Artikel Publikasi
Artikel Publikasi
Disusun oleh :
ANGGAR MAHARSIWI
J410100013
Telah membaca dan mencermati Naskah Artikel Publikasi Ilmiah, yang merupakan ringkasan
skripsi dari mahasiswa :
Nama : Anggar Maharsiwi
NIM : J 410 100 013
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi : Hubungan antara Pemberian MP-ASI Dini dengan
Kejadian Gizi Lebih pada Bayi Usia 6-24 Bulan di wilayah
kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo
Pembimbing I Pembimbing II
Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Anggar Maharsiwi
NIM : J 410 100 013
Fakultas/Jurusan : Kesehatan Masyarakat
Jenis : Skripsi
Judul Skripsi : Hubungan antara Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian
Gizi Lebih pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kartasura, Sukoharjo
Anggar Maharsiwi
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN
GIZI LEBIH PADA BAYI USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARTASURA, SUKOHARJO
Abstrak
Anak usia 0-6 bulan, hanya memerlukan Air Susu Ibu (ASI) saja sebagai makanan
dan minuman utama. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dini dapat
menyebabkan gizi lebih pada bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-
24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Metode penelitian
menggunakan survei observasional dengan rancangan case control. Populasi untuk
kasus adalah seluruh Ibu yang mempunyai bayi berusia 6-24 bulan dengan gizi lebih
sebanyak 23 Ibu dan untuk kontrol adalah seluruh Ibu yang mempunyai bayi usia 6-
24 bulan dengan kondisi gizi normal sebanyak 963 Ibu. Teknik pengambilan sampel
untuk kasus menggunakan Exhaustive Sampling sebanyak 23 responden dan 23
responden menggunakan teknik matching by designpada kontrol. Uji statistik
menggunakan uji Chi Square dengan menggunakan software komputer. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian MP-ASI dini
(p=0,017: OR=1,8) dan frekuensi pemberian MP-ASI pertama dengan kejadian gizi
lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo
(p=0,003:OR=0,789). Dan tidak ada hubungan antara jenis MP-ASI pertama dengan
kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
Sukoharjo (p=0,137).
Kata Kunci : Gizi lebih, MP-ASI dini, bayi usia 6-24 bulan
Abstract
Infants aged 0-6 months, just need Mom Milk (ASI) for the first feeding and drinking.
Provision of early complementary feeding can lead over nutrition on nfants. The
purpose of this study was to know the relationship between early MP-ASI with the
incidence of over nutrition in infants aged 6-24 months in PuskesmasKartasura
Sukoharjo. the methods of this study use an observational survey with a case control
design. The population for the case is all if Mothers who have a infant aged 6-24
months with over nutritionas much as 23 Mothers and The control were all of
Mothers who have a infant aged 6-24 months with a normal nutrition as much as 963
Mothers. The sampling technique for the case uses Exhaustive Sampling were 23
respondents and 23 respondents were using matching techniques by design on
control. Statistical tests used chi-square by using computer software. The results
show that there is a relationship between early MP-ASI with over nutrition incidence
in infants aged 6-24 months (p = 0,017: OR = 1,8) and the frequency of early MP-
ASI (p = 0,003: OR = 0,789). Thereis no relationship between the type of early MP-
ASI with over nutrition incidence in infants aged 6-24 months in Puskesmas
Kartasura Sukoharjo (p = 0.137).
PENDAHULUAN
Anak usia 0-6 bulan, hanya memerlukan Air Susu Ibu (ASI) saja sebagai
makanan dan minuman utama (Kemenkes, 2010). ASI mudah dicerna dan langsung
terserap oleh bayi.Kekurangan gizi, alergik, kolik, konstipasi (sembelit), dan obesitas
(kegemukan) lebih kecil kemungkinannya terjadi pada bayi yang mengkonsumsi ASI
(Hayati,2009). Mulai usia 6 bulan, dapat diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-
2010). Adapun usia 6-11 bulan merupakan periode emas sekaligus kritis dalam proses
sejumlah 30.801 diberi ASI dan MP-ASI. Di Indonesia tahun 2013, persentase berat
badan lahir anak usia 0-59 bulan menurut karakteristik, untuk kelompok usia 24–35
bulan dengan berat badan ≥4000 gr sebesar 5,1%, usia 36–47 bulan sebesar 4,7%,
sedangkan untuk usia 48–59 bulan diketahui sebesar 4,5%. Pada tahun 2013
prevalensi gemuk secara nasional di Indonesia sebanyak 11,9%, yang menunjukkan
terjadi penurunan dari 14,0% pada tahun 2010. Terdapat 12 provinsi yang memiliki
masalah anak gemuk di atas angka nasional dengan urutan prevalensi tertinggi
sampai terendah, yaitu: (1) Lampung; (2) Sumatera Selatan; (3) Bengkulu; (4)
Papua; (5) Riau; (6) Bangka Belitung; (7) Jambi; (8) Sumatera Utara; (9) Kalimantan
Timur; (10) Bali; (11) Kalimantan Barat; dan (12) Jawa Tengah (Kemenkes R.I,
2013).
