Naskah Diterima: 10 Juni 2019 Naskah Direvisi: 1 September 2019 Naskah Disetujui : 28 September 2019
DOI: 10.30959/patanjala.v11i3.537
Abstrak
Tulisan ini bertujuan menganalisis proses pertukaran sosial yang terjadi pada tradisi
pantawan bunting pada suku bangsa Besemah di Kota Pagaralam. Tradisi ini merupakan bagian
dari upacara perkawinan di mana pengantin (bunting) menghadiri undangan para kerabat dan
tetangga untuk menikmati hidangan makanan dan minuman sehari sebelum acara sedekahan.
Penelitian dilakukan dengan metode penelitian kualiatatif dengan data utama diperoleh melalui
wawancara, pengamatan, dan studi literatur. Berdasarkan analisa data disimpulkan bahwa
pemberian makanan dan minuman kepada pengantin (bunting) merupakan proses timbal balik
antarkedua belah pihak. Si pemberi (tuan rumah) tidak berharap akan mendapatkan balasan
finansial melainkan berupa keterlibatan si pengantin dalam aktivitas adat keluarga si pemberi
Kata kunci: Pertukaran sosial, tradisi, pantawan bunting.
Abstract
This paper aims to analyze the process of social exchange that occurs in the tradition of
pantawan bunting in the besemah ethnic groups in the City of Pagaralam. This tradition is part of
a wedding ceremony where the bride and groom (bunting) attend the invitation of relatives and
neighbors to enjoy food and drink a day before the almsgiving event (sedekahan). The study was
conducted with qualitative research methods with main data obtained through interviews,
observations, and literature studies. Based on the analysis of the data it was concluded that the
invitation to enjoy meals to the bride and groom (bunting) was a reciprocal process between the
two parties. The giver (host) does not expect to get a financial reward but rather encourages the
bride's involvement in the traditional activities of the giver's family.
Keywords: Social exchange, tradition, pantawan bunting
patrilokal. Namun demikian, ada juga bunting hanya dilakukan oleh kerabat
berkembang dengan menggunakan adat dekat kedua pengantin atau tetangga pihak
semenda atau disebut juga teambik anak laki-laki dan perempuan.
yang mengacu pada prinsip matilineal dan Proses interaksi merupakan proses
matrilokal (Suan, dkk. 2007a: 10). memberi dan menerima yang secara kasat
Dalam upaya menjalin silahturahmi mata tidak terlihat. Gunawardi (2016: 2-3)
antara kerabat pihak perempuan dengan misalnya secara umum menggambarkan
pihak laki-laki, setiap pengantin harus bagaimana kegiatan tolong-menolong pada
melalui tradisi pantawan bunting yaitu adat perkawinan pada masyarakat Aceh
proses yang dilalui oleh calon pengantin yang sebagian kebutuhan pesta ditanggung
atau pengantin baru yang disebut bunting. oleh pribadi atau beberapa orang tetangga
Prosesi ini dilakukan beberapa hari sehingga tuan rumah terbantu. Demikian
sebelum dan saat pelaksanaan sedekah juga tulisan Ambarwati dan Hesti
(hajatan) pernikahan pada suku bangsa Asriwandari (2014: 2-3) menggambarkaan
Besemah. Menurut Asrin, Sudjarwo, dan tradisi Sinoman pada adat pernikahan suku
Pargito (2016: 24-26), prosesi adat bangsa Jawa di Rokan Hulu. Pada tradisi
perkawinan Besemah terdiri dari 6 tahapan itu digambarkan bahwa para tetangga
yaitu miare tunang, nolong tunang, ngalih secara sukarela memberikan sumbangan
panggilan atau ngalih tutughan, nentukan kepada tuan rumah pelaksana pesta berupa
waktu pelaksanaan perkawinan, netak uang atau kebutuhan lainnya.
aghi malam, dan pelaksanaan hajatan. Berdasarkan dua tulisan tersebut
Tradisi pantawan bunting dilaksanakan terlihat ada proses memberi dan menerima
sehari atau 3 hari sebelum pelaksanaan yang terjadi antara kedua belah pihak
hajatan. Biasanya sehari sebelum hajatan seperti halnya pantawan bunting pada
dilakukan kegiatan memasak makanan dan suku bangsa Besemah. Dari dua tulisan
minuman untuk para tamu (hari bemasak). tersebut dijelaskan bahwa secara ekonomi
Pada saat hari bemasak inilah pantawan memberi bantuan kepada tetangga dalam
bunting dilaksanakan. aktivitas sosial maupun budaya tentu
Menurut Bastari Suan (wawancara, menambah beban pemberi bantuan.
via telepon 5 Maret 2018), bentuk Namun demikian, secara sosial baik si
pantawan bunting tergantung pada bentuk pemberi dan penerima sama-sama
sedekahan yang terbagi dalam tiga bentuk diuntungkan dengan proses tersebut, yang
berdasarkan besar kecilnya bentuk pesta oleh Homanns, sebagaimana dikutip Scott
perkawinan, yaitu sedekah besa atau kule (2012: 243-245) disebut pertukaran sosial.
