Anda di halaman 1dari 7

MAKANAN CEPAT SAJI DAN BUDAYA ORANG MINANGKABAU:

ANALISIS J. BAUDRILLARD
Oleh: Rois Leonard Arios

Pendahuluan

Orang minangkabau merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang terkenal
dengan berbagai makanan tradisional seperti rendang, masakan gulai-gulaian, hingga makanan
ringan seperti keripik sanjai. Seiring dengan perjalanan waktu, berbagai jenis kuliner dari
berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri mulai merambah daerah Sumatera Barat
khususnya Kota padang. Berbagai jenis kuliner yang berasal dari luar Sumatera Barat itu adalah
pecal lele (masakan khas dari Pulau Jawa) yang dijual di tenda-tenda pinggir jalan raya
khususnya di Kota Padang, makanan cepat saji yang berasal dari luar negeri seperti Kentucky
Fried Chicken (KFC), Texas Fried Chicken (TFC), California Fried Chicken (CFC), Pizza Hut 1,
dan terakhir hadir di Kota Padang adalah McDonald di Jl. A. Yani Padang. Selain itu ada juga
dari jenis roti-roti merk buatan luar negeri, dan Jacko (menjual minuman dan roti-roti) yang
membuka usahanya di Basco Grand Mall Padang.
Berbagai jenis makanan tersebut ternyata cukup eksis khususnya di Kota Padang. Hal ini
terlihat dari semakin bertambahnya penjual pecal lele yang bahkan sudah ada yang dikelola oleh
orang Minangkabau. Sedangkan makanan cepat dengan sistem manajemen modern juga cukup
berkembang. Terutama Kentucky Fried Chicken yang semakin banyak membuka unit usahanya
di berbagai tempat seperti di Basco Grand Mall, Plaza Andalas, dan Jl. A. Yani. Pizza Hut masih
terbatas membuka usahanya di Jl. A. Yani dan di Basko Grand Mall. Demikian juga CFC dan
TFC walau tidak sebesar KFC, tetap eksis dan telah membuka beberapa cabang di Kota Padang.
Dengan banyaknya dijajakan makanan cepat saji tersebut, ternyata cukup ramai
dikunjungi beberapa penduduk Kota Padang untuk sekedar. Dari hal ini muncul pertanyaan,
bagaimanakah restoran (makanan) cepat saji dimanfaatkan oleh orang Minangkabau di Padang?

Makanan Menurut Budaya Minangkabau

Sumatera Barat cukup terkenal dengan makanan khas Minangkabaunya baik di Indonesia
maupun di luar negeri. Dari beberapa jenis makanan tersebut salah satunya adalah rendang . 2
Makanan tersebut sangat erat hubungannya dalam aktivitas adat minangkabau.
Maryetti (2007) menjelaskan bahwa makanan bagi orang Minangkabau sangat erat
kaitannya dengan struktur masyarakatnya. Dengan menggunakan analisa structural Levi Strauss,
Maryeti menggambarkan bahwa jenis makanan bagi orang Minangkabau ada 3 yaitu makanan
adat, samba adat, makan beradat. Disamping terkait dengan jenis makanan tersebut, juga
dijelaskan bagaimana tatakrama makan pada orang Minangkabau.
Dari penjelasan Maryetti tersebut tergambar bahwa makanan pada orang minangkabau
memiliki fungsi masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari berbagai jenis
makanan yang dimakan pada waktu-waktu tertentu dan ketatnya penyajian makanan pada saat
upacara adat. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada konsepsi orang Minangkabau terhadap
makanan itu sendiri. Seperti makanan utama itu adalah nasi, dengan lauk dari jenis ikan atau
daging sesuai pada situasi yang sedang berlangsung. Dalam tatakrama juga diatur bahwa dalam

1
https://www.pizzahut.co.id/
2
http://home.allgameshome.com/results.php?category=web&s=

1
menikmati makan harus duduk bersila, tidak boleh sambil berdiri, sambil berbicara, dan posisi
duduk juga harus disesuaikan dengan hubungan kekerabatan diantara orang-orang yang ikut
dalam makan tersebut seperti antara urang sumando dengan mamak.