pendek-normal (2,1%) dan normal-gemuk (0,3%) dari tahun 2010. Sebaliknya, ada
Anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin sebaiknya diberikan makanan
pendamping ASI baik makanan lokal maupun pabrikan. Data jumlah anak usia 6-
Sukoharjo Bulan Desember tahun 2013 diketahui prevalensi status gizi balita menurut
indeks Berat Badan per Umur (BB/U) bulan Desember tahun 2013 untuk Berat Badan
(BB) lebih dengan jumlah paling banyak yakni sebanyak 136 balita dengan
persentase 1,91% di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Sedangkan dari hasil dari
Puskesmas Kartasura Bulan Maret tahun 2014 menunjukkan, jumlah bayi usia 6-24
Bulan dengan kondisi gizi lebih sebanyak 23 bayi. Adapun dari hasil studi
pendahuluan dengan metode wawancara kepada 3 Ibu yang memiliki bayi berusia 6-
24 bulan dengan status gizi lebih di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, diketahui
Gabungan pemberian makanan antara ASI dan makanan lainnya sebelum bayi
usia 6 bulan dapat menyebabkan penyakit seperti diare, pneumonia, malnutrisi serta
meningkatkan risiko kematian (Kemenkes, 2010). Di negara maju seperti Eropa dan
Amerika sebelum tahun 1970, makanan padatdiberikan pada bayi beberapa bulan
pertama setelah dilahirkan. Namun, setelah itu diketahui MP-ASI dapat menimbulkan
risiko sebagai berikut : (1) tingginya solute load hingga dapat menimbulkan
hiperosmolaritas; (2) peningkatan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke
obesitas; (3) alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan, (4)
mendapat zat tambahan; (5) mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan
terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang tidak diijinkan; dan (6) ada
kemungkinan pencemaran dalam penyediaan atau penyimpanan makanan (Hayati,
2009).
hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
lebih pada bayi usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
Sukoharjo.
c. Menggambarkan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan yang telah
lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo.
e. Menganalisis hubungan jenis MP-ASI pertama dengan kejadian gizi lebih
pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura, Sukoharjo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian survei observasioanal dengan
dengan menggunakan pendekatan retrospective atau efek diidentifikasi pada saat ini,
ini akandilakukan pada Bulan Juli 2014. Sedangkan tempat penelitian dilakukan di
sebesar 46Ibu yang terdiri dari 23 kasus dan 23 kontrol.Teknik pengambilan sampel
matching by design untuk kelompok umur, jenis kelamin, mempunyai KMS, dan
tempat tinggal.
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis
usia muda yaitu umur umur >35 tahun sebesar 11 responden (23,4%). Ibu
dengan umur tertua yaitu 43 tahun dan termuda 22 tahun, rata-rata usia
responden yang tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)
orang (32,6%).
Bayi yang paling banyak adalah umur 11-15 bulan dan 16-20
bulan yakni sebesar 10 bayi (21,3%). Bayi dengan umur tertua yakni
berumur 24 bulan dan termuda 6 bulan, serta rata-rata usia bayi yakni 7,3
(52,2%).
b. Pemberian MP-ASI dini
(34,78%). Sedangkan bayi yang gizi lebih dan normal yang sama-sama
6-24 bulan yang mengalami status gizi lebih, lebih banyak yang diberikan
status gizi normal lebih banyak yang tidak diberikan MP-ASI dini.
MP-ASI dini dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di
(26,08%). Sedangkan bayi yang gizi lebih dan normal yang sama-sama
6-24 bulan yang mengalami status gizi lebih, lebih banyak yang diberikan
kelompok kontrol lebih banyak yang diberi MP-ASI pertama berupa dapur
gizi normal yang sama-sama mendapat MP-ASI >3 kali sehari sebesar 8
bayi (34,78%). Sedangkan bayi yang gizi lebih dan normal yang sama-
6-24 bulan yang mengalami status gizi lebih, lebih banyak yang
diatas diketahui nilai OR=23. Untuk 95% CI diketahui untuk batas bawah
2. PEMBAHASAN
bahwa sebagian Ibu sudah memberikan MP-ASI dini, yaitu bayi berusia
pada bayi ialah karena ASI tidak keluar dan bayi menangis, dengan
MP-ASI dini adalah pada saat bayi berusia 3 bulan yakni sebanyak
(56,5%).