agung, sedang, dan kecik. Jika pesta Mengacu pada teori pertukaran
perkawinannya besar (sedekah besa atau sosial, dapat dipertanyakan bagaimana
kule agung) ditandai dengan memotong tradisi pantawan bunting dapat dipahami
kerbau, maka pantawan bunting akan sebagai proses timbal balik antara dua
dilaksanakan oleh hampir seluruh kerabat pihak yang berinteraksi pada suku bangsa
dan penduduk desa tempat tinggal sekitar Besemah? Dengan pertanyaan tersebut,
pengantin laki-laki dan perempuan. Jika tulisan ini ingin menggambarkan pantawan
pestanya tidak terlalu besar yang bunting sebagai sebuah pertukaran sosial
diistilahkan sedekahan sedang dan hanya yang bertahan di masyarakat suku bangsa
memotong kambing, maka pantawan Besemah.
bunting hanya dilakukan oleh kerabat George C. Homans memandang
dekat dan beberapa tetangga dekat perilaku sosial sebagai pertukaran aktivitas
pengantin laki-laki dan perempuan. dan kepentingan yang dimiliki oleh
Adapun apabila pestanya kecil atau tidak masing-masing individu. Teori pertukaran
dirayakan sama sekali atau hanya ditandai Homans adalah interaksi antar individu
dengan memotong ayam, maka pantawan yang melakukan pertukaran kepentingan
dengan hukum dasar “imbalan dan terjadi tidak selalu dalam bentuk barang
keuntungan yang didapat oleh individu yang bisa dilihat. Keuntungan (profit) yang
yang melakukan pertukaran itu”. dicari partisipan atau masyarakat tidak
Pertukaran sosial yang terjadi di sebatas hal-hal yang bersifat finansial,
masyarakat tidak selalu bersifat statis, tetapi ingin mengamankan dirinya dalam
karena tidak selamanya individu berinteraksi seperti pengakuan, loyalitas,
mendapatkan keuntungan dari proses dukungan politik, pengetahuan, jasa, rasa
pertukaran sosial, maka dari itu perlu bahagia, rasa bangga, kepuasan rohani,
dilakukan proposisi. Homans menegaskan kepuasan batin dan lain sebagainya.
bahwa perilaku sosial individu dapat Damsar (2015: 155-160)
dijelaskan berdasarkan beberapa proposisi merumuskan pemikiran para ahli teori
psikologi (kejiwaan) dan motivasi individu pertukaran sosial seperti Homans, Blau,
tersebut. Proposisi dipandang sebagai Emerson, Thibout, dan Kelly dalam 3
dasar pertimbangan rasional atau kalkulasi asumsi yaitu: 1) manusia sebagai makhluk
ekonomis. Ia tidak tertarik kepada rasional yang memperhitungkan untung
kesadaran atau kepada berbagai jenis dan rugi, 2) pertukaran hanya dapat
struktur dan lembaga berskala besar yang berlangsung jika ada interaksi, 3) transaksi
diperhatikan oleh sebagian besar sosiolog. terjadi jika para aktor mendapat
Premisnya ialah bahwa interaksi-interaksi keuntungan.
mungkin berlanjut bila ada pertukaran
penghargaan dan sebaliknya. Interaksi- B. METODE PENELITIAN
interaksi yang merugikan bagi salah satu Penelitian ini menggunakan
atau kedua belah pihak kecil pendekatan kualitatif yang bukan sekedar
kemungkinannya untuk berlanjut (Ritzer menjelaskan fakta tetapi juga proses dan
dan Smart, 2012: 515-517). makna dibalik fakta tersebut (Bungin.
Ciri terpenting dari teori pertukaran 2007: 144). Pengumpulan data dilakukan
sosial terletak pada analisisnya mengenai melalui studi pustaka dan wawancara.
hubungan sosial menurut cost and reward. Informan yang diwawancara berjumlah 11
Homans menjelaskan bahwa interaksi orang yang berasal dari unsur lembaga adat
sosial yang ada di masyarakat terjadi Besemah di Kota Pagaralam, pelaksana
karena pertukaran sosial. Pertukaran sosial hajatan, pelaksana pantawan, dan
menurutnya adalah suatu keadaan di mana pemerhati budaya Besemah di Kota
orang-orang terus melakukan apa yang Palembang.
mereka rasakan mendapat penghargaan di Data juga diperoleh melalui
masa silam dan sebaliknya, mereka akan pengamatan dengan terlibat langsung pada
berhenti melakukan apa yang terbukti pelaksanaan pantawan bunting di
merugikan di masa silam. Scott (2012: Kecamatan Dempo Selatan Kota
243-245) menjelaskan pemikiran Homans Pagaralam 20-22 Juni 2018. Data yang
tentang pertukaran sosial bahwa tidak ada diperoleh selanjutnya divalidasi melalui
interaksi yang bertahan jika partisipan proses triangulasi dengan membandingkan
tidak mendapat untung. Jika interaksi data wawancara, literatur, dan pengamatan
tersebut merugikan, maka partisipan serta konfirmasi ke informan hingga data
(aktor) akan mengundurkan diri dan tersebut valid (Afrizal, 2014: 167). Data
mencari interaksi lainnya yang lebih yang sudah valid selanjutnya dianalisa
menguntungkan. Pada masa silam atau dengan pendekatan logika induktif hingga
jaman purba mereka melakukan pertukaran menghasilkan kesimpulan umum
dengan cara menukarkan barang yang (Mulyana, 2008: 157).
