan pergi dengan orang lain. Sejak saat itu pasien mulai

murung, menangis dan lebih sering di rumah dan tidak seperti biasanya serta

melakukan tindakan kekerasan

Setiap kali pasien keluar rumah, pasien merasakan bahwa banyak orang

menceritakan tentang keburukkan dirinya. Pada awalnya pasien merasa terganggu atas

hal itu, tetapi setelah dia merasakkannya terus menerus dia mengganggap hal tersebut,

adalah hal yang biasa. Pasien juga merasakan sering terbangun pada tengah malam

karena gelisah. Setelah 3 jam kemudian pasien merasa mengantuk lalu tertidur.

Pasien selalu memeinta hal-ahal aneh seperti minta di operasi pelastik, di pasang

kawat gigi, aquarium, meja billiard, buka bengkel permintaannnya berbeda-beda setiap

harinya. Ibu pasien mengatakan, keluhan akan memberat jika permintaan pasien tidak di

penuhi oleh orang tua, akhir-akhir ini pasien meminta dibelikan mesin motor yang ingin

dia gunakan untuk memodifikasi motornya tapi mesin tersebut belum kunjung datang.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatrik

Ibu pasien mengatakan keluhan tersebut sudah 5 tahun dirasakan oleh pasien. Keluhan

pertama kali timbul pada tahun 2013 dimana pada saat itu pasien masih duduk di kelas 3

SMP dan sering dibully oleh teman-temannya dan pernah di ancam akan di bunuh oleh

seorang narapidana yang selalu keluar masuk penjara. Pasien sering ketakutan dan

mengatakan melihat sosok putih, besar dan mendengar bisikan seorang laki-laki yang

3
mengatakan akan membunuh, memukul dan mengejarnya. Pasien kemudian berobat ke

dokter spesialis saraf dan menjalani pengobatan selama 6 bulan namun tidak mengalami

perubahan malah semakin parah. Selanjutnya pasien di bawah ibunya berobat ke RS

Manembo-nembo Bitung dan mendapat pengobatan dari dokter Spesialis kejiwaan,

kemudian dokter memberikan obat Haloperidol, Tryhexipenidil, clorilex, risperidon dan

depakot di minum sesuai anjuran dari dokter. Ibu pasien mengatakan sejak itu pasien

merasa ada perubahan dan berangsur-angsur membaik dan pengobatan di lanjutkan

sampai sekarang, tetapi selama masa pengobatan pasien tidak meminum obat dengan

teratur karena pasien merasa obat tersebut membuat tubuhnya terasa lemah. Ibu Pasien

mengatakan, pada tahun 2018, pasien sempat putus obat selama 6 bulan sehingga pada

tanggal 11 Mei 2018 pasien pernah di bawah ke RSJ Prof.V. L.Ratumbuysang karena

mengamuk dan tidak mau meminum obat, karena pasien mengatakan pada saat itu dia

merasa yakin ada orang yang akan membunuhya.

2. Riwayat Gangguan Medis

Pasien pernah pergi ke klinik dokter pada tahun 2013 dengan gejala demam hilang

timbul, menggigil, muntah-muntah, diare, dan tubuh terasa lemah. Setelah di lakukan

pemeriksaan laboratorium di temukan positif plasmodium falciparum. Sehingga dokter

mendiagnosis pasien dengan malaria falciparum. Setelah di berikan pengobatan selama

3 hari, keluhan tersebut berangsur hilang. 3 hari kemudian, pasien tiba-tiba sering

merasa ketakutan berlebihan dan kemudian pasien diantar oleh keluarga ke dokter

spesialis saraf atas saran dari tetangga karena mereka mengira pasien memiliki penyakit

saraf. Lalu dari dokter di berikan obat untuk menghilangkan ketakutan tersebut.

4
Pengobatan berlanjut sampai kurang lebih 6 bulan. Ibu pasien mengatakan setelah

berobat, pasien tidak menunjukan perubahan, tetapi pasien hanya tidur-tidur dan pasien

mengalami kaku badan dan tatapan mata kosong. Kemudian pasien di bawah ke RS.

Manembo-nembo Bitung, dan mendapat pengobatan dokter spesialis Kedokteran Jiwa.

3. Riwayat Gangguan Psikoaktif

Menurut pengakuan ibu pasien, pasien pernah di laporkan menghirup lem ehabon dari

kelas 1 SMP sampai kelas 2 SMP karena pasien dipaksa oleh teman-temannya di

sekolah. Pasien memiliki riwayat sebagai perokok akif dan peminum minuman keras

dari kelas 1 SMP sampai sekarang. Pasien juga mengakui dirinya merokok dan

meminum minuman keras karena terpengaruh oleh teman-temannya.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak ke dua dari empat bersaudara. Kondisi kesehatan fisik dan mental

ibu pasien saat hamil baik, tdak ada keluhan teratur kontrol ke puskesmas dan memakan

makanan yang bergizi. Pasien merupakan anak yang di rencanakan untuk di lahirkan.

Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, merokok atau

menggunakan obat-obatan terlarang. Pasien lahir spontan di RS Budi Mulia Bitung dan di

bantu oleh dokter. Pasien tidak memiliki cacat bawaan atau kelainan lainnya. Pasien lahir

cukup bulan dengan berat badan sekitar 4 kg tidak sianosis ataupun ikterik.

5
B. Masa Kanak-Awal (usia 0-3 tahun)

Saat lahir pasien di besarkan oleh kedua orang tuanya di rumah keluarga di Bitung.

Pada stadium oral (0-1 tahun), pasien mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) sampai usia 2

tahun. Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar (0-1 tahun), kedua

orang tua pasien bekerja dan sering tidak memberikan perhatian lebih kepada pasien. Jika

ibu pasien meninggalkan pasien, pasien menunjukkan kecemasan dengan cara menangis

tetapi tetap masih bisa ditenangkan.

Pada stadium otonomi lawan rasa malu-malu usia (1-3 tahun), menurut ibu pasien,

pasien bisa berjalan pada usia 9 bulan berbicara pada usia 3 tahun. Ibu pasien

mengatakan bahwa sekitar usia 3 tahun pasien mulai bisa ke toilet sendiri tetapi masih

membutuhkan bantuan orang tua. Menurut ibu pasien, yang mengajarkan pasien

berbicara, berjalan, makan, BAB, dan BAK adalah ibu dan ayah dari pasien. Pada tahap

ini, pasien mulai bermain dengan saudara-saudara dan teman-temannya.

C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)

Stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 3 – 5 tahun), menurut ibu dan kakak pasien,

dia adalah anak yang aktif, suka bermain dengan kakak dan sepupu-sepupunya. Pasien

masuk TK Baruna Wati pada usia 5 tahun tetapi tidak sampai tamat sekolah, karena

pasien tidak bisa jauh dari ibunya dan menangis jika ditinggalkan.

Stadium industri lawan inferioritas (usia 6–11 tahun) pasien mulai menempuh

pendidikan. Pasien masuk SD pada usia 7 tahun di Sekolah Inpres 11/79 Bitung. Menurut

ibu pasien, pasien sangat kesulitan dalam belajar, tidak pernah mendapat peringkat di

kelas dan tidak naik kelas dari kelas 4 ke kelas 5 sehingga pasien dipindahkan ke sekolah

6
lain. Pasien tidak mau belajar di rumah dan lebih suka bermain Play Station sampai

berjam-jam setiap hari. Pasien selalu di manja oleh ibunya setiap keinginan dari pasien

selalu di penuhi.