yang sering dilakukan ialah sebanyak >3 kali sehari dengan jumlah
responden 12 (52,2%). Hal diatas bertentangan dengan teori atau
MP-ASI pertama seharusnya mulai umur di atas 6 bulan atau 6-9 bulan
yakni sebanyak 2-3 kali per hari (Damayanti dan Lies, 2012). Tujuan Ibu
makanan atau minuman yang mengandung gizi, diberikan pada bayi dan
(Rikasani, 2012).
bayi dengan status gizi lebih yang diberikan susu formula sebelum usia 6
pada bayi yang paling sering diberikan Ibu ke bayi ialah sebanyak 4-5 kali
bahwa yang sudah disapih pada usia <2 tahun sebanyak 8 responden
pada bayi tidak boleh tergesa-gesa, karena pada bayi usia 6-9 bulan, ASI
masih memenuhi 80% kebutuhan gizi bayi. Sedangkan di usia 9-12 bulan
memenuhi 60% kebutuhan bayi. ASI bahkan tetap diberikan sampai anak
MP-ASI pertama yang diberikan Ibu pada bayi ialah berupa makanan
bayi mayoritas ialah berupa MP-ASI dapur Ibu atau buatan sendiri
serat, dan minim mengandung bahan yang sulit dicerna (Nurlinda, 2013).
yang sering diberikan Ibu ialah sebanyak >3 kali sehari dengan jumlah
sebagai makanan yang diberikan pada bayi selain ASI yakni dengan
gizi lebih yang diberikan susu formula setelah usia 6 bulan yakni
yang paling sering diberikan Ibu ke bayi ialah sebanyak 3-4 kali dengan
yang sudah disapih pada usia <2 tahun sebanyak 2 responden (8,7%).
c. Kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan pada kelompok kasus
usia 6-24 bulan sebanyak 23 bayi (50,0%). Selain itu diketahui juga
bahwa mayoritas usia bayi yang memiliki berat badan berlebih menurut
d. Kejadian gizi normal pada bayi usia 6-24 bulan pada kelompok
kontrol
yang memiliki status gizi normal atau sebagai kelompok kontrol sebanyak
McNemar artinya bayi usia 6-24 bulan yang diberikan MP-ASI instan
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi MP-ASI dapur Ibu. Interval
antara pemberian MP-ASI instan dengan kejadian gizi lebih pada bayi
usia 6-24 bulan. Disamping itu nilai OR semakin besar dari 1 dan nilai
batas bawah interval kepercayaan diatas nilai 1, maka kuat dugaan bahwa
risiko terhadap kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah
MP-ASI pertama dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di
MP-ASI pertama dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di
merupakan faktor risiko terjadi gizi lebih pada bayi usia 6-12 bulan.
rumus McNemar artinya bayi usia 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI >3
yang tidak sesuai aturan dengan kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24
bulan. Disamping itu nilai OR semakin besar dari nilai 1 dan nilai batas
frekuensi pemberian MP-ASI pertama yang tidak sesuai aturan yakni >3
kali sehari merupakan faktor risiko terhadap kejadian gizi lebih pada bayi
1. Responden Ibu paling banyak pada kelompok usia muda yaitu umur 20-35
tahun yakni sebesar 35 responden (74,5%). Ibu dengan umur tertua yaitu 43
tahun dan termuda 22 tahun, rata-rata usia Ibu yaitu 31,5 tahun dengan
mayoritas tidak bekerja atau sebagai Ibu rumah tangga sebesar 30 (65,2%).
2. Bayi yang paling banyak adalah umur 11-15 bulan dan 16-20 bulan yakni
sebesar 10 bayi (21,3%). Bayi dengan umur tertua yakni berumur 24 bulan
dan termuda 6 bulan, serta rata-rata usia bayi yakni 7,3 bulan dengan jenis
mayoritas BB/U sekarang yaitu 10kg, 14kg, dan 14,10kg sebesar 3 bayi
(6,5%).
3. Kejadian gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas
4. Ada hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian gizi lebih pada
pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo.
gizi lebih pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo.
B. Saran
serta faktor lain seperti jenis MP-ASI pertama dan frekuensi pemberian MP-
2. Bagi masyarakat
ibu hamil dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif pada
Hayati, Aslis Wirda. 2009. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta : EGC.
Kemenkes Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Bakti
Husada.
Nurlinda, A. 2013.Gizi dalam Siklus Daur Kehidupan Seri Baduta (untuk anak 1-2
tahun).Yogyakarta : Andi.
Riksani, R. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta : Dunia Sehat.