mereka miliki dengan barang apa yang
mereka inginkan atau biasa disebut barter,
hanya saja pada masa kini pertukaran yang
keluarga bunting (pengantin) yang sedekah baik terhadap bunting dan rombongan.
(hajatan). Jika hubungan kekerabatan satu Dengan kondisi ini, maka bunting dan
nenek (sepuyang) yang disebut ninik rombongan harus bisa mengatur porsi
besanak atau niningan-sanak (nenek/kakek makanan yang disantap agar bisa
bersaudara), maka disediakan gulay. mencicipi hidangan di rumah yang siap
Sementara itu, dengan kerabat jauh, untuk mantaw.
misalnya puyang-besanak atau puyangan-
b. Pantawan Simah (Mantaw Simah)
sanak (kerabat nenek/kakek), cukup
Simah adalah rombongan besan yang
disediakan gulay ayam. Hubungan kerabat
menghadiri sedekahan (hajatan) di pihak
yang sangat jauh cukup dengan gulay telur
besannya. Simah terdiri atas laki-laki dan
itik. Jika tidak memiliki hubungan
perempuan, tua dan muda. Simah datang
kekerabatan atau hubungan bertetangga
dijamu oleh tuan rumah yang melakukan
(tumbang pelawanan), atau bukan “dalam-
pantawan bunting. Rombongan simah
ghumah” (lain kampung namun se-
akan dijamu makan dan minum setelah
dusunlaman), hidangan yang disajikan bisa
rombongan bunting selesai dijamu oleh
gulay apa saja, seperti terung, kentang,
tuan rumah. Saat rombongan simah akan
atau sayur-sayuran. Namun demikian, jika
pulang, pihak pelaksana sedekahan
keluarga tersebut berniat memberikan
memberikan ibatan berupa kue-kue yang
hidangan yang lebih seperti gulay daging
tergolong makanan adat, seperti dudul
tidak jadi masalah. Dalam konteks ini,
padiberam (dodol ketan-itam), bajik atau
setiap pihak yang terlibat dalam pantawan,
belinak (wajik), juwadah basah dan
baik bunting yang dipantaw maupun yang
juwadah lain-lain, guringan pisang sabe
mantaw harus memahami hubungan
(pisang tembatu yang digoreng), dan lain-
kekerabatan, termasuk tutur-sapa
lain. Selain ibatan, para simah juga diberi
(tutughan) yang biasanya dikenalkan oleh
gulay daging yang dimasukkan ke seruas
pihak yang mantaw kepada bunting
buluh berdiameter sekitar sebesar
sambil menikmati hidangan. Saat bunting
pergelangan tangan (jenis buluh kapal).
makan, saat itulah merupakan momen bagi
kedua belah pihak untuk saling berdialog c. Pantawan Kiaji (Njamu Kiaji)
untuk lebih mengakrabkan kerabat bunting Kiaji adalah sebutan untuk orang
yang di-pantaw. yang sudah menunaikan ibadah haji. Kiaji-
Jika karena suatu hal, misalnya kiaji yang baru kembali dari tanah suci,
keadaan cuaca, sempitnya waktu, sehingga dijamu makan oleh warga dusunnya dan
bunting harus memilih satu atau dua dari oleh dusun-dusun tetangga (dusun-dusun
beberapa rumah yang siap mantaw, maka dalam satu marga2 atau satu rurah). Para
pilihan bijak harus memilih rumah yang kiaji dalam satu dusun dipantaw secara
relatif lebih sederhana atau memilih bersamaan oleh tuan rumah setelah
keluarga yang relatif kurang mampu secara sebelumnya di-pantaw di masjid oleh
ekonomi dalam pandangan umum. Kalau imam masjid. Masa pantawan kiaji selama
bunting memilih rumah yang tampak lebih 40 hari sejak para kiaji sampai di
mewah atau memilih keluarga yang dusunnya.
tampak lebih berada, maka akan timbul
kesan bunting itu sumbung (sombong).
Tuan rumah akan sangat senang dan
dihormati jika bunting dan rombongan
menikmati hidangan yang disediakan
(pacak ngambik ghase). Demikian juga 2
Marga adalah satuan wilayah administratif
sebaliknya jika bunting dan rombongan sebelum berlakunya sisitem pemerintahan desa
tidak menikmati hidangan, akan membuat tahun 1979. Pada saat ini wilayah bekas marga
tuan rumah kecewa dan berprasangka tidak di Besemah sudah menjadi kecamatan.
d. Pantawan Njenguk (Mantaw Jeme yang akan pulang setelah rumah selesai
njenguk) dikerjakan.