D. Masa Kanak Akhir dan Remaja

Stadium identitas lawan difusi peran (usia 11 – 20 tahun). Pasien berusia 13 tahun saat

masuk sekolah di MTS Bitung. Pasien hanya sampai kelas 2 di MTS Bitung karena tidak

naik kelas sehingga kemudian pasien di pindahkan ke MTS Al Khairat Bitung sampai

lulus MTS. Pada saat ini pasien di ketahui sudah menghirup lem ehabon, kerana di paksa

oleh teman-temannya. Pasien berusia 16 tahun saat bersekolah di SMK Pelayaran Pelita

Bakti Bitung dan hanya sampai kelas 2 SMK karena pasien sudah sering sakit dan tidak

naik kelas. Pasien juga pernah mengeluh pada ibunya kalau dia sudah tidak mampu untuk

sekolah tetapi ayah pasien tetap memaksakannya sekolah. kemudian pasien di pindahkan

ke sekolah SMA Alia Bitung sampai Tamat SMA . Pasien bukan anak yang berprestasi,

di sekolah, tidak aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, Pasien bergaul dan memiliki

banyak teman yang sama-sama nakal. Menurut ayahnya teman-teman pasien sering

memanfaatkan sampai membully dia. Pasien berteman dengan laki-laki maupun

perempuan tetapi cenderung lebih banyak dengan laki-laki. Pasien berteman dengan

banyak orang bukan hanya satu orang. Ibu pasien mengatakan, saat SMA pasien pernah

diketahui dekat dengan beberapa teman perempuan mungkin pacarnya, tetapi sama

dengan teman-teman yang lain, mereka hanya suka memanfaatkan pasien karena

memiliki banyak uang. Pasien merupakan anak yang tertutup, jika ada masalah pasien

cenderung tidak menceritakan masalah tersebut pada siapapun.

7
E. Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien Masuk TK Yayasan Baruna Wali Bitung pada usia 5 tahun, dan tidak sampai

tamat. Kemudian pada usia 7 Pasien masuk SD Inpres 11/79 Bitung menyelesaikan

pendidikan selama 7 tahun dan melanjutkan sekolah di MTS Bitung pada usia 14

tahun hanya sampai kelas 2 MTS kemudian pindah ke MTS Al Khairat Bitung.

Pasien selanjutnya bersekolah di SMK Pelyaran Pelita bakti Bitung, hanya sampai

kelas 1 SMK, kemudian pindah di SMA Alia Bitung. Menurut ayahnya pasien saat

lulus SMA tidak ada keinginan untuk melanjutkan ke perguruantinggi karena

keinginan pribadi dari pasien dan saat itu pasien sudah sakit-sakitan.

2. Riwayat Pekerjaan

Pasien tidak bekerja. Setelah lulus SMA pasien ada keingianan untuk bekerja, tetapi

oranngtuanya masih tidak mengijinkan karena sakit yang dia alami.

3. Keagamaan

Pasien di besarkan dalam keluarga Muslim. Menurut ayah dan ibu pasien, pasien

tidak aktif dalam kegiatan keagamaan. Pasien jarang sholat di rumah dan pergi ke

masjid.

4. Aktivitas Sosial

Ayah pasien mengatakan, pasien memiliki banyak teman dan jarang berada dirumah

lebih suka di luar rumah dengan teman-temannya bahkan pernah sampai tidak

pulang rumah. Pasien tidak terlalu peduli dengan orang lain bahkan dengan keluarga

dan orang-orang sekitar rumah dia lebih senang dengan teman-temanya.

5. Riwayat pelanggaran hukum

8
Pasien tidak pernah terjerat dalam masalah hukum

F. Situasi Kehidupan Saat Ini

Pada saat ini pasien masih di rawat inap di RSJ Prof V. L. Ratumbuysang.

Keadaan pasien sudah tenang dan bisa di ajak bicara, dan tidak marah-marah atau

mengamuk lagi, tetapi sesekali masih sering terbangun saat tidur. Pasien sudah kurang

mengeluhkan mendengar bisik-bisik, dan sudah tidak melihat hal-hal aneh. Pasien

sesekali masih meminta untuk dibelikan barang yang menjadi keinginan pasien.

Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tua, dan adik perempuan di rumah

milik sendiri di Bitung. Pasien tinggal di rumah permanen 2 tingkat, rumah pasien

memiliki 4 kamar tidur, 2 ruang tamu, 3 ruang keluarga, 3 wc, beratap seng dan

berdinding beton

9
DENAH RUMAH PASIEN

WC Kamar
mandi
Kam
ar Kamar
Ruang tamu Kamar

Kamar Teras

Kamar
WC
mandi Tangga
Kamar
Kamar
Ruang keluarga

Ruang tamu Kamar


G. Riwayat Psikoseksual

Pasien mengetahui bahwa ia adalahRuang


seorang laki-laki. Orientasi seksualnya adalah kepada
tamu

perempuan.
Kamar Teras
H. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara. Bapak pasien seorang pengusaha, ibu

pasien Ibu Rumah Tangga. Kakak pasien seorang Pegawai Negeri Sipil dan kedua adik

pasien masih bersekolah masing-masing di SMP dan SMA.

10
SILSILAH KELUARGA /GENOGRAM

Keterangan :

Pasien

Laki-laki meninggal

Perempuan meninggal

Laki-laki hidup

Perempuan hidup

11
I. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Kehidupannya

 Persepsi Pasien Tentang Diri dan kehidupannya

Pasien meyangkal bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan. Pasien

mengatakan ia seseorang yang tidak terlalu suka berkomunikasi dengan orang terlalu

lama. Dan apa yang dia rasa menyenangkan baginya jangan di larang, misalnya merokok,

atau minum alkohol. Pasien selalu ingin merasa tidak boleh di saingi oleh orang lain,

oleh sebab itu pasien selalu meminta untuk di belikan baju, motor agar orang lain tidak

ada orang yang menyainginya.

 Persepsi Pasien Terhadap Keluarga

Pasien masih mengenal keluarganya dengan baik pasien merasa keluarganya menyayangi

dia. Tetapi akhir-akhir ini pasien merasa kesal dengan ayahnya, karena menurut pasien

ayahnya dinilai terlalu tegas dalam mendidiknya, dan suka membanding-bandingkannya

dengan kakanya.

 Persepsi Keluarga Terhadap Pasien

Menurut ayah pasien, pasien anak yang cuek dan tidak peduli dengan orang lain,

berbicara seadanya dan sangat susah untuk di tegur jika berbuat salah bahkan cenderng

tidak mengakui kesalahan. Pasien lebih senang berada di luar rumah. bersama teman-

temannya dari pada di rumah. Menurut kakaknya keluarga merasa terbeban dengan

kondisi pasien saat ini karena pasien sering meminta barang yang berbeda-beda setiap

hari jika tidak di penuhi pasien akan mengamuk dan menyerang orang di sekitar. Pasien

juga sering di anggap membuat malu keluarga dengan tindakannya yang aneh seperti

pasien pernah berdiri di atas motor di tengah jalan, memukul anak-anak di lingkungan

tempat tinnggal.

12
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien adalah seorang laki-laki, usia 21 tahun, tampak sesuai umur, kulit sawo

matang, rambut hitam pendek. Pasien mengenakan kaos berwarna merah muda dan

celana jeans panjang.

2. Perilaku dan aktivitas motorik

Pada saat wawancara pasien duduk tenang dan tidak ditemukan aktivitas motoric

lainnya yang tidak bertujuan.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Pada saat di wawancara, pasien sangat kurang kooperatif, dan cenderung apatis.

Saat di tanya, sesekali pasien menjawab pertanyaan yang di ajukan dengan tidak

nyambung. kontak mata kurang baik, karena pasien seskali menghindai kontak

mata.