Restoran Cepat Saji

Konsep makanan cepat saji merupakan istilah yang dipergunakan untuk menyebut
makanan-makanan yang dijual di restoran dengan penyajian yang cepat dari segi memasak dan
pelanyanannya. Oleh George Ritzer restoran cepat saji ini merupakan alat konsumsi baru pada
masyarakat postmodern.
McDonald3 sebagai pelopor restoran cepat saji menjadi acuan restoran-restoran cepat saji
lainnya seperti KFC4, CFC5, dan TFC6 dalam manajemen dan pelayanan. Cara kerja restoran
cepat saji ini mengacu kepada cara berpikir rasional. Berpikir rasional ini sesuai dengan konsep
Max Weber tentang birokrasi yaitu bagian-bagian dari suatu organisasi harus memiliki tugas dan
tanggung jawab sendiri dan terstruktur untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Artinya ada
pembagian kerja yang jelas dan setiap orang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Dalam sistem kerja McDonald menawarkan 4 sistem kerja yang dianggap rasional,
7
yaitu:
1. Efisiensi, yaitu cara berpikir optimal untuk memindahkan suatu objek dari satu tempat ke
tempat lain dengan cepat. McD menerapkannya dengan cara cepat bagaimana mengubah
rasa lapar konsumennya menjadi kenyang dengan cepat;
2. Kalkulabilitas, yaitu aspek kepastian terukur dari kuantitas objek yang diperoleh atau
dikonsumsi. Maksudnya adalah konsumen akan tahu berapa uang yang akan dikeluarkan
untuk membeli sebuah burger karena harga sudah tertera pada jenis-jenis barang yang
dijajakan. Dengan demikian setiap konsumen dapat memesan sesuai dengan kebutuhan
akan rasa lapar dan harganya;
3. Prediktabilitas, yaitu dengan sistem standarisasi orang-orang akan percaya bahwa rasa,
ukuran, dan bentuk burger yang dimakan di Padang sama dengan yang dimakan di
Amerika (tempat asalnya) atau di daerah-daerah lainnya. Demikian juga dalam prosedur
memasak, ketepatan resep, lama memasak, dan lain-lain semua sudah terukur. Dengan
standar ini pula konsumen dapat memperhitungkan berapa lama waktu yang
dibutuhkannya untuk memesan satu burger;
4. Substitusi tenaga manusia ke teknologi, yaitu pemanfaatan teknologi canggih dalam
proses memasak, penyajian, dan lain-lain sehingga tenaga manusia sudah dikurangi.
Sebagai contoh dispenser soft-drink yang akan berhenti dengan sendirinya jika sudah
penuh satu gelas, mesin penggoreng kentang yang akan berbunyi jika kentang yang
digoreng sudah renyah, dan mesin kasir yang sudah terprogram seperti hanya bisa dibuka
jika ada transaksi. Semua teknologi ini menjanjikan kerja yang lebih terkontrol di
restoran cepat saji. Jalur produksi setiap produk sudah ditetapkan dengan mekanisme
menu tetap dengan maksud mengendalikan semua aspek produksi. Termasuk juga para
pegawai yang telah memiliki standar kualitas.

3
Tentang McDonald dapat dilihat pada http://www.mcdonalds.co.id/about-us/corporate-information/history/
4
Tentang Kentucky Fried Chicken dapat dilihat pada http://www.kfcindonesia.com/
5
Tentang California Fried Chicken dapat dilihat pada http://www.cfcindonesia.com/
6
Tentang Texas Fried Chicken dapat dilihat pada http://www.texaschicken.co.id/?t=menu&kid=5
7
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media. Hal. 564 – 567.

2
Sistem kerja rasional tersebut membuat McD menjadi pelopor sistem kerja restoran cepat
saji. Sistem ini kemudian diikuti oleh restoran cepat saji saat ini seperti KFC, CFC, TFC, dan
lain-lain.
Menilai sistem kerja ini pada saat ini, Ritzer mengatakan bahwa sistem kerja tersebut
adalah sistem yang irrationality of rationality. Karena dalam sistem ini yang dipentingkan adalah
persoalan untung dan rugi. Manusia diibaratkan sebuah mesin yang tidak memiliki nilai-nilai
sehingga bisa melakukan segala yang sudah terprogram. Atau dengan kata lain ada proses
dehumanisasi.
Efisiensi yang ditawarkan oleh McD untuk mengubah lapar menjadi kenyang dalam
waktu sekejap berubah menjadi pemborosan waktu antrian panjang dan melelahkan. Hal serupa
juga dapat dilihat di supermarket, untuk membayar di kasir saja butuh waktu yang lama karena
antrian yang panjang. Demikian juga ketika ingin memesan satu jenis lagi, maka si konsumen
harus antri lagi dari belakang. Pada antrian tersebut, para konsumen tidak saling mengenal siapa
di depan atau dibelakangnya sehingga interaksi yang terjadi sangat kering karena tidak adanya
komunikasi antarkonsumen. Demikian juga pada saat membayar di kasir, tidak ada komunikasi
dua arah antara konsumen dengan kasir. Hal ini sangat berbeda jika kita memasuki rumah makan
konvensional atau rumah makan ampera (khas Padang) atau berbelanja di warung konvensional
di dekat rumah, interaksi antara konsumen dengan penjual atau antarkonsumen terjalin cukup
baik. Konsumen tidak hanya berkomunikasi sebatas apa yang dibelinya tetapi menyangkut
persoalan lainnya seperti isu-isu yang sedang hangat di daerahnya. Demikian juga sebaliknya
dengan penjual.
Proses dehumanisasi yang terjadi juga terlihat dari kandungan gizi dari makanan yang
dijual pada restoran cepat saji seperti burger atau ayam goreng karena telah diolah dengan
kapasitas besar. Dengan alasan efisiensi, maka penggunaan teknologi telah mengurangi
kandungan gizi pada makanan tersebut. Teknologi yang dipakai juga telah memberikan dampak
pada pencemaran lingkungan.
Diantara para pekerja di restoran cepat saji, juga ibarat robot yang bergerak sesuai dengan
program yang sudah diatur. Tidak ada tegur sapa antarpekerja kecuali sesuai dengan prosedur
kerja, tidak ada tegur sapa antara pembeli dengan penjual kecuali sekedar mengucapkan pesan
apa, tersenyum, menyebutkan harga, dan kalimat “terima kasih, selamat menikmati”. Perlakuan
penjual tersebut kepada konsumen bukanlah tindakan yang iklas, tetapi tindakan terpaksa yang
harus ditampilkan di depan umum 8 sesuai dengan arahan yang sudah ditentukan sebelum
bertugas.9
Di restoran cepat saji konsumen tidak memiliki tawar menawar terhadap komposisi menu
yang akan dibeli. Semua menu yang dijajakan sudah diatur dalam berbagai paket dengan
menjanjikan keuntungan karena adanya bonus-bonus. Dengan bonus tersebut, konsumen akan
terpancing untuk mengambil paket penjualan yang tentunya harganya lumayan mahal. Bila kita
cermati bonus yang diberikan tersebut bukanlah sebenarnya bonus yang benar-benar gratis.
Seperti pemberian hadiah berupa CD (compact disk) lagu-lagu produksi KFC setiap pembelian
paket tertentu, ternyata setelah dihitung-hitung, konsumen telah membayar CD tersebut dengan
harga yang lebih mahal dari pada yang dijual di pasar. Demikian juga untuk kalangan anak-anak,
KFC juga diberikan paket dengan hadiah mainan yang sedang popular. Hadiah mainan ini tentu
menjadi daya tarik utama anak-anak untuk tetap membeli KFC paket anak-anak tersebut untuk
mendapatkan hadiahnya sedangkan makanannya belum tentu dimakan.