Njenguk artinya melayat,
h. Mantaw Jeme Mbalikkah Ingunan
mendatangi keluarga yang ditimpa
Pada suku bangsa Besemah ada
musibah kematian. Para pelayat yang
tradisi pinjam-meminjam hewan, biasanya
datang dari dusun lain dipantaw oleh
kerbau yang digunakan untuk membajak
penduduk dusun yang terkena musibah
sawah. Ketika orang yang meminjam
dengan memberi makan dan minum.
kerbau mengembalikan kepada
e. Pantawan Riaye (Pantawan hari raya) pemiliknya, apabila dari dusun lain, orang
Masyarakat suku bangsa Besemah yang mengembalikan kerbau itu dipantaw
mengenal beberapa tradisi dalam rangka makan oleh tetangga atau kerabat dekat
menyambut hari raya Islam, yaitu hari raya pemilik kerbau. Jenis pantawan ini disebut
Idul Fitri yang disebut riaye puwase atau mantaw jeme mbalikkah ingunan
lebaran puasa dan hari raya Idul Adha (menjamu orang yang mengembalikan
yang disebut riaye aji (hari raya haji). Pada hewan peliharaan).
kedua riaye, anggota keluarga menyiapkan
i. Mantaw Simah Mende
hidangan di rumah masing-masing berupa
Tamu, mende, paretandang, adalah
hidangan nasi dan hidangan kue-kue.
sebutan untuk tamu di Besemah. Tamu
Makanan yang tergolong makanan adat
tersebut bisa saja kerabat dari dusun lain
pantawan riaye adalah tapay padiberam
atau orang lain yang baru dikenal, atau
(tapai ketan hitam). Menghidangkan
rekan kerja, teman dan sebagainya. Tamu
luntung (lontong) pada pantawan riaye
tersebut biasanya jarang bertemu atau
menjadi tradisi di Dusun Lahat-tengah dan
sudah lama tidak pernah bertemu sehingga
beberapa dusun di Rurah Besemah Ilir.
perlu dilakukan pantawan oleh kerabat
Selain mantaw makan di rumah masing-
dekat dari keluarga yang ditemui. Ini
masing, penduduk dusun kadang-kadang
disebut dengan istilah umum “Mantaw
mengantar tampah (hidangan dengan
Simah-mende”.
tampa) ke masjid pada hari raya. Pada
pantawan riaye, tuan rumah tidak
3. Pelaksanaan Pantawan Bunting
mengundang orang datang ke rumahnya
Pelaksanaan sedekahan pernikahan
(satu dusun atau dari dusun lain) tetapi
pada orang Besemah dilakukan dua kali
orang-orang terutama anak-anak akan
yaitu di keluarga pihak laki-laki dan pihak
datang ke rumah tersebut.
perempuan. Pihak yang terlebih dahulu
f. Mantaw Anak belay mengadakan hajatan berdasarkan
Anakbelay adalah sebutan untuk kesepakatan kedua belah pihak. Pihak yang
perempuan dan keturunannya yang kawin pertama melaksanakan hajatan, akan
menurut adat padu kule atau belaki atau melaksanakan pantawan pertama. Pihak
kisah (kawin jujur). Jika pada suatu saat, pelaksana hajatan akan membentuk panitia
anakbelay itu belaju (pulang/berkunjung) kecil yang mengurus tempat, hidangan
ke dusunlaman-nya, dusunlaman ibunya, (makanan dan minuman), dan bidang
mereka dipantaw oleh kerabat asal ibunya pantawan (konsep pantawan yang
itu. dimaksud adalah petugas yang
mengundang para tetangga, keluarga jauh,
g. Mantaw Tukang kah Balik
atau kenalan si tuan rumah).
Mantaw Tukang kah Balik adalah
Bagi masyarakat Besemah di Kota
kegiatan pantawan yang dilakukan oleh
Pagaralam, undangan yang dianggap
kerabat dan tetangga pemilik rumah yang
berharga adalah jika si pengundang
dibangun. Mantaw Tukang kah Balik
(petugas pantawan) datang langsung ke
dilakukan dengan menjamu makan tukang
rumah dan menyampaikan undangan
secara lisan dan diberi kertas kecil (ukuran dan pekerjaan. Namun pertanyaan tersebut
¼ kertas kwarto) sebagai pengingat waktu sudah jarang diajukan karena jauh hari
dan tempat pesta (besuare). Jika ada yang sebelumnya keluarga kerabat pengantin
mengundang dengan kertas undangan yang laki-laki sudah mendapat informasi tentang
mewah, akan dianggap yang mengundang calon pengantin perempuan. Proses
tersebut adalah orang tidak begitu dekat pantawan bunting yang dilaksanakan di
hubungan kerabat atau pertemanan. Jika keluarga laki-laki tersebut dilakukan
masih memiliki hubungan keluarga atau dengan mengunjungi 20 rumah yang
teman dekat dan memberikan undangan berada di sekitar rumah si laki-laki.