Mood dan afek

1. Mood : irritable

2. Afek : terbatas

3. Keserasian : Serasi

B. Karakteristik bicara

1. Kualitas : tidak spontan, artikulasi kurang jelas, volume sedang, dan respon

pasien tidak terlalu baik dalam pemeriksaan.

13
2. Kuantitas : Pasien menjawab perntanyaan dengan kurang baik.

3. Hendaya bahasa : Tidak ada hendaya bahasa

C. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi

 Halusinasi Auditorik (+) : Pasien mendengar bisikan seorang laki-laki yang

menyuruh dia untuk memukul temannya.

 Halusinasi Visual (-)

2. Tidak ditemukan depersonalisasi, derealisasi dan ilusi.

D. Proses Pikir

1. Bentuk pikiran : inkoheren

2. Isi pikiran : Waham (+) : Pasien merasa yakin orang-orang di sekitarnya

membicarakan dia dan akan memukulinya.

E. Sensorium dan kognisi

 Kesadaran: Compos mentis

 Orientasi:

a. Waktu : Baik. Pasien bisa membedakan jam, hari dan tanggal saat ini.

b. Tempat : Baik. Pasien bisa mengetahui dimana dirinya berada.

c. Orang : Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang disekitarnya

14
 Daya Ingat:

a. Daya ingat jangka panjang: kurang baik. Pasien sulit mengingat dan

menceritakan kembali masa kecilnya.

b. Daya ingat jangka pendek: Baik. Pasien dapat mengingat nama pemeriksa

c. Daya ingat segera: Baik. Pasien dapat mengingat apa yang baru pasien lakukan.

 Konsetrasi dan perhatian : Kurang baik. Ketika di wawancara berlangsung, pasien

kurang bisa menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan.

 Kemampuan membaca dan menulis: Baik. Pasien tidak memiliki kesulitan dalam

membaca dan menulis.

 Kemampuan menolong diri sendiri: Baik. Pasien dapat melakukan perawatan diri

sehari-hari secara mandiri seperti mandi, makan dan minum.

 Kemampuan informasi dan intelegensi: kurang baik.

G. Pengendalian impuls:

Selama proses wawancara pasien, pasien tidak dapat mengikuti wawancara dengan

baik dalam waktu yang lama karena pasien cenderung ingin mengakhiri wawancara.

H. Daya nilai dan tilikan

a. Daya nilai sosial

Tidak baik. Setelah melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain, pasien

merasa tidak terjadi apa-apa dan apa yang dia lakukan adalah hal yang biasa.

b. Uji daya nilai

Baik. Pasien memahami bahwa bila terjadi kebakaran, pasien sebisa mungkin akan

lari.

15
c. Tilikan

Derajat tilikan: Derajat tilikan 1 dimana pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.

Taraf Dapat Dipercaya

Kurang dapat dipercaya, beberapa hal perlu di konfirmasi lagi dengan keluarga

pasien.

V. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI

A. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sedang, kesadaran compos mentis

Tanda vital :TD 110/70 mmHg, N 86x/menit, RR 22x/menit, S 36,5°C

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikt

Jantung : SI-SII reguler, bising (-) gallop (-)

Paru : suara pernapasan vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Hepar/Lien tak teraba, BU: normal

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-)

B. Status Neurologikus.

- N. olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi.

- N. optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi.

- N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)

Selama wawancara dapat dilihat bahwa pasien memiliki gerakkan bola mata yang

wajar.

16
- N. trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

- N. facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

- N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan. Hal ini memberi kesan

bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak

terjatuh.

- N. glosssopharyngeus (N.IX),

Tidak dilakukan evaluasi.

- N. vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi

- N. aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan

kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien

dalam keadaan normal.

- N. hypoglossus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi.

17
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan hasil autoanamnesis dan aloanamnesis didapatkan bahwa pasien laki-

laki berumur 21 tahun, belum menikah, suku Jawa-Sunda, agama Islam, alamat sekarang

Lingkungan III Wangurer, kompleks perumahan Dodik, Bitung. Saat ini pasien tidak

bekerja, pendidkan terkhir SMA.

Pasien di bawah ke RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado pada tanggal 11

Juni 2018, karena mengamuk, merusak barang dan menyiram temannya dengan air panas

sehingga dilarikan di RS Manenmbo-nembo Bitung dengan luka bakar. Pasien

melakukan itu karena ia mendengar bisikkan yang menyuruh pasien untuk menyerang

temannya itu karena bisikkan yang dia dengar bahwa temannya akan menyerangnya,

sehingga pasien yakin temannya akan menyerang dia dan pasien menyerang temannya

dengan memukulnya dan menyiramnya dengan air panas.

Pada tahun 2013 saat pasien masih kelas 3 SMP pasien yakin bahwa banyak orang

membiacarakan tentang keburukan dia di belakangnya, melihat hal-hal aneh, seperti

bayangan putih yang menyerupai sosok orang berbadan besar dan tinggi, sehingga

pasien selalu ketakutan, dan mengurung diri. Kemudian keluarga pasien membawa pasien

ke dokter spesialis saraf karena mendengar saran dari tetangga yang mengatakan pasien

sakit saraf. Pengobatan berlangsung selama kurang lebih 6 bulan dan tidak membawa

hasil yang baik malah pasien memperlihatan gejala yang semakin buruk, badan pasien

menjadi kaku dan ketakutan tetap ada. Pada tahun 2014 pasien kemudian di bawah ke RS

Manembo-nembo Bitung dan mendapat pengobatan dari dokter Spsesialis Kejiwaan.

Pasien merasa lebih baik sehingga pengobatan dilanjutkan sampai sekarang.

Selama masa pengobatan, pasien sering tidak teratur meminum obat, sehingga

18
keluhan kembali timbul, dan pasien sampai berbuat kekerasan terhadap orang-orang

sekitar rumah, karena merasa curiga orang-orang tersebut akan berbuat jahat kepadanya.

Sebelum di bawah ke RS pada tanggal 11 juni 2018, kurang lebih sebulan sebelumnya,

yaitu pada tanggal 15 mei 2018, pasien pernah di bawah ke RS. Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado karena melakukan kekerasan dan menciderai orang, tetapi pasien

tidak di rawat dan di bawah pulang atas permintaan keluarga. Pada saat itu diketahui

bahwa pasien sudah tidak meminum obat lagi selama satu minggu sebelum kejadian.

Pasien merupakan anak ke dua dari empat bersaudara. Sejak kecil pasien sangat

sulit untuk belajar, kemampuan pasien dalam menerima materi pelajaran di sekolah

sangat di bawah di bandingkan dengan teman-temannya. Pasien baru bisa mmembaca dan

menulis saat kelas 5 SD dan pernah tidak naik kelas Ibu pasien sangat memanjakan dia.

Setiap keinginan pasien selalu di turuti.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Formulasi diagnostik ini berdasarkan PPDGJ-III

Informasi di dapat dari autoanamnesis dan aloanamnesis serta pemeriksaan status

mental pasien.

A. Pada aksis I didapatkan gejala klinis bermakna yaitu halusinasi auditorik dan visual dan

thought eco. Pasien pernah mengatakan ada bisikan seorang laki-laki yang mengancam

ingin mengejar dan membunuhnya. Pasien juga mengakui pernah melihat sosok bayangan

tinggi besar memakai pakaian putih yang selalu menggaggunya sehingga membuat dia

sangat ketakutan. Waham yang di temukan adalah waham paranoid (waham pseukutorik

atau waham kejar dan waham rujukan) dimana pasien merasa yakin ada orang-orang di

sekitarnya membicarakan dia dan akan memukulinya. Pasien juga mengatakan kepada

19
ayahnya kepalanya terasa penuh dengan banyak sekali pikiran yang seakan-akan tidak

berhenti untuk berpikir, satu bulan yang lalu pasien mulai marah-marah, murung dan suka

menyendiri karena putus hubungan dengan pacarnya, kejadian ini terus berlanjut sampai

sekarang. Kurang lebih 1 bulan sebelumnya pasien juga pernah mengalami fase manik

dimana pasien sering berjoget-joget sendiri, mood senang sepanjang hari, serta pasien selalu

minta di belikan barang-barang baru setiap harinya, sampai sebelum masuk rumah sakit.

B. Pada aksis II, pasien memiliki ciri kepribadian dependen. Dimana pada saat masih berusia 5

tahun susah untuk di tinggal pergi oleh ibunya. Sekarang, Setiap keputusan yang pasien

akan ambil harus di tanyakan dulu kepada ibunya, misalnya saat akan membeli kebutuhan

pribadinya seperti pakaian selalu atas keputusan ibunya. Pasien selalu berusaha untuk

memenuhi apa yang teman-temannya minta sampai memaksakan itu kepada orang tuanya.

C. Pada Aksis III, tidak di temukan gangguan medis lain.

D. Pada Aksis IV,yang menjadi stressor adalah pasien patah hati karena di selingkuhi oleh

pacarnya sejak satu bulan sebelum periode aktif gejala

Aksis V. beberapa gangguan dalam tes realitas atau komunikasi,atau gangguan berat pada
beberapa bidang seperti pekerjaan atau sekolah, hubungan dengan keluarga,
pertimbangan, berpikir, atau mood.

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Axis I : F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik.
Axis II : F60.7 Ciri kepribadian dependen
Perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan adanya retradasi mental
Axis III : Tidak di temukan diagnosis
Aksis IV :Merasa kecewa karena kekasihnya pergi meninggalakan dia dan berselingkuh
dengan orang lain.

20
Aksis V : 40 beberapa gangguan dalam tes realitas atau komunikasi,atau gangguan berat
pada beberapa bidang seperti pekerjaan atau sekolah, hubungan dengan keluarga,
pertimbangan, berpikir, atau mood

IX. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologi :

Dalam keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini

B. Psikologi :

Pasien mengalami halusinasi auditorik waham presekutorik (waham kejaran), dan waham

rujukan.

C. Lingkungan dan sosial ekonomi :

Pasien belum bisa berinteraksi dengan lingkungan karena saat ini masih di rawat di RSJ.

Prof. V. L. Ratumbuysang Manado. Setiap kebutuhan pasien masih di tanggung orang

tua. Pasien sering meminta hal-hal aneh dan orang tua merasa kesulitan dalam memenuhi

setiap permintaannya karena keterbatasan perekonomian yang ada.

X. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmaka

Pasien diberikan Risperidone 2x2 mg/hari.

Psikoterapi

1. Terhadap pasien

a. Memberikan informasi kepada pasien mengenai gangguan yang dialami sehingga

pasien dapat memahami gangguannya lebih lanjut.

21
b. Menjelaskan pada pasien tentang pengobatan yang akan diberikan, efek samping

yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.

c. Memberikan dukungan kepada pasien untuk menjalani pengobatan serta

mendukung pasien untuk melakukan perbaikan fungsi sosialnya.

2. Terhadap keluarga

a. Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kemungkinan penyebab penyakit

dan perjalanan penyakit sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi

yang pasien alami.

b. Menjelaskan kepada keluarga tentang pengobatan, efek samping obat yang akan

diberikan, dan pentingnya keteraturan minum obat.

c. Mengenali gejala-gejala kekambuhan dan menganjurkan untuk dibawa ke dokter

jika terjadi kekambuhan.

d. Memberikan pengertian kepada keluarga mengenai peran keluarga yang sangat

penting pada perjalanan penyakit pasien.

e. Meminta keluarga untuk memastikan pasien tetap berada dalam pengawasan

keluarga. Mengawasi pasien agar terhindar dari benda- benda yang dapat

mengancam keselamatan diri dan orang sekitar.

f. Mengawasi pasien agar teratur minum obat dan berperilaku sabar dalam

menghadapi pasien serta selalu mendampingi pasien dan berikan motivasi serta

dukungan kepada pasien.

22
XI. PROGNOSIS

A. Ad vitam : dubia ad bonam

B. Ad fungsionam : dubia ad bonam

C. Ad sanationam : dubia ad bonam

XII. DISKUSI

A. Diagnosis

Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan
yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek
pasien dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).Yang khas adalah
bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai
dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi
cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu
tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode tersebut sering terjadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial
untuk penegakan diagnosis).1
Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi cukup tinggi, mencapai 1,3-
3%. Bahkan prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai 2,6-6,5%. Tujuh dari
sepuluh pasien pada awalnya misdiagnosis. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan sama
besarnya terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan pada gangguan bipolar II,
prevalensi pada perempuan lebih besar. Depresi atau distimia yang terjadi pertama kali
pada prapubertas memiliki risiko untuk menjadi gangguan bipolar.2
Episode manik didefinisikan sebagai kesamaan karakteristik dalam afek yang
meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental,
dalam berbagai derajat keparahan. Berikut ini adalah kriteria episode manik menurut
DSM IV-TR4

23
A. Mood relasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, secara abnormal, selama periode
tertentu, berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya bisa kurang dari
satu minggu bila pasien masuk perawatan)
B. Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala di bawah ini
menetap dengan derajat berat yang signifikan:
a. grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
b. berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur tiga jam)
c. bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap berbicara
d. loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang berlomba
e. distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang tidak
relevan atau tidak penting)
f. meningkatnya aktivitas yang diarahkan ke tujuan (sosial, pekerjaan, sekolah,atau
seksual) atau agitasi psikomotor
g. keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang berpotensi
merugikan (investasi bisnis yang kurang perhitungan, hubungan seksual
yang tidak aman, mengendara yang sembrono atau terlalu boros)
C. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran
D. Gangguan mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya yang jelas dalam
fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasa dilakukan, hubungan dengan orang lain,
atau memerlukan perawatan untuk menghindari melukai diri sendiri atau orang lain,
atau dengan gambaran psikotik
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung penggunaan zat
(misalnya,penyalahgunaan zat, obat atau terapi lainnya) atau kondisi medik umum
(misalnya hipertiroid)
Catatan:
Episode mirip manik yang jelas disebabkan oleh terapi somatik (misalnya obat,
electroconvulsive therapy (ECT) terapi cahaya tidak dimasukkan ke dalam diagnosis
gangguan bipolar I. 3
Menurut Diagnostik and Statiscal Manual of Mental Disorder edisi keepat (DSMV),
gangguan Bipolar I tipe manik memenuhi kriteria sebagai berikut :
Episode manik

24
A. Periode yang berbeda dari suasana hati yang abnormal dan terus meningkat, ekspansif,
atau mudah tersinggung dan secara tidak normal dan terus-menerus meningkatkan
aktivitas atau energi yang diarahkan pada tujuan, yang berlangsung lama minimal 1
minggu dan sebagian besar hari ini, hampir setiap hari (atau durasi jika rawat inap
diperlukan).
B. Selama periode gangguan suasana hati dan peningkatan energi atau aktivitas, tiga (atau
lebih banyak) dari gejala berikut (empat jika mood hanya mudah marah) hadir ke
signifikan gelar dan mewakili perubahan nyata dari perilaku biasa:
a. Meningkatnya harga diri atau kebesaran.
b. Menurunnya kebutuhan tidur (misalnya, terasa beristirahat setelah hanya 3 jam
tidur).
c. Lebih banyak bicara daripada biasanya atau tekanan untuk terus berbicara.
d. Penerbangan gagasan atau pengalaman subyektif bahwa pikiran sedang berlomba.
e. istractibility (yaitu, perhatian terlalu mudah ditarik ke eksternal yang tidak
penting atau tidak relevanrangsangan), seperti yang dilaporkan atau diamati.
f. Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan (baik secara sosial, di tempat
kerja atau sekolah, atau secara seksual) atau agitasi psikomotor (yaitu, aktivitas
non-tujuan yang diarahkan tanpa tujuan).
g. Keterlibatan yang berlebihan dalam kegiatan yang memiliki potensi tinggi untuk
konsekuensi yang menyakitkan (mis., terlibat dalam pembelian yang tidak
terkendali, pelecehan seksual, atau investasi bisnis bodoh).
C. Gangguan suasana hati cukup parah untuk menyebabkan kerusakan yang ditandai dalam
sosial atau fungsi kerja atau membutuhkan rawat inap untuk mencegah kerusakan pada
diri sendiri atau orang lain, atau ada fitur psikotik.
D. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya, obat
penyalahgunaan, obat, perawatan lain) atau kondisi medis lain.
Catatan: Episode mania penuh yang muncul selama pengobatan antidepresan (mis., Obat-
obatan,terapi electroconvulsive) tetapi tetap pada tingkat sindromal sepenuhnya di luar efek
fisiologis dari perawatan itu adalah bukti yang cukup untuk episode mania dan, oleh karena itu,
diagnosis bipolar saya.

25
Catatan: Kriteria A-D merupakan episode mania. Setidaknya satu episode mania seumur
hidup diperlukan untuk diagnosis gangguan bipolar I. Gejala psikotik sering didapatkan pada
episode manik dan depresi pada gangguan bipolar. 4
Menurut PPDGJ-III untuk diagnosis pasti gangguan afektif bipolar, episode kini manik
dengan gejala psikotik :

a.. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik
(F.30.2) :

 Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lenbih berat dari mania tanpa gejala
psikotik
 Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham
kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar. Waham
dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent)
a. Harus ada sekurang-kurangnnya satu episode afektif lain (hipomania, manik, depresif, atau
campuran ) di masa lampau. 5
Pada 26 kali penelitian psikotik pada mania yang pernah dilakukan, Goodwin dan
Jamison menyimpulkan bahwa 58% pasien dengan gangguan bipolar memiliki riwayat
minimal satu kali mengalami gejala psikotik terutama pada fase mania.
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti. Banyak
faktor yang mempengaruhi dalam gangguan bipolar yaitu faktor genetik, faktor
biokimia, faktor neurofisiologi, faktor psikodinamik, dan faktor lingkungan. Bentuk Gejala
Psikotik pada Gangguan Bipolar Episode Manik Bentuk gejala psikotik yang sering
ditemukan pada gangguan bipolar episode manik yaitu gangguan proses pikir, halusinasi
dan waham, psikosis inkongruen-mood, delirious mania,katatonia, psikosis postpartum,dan
cycloid psychosis.Gagguan afektf bipolar,episode kini manik dengan gejala psikotik

Pada pasien ini di temukan waham dan halusinasi disertai episode depresi dan manik keadaan ini

dapat juga di temukan pada gangguan psikotik lainnya. 6

Skizofrenia Skizoafektif
 Dua atau lebih gejala , masing-  Suatu periode penyakit yang tidak

masing ditemukan selama periode terputus selama mana, pada suatu

26
1 bulan waktu, terdapat baik episode

- Waham depresi berat, episode manik atau

- Halusinasi suatu episode campuran dengan

- Bicara Kacau gejala memenuhi kriteria A untuk

- Pikiran Kacau skizofrenia

- Gejala Negatif  Selama periode waktu penyakit

 Disfungsi sosial dan pekerjaan yang sama, terdapat waham atau

 Gangguan ini menetap selama 6 halusinasi selama sekurang-

bulan kurangnya 2 minggu tanpa adanya

 Penyingkiran gangguan gejala mood yang menonjol

skizoafektif dan gangguan mood  Gejala yang memenuhi kriteria

 Tidak dipengaruhi zat atau untuk epiode mood ditemukan

kondisi medis lainnya untuk sebagian bermakna dari

 Tidak ada gangguan lama total periode aktif dan

perkembangan pervasif residual dari penyakit

 Gangguan bukan karena efek

fisiologis langsung dari suatu zat.

Pada Skizofrenia gejala mood timbul gejala mood harus ada pada setengah dari

pada fase prodromal. Gejala mood yang durasi penyakit dari timbulnya psikosis

dominan adalah depresi dan ada gejal pertama termasuk pada fase prodromal

mood lain, yaitu BAD (Bipolar Affective dan fase residual untuk memenuhi

Disorder). kriteria untuk gangguan skizoafektif.

27
Skizoafektif Skizofreniform
 Suatu periode penyakit yang tidak A. Dua (atau lebih) dari yang berikut,

terputus selama mana, pada suatu masing-masing hadir untuk sebagian

waktu, terdapat baik episode besar waktu selama a

depresi berat, episode manik atau Periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil

suatu episode campuran dengan diobati). Setidaknya satu dari ini harus

gejala memenuhi kriteria A untuk (1), (2),

skizofrenia atau (3):

 Selama periode waktu penyakit 1. Delusi.

yang sama, terdapat waham atau 2. Halusinasi.

halusinasi selama sekurang- 3. Pidato yang tidak terorganisir

kurangnya 2 minggu tanpa adanya (misalnya, seringnya penggelinciran atau

gejala mood yang menonjol ketidaklogisan).

 Gejala yang memenuhi kriteria 4. Perilaku tidak teratur atau katatonik.

untuk epiode mood ditemukan 5. Gejala negatif (yaitu, berkurangnya

untuk sebagian bermakna dari ungkapan emosional atau avolisi).

lama total periode aktif dan B. Episode gangguan berlangsung

residual dari penyakit setidaknya 1 bulan tetapi kurang dari 6

 Gangguan bukan karena efek bulan. Ketika

fisiologis langsung dari suatu zat. diagnosis harus dilakukan tanpa

 gejala mood harus ada pada menunggu pemulihan, itu harus

setengah dari durasi penyakit dari dikualifikasikan sebagai "sementara."


C. Gangguan skizoafektif dan gangguan

28
timbulnya psikosis pertama depresif atau bipolar dengan gambaran

termasuk pada fase prodromal dan psikotik

fase residual untuk memenuhi telah dikesampingkan karena 1) tidak ada

kriteria untuk gangguan episode depresif atau manik utama yang

skizoafektif. terjadi

bersamaan dengan gejala fase aktif, atau

2) jika episode suasana hati telah terjadi

selama

gejala fase aktif, mereka telah hadir

untuk sebagian kecil dari total durasi

dari periode aktif dan sisa penyakit

D. Gangguan ini tidak disebabkan oleh

efek fisiologis suatu zat (misalnya, a

narkoba, obat-obatan) atau kondisi medis

lainnya.

Tentukan jika:

Dengan fitur prognostik yang baik:

specifier ini membutuhkan kehadiran

setidaknya dua

dari fitur berikut: timbulnya gejala

psikotik yang menonjol dalam 4 minggu

dari

29
perubahan nyata pertama dalam perilaku

atau fungsi biasa; kebingungan atau

kebingungan: baik

fungsi sosial dan pekerjaan premorbid;

dan tidak adanya pengaruh yang tumpul

atau datar.

Tanpa fitur prognostik yang baik:

specifier ini diterapkan jika dua atau

lebih dari

fitur di atas belum hadir.


.

Gangguan Skizoafektif Gagguan Delusional


 Suatu periode penyakit yang tidak A. Kehadiran satu (atau lebih) delusi

terputus selama mana, pada suatu dengan durasi 1 bulan atau lebih lama.

waktu, terdapat baik episode B. Kriteria A untuk skizofrenia belum

depresi berat, episode manik atau pernah terpenuhi.

suatu episode campuran dengan Catatan: Halusinasi, jika ada, tidak

gejala memenuhi kriteria A untuk menonjol dan terkait dengan delusional

skizofrenia tema (misalnya, sensasi terinfeksi

 Selama periode waktu penyakit serangga yang terkait dengan delusi

yang sama, terdapat waham atau kutu).

halusinasi selama sekurang- C. Terlepas dari dampak khayalan atau

kurangnya 2 minggu tanpa adanya akibatnya, fungsi tidak nyata

gejala mood yang menonjol gangguan, dan perilaku tidak jelas aneh

30
 Gejala yang memenuhi kriteria atau ganjil.

untuk epiode mood ditemukan D. Jika episode manik atau depresi mayor

untuk sebagian bermakna dari telah terjadi, ini relatif singkat

lama total periode aktif dan dengan durasi periode delusional.

residual dari penyakit E. Gangguan ini tidak disebabkan oleh

 Gangguan bukan karena efek efek fisiologis suatu zat atau yang lain

fisiologis langsung dari suatu zat. kondisi medis dan tidak lebih baik

 gejala mood harus ada pada dijelaskan oleh gangguan mental lain,

setengah dari durasi penyakit dari seperti itu

timbulnya psikosis pertama sebagai gangguan dismorfik tubuh atau

termasuk pada fase prodromal dan gangguan obsesif-kompulsif.

fase residual untuk memenuhi Tentukan apakah:

kriteria untuk gangguan Jenis Erotomanie: Subtipe ini berlaku

skizoafektif. ketika tema utama dari delusi adalah itu

orang lain jatuh cinta pada individu.

Jenis Grandiose: Subtipe ini berlaku

ketika tema utama dari delusi adalah

keyakinan memiliki beberapa bakat atau

wawasan yang hebat (tetapi tidak diakui)

atau telah dibuat

beberapa penemuan penting.

Jenis Jeaious: Subtipe ini berlaku ketika

tema sentral dari khayalan individu

31
adalah bahwa pasangan atau kekasihnya

tidak setia.

Jenis penganiayaan: Subtipe ini berlaku

ketika tema sentral dari delusi melibatkan

keyakinan individu bahwa dia

bersekongkol melawan, menipu, memata-

matai

pada, diikuti, diracuni atau dibius, dengan

jahat difitnah, dilecehkan, atau dihalangi

mengejar tujuan jangka panjang.

Tipe somatik: Subtipe ini berlaku ketika

tema sentral dari delusi melibatkan

fungsi atau sensasi tubuh


.

B. Ciri Kepribadian

Berdasarkan anamnesis, ciri kepribadian yang terdapat pada pasien adalah dependen dimana

sejak kecil pasien cemas jika berpisah dengan ibunya, setiap keputusan setiap hari yang akan

ia ambil selalu di tanyakan kepadan ibunya dan lebih mementingkan kepentingan teman-

32
temannya di bandingkan dirinya sendiri sampai bahkan samapi mematuhi perintah yang tidak

semestinya dari teman-temannya.

Diagnosis ini dia berdasarkan PPDGJ- III yaitu :

a. Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan

penting untuk dirinya

b. Meletakan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa dia bergantung

dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka

c. Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang diamana tempat ia

bergantung

d. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang di besar-

besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri

e. Preokupasi dengan ketakutan akan di tinggalkan oleh orang yang dekat dengannya dan

biarkan untuk mengurus dirinya sendiri.

f. Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa naseht yang

berlebihan dan dukungan dari orang lain. 5

C. Rencana Terapi

Modalitas utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit, medikasi,

dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan

skizoafektif adalah bahwa protocol anti depresan dan anti manik diikuti jika semuanya

diindikasikan dan bahwa anti psikotik di gunakan hanya jika di perlukan untuk pengendalian

jangka pendek. Jika protocol tymolepic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar

berkelanjutan, medikasi antupsikotik dapat di indikasikan. Pasien dengan gangguan

skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (tegretol,

33
valproate depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif.

Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif harus di berikan percobaan antidepresan

dan terapi Electrconvulif (ECT) sebelum mereka di putuskan tidak responsive terhadapa terapi

anti depresan.

Terapi somatik pada skizofrenia meliputi tiga fase yaitu fase akut, stabilisasi dan stabil

atau rumatan. Fase akut ditandai dengan gejala psikotik yang membutuhkan penatalaksanaan

segera. Gejalanya dapat terlihat pada episode pertama atau ketika terjadinya kekambuhan

skizofrenia. Fokus terapi pada fase akut yaitu untuk menghilangkan gejala psikotik. Fase akut

biasanya berlangsung selama 4-8 minggu. Setelah fase akut terkontrol, ODS memasuki fase

stabilisasi. Risiko kekambuhan sangat tinggi pada fase ini terutama bila obat dihentikan atau

ODS terpapar dengan stresor. Selama fase stabilisasi, fokus terapi adalah konsolidasi

pencapaian terapetik. Dosis obat pada fase stabilisasi sama dengan pada fase akut. Fase ini

berlangsung paling sedikit enam bulan setelah pulihnya gejala akut. Fase selanjutnya adalah

fase stabil atau rumatan. Penyakit pada fase ini dalam keadaan remisi. Target terapi pada fase

ini adalah untuk mencegah kekambuhan dan memperbaiki derajat fungsi. 7

Data penelitian menyatakan bahwa Risperidon lebih efektif dalam mengobati gejala positif

maupun gejala negatif dari skizofrenia, disertai dengan efek samping neurologis yang kurang

bermakna dan kurang parah dibanding obat antagonis dopamine yang tipikal. Risperidon

menjadi obat lini pertama pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini lebih efektif

dan aman dari antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.8

XIII. KESIMPULAN

A. Pasien didiagnosis dengan Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala

psikotik.

34
B. Terapi pada pasien dengan skizoafektof tipe campuran adalah farmakoterapi dan

psikoterapi

C. Dukungan keluarga dan lingkungannya dibutuhkan untuk keberhasilan terapi pada pasien

ini, baik dari segi materi, waktu, dan terutama motivasi untuk pasien.

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara di lakukam di RSJ V. L. Ratumbuysang pada tanggal 14 Juni 2018 dan di

rumah pasien di Wangurer Lingkungan III, kompleks Dodik pada tanggal 15 Juni 2018.

Keterangan :

D: Rani

P: Pasien

I : Ibu Pasien

O : Ayah Pasien

*Autoanamnesis*

D : Selamat sore

P: Selamat sore dokter, mari masuk.

D : oh ia bu terima kasih. Maaf neh so baganggu, kita ranny dokter muda yang mo tanya-tanya

tentang harfan pe keadaan.

P : Kiapa dokter,mo tanya apa?

D : Harfan pe nama lengkap apa ?

35
P : Harfan Rifandi

D : Umur?

P : 21 tahun dokter

D : Tempat,tanggal lahir ?

P : Bitung, 16 Maret 1997

D : So menikah ?

P : Belum

D : dari suku apa dang ?

P : Sunda

D : Agama apa dang ?

P : Muslim

D : alamat rumah sekarang dimana kang ?

P : wangurer lingkungan III, kompleks perum dodik

D : Pekerjaan apa ?

P : nda bakerja kita dok

D : pendidikan terkhir apa dang ?

P : SMA

36
D : Bagimana dang arfan pe keadaan sekarang ?

P : ya so lega dok. So agak baikan

D : sebelumnya harfan da rasa apa so sampe da bawa kamari ?

P : kita pe kepala rasa ba penuh dokter, nda bisa tahan emosi, ada laki-laki ja babise-bise pa kita.

D : Bise apa kata?

P : Dia Mo bunuh kata pa kita, kong suru-suru pa ka kita supaya mo pukul pa tape teman waktu

itu. Jadi kita pukul noh pa kit ape tema dari pada kita yang di pukul lebe dulu

D : Bise-bise itu menggaggu Harfan pe aktifitas nda?

P : ia, mar kita so rasa biasa sekarang, kita ja lawan

D : Bisikan itu muncul so dari kapan ?

P : So lama… nyanda.. biasa teman-teman yang ja barokok leh sama-sama begitu. orang-orang

selalu bacarita pa kita di jalan-jalan.

D : Pas di rumah lagi ja dapa dengar itu bisikan ?

P : nyanda di jalan-jalan kebanyakan.

D: itu pas dapa dengan bisikan so dari kapan ?

P : Nyanda, so memang bgitu, kita Cuma ja lawan

D : Pernah ja dapa dapalia hal-hal aneh? Misalnya bayanga-bayangan manusia bgitu ? waktu SD

ato masih kecil

37
P : Nyanda memang bgitu dorang, kita pe teman-teman begitu leh. Teman-teman baroko sama

begitu, kita ja lawan nooh.

D : bagitu bgimana ? ja bacerita tentang arfan ?

P : io

D : pas di rumah ja dengar bisikan lagi ?

P : Nyanda. Cuma manganto.

D : Sebelumnya di antar kemari karna kiapa kang ?

P : Cuma mo ambe obat

D : itu teman yang harfan da bage kong siram deng aer panas harfan so lupa ?

P : nyanda Cuma bakusedu itu.

D : harfan sebelumnya so pernah timbul ini gejala?

P : Memang, kita kwa kelahiran maret.

D : Harfan lalu mama da bilang harfan ja tako-tako pas SMA, itu karena apa ?

P : nyanda memamng samua orang sama. Enter torang babadiam bagini boleh rasa tako

D : mama bilang harfan leh ja ba pukul orang itu kiapa dang harfan ba pukul-pukul orang ?

P : nyanda, kita rasa itu benar. Kita nda bekeng apa-apa

D : dorang da bekeng salah ato apa begitu pa harfan ?

P : Nyanda biasa itu.

38
D : Harfan dari dulu ada cita-cita mo jadi apa ?

P : kita suka mo jadi imam, supya mo tanam-tanam orang

D : Arfan pas sekolah banyak teman ?

P : banyak, Cuma dorang ja baku-bakusedu

D : Harfan ada keluhan lain ?

P : nda ada

*Aloanamnesis (dengan ibu pasien)*

I : dokter boleh mo cerita dari awal ?

D : ia boleh ibu

I : Dia kwa awal da dapa ini dari SMP kelas 3 tahun 2014. Pertama Cuma rasa tako-tako karna

dia bilang ja dapa lia orang putih kong tinggi besar, trus dia bilang ada laki-laki yang ja ba bisik

mo bunuh pa dia.

D : saat itu harfan ja bacarita sendiri bgitu ?

I : nyanda, Cuma dia kalo minta sesuatu harus di turuti. Kalo nda di turuti dia mo lakuakan

tindakan kekerasan.

D: dia ja minta-minta hal-hal apa ?

39
I : Depe permintaan bikin orang tua so nda mampu mo penuhi. Misalnya beli baju-baju mahal

setiap hari. Depe permintaan beda-beda setiap hari. Itu noh kalo nda di penuhi dia mo mengamuk

kong bekeng tindakan-tindakan kekerasan

D : itu so sejak kapan ?

I : sekitar satu tahun belakangan ini dok. Brapa kali anak-anak disekitar rumah depe sasaran.

Serta di Tanya, dia bilang itu so dorang pe nasib kata

D : sebelumnya so pernah berobat ?

I : sudah, sejak dia mulai ja tako-tako torang so pi bawa berobat pa dia

D : Berobat dimana dang ?

I : pertama di dokter saraf, depe pengobatan 6 bulan, trus nda ada perubahan selanjtnya da bawa

ke RS Manembo nembo Bitung di situ ada dokter sesialis kejiwaan da tangani.

D: pas berobat itu ada perubahan ?

I : ada dok mar dia kwa nda ja teratur minum obat, karena dia so rasa lome depe badan.

D : bu sebulan yang lalu harfan pernah di bawah to ke rs ?

I : iya pernah

D : itu karena apa ?

I : ada mengamuk deng merontak di rumah

D : itunoh bu, sebenarya tu obat nimbole putus.

40
D : Apa nda hal-hal yang memperberat depe keluhan?

P : dia kalo ada sesuatu yang dia mo minta, trus nda di tepati dia tambah mo bajadi dok.

D : Belakangan ini ada barang yang dia minta ?

P : ia ada dok.. akhir-akhir ini dia da mo minta for bekeng akang depe mesin motor, mar tu mesin

kwa belum dia antar-antar sampe sekarang, mungkin itu sto dia sampe kepikiran. Mar kalo so di

penuhi depe kebutuhan dia so biasa-biasa

D : Ibu satu ato satu bulan begini ada nda arfan pe maslah yang bekeng dia selalu kepikiran ?

I : oh ia ada dok sejak bebrapa bulan yang lalu depe cewe so nda ja bakabar pa dia, trus Sejak itu

dia so nda seperti biasanya, so mulai murung-murung, cepat-cepat marah, kong so babasandiri.

D : Dia pernah cerita dang tu itu cewe pa ibu ?

I : ia pernah dokter. Tu cewe kwa Cuma ja cukur pa harfan. Ja minta-minta se beli barang-barang

kong so ada cowo baru. Mungkin itu sto yang bekeng dia sampe stress le.

D : Bagaimana nafsu makan selama ini ?

P : Biasa-biasa

D : Pola tidor dang ?

P : kita ja ta bangun kage-kage kalo malam.

D : Harfan rasa kalo sekarang harfan da saki ?

P : io sih dok.. mar kita rasa biasa-biasa jo ini.. eh nda dok kita nda saki sudah jo kwa kita

minum obat

41
D : Bu, jadi sebelumnya so pernah berobat dang kang ?

I : Ia dok.. da berobat pa dokter A

D : pertama kali berobat kapan ke dokter itu ?

I : tahun 2015 dokter.

D : apa yang di rasa setelah berobat itu dang ?

I : harfan so mulai rasa baikan dok. Makanya so di dokter itunoh sampe sekarang minum depe

obat

D : Ibu masih ingat obat yang dokter da kase ?

I : Masih dokter, Haloperidol, Tryhexipenidil, clorilex, risperidon dan depakot.

D: ini obat yang dari pertama dokter A da kase ?

I : Ia dokter

D : ibu, sebelumnya harfan pernah masuk RS karna penyakit-penyakit laeng?

I : belum pernah, Cuma pernah tu saki malaria noh dok

D : pas dapa saki malaria, harfan pernah kejang?

I : nda dok nda pernah

D : pengobatan malaria sampe kapan dang bu waktu itu ?

I : Cuma sampe 3 hari dok. Karna harfan pe panas so turun kong so baikan jadi so nda di kase

minum sampe habis.

42
D : Ibu masih ingat tu obat malaria yang waktu itu dokter da kase?

I : So nda noh dok, so lama skali kwa

D : Maaf neh bu mo Tanya, sbelumnya Harfan pernah pake obat-obatan terlarang ?

I : oh nda, dia Cuma pernah ja pake ehabon waktu SMP

D : berapa lama kang bu ?

I : dari kelas 1 sampe 2 SMP kalo nda salah, io to fan ?

P : Nyanda kita nda pake..

D : Arfan barokok?

P : io

D : dari kapan?

P : dari SMP

D : bu arfan anak keberapa dari berapa bersaudara ?

I : Anak ke 2 dari 4 ber saudara.

D : bagiamna ibu pekeadaan saat hamil? Da sehat-sehat ato saki-sakitan ?

I : Sehat-sehat dok, kita selalu makan makanan bergizi

D : ibu da melahirkan diamna ? siapa yang bantu melahirkan? Dokter ato bidan ? melahirkan

normal ?

I : Di RS Budi Mulya, dokter di RS, ia dok normal

43
D : Harfan pas lahir ada kelainan ato cacat?

I : Nda ada normal dokter depe berat 4 kg.

D : Arfan dari kecil tinggal dengan siapa dang bu ?

I : dari kecil dia tinggal dengan kita dengan depe papa.

D : Pas Lahir ibu dan kase ASi ?

P : ia dok, sampe 2 tahun

D : pas satu tahu dia so bisa bicara, jalan ato makan ?

I : Dia nannti bisa bicara 2 tahun, kalo jalan dari 9 bulan

D : Ibu kalo misalnya Harfan di tinggal begitu Harfan menangis?

I : Menangis noh dok sama kayak anak-anak lain, itu anak senang bermain.

D : Ibu,Harfan so bisake toilet sendiri umur brapa ?

I : sejak umur 3 tahun dokter

D : waktu kecil dia aktif ato nda

I : Aktif sekali dok. Bahkan hiperaktif leh nda bisa di bilang, nakal sekali

D : Harfan masuk SD umu brapa ?

I : Umur 7 tahun dok. Sebelumnya di masoh di TK toh dulu, mar nda bisa di tinggal, kalo di

tinggal dia mo menangis. Makanya so nda sekolah TK nanti masuk lagi SD.

D : ibu, Harfan sering di kase manja saat kecil ?

44
I : ia, setiap kebutuhannya selalu di penuhi

D : sampe sekarang dia nda bisa jaoh dari ibu deng bapak ?

I : Ia dok.pernah lalu dia bilang suka mo mandiri akhirnya dia mo ceri kerja kong bakost di

manado mar Cuma 1 minggu dia so langsung balik lagi ke rumah.

D : Ibu, Arfan mo beli barang-barang pribadi harus ada ibu sama-sama ? ato bagimana

I : ia, pokonya apa yang dia mo beli dia selalu musti tanya dulu pa ibu.

D : Di sekolah dia bagiaman dang bu ?

I : dia susah sekali mo terima pelajran dok, sampe nda nae kelas.

D : Bu dia masih kecil sering di manja ?

I : io dokter. Apa yang dia minta selalu dibeli

D : Ibu, Harfan masuk SMP Umur berapa ?

I : 13 tahun

D : Bagimana pas dia SMP ?

I : sama dok dileh SMP nda ja nae kelas. Susah sekali mo terima materi pembelajran

D : Dia suka bergaul waktu SMP?

I : Ia suka dokter. Banyak depe teman-teman.

D : Kalo SMA di umur berapa da masuk ?

I : 16 tahun dokter

45
D : bagimana dang pas dia SMA ?

I : di masuk di SMK Pelayran sampe kelas 2 SMK trus karena nda nae kelas dia akhirnya di kase

pindah di SMA Alia. Sejak saat itu di so mulai saki-saki bgini dokter

D: Ibu harfan pernah tes IQ ?

I : Nda pernah noh dok. Mar kita rasa dia di bawah rata-rata karnadia lambat skali ja trima

pelajaran dari pas SD. Dia nnati tau babaca kelas 5 SD dok itupun masih ja eja-eja.

D : Harfan sering ja iko kegiatan keagamaa? Rajin sholat?

I : Nda dokter dia nda ja iko jarang sekali leh dia mo sholat

D : Harfan pernah terjerat kasus hokum ?

I : Belum pernah dok

D : Ibu dengan bapak pe perjaan apa?

I : kalo kita IRT dok kalo arfan pe papa pengusaha gas.

*Aloanamnesis (dengan ayah pasien)*

di rumah pasien*

D : Selamat siang pak

O : Selamat siang

D : maaf neh bapak so bagangu katu bapak da tidor, jadi kita rany dokter muda yang da mob a

Tanya tentang Harfan

46
O : Oh npp dok. Ia mo tnya apa ?

D : Pak, Harfan setiap hari bagimana kang pak di rumah ?

O : Dia jarang di rumah dok, selalu paling banyak deng depe teman-teman di luar dari pada di

dalam rumah. Dia sayang skali pa depe teman-teman apapun yang depe teman minta pasti dia mo

berusaha untuk penuhi sampe mo ba paksa pa orang tua. Mar Cuma pa depe teman yang dia rasa

tako. Harfan itu anak yang susah skali di atur beda skli degan depe kaka. Makanya qt selalu suka

dia for sekolah. Mar karena anak keras kepala deng nda mau diatur jadi bgitu noh. Dia so nimau

mo se lajut sekolah.

D : sodari kapan dia begitu ?

O : so lama dari masih SMA, 3 tahun lalu

D : Itu setiap hari dia bgitu? Ato Cuma kadang-kadang

O : Cuma kadang-kadang

D : Hampir setiap hari di ba pukul-pukul orang?

O : nda juga dok Cuma kalo dia so nda minum tu obat.

D : akhir-akhir ini ada nda yang dia bilang pa bapak mengenai dia ada masalah ?

O : nda noh dok dia kwa jarang ja bacerita dengan kita lebe sering dengan depe mama. Mar

pernah lalu dia bilang kalo saki depe kepala, rasa penuh kata depe kepala karena dia bapikir terus

tu pikiran nda mo brenti-brenti.

D : Itu depe pikiran sendiri ato ?

47
P : Ia dok. Selalu dia keluhkan begitu

D : bapak dapa tau dari kapan dang Harfan so saki ?

O : dari dia SMP dok. Waktu itu dia da saki malaria kong setelah itu abis pengobatan malaria,

dia langsung jam merasa tako-tako. Trus torang bawa kedokter noh..

D : Oh ia sama dengan Harfan pe mama da cerita. Oh ia dang pak. Kita somo permisi pulang

Cuma mo minya dokumentasi dengan bapak. Boleh ?

O : Oh ia boleh dok.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, 1993.


PedomanPenggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama.

48
2. Kusumawardhani A.A.A.A., 2012. Diagnosis Banding Gangguan Bipolar. Dalam:
Kumpulan Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press.
Hal 29-36.
3. American Psychiatric Association 2000, Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder, 4th Edition, Text Revision, Washington DC, American Psychiatric Association
4. Jakarta. P: 118-120American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing;
Washington DC. 2013.
5. Maslim Rusdi. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III
dan DSM V.Bagian Ilmu kedokteran Jiwa FK-UNILA. 2013
6. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri

Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher; Tangerang. 2010.

7. Konsensus Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Perhimpunan Dokter Spesialis


Kedokteran Jiwa Indonesia; 2011;h.1-80.
8. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 2014. Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta. 2014.

49
LAMPIRAN

DENAH JALAN KE RUMAH PASIEN

SECATA DODIK
WANGURER
BITUNG

JL. Wolter Monginsidi Bitung

KETERANGAN :

: Kantor Pemerintah Distrik BItung

: Rumah Pasien

50
A. Dokumentsi dengan pasien bersama ibunya di RSJ. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado

B. Dokumentasi bersama ayah pasien di rumah pasien di wangurer lingkungan III, Dodik Bitung

51
C. Dokumentasi Rumah dan kamar Pasien

52
53

Anda mungkin juga menyukai