8
Dalam teori dramaturgi disebut sebagai panggung depan
9
Dalam teori dramaturgi disebut sebagai panggung belakang

3
Orang Minang dan Restoran Cepat Saji: Analisis Baudrillard

Kehadiran restoran cepat saji di Kota Padang ternyata cukup laris dan berkembang pesat
setidaknya terlihat dari semakin banyaknya cabang-cabang restoran Kentucky Fried Chicken di
Kota Padang. Baudrilard melihat hal ini bahwa masyarakat Kota Padang sudah menjadi
masyarakat konsumsi. Pemikian Baudrilard ini berangkat dari pemikiran Karl Marx tentang
pembagian kelas berdasarkan faktor produksi. Namun pemikiran tersebut diperbaharui oleh
Baudrilard dengan mengatakan bahwa masyarakat saat ini ditentukan oleh faktor konsumsi.
Penguatan konsumsi sejalan dengan penguatan dari control produksi itu sendiri. Konsumsi
dianggap sebagai sesuatu yang diorganisir oleh tatanan produksi sebagai perluasan kekuatan
produksi serta merupakan kekuatan produktif yang penting bagi kapital itu sendiri.10
Dengan konsep tersebut, Baudrillard mengatakan bahwa masyarakat konsumsi memliki 4
logika objek, yaitu:
1. Nilai fungsional, yaitu tentang tujuan instrumental dalam hal penggunaan sebuah objek
(dalam konsep Marx disebut sebagai nilai guna objek atau komoditas);
2. Nilai tukar, yaitu nilai ekonomis dari sebuah objek konsumsi;
3. Nilai tukar simbolis, yaitu nilai yang telah dibangun bersama dalam masyarakat untuk
sebuah objek konsumsi dibandingkan dengan objek lain;
4. Pertukaran nilai tanda objek merupakan pertukaran dalam perbandingan dengan objek-
objek lain dalam suatu sistem objek
Baudrillard mengartikan konsumsi bukan lagi sekedar memanfaatkan objek sesuai
kebutuhan tetapi merupakan tindakan sistematis dalam memanipulasi tanda dan untuk menjadi
objek konsumsi, objek harus mengandung atau menjadi tanda. Artinya dengan mengkonsumsi
sebuah objek dengan sendirinya orang tersebut juga mengkonsumsi tanda yang sama dan secara
tidak sadar mirip dengan orang lain yang mengkonsumsi objek yang sama. Seperti halnya
dengan restoran cepat saji, katakanlah orang yang makan di KFC, maka orang tersebut menjadi
bagian dari orang lain yang juga makan di KFC.
Sesuai dengan 4 logika objek tersebut dapat kita analisa tentang orang Minangkabau
yang memiliki konsep makanan sesuai budayanya mengkonsumsi makanan di restoran cepat saji
seperti KFC, McDonald, Pizza Hut, dan lain-lain.
1. Nilai fungsional, orang makan tujuannya adalah agar terpuaskan akan rasa lapar sehingga
merasa kenyang. Jadi dengan makan di restoran cepat saji harusnya akan mendapatkan
kepuasaan akan rasa kenyang;
2. Nilai tukar, ternyata makan di restoran cepat saji harus mengeluarkan uang yang lebih
banyak dibandingkan ia berbelanja di pasar tradisional dan memasak sendiri di
rumahnya. Bandingkan saja satu paket KFC seharga Rp.60.000,- hanya mendapatkan dua
potong ayam, 2 porsi nasi yang takarannya sangat sedikit, dan minuman ringan. Jika
membeli satu ekor ayam di pasar tradisional beserta bumbu masaknya, nasi (tentu dengan
porsi yang sesuai kebutuhan), plus minuman yang bisa dibuat sendiri, harganya tidak
akan mencapai Rp60.000,- sehingga makan di restoran cepat saji sebenarnya tidak
ekonomis;
3. Nilai tukar sosial, dengan makan di restoran cepat saji ternyata menjadi tanda dari
struktur sosial tertentu. Tanda ini dibangun oleh masyarakat global bahwa makan di KFC
atau sejenis restoran cepat saji merupakan bagian dari struktur masyarakat tertentu. Tanda
yang dibangun oleh masyarakat global ini terbangun pula pada masyarakat di Kota
10
Jean P Baudrillard. 2004. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana

4
Padang sehingga memiliki persepsi yang sama tentang mengkonsumsi tanda tersebut.
Sehingga dengan membeli produk KFC misalnya, orang tersebut tidak hanya membeli
makanan, tetapi juga membeli pencitraan KFC terhadap nilai-nilai sosial orang tersebut.
Konsekwensi dari tindakan ini adalah kemakmuran seolah-olah diciptakan dari simbol
konsumsi tersebut. Padahal ini hanyalah permainan kaum kapitalis yang menciptakan
struktur bagi para konsumennya agar tetap eksis di dunia pasar kapitalis;
4. Pertukaran nilai tanda objek merupakan pertukaran dalam perbandingan dengan objek-
objek lain dalam suatu sistem objek. Orang terkadang tidak memikirkan nilai guna suatu
barang atau objek konsumsi tetapi lebih mengutamakan pada nilai tanda pada objek
tersebut. Orang memilih makan di KFC bukan di CFC misalnya, karena masyarakat telah
membangun nilai tanda yang lebih baik di KFC dibanding CFC, dan CFC lebih baik dari
pada makan di rumah makan ampera. Dengan demikian pilihan-pilihan restoran cepat saji
menjadi nilai tanda yang akan membedakan dengan orang-orang yang tidak
mengkonsumsi objek yang sama dengan kita. Pilihan tersebut diperlukan karena kita
memerlukan status sosial dan nilai sosial.
Dengan analisis di atas, pada kasus orang Minangkabau di Kota Padang, konsep makanan
yang dipahami dalam budayanya sudah bukan menjadi acuan dalam mengkonsumsi makanan.
Tatakrama dalam budaya minangkabau sudah tergantikan oleh logika yang dibangun oleh kaum
kapitalis. Walaupun dalam sistem yang berlaku di restoran cepat saji sebenarnya tidak sesuai
dengan budaya minangkabau, tetapi sebagai masyarakat yang egaliter, sistem tersebut dapat
diterima untuk mendapatkan pengakuan terhadap nilai-nilai sosial baru yang diciptakan oleh
kapitalis.
Dengan kondisi ini Baudrillard menyebutkan bahwa manusia saat ini hidup di abad
simulasi. 11 Proses simulasi ini mengarah pada simulacra yaitu reproduksi objek dan atau
peristiwa sehingga sulit membedakan mana yang tanda dan yang realita. Seperti halnya dengan
restoran cepat saji akan sulit dibedakan mana realitas sebagai orang yang memang membutuhkan
makanan untuk kenyang dan mana yang hanya sekedar untuk mendapatkan nilai tukar sosial.
Karena cara gampang untuk mendapatkan pengakuan atau pengelompokkan sebagai bagian dari
struktur masyarakat berkelas (middle class ataupun high class) dengan menjadi bagian dari
orang-orang yang mengkonsumsi tanda yaitu komoditas yang disajikan restoran cepat saji
tersebut. Bahkan orang yang secara ekonomi tidak mampu pun bisa menjadi bagian dari
masyarakat berkelas dengan mengkonsumsi tanda tersebut. Disinilah yang dikatakan oleh
Baudrillard sebagai dunia simulasi atau simulacra.
Demikian kontrol terhadap massa konsumsi dapat dilakukan melalui logika tanda objek
yang dikonsumsi dengan membangun realitas yang semu. Artinya masyarakat dapat
dikendalikan sesuai dengan pemaknaan terhadap tanda suatu objek. Pemaknaan tersebut
dibangun sesuai dengan keinginan penguasa atau kapitalis ataupun keinginan masyarakat
sehingga akan mengurangi tekanan sosial ataupun tindakan revolusioner.

Penutup

Orang Minangkabau yang memiliki budaya kuliner khas khususnya di Kota Padang
ternyata juga menjadi bagian dari masyarakat konsumsi. Persoalan nilai guna dari komoditi
tersebut tidak menjadi penting tetapi bagaimana mendapatkan nilai tukar sosial sehingga menjadi

11
Ritzer. 2005. Op. Cit. Hal. 641

5
bagian dari struktur yang diciptakan oleh masyarakat konsumsi itu sendiri. Untuk mendapatkan
hal tersebut terkadang harus melakukan simulasi (simulacra) sehingga “diterima” menjadi
bagian dari struktur tersebut.

Masyarakat yang menjadi bagian dari struktur tersebut hanya berlaku pada saat ia
mengkonsumi tanda tersebut dan akan menjadi dirinya sendiri, menjadi orang Minangkabau
ketika ia kembali pada keluarganya atau komunitas adatnya dengan segala seluk beluk adat
istiadatnya. Ketika ia menjadi bagian dari masyarakat kapitalis, semua simbol-simbol budayanya
ditanggalkan digantikan oleh simbol-simbol yang diciptakan oleh masyarakat konsumsi tersebut.

6
Daftar Pustaka

Baudrillard, Jean P. 2004. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Maryetti. 2007. “Masakan dan Struktur Budaya Minangkabau: Studi Kasus di Nagari Kapau
Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat”. Thesis Sekolah
Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.

https://www.pizzahut.co.id/

http://home.allgameshome.com/results.php?category=web&s=

http://www.mcdonalds.co.id/about-us/corporate-information/history/

http://www.kfcindonesia.com/

http://www.cfcindonesia.com/

http://www.texaschicken.co.id/?t=menu&kid=5

Anda mungkin juga menyukai