cetak maka bisa membuat ketersinggungan Pakaian yang dipakai kedua
si penerima sehingga cenderung tidak akan pengantin adalah pakaian adat Besemah
menghadiri undangan tersebut (wawancara namun tidak selengkap pada saat
dengan Kasim di Kota Pagaralam, 20 Juni bersanding, seperti sepatu yang dipakai
2018) harus yang gampang dilepas, pakaian si
Proses awal pelaksanaan pantawan perempuan juga harus yang tidak
bunting dilakukan pada saat musyawarah menghambat jalan karena banyaknya
keluarga luas masing-masing pengantin rumah yang harus didatangi. Demikian
laki-laki dan pengantin perempuan terkait juga kondisi rumah yang umumnya rumah
rencana pernikahan anak mereka. panggung yang menyulitkan jika
Musyawarah ini dipimpin oleh orang yang menggunakan pakaian pengantin secara
dianggap paling tua, baik dari segi umur lengkap.
maupun kedudukannya di keluarga Sedekahan di keluarga pihak laki-
tersebut. Ketika pantawan bunting laki relatif tidak begitu besar karena tidak
disepakati untuk dilaksanakan, maka orang dilakukan acara hajatan (identik dengan
tua pengantin akan memberikan lemang pesta atau resepsi perkawinan) kecuali
sepanjang dua ruas bambu ke keluarga melakukan pantawan bunting dan
yang hadir dan keluarga lain yang pertemuan antar kerabat dekat pihak laki-
disepakati sebagai tanda bahwa keluarga laki. Kegiatan yang lebih lengkap dengan
tersebut akan mantaw. Keluarga yang tahapan hajatan pernikahan justru
menerima lemang tersebut tidak boleh dilaksanakan keluarga pengantin
menolak kecuali ada alasan yang bisa perempuan.
diterima. Pantawan bunting di keluarga
Berdasarkan pengamatan, pantawan pengantin perempuan dilaksanakan
bunting pertama dilaksanakan di keluarga bersamaan dengan hari bemasak. Pada hari
pengantin laki-laki (bunting lanang) di bemasak kerabat maupun tamu udangan
Kecamatan Pagaralam Utara. Pada hari yang tidak bisa hadir pada hari resepsi,
tersebut, pengantin perempuan (bunting biasanya hadir pada hari bemasak dengan
betine) ditemani oleh gadis ngantat dan membawa ayam petelur (oleh masyarakat
perwakilan keluarga bunting betine setempat disebut “ayam pramuka” karena
mendatangi rumah pengantin laki-laki pada memiliki warna yang menyerupai baju
pagi hari sekitar pukul 07.00. Lalu pramuka) dan ada juga yang membawa
pengantin laki-laki membawa pengantin amplop berisi uang. 3 Umumnya yang
perempuan mengikuti proses pantawan
bunting dengan mengunjungi kerabat dekat 3
Tamu-tamu yang hadir pada hari bemasak
si pengantin laki-laki. Dalam hal ini, umumnya adalah kerabat atau tetangga yang
kerabat pengantin laki-laki akan mantaw si tidak ikut mantaw bunting ataupun yang tidak
calon pengantin perempuan. Biasanya bisa ikut bekerja membantu di hajatan tersebut.
beberapa pertanyaan yang diajukan adalah Konsekuensi yang harus diberikan adalah
latar belakang si calon pengantin dengan memberikan bantuan berupa “ayam
perempuan seperti keluarga, pendidikan, pramuka”.
datang pada hari ini adalah ibu-ibu tanpa kopiah, mengambilkan air minum,
didampingi suami, dan sebagian kecil yang mengambilkan jas dan lain-lain.
datang didampingi suami. Jika yang datang Pelayan bujang ngantat atau gadis
hanya si suami akan membawa amplop. ngantat akan memberikan pelayanan
Selanjutnya tamu yang hadir dengan cepat. Mereka bertugas selama
dipersilahkan memasuki ruangan yang tiga hari sebelum hari H dan 1 hari setelah
telah disediakan untuk mencicipi hidangan hari H. Ketika melakukan pantawan,
berupa kue-kue dan minuman sebagai setelah tiba di atas rumah, tuan rumah akan
hidangan menyambut tamu. Proses ini menanyakan pada bujang ngantat atau
termasuk pantawan yang idealnya tuan gadis ngantat tentang si pengantin, bujang
rumah harus menemani tamu untuk ngantat atau gadis ngantat yang akan
sekedar saling bercerita mengenai keadaan menjelaskan. Pertanyaan tuan rumah
masing-masing (tuan rumah mantaw biasanya mengenai kedua pengantin,
keadaan tamu). 4 Selesai mencicipi misalnya “ia anak siapa?”, “berapa
hidangan kue-kue tersebut, selanjutnya bersaudara?”, “anak ke berapa? ”.
tamu mengambil tempat di kursi-kursi Pertanyaan tersebut tidak dijawab oleh
yang telah disediakan di tempat hajatan kedua pengantin, tetapi bujang ngantat
menikmati hidangan utama berupa atau gadis ngantat. Idealnya seorang
makanan dan minuman yang telah bujang ngantat atau gadis ngantat harus
disediakan untuk para undangan. tahu tentang keluarga si pengantin.
Di lokasi hajatan proses ini Pada masa lalu bujang dan gadis
berlangsung mulai dari pagi hari sekitar ngantat dipilih oleh jurai tue dengan
pukul 07.00 hingga sore hari, sekitar pukul mempertimbangkan berbagai kriteria.
17.00. Tamu-tamu datang silih berganti Beberapa kriteria dimaksud seperti usia,
membawa ayam pramuka. Ayam tersebut kecakapan, dan wawasan. Dari segi
selanjutnya dikumpulkan untuk disembelih kepribadian, kriteria yang ditetapkan oleh
dan dimasak sebagai hidangan tamu-tamu. tuo jurai adalah:
Waktu yang dibutuhkan para tamu di 1. Peralah (mudah disuruh),
lokasi hajatan hanya sekitar 1 jam; mulai 2. Tahu sopan santun,
dari menikmati hidangan kue-kue, makan 3. Bermuka manis berlidah pasih
nasi dan lauk pauknya, bertegur sapa Kriteria tersebut menggambarkan
dengan undangan lainnya hingga seseorang yang siap membantu memenuhi
berpamitan dengan tuan rumah. Pada hari kebutuhan pengantin baik dari kebutuhan
itu para tamu tidak akan bertemu dengan pakaian, makanan, minuman atau
bunting karena sedang melaksanakan keperluan lainnya. Disamping itu, orang
pantawan. tersebut harus bisa memposisikan dirinya
Pantawan bunting dimulai pukul selama kegiatan sedekahan, dalam arti
07.00. Bunting lanang dan betine sudah dapat berbicara sesuai dengan orang yang
mengenakan pakaian pengantin Besemah dihadapinya, hadir pada tempat yang
didampingi oleh gadis gantat dan bujang dibutuhkan, dan melakukan aktivitasnya
ngantat. Tugas bujang ngantat atau gadis dengan wajar tanpa menyinggung perasaan
ngantat adalah sebagai inang atau orang lain atau aturan adat setempat.
memberikan pelayanan atau mengurus Bermuka manis berlidah pasih merupakan
keperluan kedua pengantin. Beberapa kriteria untuk orang yang selalu ceria dan
permintaan pengantin antara lain ikhlas melakukan pekerjaannya serta
mengambilkan rokok, mengambilkan mampu menjelaskan segala yang
dipertanyakan dengan sebenarnya secara
4
Pada saat pengamatan, hal ini tidak dilakukan baik dan sopan.
oleh tuan rumah karena banyaknya tamu yang Bujang dan gadis ngantat ini
datang. biasanya dipilih dari orang yang belum
Patanjala, ISSN 2085-9937 (print), ISSN: 2598-1242 (online)
476 Patanjala Vol. 11 No. 3 September 2019: 467 - 482
Aktor-aktor dalam pantawan adalah tuan Struktur pertukaran yang terjadi pada
rumah yang menyediakan makanan dan pantawan bunting adalah pertukaran
minuman (yang mantaw), aktor berikutnya umum yang tidak langsung. Artinya, baik
adalah bunting (lanang dan betine), dan tuan rumah, maupun bunting tidak
bujang dan gadis ngantat. mengetahui kapan ia akan mendapatkan
Tuan rumah yang umumnya adalah balasan atau ganjaran dari apa yang telah
ibu-ibu memberikan sumber daya yang dia ia pertukarkan. Namun demikian, bagi tuan
miliki kepada bunting dan bujang dan rumah, sesuai dengan tujuan dari pantawan
gadis ngantat. Sumber daya yang bunting adalah untuk lebih mengenal calon
diberikan sebagai biaya dari interaksi yang pengantin serta memperkenalkan
terjadi berupa makanan dan minuman, hubungan kekerabatan di antara mereka.
meluangkan waktu menunggu rombongan Oleh sebab itu, ganjaran yang diharapkan
datang, menghabiskan biaya dalam bentuk dari tuan rumah adalah si bunting telah
uang untuk membeli kebutuhan pantawan, mengenal kerabat dan hubungan
sumber daya berupa perasaan yang harus kekerabatan di antara mereka beserta hak
melayani tamu dengan muka manis, dan kewajiban yang melekat dalam
senyum ramah, dan sebisa mungkin hubungan kekerabatan tersebut.
membuat nyaman dan senang tamu yang Dengan pertukaran sosial, hubungan
datang. antara bunting dengan tuan rumah tetap
Dari pihak bunting sendiri sebagai terikat yang oleh Ahmad Bastari Suan
aktor juga mengeluarkan sumber daya diistilahkan sebagai “kontrak seumur
yang ia miliki agar bisa berinteraksi hidup”. “Kontrak” ini adalah kewajiban
dengan tua rumah. Sumber daya yang tolong menolong pada bidang ekonomi,
dikeluarkan adalah perasaan harus selalu adat, atau kepentingan lainnya di hari-hari
terlihat bahagia, senyum, dan bertutur sapa yang akan datang.
dengan sopan, meluangkan waktu, dan rela
lelah mendatangi semua rumah yang ingin Tabel 1 Analisis Pertukaran Sosial
mantaw calon pengantin laki-laki atau Pada Pantawan Bunting
prempuan. Demikian juga bagi bujang dan Sumber
Aktor Struktur Proses
gadis ngantat tidak terlepas dari Daya
pengorbanan terhadap sumber daya yang ia Hidangan
makan dan General
miliki seperti waktu yang terpakai, minuman, Exchange,
berpenampilan sebaik mungkin, berbicara Tuan Perasaan, Ketergant
Transaksi
dengan baik, siap membantu bunting Rumah Waktu, ungan
dalam segala keperluannya. Ekonomi timbal
Dalam tulisan ini yang dianalisis (Pembiayaa balik
n)
adalah antara tuan rumah dan bunting. General
Sedangkan antara bujang dan gadis Exchange,
ngantat dengan tuan rumah tidak memiliki Perasaan,
Direct
hubungan langsung karena pada dasarnya Exchange,
Bunting Waktu, Transaksi
Ketergantu
bujang dan gadis ngantat berhubungan Penampilan
ngan
dengan bunting. Hubungan antara bujang timbal
dan gadis ngantat dengan bunting tidak balik
dapat dikatakan sebagai pertukaran sosial
Sumber: Analisa Data Lapangan
karena hubungan di antara mereka telah
dianggap selesai ketika prosesi pantawan
Sebagian besar masyarakat Besemah
bunting selesai dan bujang dan gadis
cenderung ingin menghapus tradisi
ngantat telah menerima cendramata
pantawan dengan alasan tidak ekonomis,
sebagai ganjaran (reward) dari apa yang
tidak praktis, dan tidak modern. Alasan
telah diberikan kepada bunting.
ekonom biasanya terkait dengan besarnya Jika dilihat dari teori pertukaran
biaya yang dibutuhkan oleh tuan rumah sosial, pantawan bunting merupakan
untuk menyediakan hidangan dalam proses “jual beli” atau transaksi antara
menyambut tamu (bunting). Jika dalam pihak tuan rumah dengan pengantin. Si
satu pantawan saja bisa mengeluarkan tuan rumah mengharapkan ada timbal balik
biaya Rp 500.000,- dan apabila ada dua dari sumber daya yang diberikannya
atau tiga pantawan, tuan rumah akan kepada si pengantin berupa ganjaran
mengeluarkan dana Rp1.000.000,- sampai positif seperti kesediaan membantu dan
Rp1.500.000,-. Alasan tidak praktis terlibat dalam kegiatan keluarga tersebut.
karena mereka melihat pantawan bunting Struktur pertukaran sosial yang
sangat merepotkan baik bagi pengantin, berlangsung adalah pertukaran sosial yang
maupun tuan rumah yang mantaw. Seolah- tidak langsung dan bersifat timbal balik.
olah tidak ada manfaatnya bagi kedua Hal ini berarti tuan rumah maupun
belah pihak. Alasan ketiga adalah pengantin tidak langsung mendapatkan
pantawan dianggap sudah ketinggalan ganjaran dari sumber daya yang telah
zaman dan tidak mengikuti perkembangan diberikannya dalam proses interaksi.
saat ini. Akibat dari anggapan ini, di Ganjaran yang didapat bisa saja diterima
wilayah Kota Pagaralam hanya beberapa dari pihak ketiga atau lainnya.
desa saja yang masih melaksanakan tradisi Dari aspek sosial budaya, pantawan
pantawan bunting. Itu pun tidak lagi bunting memiliki manfaat yang sangat
dilaksanakan dengan ideal seperti pada penting dalam melestarikan nilai-nilai
masa lalu. budaya maupun mempererat hubungan
Kecenderungan penolakan sosial, baik dalam anggota kerabat maupun
masyarakat Besemah terhadap tradisi ini dalam lingkungan sosial. Agar tradisi ini
karena masyarakat tidak memahami dapat tetap bertahan, masyarakat telah
substansi dari tradisi pantawan bunting. menyederhanakan pelaksanaan dengan
Masyarakat hanya melihat dari aspek fisik tidak mengharuskan menghidangkan
dan yang tampak, mereka tidak melihat makananan adat. Hidangan yang disajikan
bahwa ada pertukaran sosial yang terjadi di tergantung kepada kemampuan tuan rumah
antara kedua belah pihak. Dengan namun tidak menghilangkan makna dari
pertukaran sosial ini, interaksi kedua belah tradisi pantawan bunting itu sendiri.
tetap terjalin dengan segala hak dan Dengan melihat respon masyarakat
kewajibannya. dalam melaksanakan tradisi pantawan
bunting yang terkesan terpaksa, perlu
D. PENUTUP kiranya para tokoh adat setempat
Tradisi pantawan bunting merumuskan kembali konsep pelaksanaan
merupakan salah satu cara untuk tetap tradisi pantawan bunting yang sesuai
menjalin tali silahturahmi sehingga ikatan dengan kondisi masyarakat saat ini,
kekeluargaan tidak putus. Pelaksanaan sehingga secara nilai-nilai budaya tidak
pantawan secara ekonomi membutuhkan hilang tetapi proses tetap berjalan. Pihak
biaya yang tidak sedikit. Pelaksanaan Pemerintah Kota Pagaralam juga
pantawan dianggap menghamburkan uang diharapkan melakukan sosialisasi tentang
atau kegiatan yang tidak ekonomis karena pentingnya penanaman dan pelestarian
hanya memberikan makan dari tuan rumah nilai tradisi sehingga menumbuhkan
kepada pengantin tanpa ada timbal balik kesadaran di masyarakat.
yang diberikan oleh pengantin kepada
tuan rumah. Bagi sebagian masyarakat
Besemah hal ini dianggap kegiatan yang
merugikan dan lambat laun mulai
ditinggalkan.
Ambarwati, Retno Tri dan Hesti Asriwandari. Ritzer, George dan Barry Smart. 2012.
“Tradisi Sinoman Sebagai Sistem Handbook Teori Sosial. Jakarta: Nusa
Pertukaran Sosial Di Dalam Media.
Pelaksanaan Pesta Pernikahan Adat Sakai, Minako. 2017.
Jawa (Studi Pada Masyarakat Kacang tidak Lupa Kulitnya: Identitas
Transmigrasi Di Desa Pasir Jaya Gumay, Islam dan Merantau di
Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Sumatera Selatan. Jakarta: Yayasan
Rokan Hulu)” dalam Jurnal Online Pustaka Obor Indonesia.
Mahasiswa (JOM) Fisip Universitas
Riau, Vol. 1. No. 1 Tahun 2014. Hlm 1- Scott, John. 2012.
15. Teori Sosial: Masalah-Masalah Pokok
dalam Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka
Arios, Rois Leonard. “Permukiman Tradisional Pelajar.
Orang Basemah di Kota Pagaralam”
dalam Jnana Budaya Volume 19, Nomor Suan, Ahmad Bastari, dkk. 2007a.
2, Agustus 2014. Hlm 183 – 198. Tata Cara Adat Perkawinan
Sukubangsa Besemah di Sumatera
Asrin, Sudjarwo, dan Pargito. “Tata Cara Selatan. Palembang: Dinas Pendidikan
Budaya Perkawinan Suku Pasmah di Nasional Propinsi Sumatera Selatan.
Padang Guci” dalam Jurnal Studi Sosial
Vol. 4 No. 3 Tahun 2016. Hlm 17-30. Suan, Ahmad Bastari, dkk. 2007b.
Atung Bungsu: Sejarah Asal Usul Jagat
Firnanda, Anissa. 2018. “Tradisi Pantauan Besemah. Palembang: Pesake dan
sebagai Bentuk Pluralisme antar Dua Pemerintah Kota Palembang.
Suku di Desa Lawang Agung
Kecamatan Kedurang Bengkulu Suan, Ahmad Bastari, dkk. 2008.
Selatan”. Makalah Pada Lomba Karya Besemah: Lampik Mpat Merdike Duwe.
Tulis Ilmiah Tingkat SLTA Se Propinsi Palembang: Pesake dan Pemerintah Kota
Sumatera Barat, Bengkulu, dan Palembang.
Sumatera Selatan yang diselenggarakan
oleh BPNB Sumatera Barat. 3. Informan
Gunawardi. 2016. “Persepsi Masyarakat Firman (54 tahun).
Terhadap Pertukaran Sosial Pada Ketua lembaga adat Kota Pagaralam.
Kenduri di Gampong Alue Sungai Wawancara pada 20 Juni 2018.
Pinang Kecamatan Jeumpa Kabupaten
Julita, Tina (26 tahun).
Aceh Barat Daya”. Skripsi Program
Pengantin. Wawancara pada 20 Juni
Studi Sosiologi FISIP Universitas
2018 di Pagaralam, via telepon pada 30
Teuku Umar Aceh.
Juli 2018.
2. Buku Kasim (70 tahun).
Afrizal. 2014. Tokoh adat dan ketua Yayasan Dempo
Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Lestari. Wawancara pada 20 Juni 2018.
Upaya Mendukung Penggunaan Ola, Sataruddin Cik (82 tahun).
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Tokoh adat dan mantan ketua lembaga
Disiplin Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo adat Kota Pagaralam. Wawancara pada
Persada. 20 Juni 2018.
Damsar, 2015. Suan, Ahmad Bastari (73 tahun).
Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Penulis sejarah dan budaya Basemah.
Prenadamedia Group. Wawancara pada 2 Maret 2018 di
Mulyana, Dedy 2008. Palembang, 23 Juni 2018 di Pagaralam,
Metodologi Penelitian Kualitatif: dan via telepon 5 Maret 2018.
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan