Anda di halaman 1dari 47

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )

BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

BAB. II
PROFIL KABUPATEN/KOTA
2.1 WILAYAH ADMINISTRASI

Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 15


Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung. Ibukota Kabupaten
yaitu Kotabumi berjarak 100 Km dari Kota Bandar Lampung ( ibukota
Provinsi Lampung ) Secara geografis Kabupaten Lampung Utara terletak
pada 104°40’ sampai 105°08’ Bujur Timur dan 4°34’ sampai 5°06’
Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah utara dengan Kabupaten Way Kanan


 Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lampung Tengah
 Sebelah Timur dengan Kabupaten Tulang Bawang Barat
 Sebelah Barat dengan kabupaten Lampung Barat

Untuk lebih jelasnya mengenai batasan administratif, dapat dilihat pada


Gambar Peta Administrasi Kabupaten Lampung Utara.

Berdasarkan Perda No. 08 Tahun 2006, wilayah Kabupaten Lampung


Utara pada tahun 2006 dimekarkan menjadi 23 kecamatan dan 247
desa/ kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Lampung Utara adalah
272.563 Ha yang terdiri dari kecamatan:

1 Bukit Kemuning 13 Blambangan Pagar


2 Abung Tinggi 14 Abung Timur
3 Tanjung Raja 15 Abung Surakarta
4 Abung Barat 16 Sungkai Selatan
5 Abung Tengah 17 Muara Sungkai
6 Abung Kunang 18 Bunga Mayang
7 Abung Pekurun 19 Sungkai Barat
8 Kotabumi 20 Sungkai Jaya
9 Kotabumi Utara 21 Sungkai Utara
10 Kotabumi Selatan 22 Hulu Sungkai
11 Abung Selatan 23 Sungkai Tengah
12 Abung Semuli

Kecamatan Tanjung Raja adalah kecamatan terluas dengan cakupan


12,7 persen dari total wilayah Lampung Utara dan kecamatan terkecil
yaitu Sungkai Jaya dengan luas wilayah 1,92 persen dari total wilayah
Lampung Utara.

II. 1
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

II. 2
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.1
Wilayah Kecamatan di Kabupaten Lampung Utara

Luas
Luas/area terhadap Jumlah
No Kecamatan
(Ha) kabupaten desa/kel
(%)
1 Bukit Kemuning 11.498 4,22 8
2 Abung Tinggi 13,306 4,88 8
3 Tanjung Raja 33.170 12,17 19
4 Abung Barat 6.008 2,20 14
5 Abung Tengah 9.193 3,37 11
6 Abung Kunang 4.020 1,47 7
7 Abung Pekurun 18.247 6,73 9
8 Kotabumi 5.911 2,17 13
9 Kotabumi Utara 17.519 6,43 8
10 Kotabumi Selatan 10.422 3,82 14
11 Abung Selatan 14.136 5,19 16
12 Abung Semuli 9.688 3,55 7
13 Blambangan Pagar 19.139 7,02 7
14 Abung Timur 10.447 3,83 12
15 Abung Surakarta 11.051 4,05 9
16 Sungkai Selatan 8.965 3,29 11
17 MuaraSungkai 11.869 4,35 11
18 Bunga Mayang 12.576 4,61 11
19 Sungkai Barat 6.896 2,53 10
20 Sungkai Jaya 5.220 1,92 9
21 Sungkai Utara 12.759 4,68 15
22 Hulu Sungkai 9.263 3,40 10
23 Sungkai Tengah 11.160 4,09 8
JUMLAH 272.563 100,00 247
Sumber : Lampung Utara Dalam Angka 2016

II. 3
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

2.2 POTENSI WILAYAH KABUPATEN/KOTA

Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Lampung


Utara Tahun 2014-2034, Potensi Pengembangan Wilayah yang ada
didalam Kabupaten Lampung Utara seperti halnya ketersediaan Sumber
Daya Alam ( bahan tambang/galian, air baku, dll) ketersediaan prasarana
dan sarana wilayah, ketersediaan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang
berkualitas, adanya sektor Industri dan perdagangan yang dapat
diandalkan dan sebagainya.

Adapun Potensi tersebut dan yang lainnya adalah sebagai berikut :


A. Sumber Daya Alam
1. Kawasan Hutan Lindung Tangkit Tembak sebagai penjaga
keseimbangan lingkungan.
2. Dari segi Hidrologi, Kabupaten Lampung Utara memiliki potensi
yang besar, khususnya berupa ketersediaan air permukaan
( sungai dan air tanah ) dan termasuk didalam cekungan air tanah
Metro – Kotabumi yang dapat dikembangkan bagi sektor pertanian.
3. Ketersediaan lahan perkebunan di Kecamatan Hulu Sungkai dan
Kecamatan Sungkai Utara yaitu Lahan Perkebunan Karet yang
sangat luas dengan produksi terbesar diantara lahan perkebunan
lainnya.
4. Ketersediaan lahan pertanian pangan seluas 55,667 Ha yang
terluas berada di Kecamatan Abung Surakarta, Abung Timur dan
Abung Selatan yang berpotensi sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan (LP2B) Lahan dan produksi pertanian sawah padi,
sawah gogo dan tanaman jagung.
5. Potensi lahan perkebunan kelapa sawit dan tebu beserta indistri
pengolahannya.
6. Secara tradisional lahan pertanian merupakan sumber daya alam
terbesar di Kabupaten Lampung Utara. Berbagai produk pertanian
tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan serta
kehutanan sebagai penopangnya.

B. E k o n o m i
1. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dengan penguatan
struktur perekonomian daerah dengan sector riil yaitu
pertanian, industri dan perdagangan sebagai motor penggerak
pertumbuhan/perkembangan wilayah.
2. Sektor primer berupa sub sektor pertanian memberikan
kontribusi sebesar 42.07 % dari total PDRB Kabupaten
Lampung Utara pada tahun 2016, Hal ini menunjukan masih
tingginya ketergantungan perekonomian Kabupaten Lampung
Utara terhadap sektor primer khususnya sektor pertanian.
3. Pengembangan potensi sektor tersier yang memberikan
kontribusi PDRB di Kabupaten Lampung Utara yakni
mencapai 11,42% terutama sektor perdagangan, hotel dan
restaurant (11,60%) pada tahun 2016, Kontribusi sektor

II. 4
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

tersier terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lampung


Utara mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2015.
4. Sentra produksi padi sawah berada dikecamatan Abung Timur
dengan junlah produksi 22.095 ton dan padi lading sebesar
6.085 ton dan Abung Surakarta dengan jumlah produksi padi
sawah 25.050 ton dan padi lading 2.890 ton. Sentra – sentra
pertanian tersebut dapat dikembangkan menjadi kawasan
agropolitan yang mendukung pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Lampung Utara.
5. Potensi Pengembangan Tanaman Perkebunan Rakyat di
Kabupaten Lampung Utara yang didominasi oleh penghasil
produksi terbesar yaitu perkebunan tebu sebanyak 12.304,70
ton dan Kecamatan Bunga Mayang adalah penghasil terbesar
dengan produksi perkebunan rakyat sebanyak 26.078,80 ton
6. Terdapatnya industri bidang usaha karet, tapioca, etanol dan
meubelair dari kayu karet di Kecmatan Kotabumi Utara
7. Terdapat Industri perkebunan dan pengolahan kelapa sawit
serta pengolahan kayu di Kecamatan Blambangan Pagar dan
Sungkai Utara.
8. Terdapatnya industri gula dan pabrik kertas di Kecamatan
Bunga Mayang.
9. Potensi Pengembangan Kawasan Wisata Way Rarem sebagai
kawasan wisata agro.
10. Potensi industri pengolahan karet di Candi Mas Kecamatan
Abung Selatan.
11. Kegiatan pengusahaan tambang batu magan dan batu bara di
Kecamatan Sungkai Tengah dan Abung Pekurun.
12. Dalam konstilasi regional Kabupaten Lampung Utara terletak
dalam posisi yang strategis, Jalur Lintas Tengah Sumatera
sebagai jalur aktifitas ekonomi merupakan potensi wilayah
yang sangat mendukung bagi pengembangan wilayah
Kabupaten Lampung Utara.
13. Sektor yang menjadi sektor basis di Kabupaten Lampung Utara
adalah sub sektor dalam sektor pertanian ( tanaman
perkebunan, kehutanan ), Industri Pengolahan ( industri tanpa
migas ), Listrik, Gas dan Air Bersih ( sub sektor listrik ), Sektor
Perdagangan, hotel dan restaurant ( sub sektor perdangangan
besar dan eceran, restaurant ), sub sector pengangkutan
( angkutan jalan raya dan sektor jasa – jasa )

C. Sumber Daya Manusia


1. Ketersediaan Tenaga Kerja yang cukup banyak
2. Jika dilihat dari proporsi kelompok umur penduduk karasteristik
struktur umur penduduk Kabupaten Lampung Utara terlihat
ketersediaan Angakatan Kerja yang sangat dominan. Sejalan
dengan kondisi tersebut jumlah pencari kerja yang terdaftar di
Kabupaten Lampung Utara juga cendrung terus meningkat pada
berbagai jenjang pendidikan yang tamatkan. Hal ini memberikan

II. 5
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

peluang bagi sektor industri untuk menempatkan SDM tersebut


sebagai tenaga kerja.
3. Adanya Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan ( Gapoktan HKm )
sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya reboisasi
hutan serta pengolahan HKm di hutan lindung.
4. Tersedianya Sumber Daya Manusia sektor Pertanian dan
Peternakan yang memiliki Kemampuan teknis memadai.

D. Sumber Daya Buatan ( Sarana dan Prasarana )


1. Keberadaan Jaringan Arteri Primer mendukung pertumbuhan dan
perkembangan Kotabumi sebagai PKW skala Nasional dan Bukit
Kemuning sebagai PKL bagi Provinsi Lampung.
2. Jalur Regional yang melalui Kabupaten Lampung Utara merupakan
jalur lintas utama bagian tengah Sumatera yang dibentuk oleh
jaringan jalan negara.
3. Jalan Kabupaten membentuk pola menjari ( finger ) dengan pusat
di Kotabumi dan berpencar keempat penjuru yaitu Kotabumi –
Tatakarya – Daya Murni, Kotabumi – Ketapang – Negara Ratu,
Kotabumi – Bukit Kemuning, Kotabumi – Bandar Jaya memberikan
peluang dalam pemerataan pengembangan dan pembangunan
wilayah sehingga dapat meminimalisir kesenjangan antara wilayah
yang ada di dalam Kabupaten Lampung Utara.
4. Tersedianya Terminal Induk Simpang Praopau sebagai titik simpul
pergerakan orang, didukung dengan sub terminal Kalicinta dan
Bukit Kemuning.
5. Tersedianya Stasiun Kereta Api mendukung mobilitas sumber daya
dari/dan ke wilayah Kabupaten Lampung Utara.
6. Pengadaan Irigasi yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman
pangan.
7. Porensi Bendungan Way Tebabeng yang mampu mengaliri sawah
seluas 4.000 Ha sekaligus sebagai kawasan wisata air.
8. Keterjangkauan pelayanan komunikasi diluar telpon fixed, yang
terpasang di rumah tangga, telah banyak dilayani oleh swasta
dengan seluler.

E. Sumber Daya Energi dan Mineral


1. Potensi Galian C ( pasir dan tanah liat ) dengan perkiraan potensi
bahan galian pasir Kabupaten Lampung Utara 6.907.625 M³ yang
salah satu terbesar berada di Kecamatan Abung Selatan ( 1.944.000
M³ ) dan Bunga Mayang ( 2.744.000 M³ ).
2. Potensi Batu Andesit Kabupaten Lampung Utara dengan perkiraan
potensi 2.791.067,50 M³ yang slah satu terbesar berada di
Kecamatan Kotabumi ( 1.212.500 M³ ) Abung Barat ( 648.000 M³ )
dan Tanjung Raja ( 416.000 M³ ).
3. Potensi Pengalian tanah liat untuk industry batu bata yang tersebar
di Kecamatan Abung Selatan, Sungkai Utara, Sungkai Selatan dan
Bunga Mayang.

II. 6
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

4. Potennsi Pengembangan pertambangan batu bara di Abung


Pekurun yang perlu di sertai dengan pengelolaan lingkungan yang
baik.
5. Usaha pemanfaatan dan pengolahan hasil – hasil tambang sebagai
bahan baku untuk industri.
6. Bahan Galian konstruksi didapati pula diareal darat perbukitan,
seperti penambangan batu andesit di desa Mulang Maya, Kotabumi,
pengalian tanah liat, untuk industry pembuatan batu bata juga
telah banyak diusahakan oleh masyarakat.
7. Penyelidikan ( eksplorasi ) potensi batu bara pada cekungan
sendimentasi endapan batu bara dikerjakan oleh PT. Karya Sakti
Duta Indah dengan wilayah eksplorasi berada di Desa Subik
Kecamatan Abung Tengah Lampung Utara hingga dusun Lingga
Pura Desa Negri Katon Kecamatan Padang Ratu Kabupaten
Lampung Tengah.

Dari beberapa contoh sampel yang diambil telah dianalisis


kandungan rata-rata batu bara mencapai lebih dari 6.600 kcal kg
batu bara yang merupakan batu bara dengan kualitas yang baik
dengan tingkat Sub Bituminous. Namun dari uji sampel diperoleh
juga bahwa kandungan slfur batu bara juga tinggi yaitu 1,18%
hingga 2,30%, hingga diperlukan tehnik lebih lanjut untuk
menurunkan kadar sulfur tersebut.

2.3 DEMOGRAFI DAN URBANISASI

Berdasarkan pola fertilitas, mortalitas dan migrasi proyeksi penduduk


Lampung Utara pada tahun 2015 sebesar 606.902 jiwa. Kecamatan
Kotabumi Selatan memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 69.007 jiwa
dan paling sedikit Kecamatan Abung Kunang 9.485 jiwa. Dengan luas
wilayah 2 .725,63 Km ² kepadatan penduduk Lampung Utara mencapai
222 jiwa per Km.

2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan


Persebaran penduduk Lampung Utara tidak merata, wilayah yang
memiliki kepadatan penduduk paling tinggi yaitu Kecamatan
Kotabumi dengan kepadatan 880 jiwa per Km² dan terendah di
Kecamatan Abung Pekurun 61 jiwa per Km² (Tabel 2.1)

II. 7
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.1
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Per Km² di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2015

Kepadatan
No Kecamatan Luas (Km2) Penduduk
/ Km2
1 Bukit Kemuning 114,98 41.376 359.85
2 Abung Tinggi 133,06 16.321 122.66
3 Tanjung Raya 331.70 30.863 93.04
4 Abung Barat 60,08 18.566 309.02
5 Abung Tengah 5,91 16.633 180.93
6 Abung Kunang 40,20 9.485 235.95
7 Abung Pekurun 183,47 11.222 61.17
8 Kotabumi 59,11 52.032 880.26
9 Kotabumi Utara 175,19 31.619 180.48
10 Kotabumi Selatan 104,22 69.007 662.13
11 Abung Selatan 141,36 49.201 348.05
12 Abung Semuli 96,88 24.685 254.80
13 Blambangan Pagar 191,39 17.151 89.61
14 Abung Timur 104,47 34.053 325.96
15 Abung Surakarta 110,51 27.955 252.96
16 Sungkai Selatan 89,65 21.609 241.04
17 Bunga Mayang 125,76 32.755 260.46
18 Muara Sungkai 118,69 14.103 118.82
19 Sungkai Barat 68,96 12.613 182.90
20 Sungkat Jaya 52,20 9.938 190.38
21 Sungkai Utara 127,59 34.424 269.80
22 Hulu Sungkai 92,63 14.242 153.75
23 Sungkai Tengah 111,60 16.239 145.51
JUMLAH 2.725,63 609.902 222
Sumber : Lampung Utara Dalam Angka 2016

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, Laki-laki sebanyak


308.083 jiwa dan perempuan sebanyak 298.009 jiwa dengan rasio
jenis kelamin 103,38 yang berarti dari 100 penduduk perempuan
terdapat 103 penduduk laki-laki (Tabel 2.2).

Komposisi Penduduk Lampung Utara didominasi oleh kelompok


penduduk usia muda. Penduduk yang besar dapat menjadi potensi
tetapi dapat juga menjadi masalah jika tidak memiliki kualitas sumber
daya manusia yang baik. Dependency Ratio Lampung Utara pada
tahun 2015 sebesar 51,90 persen, yang artinya setiap 100 orang
penduduk berusia kerja (produktif) mempunyai tanggungan 52 orang
penduduk belum produktif dan sudah tidak produktif (Tabel 2.3).

II. 8
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Utara Menurut Jenis Kelamin
Per Kecamatan Tahun 2015

Jenis Kelamin
No Kecamatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Bukit Kemuning 21.054 20.322 41.376
2 Abung Tinggi 8.367 7.954 16.321
3 Tanjung Raja 15.775 15.088 30.863
4 Abung Barat 9.431 9.135 18.566
5 Abung Tengah 8.525 8.108 16.633
6 Abung Kunang 4.764 4.721 9.485
7 Abung Pekurun 5.834 5.388 11.222
8 Kotabumi 26.270 25.762 52.032
9 Kotabumi Utara 16.121 15.498 31.619
10 Kotabumi Selatan 34.415 34.592 69.007
11 Abung Selatan 24.927 24.274 49.201
12 Abung Semuli 12.574 12.111 24.685
13 Blambangan Pagar 8.786 8.365 17.151
14 Abung Timur 17.272 16.781 34.053
15 Abung Surakarta 14.048 13.907 27.955
16 Sungkai Selatan 11.037 10.572 21.609
17 Bunga Mayang 16.846 15.909 32.755
18 Muara Sungkai 7.278 6.825 14.103
19 Sungkai Barat 6.455 6.158 12.613
20 Sungkat Jaya 5.063 4.875 9.938
21 Sungkai Utara 17.643 16.781 34.424
22 Hulu Sungkai 7.211 7.031 14.242
23 Sungkai Tengah 8.387 7.852 16.239
JUMLAH 308.083 298.009 606.902
Sumber : Lampung Utara Dalam Angka 2016

II. 9
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.3
Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2015

Kelompok
Umur Laki - Laki Persen Perempuan Persen Jumlah
( Tahun )

0–4 32.025 10.39 30.503 10.24 62.528


5–9 30.354 9.85 28.642 9.61 58.996
10 - 14 29.317 9.52 27.676 9.29 56.993
15 - 19 27.956 9.07 26.542 8.91 54.498
20 - 24 26.688 8.66 24.782 8.32 51.470
25 - 29 24.405 7.92 22.879 7.68 47.284
30 - 34 22.981 7.46 22.440 7.53 45.421
35 - 39 22.369 7.26 22.674 7.61 45.043
40 - 45 20.953 6.80 21.273 7.14 42.226
46 - 49 19.042 6.18 19.162 6.43 38.204
50 - 54 16.472 5.35 16.066 5.39 32.538
55 - 59 12.623 4.10 12.128 4.07 24.751
60 - 64 9.137 2.97 8.443 2.83 17.580
65 + 13.761 4.47 14.799 4.97 28.560
JUMLAH 308.083 100.00 298.009 100.00 606.902
Sumber : Lampung Utara Dalam Angka 2016

Jika dilihat perkembangan penduduk menurut kelompok umur dari


tahun 2010-2015, pertumbuhan penduduk di kelompok usia
produktif (15-59) lebih besar jika dibandingkan pertumbuhan
penduduk usia non produktif (0-14 dan 60+) hal ini menggambarkan
Lampung Utara memasuki masa bonus demografi dimana proporsi
penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan proporsi
penduduk tidak produktif.

2.3.2 Jumlah penduduk miskin dan persebaran penduduk

Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang


pendapatannya (didekati dengan pengeluaran) lebih kecil dari
pendapatan yang dibutuhkan untuk hidup layak di wilayah tempat
tinggalnya. Kebutuhan untuk hidup layak tersebut diterjemahkan
sebagai suatu jumlah rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan
konsumsi makanan setara 2100 kilo kalori sehari, perumahan,
pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lain-lain.

Berkurangnya jumlah penduduk miskin mencerminkan bahwa secara


keseluruhan pendapatan penduduk meningkat, sebaliknya
meningkatnya jumlah penduduk miskin mengindikasikan
menurunnya pendapatan penduduk. Dengan demikian jumlah

II. 10
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

penduduk miskin merupakan indikator yang cukup baik untuk


mengukur tingkat kesejahteraan rakyat.

Jumlah penduduk miskin di wilayah Kabupaten Lampung Utara,


adalah berdasarkan data rumah tangga sasaran penerima manfaat
dan kuantum penyaluran beras Program Penyaluran Beras Rumah
Tangga Miskin (Raskin) Tahun 2013. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2.4 dibawah ini.

Dari Tabel 2.4 terlihat bahwa jumlah penduduk miskin per kecamatan
tertinggi terdapat di Kecamatan Sungkai Utara dengan jumlah rumah
tangga miskin 4.404 KK atau sekitar 7,84 dan jumlah penduduk
miskin terendah terdapat di kecamatan Abung Kunang dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 877 KK atau sekitar 1,62 %.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Lampung Utara, pada periode


Tahun 2008-2011, jumlah penduduk miskin menurun, sempat
meningkat di Tahun 2010 namun kembali menurun pada Tahun
2011. Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah
penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah
tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus
mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan
juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan
keparahan dari kemiskinan.

II. 11
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.4 : Jumlah penduduk miskin per kecamatan

Jumlah
Nama Kecamatan keluarga
miskin (KK)
1. Bukit Kemuning 3.579
2. Kotabumi 5.397
3. Sungkai Selatan 3.141
4. Tanjung Raja 4.573
5. Abung Timur 4.706
6. Abung Barat 2.467
7. Abung Selatan 5.048
8. Sungkai Utara 5.247
9. Kotabumi Utara 2.990
10. Kotabumi Selatan 4.015
11. Abung Tengah 2.044
12. Abung Tinggi 2.167
13. Abung Semuli 2.675
14. Abung Surakarta 3.727
15. Muara Sungkai 2.728
16. Bunga Mayang 4.842
17. Hulu Sungkai 2.263
18. Sungkai Tengah 2.920
19. Abung Pekurun 1.639
20. Sungkai Jaya 1.683
21. Sungkai Barat 2.085
22. Abung Kunang 1.202
23. Blambangan Pagar 2.324
JUMLAH 73.462
Sumber : TNP2K Lampung, tahun 2016
Rumah sebagai tempat berlindung merupakan kebutuhan pokok
manusia selain sandang dan pangan yang harus dipenuhi untuk
dapat bertahan hidup. Rumah dijadikan tempat tinggal dan tempat
berlindung dari cuaca panas dan hujan yang dapat berubah setiap
saat. Selain itu, rumah sebagai tempat tinggal juga dapat
menunjukkan status sosial di masyarakat. Semakin tinggi status
sosial dan kemampuan finansial seseorang, maka rumah atau tempat
tinggalnya cenderung akan lebih baik secara kualitas, sehingga secara
umum, kualitas rumah tempat tinggal akan menentukan tingkat
kesejahteraan suatu rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 2.5.

II. 12
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.5: Jumlah Rumah per kecamatan


Jumlah Rumah
Nama Kecamatan
(Unit)
1. Bukit Kemuning 8.921
2. Kotabumi 15.480
3. Sungkai Selatan 7.930
4. Tanjung Raja 11.175
5. Abung Timur 15.148
6. Abung Barat 5.069
7. Abung Selatan 15.539
8. Sungkai Utara 10.714
9. Kotabumi Utara 8.823
10. Kotabumi Selatan 21.580
11. Abung Tengah 5.919
12. Abung Tinggi 5.519
13. Abung Semuli 9.164
14. Abung Surakarta 10.525
15. Muara Sungkai 5.634
16. Bunga Mayang 10.857
17. Hulu Sungkai 3.671
18. Sungkai Tengah 4.736
19. Abung Pekurun 3.661
20. Sungkai Jaya 3.179
21. Sungkai Barat 5.069
22. Abung Kunang 3.420
23. Blambangan Pagar 6.496
Jumlah 198.229
Sumber : BPS Kab. Lampung Utara 2016 ( Data diolah )

Kondisi eksisting rumah yang terdapat di Kabupaten Lampung Utara


dapat dilihat dari secara keseluruhan terdapat 141.592 unit rumah.
Dari total jumlah rumah tersebut 34 persennya atau sekitar 49.057
unit rumah tergolong dalam rumah permanen sementara 33
persennya atau sekitar 47.440 unit rumah masih tergolong kedalam
rumah semi permanen dan 31 persennya atau sikitar 45.095 rumah
masih sederhana. Jumlah rumah tertinggi terdapat di kecamatan
kotabumi selatan sebanyak 15.414 unit rumah sedangkan jumlah
rumah terendah terdapat di kecamatan Sungkai Jaya sebanyak
2.271 unit rumah.

2.3.3 Proyeksi pertumbuhan penduduk lima tahun ke depan


Salah satu ciri pokok penduduk di negara berkembang seperti
Indonesia, selain jumlahnya besar, secara geografis penyebarannya
tidak merata. Kabupaten Lampung Utara dengan luas wilayah
sekitar 7,72 % dari total wilayah Provinsi Lampung memiliki ciri yang
sama. Persebaran penduduk yang tidak merata tidak terlepas dari
adanya pengaruh geografis yaitu aspek kultur, historis, dan ekologi,
serta dukungan kualitas dan kuantitas infrastruktur. Persebaran
penduduk berorientasi pada potensi pertanian dan bergeser ke
agroindustri. Sehingga terjadi pola pergeseran yang kurang ideal

II. 13
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

dengan kepadatan tertinggi pada daerah sentral daerah industri dan


akses yang lebih baik.

Dengan luas wilayah Kabupaten Lampung Utara yang sekitar


272.563 hektar atau 2.725,63 km², dan didiami oleh 609.902 jiwa
maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Lampung
Utara adalah sebanyak 222 jiwa per kilometer persegi. Untuk
kecamatan dengan populasi penduduk terpadat adalah Kecamatan
Kotabumi Selatan, yaitu sebanyak 880 jiwa per kilometer persegi,
sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Abung Pekurun yaitu
sebanyak 61 jiwa per kilometer persegi.

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik ( BPS ) Kabupaten


Lampung Utara, jumlah penduduk Kabupaten Lampu ng Utara
Tahun 2015 adalah 606.902 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi di
kecamatan Kotabumi Selatan sebesar 69.007 dan jumlah penduduk
terendah di kecamatan Abung Kunang sebesar 9.485 jiwa.
Berdasarkan hasil perhitungan, pertumbuhan penduduk rata-rata
dikabupaten Lampung Utara adalah sebesar 0,66%. Berikut, rumus
perhitungan pertumbuhan penduduk Kabupaten Lampung Utara.
Rumus;

Pn = Po(1+r)ⁿ

r = {(Pn /Po)^(1/n)-1} x 100

Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk tahun ke t
Po = Jumlah penduduk awal
r = Rata-rata pertumbuhan penduduk
n = Selisih tahun terakhir dengan tahun dasar

II. 14
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2. 6 : Jumlah dan kepadatan penduduk 3-5 tahun terakhir


Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Pddk
Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Bukit Kemuning 38.708 39.128 39.509 39.676 39.996 9.677 9.782 9.877 9.919 9.999 - 1,09 0,97 0,42 0,81 337 340 344 345 347
Kotabumi 51.863 52.426 52.937 53.160 53.590 11.752 11.821 11.939 11.999 12.059 - 1,09 0,97 0,42 0,81 877 887 896 899 903
Sungkai Selatan 21.164 21.394 21.602 21.693 21.869 5.090 5.123 5.170 5.195 5.223 - 1,09 0,97 0,42 0,81 236 239 241 242 243
Tanjung Raja 29.880 30.204 331.70 30.628 30.876 7.768 7.812 7.890 7.929 7.971 - 1,08 9,82 7,66 0,81 90 91 91 92 93
Abung Timur 33.741 43.107 34.440 34.585 34.865 8.650 8.706 8.781 8.824 8.876 - 1,08 0,98 0,42 0,81 323 326 330 331 332
Abung Barat 18.574 18.776 18.959 19.039 19.192 4.483 4.512 4.551 4.569 4.600 - 1,09 0,97 0,42 0,80 309 313 316 317 318
Abung Selatan 46.727 47.234 47.695 47.895 48.282 11.579 11.659 11.765 11.821 11.882 - 1,09 0,98 0,42 0,81 331 334 337 339 340
Sungkai Utara 32.413 32.765 33.084 33.224 33.492 8.022 8.079 8.152 8.194 8.232 - 1,09 0,97 0,42 0,81 254 257 259 260 261
Kotabumi Utara 30.139 30.466 30.763 30.892 31.143 7.763 7.811 7.889 7.928 7.966 - 1,08 0,97 0,42 0,81 172 174 176 176 177
Kotabumi Selatan 64.027 64.722 65.353 65.627 66.160 14.063 14.159 14.281 14.337 14.430 - 1,09 0,97 0,42 0,81 614 621 627 630 632
Abung Tengah 15.438 15.606 15.758 15.824 15.952 4.228 4.259 4.290 4.308 4.338 - 1,09 0,97 0,42 0,81 168 170 171 172 173
Abung Tinggi 16.026 16.200 16.358 16.427 16.561 3.815 3.829 3.876 3.895 3.915 - 1,09 0,98 0,42 0,82 120 122 123 123 124
Abung Semuli 23.542 23.798 24.029 24.130 24.325 6.158 6.191 6.251 6.284 6.319 - 1,09 0,97 0,42 0,81 243 246 248 249 250
Abung Surakarta 27.073 27.367 27.634 27.750 27.976 7.109 7.151 7.214 7.249 7.295 - 1,09 0,98 0,42 0,81 245 248 250 251 252
Muara Sungkai 14.212 14.366 14.506 14.568 14.685 3.718 3.747 3.779 3.798 3.815 - 1,08 0,97 0,43 0,80 120 121 122 123 123
Bunga Mayang 31.991 32.338 23.653 32.792 33.047 8.454 8.513 8.589 8.631 8.675 - 1,08 26,86 38,64 0,78 254 257 260 261 262
Hulu Sungkai 13.756 13.905 14.041 14.568 14.214 3.286 3.311 3.343 3.359 3.372 - 1,08 0,98 3,75 2,43 149 150 152 157 158
Sungkai Tengah 15.503 15.671 15.824 15.892 16.020 3.855 3.886 3.911 3.931 3.956 - 1,08 0,98 0,43 0,81 139 140 142 142 143
Abung Pekurun 11.162 11,283 11.393 11.441 11.534 2.736 2.758 2.779 2.793 2.807 - 1,08 0,97 0,42 0,81 61 61 62 62 63
Sungkai Jaya 9.804 9.911 10.007 10.049 10.130 2.271 2.289 2.311 2.323 2.330 - 1,09 0,97 0,42 0,81 188 190 192 193 193
Sungkai Barat 11.894 12.023 12.140 12.192 12.290 2.726 2.748 2.769 2.783 2.797 - 1,08 0,97 0,43 0,80 172 174 176 177 178
Abung Kunang 9.345 9.447 9.538 9.579 9.657 2.313 2.331 2.347 2.359 2.373 - 1,09 0,96 0,43 0,81 232 235 237 238 239
Blambangan Pagar 17.483 17.483 17.653 17.729 17.871 4.356 4.380 4.421 4.443 4.470 - 0,00 0,97 0,43 0,80 91 91 92 93 93
Jumlah 584.465 590.620 596.375 598.892 603.727 143.872 144.857 146.175 146.871 147.700 - 1,05 0,97 0,42 0,81 214 217 219 220 221

Sumber : Badan Pusat Statistik, tahun 2014; diolah

II. 15
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Jika dibandingkan Tahun 2010 yang lalu, maka jumlah penduduk di


Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2015 mengalami peningkatan
sebesar 609.902 jiwa. Artinya pertumbuhan penduduk rata-rata
adalah sebesar 0,66% pertahun.

Dengan jumlah penduduk sebesar itu tentu menjadi potensi yang besar
bagi Kabupaten Lampung Utara. Namun jumlah penduduk yang besar
tersebut dapat juga menjadi beban dalam proses pembangunan jika
penduduk berkualitas rendah. Oleh karena itu untuk menunjang
keberhasilan pembangunan, perlu dititikberatkan pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Proyeksi jumlah penduduk hingga
Tahun 2019 dapat digambarkan dalam Tabel 2.3a berikut ini.

II. 16
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.7 : Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk (orang)
Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total
Nama Kecamatan
Tahun Tahun Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Bukit Kemuning 32.103 32.364 32.628 32.89 33.161 8.116 8.068 7.990 7.897 7.775 40.219 40.432 40.618 40.790 40.936
Kotabumi 49.250 49.651 50.055 50.462 50.873 4.639 4.524 4.368 4.192 3.977 53.889 54.175 54.423 54.654 54.850
Sungkai Selatan 11547 11.641 11.736 11.831 11.928 10.444 10.467 10.473 10.472 10.455 21.991 22.108 22.209 22.303 22.383
Tanjung Raja 31.048 31.213 31.356 31.489 31.602 31.048 31.213 31.356 31.489 31.602
Abung Timur 35.060 35.246 35.408 35.558 35.685 35.060 35.246 35.408 35.558 35.685
Abung Barat 11.468 11.561 11.655 11.750 11.846 7.831 7.840 7.835 7.823 7.797 19.299 19.401 19.490 19.573 19.643
Abung Selatan 24.506 24.705 24.907 25.109 25.314 24.046 24.104 24.126 24.133 24.104 48.552 48.809 49.033 49.242 49.418
Sungkai Utara 13.492 13.602 13.713 13.824 13.937 20.187 20.255 20.300 20.333 20.342 33.679 33.857 34.013 34.157 34.279
Kotabumi Utara 15.737 15.865 15.994 16.124 16.256 15.580 15.618 15.633 15.638 15.619 31.317 31.483 31.627 31.762 31.875
Kotabumi Selatan 58.734 59.212 59.694 60.180 60.670 7.796 7.671 7.495 7.295 7.046 66.530 66.883 67.189 67.475 67.716
Abung Tengah 16.041 16.126 16.200 16.269 16.327 16.041 16.126 16.200 16.269 16.327
Abung Tinggi 16.654 16.742 16.819 16.891 16.951 16.654 16.742 16.819 16.891 16.951
Abung Semuli 10.307 10.391 10.475 10.561 10.647 14.154 14.200 14.228 14.247 14.250 24.461 24.591 24.703 24.808 24.897
Abung Surakarta 28.132 28.281 28.411 28.532 28.634 28.132 28.281 28.411 28.532 28.634
Muara Sungkai 14.767 14.845 14.913 14.977 15.030 14.767 14.845 14.913 14.977 15.030
Bunga Mayang 32.226 32.397 32.545 32.684 32.801 32.226 32.397 32.545 32.684 32.801
Hulu Sungkai 14.293 14.369 14.435 14.496 14.548 14.293 14.369 14.435 14.496 14.548
Sungkai Tengah 16.109 16.194 16.269 16.338 16.396 16.109 16.194 16.269 16.338 16.396
Abung Pekurun 9.711 9.762 9.807 9.849 9.884 9.711 9.762 9.807 9.849 9.884
Sungkai Jaya 4.206 4.240 4.275 4.310 4.345 5.981 6.001 6.013 6.022 6.024 10.187 10.241 10.288 10.332 10.369
Sungkai Barat 12.358 12.423 12.481 12.534 12.578 12.358 12.423 12.481 12.534 12.578
Abung Kunang 9.711 9.762 9.807 9.849 9.884 9.711 9.762 9.807 9.849 9.884
Blambangan Pagar 17.971 18.066 18.149 18.226 18.291 17.971 18.066 18.149 18.226 18.291
JUMLAH 231.350 233.233 235.131 237.045 238.975 372.855 374.173 375.062 375.743 376.002 604.205 607.406 610.193 612.788 614.977
Sumber : Badan Pusat Statistik, tahun 2014; diolah

II. 17
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.8 : Jumlah kepala keluarga saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah KK
Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total
Nama Kecamatan
Tahun Tahun Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Bukit Kemuning 7.230 7.289 7.349 7.408 7.469 2.125 2.152 2.123 2.110 2.092 9.355 9.441 9.471 9.519 9.561
Kotabumi 11.092 11.183 11.274 11.365 11.458 1.032 1.007 998 991 963 12.124 12.190 12.271 12.356 12.421
Sungkai Selatan 2.601 2.622 2.643 2.665 2.686 2.667 2.669 2.685 2.702 2.699 5.267 5.291 5.328 5.367 5.385
Tanjung Raja - - - - - 8.012 8.086 8.104 8.146 8.185 8.012 8.086 8.104 8.146 8.185
Abung Timur - - - - - 8.927 8.981 9.025 9.066 9.112 8.927 8.981 9.025 9.066 9.112
Abung Barat 2.583 2.604 2.625 2.646 2.668 2.057 2.068 2.082 2.074 2.073 4.640 4.672 4.707 4.721 4.741
Abung Selatan 5.519 5.564 5.610 5.655 5.701 6.412 6.451 6.499 6.532 6.548 11.931 12.015 12.109 12.187 12.249
Sungkai Utara 3.039 3.063 3.088 3.114 3.139 5.222 5.249 5.265 5.284 5.292 8.260 8.312 8.353 8.397 8.431
Kotabumi Utara 3.544 3.573 3.602 3.632 3.661 4.467 4.502 4.503 4.510 4.522 8.011 8.075 8.105 8.142 8.183
Kotabumi Selatan 13.228 13.336 13.445 13.554 13.664 1.287 1.271 1.233 1.195 1.152 14.516 14.607 14.677 14.749 14.816
Abung Tengah - - - - - 4.361 4.387 4.417 4.432 4.457 4.361 4.387 4.417 4.432 4.457
Abung Tinggi - - - - - 3.930 3.944 3.976 4.001 4.021 3.930 3.944 3.976 4.001 4.021
Abung Semuli 2.321 2.340 2.359 2.379 2.398 4.040 4.044 4.064 4.086 4.092 6.362 6.384 6.424 6.465 6.490
Abung Surakarta - - - - - 7.357 7.416 7.459 7.498 7.528 7.357 7.416 7.459 7.498 7.528
Muara Sungkai - - - - - 3.843 3.859 3.882 3.905 3.929 3.843 3.859 3.882 3.905 3.929
Bunga Mayang - - - - - 8.706 8.765 8.815 8.867 8.913 8.706 8.765 8.815 8.867 8.913
Hulu Sungkai - - - - - 3.388 3.405 3.425 3.447 3.465 3.388 3.405 3.425 3.447 3.465
Sungkai Tengah - - - - - 3.979 4.003 4.031 4.060 4.071 3.979 4.003 4.031 4.060 4.071
Abung Pekurun - - - - - 2.816 2.831 2.841 2.852 2.861 2.816 2.831 2.841 2.852 2.861
Sungkai Jaya 947 955 963 971 979 1.395 1.399 1.403 1.408 1.402 2.342 2.354 2.366 2.379 2.381
Sungkai Barat - - - - - 2.812 2.833 2.846 2.864 2.879 2.812 2.833 2.846 2.864 2.879
Abung Kunang - - - - - 2.391 2.408 2.425 2.448 2.451 2.391 2.408 2.425 2.448 2.451
Blambangan
- - - - - 4.498 4.516 4.539 4.555 4.576 4.498 4.516 4.539 4.555 4.576
Pagar
JUMLAH 52.106 52.530 52.958 53.389 53.823 93.214 93.543 93.765 93.936 94.001 151.051 151.852 152.548 153.197 153.744

II. 18
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Dari tabel diatas untuk jumlah KK di Kabupaten Lampung Utara


pada Tahun 2019 diproyeksikan sebesar 153.774 KK dengan jumlah
KK terbanyak di Kecamatan Kotabumi Selatan dengan jumlah
14.816 KK, hal ini mengindikasikan bahwa pada Tahun 2019,
kebutuhan permukiman terbesar berada di Kecamatan Kotabumi
Selatan.

Tabel 2. 9 : Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan


proyeksinya untuk 5 tahun
Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (orang/Ha)
Nama Kecamatan Tahun Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Bukit Kemuning 0,56 0,53 0,46 0,42 0,36 350 352 353 355 356
Kotabumi 0,56 0,53 0,46 0,42 0,36 912 917 921 925 928
Sungkai Selatan 0,56 0,53 0,46 0,42 0,36 245 247 248 249 250
Tanjung Raja 0,56 0,53 0,46 0,42 0,36 94 94 95 95 95
Abung Timur 0,56 0,53 0,46 0,42 0,36 336 337 339 340 342
Abung Barat 0,56 0,53 0,46 0,43 0,36 321 323 324 326 327
Abung Selatan 0,56 0,53 0,46 0,43 0,36 343 345 347 348 350
Sungkai Utara 0,56 0,53 0,46 0,42 0,36 264 265 267 268 269
Kotabumi Utara 0,56 0,53 0,46 0,43 0,36 179 180 181 181 182
Kotabumi Selatan 0,56 0,53 0,46 0,43 0,36 638 642 645 647 650
Abung Tengah 0,56 0,53 0,46 0,43 0,36 174 175 176 177 178
Abung Tinggi 0,56 0,53 0,46 0,43 0,36 125 126 126 127 127
Abung Semuli 0,56 0,53 0,46 0,43 0,36 252 254 255 256 257
Abung Surakarta 0,56 0,53 0,46 0,43 0,36 255 256 257 258 259
Muara Sungkai 0,56 0,53 0,46 0,43 0,35 124 125 126 126 127
Bunga Mayang -2,48 0,53 0,46 0,43 0,36 256 258 259 260 261
Hulu Sungkai 0,56 0,53 0,46 0,42 0,36 154 155 156 156 157
Sungkai Tengah 0,56 0,53 0,46 0,42 0,36 144 145 146 146 147
Abung Pekurun -15,81 0,53 0,46 0,43 0,36 53 53 53 54 54
Sungkai Jaya 0,56 0,53 0,46 0,43 0,36 195 196 197 198 199
Sungkai Barat 0,55 0,53 0,47 0,42 0,35 179 180 181 182 182
Abung Kunang 0,56 0,53 0,46 0,43 0,36 242 243 244 245 246
Blambangan Pagar 0,56 0,53 0,46 0,42 0,36 94 94 95 95 96
Sumber : Badan Pusat Statistik, tahun 2014; diolah

Pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun akan


berimplikasi langsung pada meningkatnya tingkat kepadatan suatu
wilayah. Kepadatan penduduk mengindikasikan adanya
pertumbuhan jumlah penduduk yang dapat dipandang sebagai
modal dalam proses pembangunan. Pada table tersebut di atas,
diproyeksikan tingkat pertumbuhan pada tahun 2015 adalah 0,56%
Tahun 2010. Pada Tahun 2019 diproyeksikan tingkat pertumbuhan
adalah sebesar 0,36%.

Proyeksi kepadatan penduduk Kabupaten Lampung Utara pada


tahun 2019 tertinggi berada di Kecamatan Kotabumi sebesar 928
jiwa/Km², kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan
Abung Pekurun sebesar 54 jiwa/Km². Namun proyeksi ini dapat
II. 19
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

berubah jika terjadi pergeseran pola persebaran penduduk, dimana


jika sebelumnya persebaran penduduk berorientasi pada potensi
pertanian bergeser menjadi potensi agro industri. Sehingga
dikhawatirkan terjadi pola pergeseran yang kurang ideal, yaitu
dengan kepadatan tertinggi pada kecamatan yang menjadi kawasan
sentra industri dan akses infrastruktur yang lebih baik. Jika ini
terjadi maka dikhawatirkan muncul kawasan padat penduduk pada
suatu kecamatan yang dapat berpotensi menjadi kawasan kumuh.
Dengan tingkat rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 0,47%
diproyeksikan pada tahun 2019 jumlah penduduk di Kabupaten
Lampung Utara mencapai 614.977 jiwa sehingga perlu disiapkan
langkah antisipasi dan strategi dalam mengatasi berbagai potensi
permasalahan yang dapat timbul akibat jumlah penduduk yang
cukup besar. Namun penanganan masalah kependudukan tidak saja
berupaya untuk mengendalikan jumlah penduduk dan
distribusinya, tetapi juga perlu dititikberatkan pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan pemerataan pembangunan
wilayah sesuai dengan fungsi wilayah dalam rencana tata ruang
wilayah Kabupaten Lampung Utara. Dengan pemerataan
pembangunan sesuai dengan fungsinya, maka tidak terjadi
ketimpangan pembangunan yang dapat mengakibatkan
perpindahan penduduk dari beberapa kecamatan yang miskin ke
kecamatan lain yang kaya dan pembangunannya berkembang pesat.
Sebab persebaran penduduk yang tidak merata terlepas dari adanya
pengaruh geografis, yaitu aspek kultur, historis dan ekologis serta
kemampuan suatu daerah dalam mendukung kehidupan
masyarakatnya.

2.3.4 Jumlah penduduk perkotaan dan proyeksi urbanisasi

Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Utara yang tinggal di


perkotaan diperkirakan telah mencapai 8.65 persen. Jika saat ini
penduduk Kabupaten Lampung Utara 602.727 juta, artinya paling
sedikit ada 52.106 juta orang yang menyesaki perkotaan.

Urbanisasi merupakan persoalan Indonesia yang terjadi sejak Orde


Baru dan hingga kini belum menemukan solusinya. Sedangkan
perubahan desa menjadi kota disebabkan banyak hal, mulai dari
meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk, aktivitas ekonomi
yang tak lagi bertumpu pada sektor pertanian, hingga membaiknya
infrastruktur.

"Makin banyak penduduk perkotaan berarti makin banyak penduduk


yang berpeluang menikmati infrastruktur yang baik," katanya.
Kesejahteraan masyarakat pun meningkat karena mereka yang di
kota memiliki peluang ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang lebih
baik dibanding yang tinggal di desa. Namun, banyak pemerintah kota

II. 20
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

yang tak siap dengan perkembangan kotanya. Kurangnya kesiapan


sumber daya manusia dan ketersediaan infrastruktur yang memadai
membuat banyaknya jumlah penduduk kota justru menjadi tekanan
pembangunan.

Bertambahnya penduduk kota sebenarnya bisa memberi dampak


positif bagi kota maupun bagi daerah tempat asal mereka. Namun,
banyak pemerintah kota tidak mengantisipasi hal itu dengan
infrastruktur yang memadai sehingga dampak positif dari makin
besarnya jumlah penduduk justru menjadi bencana.

2.4 ISU STRATEGIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN


BERDASARKAN RPJMD DAN RTRW KABUPATEN/KOTA

Isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan, dalam perencanaan pembangunan daerah, dengan
karakteristik bersifat penting, mendasar, luas, mendesak, dan
menentukan, karena memiliki dampak yang sangat signifikan bagi
daerah, untuk mewujudkan tujuan penyelenggaraan pemerintahan
daerah, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, dan daya saing daerah, maka Isu-isu strategis pembangunan
Kabupaten Lampung Utara, dirumuskan berdasarkan permasalahan-
permasalahan pembangunan daerah, tantangan dan potensi
pembangunan daerah kedepan, yang meliputi aspek fisik-lingkungan,
sosial-budaya, ekonomi-keuangan dan legal kelembagaan.
Isu-isu strategis inilah yang merupakan landasan, dalam merumuskan
prioritas pembangunan selama kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang.
Isu strategis diidentifikasi dari berbagai sumber, diantaranya adalah :
1. Isu strategis dari dinamika internasional, nasional dan regional yang
mempengaruhi Kabupaten Lampung Utara.
2. Isu strategis dari Kebijakan Pembangunan Daerah Lainnya yang
mempengaruhi Kabupaten Lampung Utara
3. Isu strategis dari kebijakan pembangunan daerah yang terdiri dari :

 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)


Kabupaten Lampung Utara 2005-2025.
 Isu strategis yang diangkat dari analisis situasi dan kondisi
kependudukan, ekonomi, sosial budaya, sarana prasarana dan
pemerintahan umum saat ini, serta kemungkinan kondisinya di
masa datang.
 Sasaran-sasaran pembangunan yang belum dapat dipenuhi pada
masa RPJMD sebelumnya.

Adapun isu strategis yang patut diangkat dalam RPJMD ini, ditetapkan
berdasarkan kriteria-kriteria berikut ini :

II. 21
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

1. Kriteria-1: Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap


pencapaian sasaran pembangunan nasional;
2. Kriteria- 2: Merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah
Daerah;
3. Kriteria-3: Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap
daerah dan masyarakat;
4. Kriteria- 4: Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap
pembangunan daerah;
5. Kriteria- 5: Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola;
dan
6. Kriteria- 6: Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan.

Kriteria-kriteria tersebut kemudian digunakan, untuk melakukan kajian


terhadap isu-isu strategis, dalam berbagai aspek dan sektor
pembangunan di Kabupaten Lampung Utara. Penentuan isu strategis
menjadi bagian penting, bagi keseluruhan penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lampung
Utara 2014-2019, karena dari tahap ini akan diketahui berbagai
kelemahan dan kekuatan serta ancaman dan peluang, yang akan
dihadapi oleh Kepala Daerah, beserta jajaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah, selama 5 (lima) tahun ke depan. Perumusan isu strategis yang
tepat, akan menghindarkan pemerintah daerah dari melakukan apa
yang disebut sebagai error tipe 3, yaitu merumuskan kebijakan yang
salah didefinisikan (kesalahan perumusan kebijakan karena kekeliruan
dalam mengidentifikasi masalah). Input dari tahap ini akan menjadi
pertimbangan dalam penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran di bab
– bab selanjutnya.

Berdasarkan hasil analisis terhadap hal-hal yang telah dikemukakan


sebelumnya, serta dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan, maka dapat diidentifikasi 9 (sembilan) isu strategis
Kabupaten Lampung Utara, yang perlu diatasi dan diantisipasi, untuk
mewujudkan cita-cita pembangunan daerah. Adapun 9 (sembilan) isu
strategis Kabupaten Lampung Utara sebagai berikut:

1. Rendahnya Kualitas Pendidikan meliputi Iptek dan IMTAQ


2. Rendahnya Derajat kesehatan masyarakat
3. Rendahnya kapasitas pelayanan infrastruktur dasar dan strategis
daerah
4. Tingginya Ketimpangan Ekonomi dan Kesempatan Kerja
5. Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia
6. Rendahnya Profesionalitas dan Proporsionalitas pengelolaan
Sumber Daya Alam
7. Kurangnya kapasitas Tata kelola Pemerintahan
8. Kurangnya kondusifitas Keamanan, Ketertiban, dan Ketentraman
Masyarakat
9. Kurangnya Kepedulian Penggalian, Pelestarian dan
pengembangan budaya local

II. 22
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Dari tinjauan perkembangan dan permasalahan Kabupaten Lampung


Utara, Kabupaten Lampung Utara dihadapkan pada beberapa isu-isu
strategis yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW )
sebagai berikut :
1. Tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan sarana dan prasarana
dasar perkotaan dan perdesaan sehingga perlunya dukungan
prasarana dan sarana infrastruktur yang memadai dalam
mendukung pengembangan daerah sentra perekonomian,
khususnya sektor pertanian dan perkebunan yang merupakan
sektor andalan di Kabupaten Lampung Utara;
2. Perlunya Optimalisasi potensi sumber alam yang ada di Kabupaten
Lampung Utara dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan
kelestarian lingkungan;
3. Potensi bahan tambang berupa pasir dan batuan yang melimpah
menuntut pemerintah berupaya mengendalikan kegiatan eksploitasi
yang terjadi ;
4. Perlunya pengendalian terhadap kegiatan budi daya di Kawasan
Hutan Lindung sehingga tidak merubah dan merusak fungsi
lindungnya;
5. Menurunnya kapasitas dan kualitas tingkat pelayanan sarana dan
prasarana infrstruktur yang ada;
6. Tingginya tingkat pengangguran di Kabupaten Lampung Utara
akibat masih rendahnya tingkat penerimaan / lapangan pekerjaan
yang disediakan di Kabupaten Lampung Utara.
7. Berdasarkan Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor B/151/26-
LU/HK/2011 tentang Desa/Kelurahan Tertinggal Kabupaten
Lampung Utara masih terdapat 136 desa/kelurahan tertinggal yang
akan menimbulkan kesenjangan perkembangan wilayah, baik dari
segi sosial maupun ekonominya. Oleh karena itu dipelukan
penyedian sarana dan prasaran infrastruktur yang memadai guna
mendorong perkembangan wilayah desa/kelurahan yang tertinggal.

2.4.1 Data perkembangan PDRB dan potensi ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan besaran


dari nilai tambah bruto yang dihasilkan dari seluruh unit
kegiatan usaha yang berada pada suatu wilayah pada kurun
waktu tertentu. Pada tahun 2015 PDRB Kabupaten Lampung
Utara mencapai 16.910.749 juta rupiah dengan PDRB perkapita
sebesar 27.90 juta rupiah (tabel 2.10).

II. 23
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Gambar 2.10. PDRB Kabupaten Lampung Utara Menurut


Lapangan Usaha Tahun 2015 (Juta Rp)

A Pertanian, Kehutanan & Perikanan J Informasi & Komunikasi


B Pertambangan & Penggalian K Jasa Keuangan & Asuransi
C Industri Pengolahan L Real Estat
D Pengadaan Listrik & Gas M,N Jasa Perusahaan
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, O Administrasi Pemerintahan
Limbah dan Daur Ulang
F Bangunan P Jasa Pendidikan
G Perdagangan Besar & Eceran Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial
H Transportasi & Pergudangan R,S,T,U Jasa Lainnya
I Penyediaan Akomodasi & Makan
Minum

Gambar 9.11. Distribusi PDRB Kabupaten Lampung Utara Menurut


Kategori Tahun 2015

II. 24
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Kegiatan Perekonomian Lampung Utara masih didominasi oleh tiga


kategori yaitu kategori A. pertanian, G. perdagangan Besar dan
Eceran ;Mobil dan Sepeda Motor dan C. industri pengolahan,. Hal ini
dapat dilihat dari kontribusi masing masing kategori terhadap total
PDRB .

Pertumbuhan ekonomi 2015 mencapai 5,43 persen lebih rendah


dibandingkan tahun 2014 sebesar 5,79 persen. Laju pertumbuhan
tertinggi terjadi pada kategori Jasa Perusahaan dan kategori
Informasi dan Komunikasi, masing-masing sebesar 13,48 persen dan
11,17 persen (table 2.12).

Tabel 2.12 : PDRB Lampung Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha ( Juta Rp ), 2014-2015

Lapangan Usaha 2014*) 2015**)

A Pertanian, Kehutanan dan 6.498.026,06 7.114.972,21


Perkebunan
B Pertambangan dan Pengalian 510.614,69 595.976,10
C Industri Pengolahan 1.778.356,46 1.931.738,60
D Pengadaan Listrik dan Gas 6.476,50 8.074,36
E Pengadaan Air, Pengelolaan 9.942,73 10.869,51
Sampah Limbah dan Daur
Ulang
F Konstrukdi / Construction 1.141.052,43 1.198.632,51
G Perdagangan Besra dan Eceran; 1.834.735,34 1.962.275,44
Reparasu Mobil dan Sepeda
H Transportasi dan Pergudangan 731.874,68 902.643,42
I Penyediaan Akomodasi dan 184.059,41 213.768,01
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 551.322.15 629.528.71
K Jasa Keuangan dan Asuransi 330.931,28 331.833,32
L Real Estat 388.182,72 415.277,73
M,N Jasa Perusahaan Administrasi 17.649,59 17.649,59
Pemerintahan
O Pertanahan dan Jaminan 598.441,72 651.102,67
Sosial, Wajib /
P Jasa Pendidikan 568.216,36 630.945,00
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan 141.557,31 162.484,68
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 110.698,90 131.244,09

Produk Domestik Regional Bruto 15.402.138,35 16.910.749,94

Sumber : Lampung Utara Dalam Angka 2015 – 2016


Keterangan :
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

II. 25
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.13 : PDRB Lampung Utara Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha ( Juta Rp ), 2014-2015

Lapangan Usaha 2014*) 2015**)

A Pertanian, Kehutanan dan 5.317.789,56 5.552.870,67


Perkebunan
B Pertambangan dan 414.899,68 451.660,88
Pengalian
C Industri Pengolahan 1.475.191,70 1.601.125,69
D Pengadaan Listrik dan Gas 9.045,94 9.213,95
E Pengadaan Air, Pengelolaan 7.954,73 8.091,02
Sampah Limbah dan Daur
Ulang
F Konstruksi / Construction 944.488,13 963.231,11
G Perdagangan Besar dan 1.600.467,84 1.631.120,91
Eceran Mobil dan Sepeda
H Transportasi dan 630.014,82 714.917,44
Pergudangan
I Penyediaan Akomodasi dan 131.933,69 146.664,69
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 540.392,27 587.830,85
K Jasa Keuangan dan 256.812,03 260.550,01
Asuransi
L Real Estat 343.677,47 364.040,59
M,N Jasa Perusahaan 11.872,60 13.449,10
O Administrasi Pemerintahan, 430.970,23 452.597,24
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 436.182,47 470.607,47
Q Jasa Kesehatan dan 116.965,76 126.001,45
Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya 94.243,22 102.274,56

Produk Domestik Regional Bruto 12.764.478,63 13.457.238,84

Sumber : Lampung Utara Dalam Angka 2015 – 2016


Keterangan :
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

II. 26
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.14 : PDRB Lampung Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha, 2014-2015

Lapangan Usaha 2014*) 2015**)

A Pertanian, Kehutanan dan 42.19 42.07


Perkebunan
B Pertambangan dan Pengalian 3.32 3.52
C Industri Pengolahan 11.55 11.42
D Pengadaan Listrik dan Gas 0.04 0.05
E Pengadaan Air, Pengelolaan 0.06 0.06
Sampah Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi / Construction 7.41 7.09
G Mobil dan Sepeda 11.91 11.90
H Transportasi dan Pergudangan 4.75 5.34
I Penyediaan Akomodasi dan Makan 1.20 1.26
Minum
J Informsi dan Komunikasi 3.58 3.72
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2.15 1.96
L Real Estat 2.52 2.46
M,N Jasa Perusahaan 0.10 0.11
O Administrasi Pemerintahan, 3.89 3.85
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 3.69 3.73
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.92 0.96
R,S,T,U Jasa Lainnya 0.72 0.78

Produk Domestik Regional Bruto 100.00 100,00

Sumber : Lampung Utara Dalam Angka 2015 – 2016


Keterangan :
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

II. 27
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.15 : PDRB Lampung Utara Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha, 2014-2015

Lapangan Usaha 2014*) 2015**)

A Pertanian, Kehutanan dan 4.09 4.42


Perkebunan
B Pertambangan dan Pengalian 4.43 8.86
C Industri Pengolahan 7.46 8.54
D Pengadaan Listrik dan Gas 7.03 1.86
E Pengadaan Air, Pengelolaan 4.48 1.71
Sampah Limbah dan Daur Ulang
F Konstrukdi / Construction 4.40 1.98
G Mobil dan Sepeda 5.80 1.92
H Transportasi dan Pergudangan 8.96 13.48
I Penyediaan Akomodasi dan Makan 8.10 11.17
Minum
J Informsi dan Komunikasi 10.93 8.78
K Jasa Keuangan dan Asuransi 8.45 1.46
L Real Estat 9.44 5.93
M,N Jasa Perusahaan 13.92 13.28
O Administrasi Pemerintahan, 5.84 5.02
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 9.29 7.89
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.58 7.73
R,S,T,U Jasa Lainnya 5.33 8.52

Produk Domestik Regional Bruto 5.79 5.43

Sumber : Lampung Utara Dalam Angka 2015 – 2016


Keterangan :
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

2.4.2 Data pendapatan per kapita dan proporsi penduduk miskin

Pelaksanaan otonomi daerah mulai bulan Januari 2001 memberi


kewenangan serta keleluasan kepada Pemerintah Kabupaten
Lampung Utara dalam mengembangkan potensi ekonomi dan
sumber-sumber keuangan daerah yang dimilikinya. Potensi
utama kabupaten Lampung Utara adalah dari sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, perindustrian dan perikanan
mencerminkan kekuatan dan sebagai daya dukung peningkatan
produktifitas masyarakat.

PDRB merupakan nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh
seluruh unit kegiatan ekonomi yang berada di suatu wilayah
selama kurun waktu tertentu, nilai PDRB Kabupaten Lampung

II. 28
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Utara atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 mencapai


15.407.529 juta rupiah sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan sebesar Rp. 12.720.394.

Pertumbuhan ekonomi riil Kabupaten Lampung Utara pada


Tahun 2014 sebesar 5,93% lebih rendah dibandingkan dengan
tahun 2013 sebesar 5,95%, jika dilihat dari pertumbuhan
ekonomi tertinggi terjadi pada kategori Jasa Perusahaan dan
kategori Informasi dan Komunikasi, masing-masing sebesar
13,28 persen dan 10,93 persen.

Struktur perekonomian Lampung Utara masih di dominasi oleh


sektor pertanian dengan kontribusi 44,74% namun dari tahun ke
tahun besarnya kontribusi sektor ini semakin menurun seiiring
meningkatnya peranan sektor lainnya sebesar 19,37%.

Capayan pembangunan manusia dari sisi ekonomi Kabupaten


Lampung Utara di tahun 2014 menunjukan bahwa posisi
Kabupaten Lampung Utara adalah yg ke 5 terendah di Provinsi
Lampung. Pertumbuhan daya beli penduduk Kabupaten
Lampung Utara tahun 2011 mencapai 2,77% dan besaran
pertumbuhan tersebut terus melambat hingga turun menjadi
0,71% di tahun 2014

Pendapatan perkapita menunjukkan besarnya pendapatan yang


dapat dinikmati oleh setiap penduduk secara rata-rata. Angka ini
terbentuk dari jumlah pendapatan yang timbul (Income Origined)
dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan
perkapita di kabupaten Lampung Utara dalam struktur ekonomi
atas harga berlaku dengan sebesar tercatat 21,10 juta Rupiah,
dengan demikian kita masih mengharapakan Kabupaten
Lampung Utara kembali masuk 50 besar Kabupaten/Kota
terkaya versi warta ekonomi.

II. 29
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

PDRB DAN PDRB PERKAPITA


KABUPATEN LAMPUNG UTARA
30.000.000

1. 25.000.000

20.000.000

15.000.000

10.000.000

5.000.000

-
2012 2013 2014 2015
PDRB Harga Berlaku 12.474.337 13.603.648 15.407.529 16.788.327
PDRB Harga Konstan 11.333.802 12.008.525 12.720.394 13.389.945
PDRB Perkapita Harga Berlaku 20.969.468 22.713.480 25.563.031 27.553.286
PDRB Perkapita Harga Konstan 19.052.220 20.050.166 21.104.736 21.975.809

PDRB Harga Berlaku PDRB Harga Konstan


PDRB Perkapita Harga Berlaku PDRB Perkapita Harga Konstan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan


untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, pakaian,
tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuhan kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan.

Kemiskinan bisa dikelompokkan dalam 5 katagori yaitu


kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan kultural,
kemiskinan kronis dan kemiskinan sementara.
a. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang dapat diukur
dengan perbandingan tingkat pendapatan orang atau
keluarga dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk
memperoleh kebutuhan dasar minimum (kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya) .

b. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang lebih banyak


ditentukan oleh keadaan lingkungan dimana seseorang atau
keluarga itu tinggal (kemampuan penghasilannya
dibandingkan dengan kemampuan penghasilan orang
disekitarnya).

c. Kemiskinan Kronis adalah kemiskinan yang disebabkan oleh


kebiasaan hidup yang tidak produktif, keterisolasian sumber
daya alam dan lokasi tempat tinggal serta rendahnya taraf
pendidikan, derajat kesehatan, terbatasnya lapangan
pekerjaan dan ketidakberdayaan mengikuti ekonomi pasar.

II. 30
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

d. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan


sikap seseorang atau masyarakat yang meskipun sudah
dibantu pihak luar tetapi masih tidak mau berusaha untuk
memperbaiki tingkat kehidupannya.

e. Kemiskinan Sementara adalah kemiskinan yang disebabkan


terjadinya krisis ekonomi, perubahan yang bersifat musiman,
bencana alam dan akibat diberlakukannya kebijakan
tertentu.

Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin


Kabupaten Lampung Utara pada periode 2010-2015 terus
mengalami penurunan (tabel 8.1). Pada periode 2010-2015
jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 164,7 ribu
tahun 2010 menjadi 140,41 ribu tahun 2015. Secara relatif juga
terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 28,19
persen tahun 2010 menjadi 23,20 persen tahun 2015.

Tabel 2.16. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten


Lampung Utara, 2010-2015

Jumlah
Persentase Garis
Penduduk
Tahun Penduduk Kemiskinan
Miskin
Miskin (%) (Rp/kap/bulan)
(000)
(1) (2) (3) (4)
2010 164,7 28,19 241.789
2011 155,8 26,33 274.291
2012 148,6 25,17 311.162
2013 142,0 23,67 322.835
2014 140,7 23,32 338.032
2015 140.4 23,20 334.393
Sumber : BPS Kab. Lampung Utara, Susenas 2010 - 2016

Saat ini Kabupaten Lampung Utara menempati peringkat


pertama se-Provinsi Lampung. Meskipun persentase penduduk
miskin setiap tahun mengalami penurunan, namun disparitas
kemiskinan kota dan desa sangat mencolok. Ini menunjukkan
masih adanya disparitas pembangunan di Kabupaten Lampung
Utara, terutama dalam pembangunan infrasturktur.
Penurunan angka kemiskinan ini perlu terus dilanjutkan
meskipun sulit untuk meraih target yang sudah dicanangkan
untuk tahun 2015. Berbagai upaya untuk mencapai target
tersebut seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri, Program Keluarga Harapan (PKH), pemberian
bantuan bagi siswa miskin, pelatihan kewirausahaan bagi
keluarga miskin, Program PIE, Program Gerbang Saburai dan
lain-lain.

II. 31
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Saat ini persentase penduduk miskin terbesar berada di


Lampung Utara sebesar 23,20 persen. Sebagai Kabupaten induk
sebelum pemekaran, seharusnya Lampung Utara memiliki
kemampuan finansial daerah dan kekuatan sumber daya
manusia agar lepas dari belenggu kemiskinan.

Grafik 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten


Lampung Utara, Tahun 2010 – 2015

KEDALAMAN KEMISKINAN ( P1 )

0
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015

KEDALAMAN KEMISKINAN ( P1 )

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Utara, 2016

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan


persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu
diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari
kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah
penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus
bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari
kemiskinan.

Pada periode 2012-2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan


Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan kecenderungan
menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan Naik dari 3,71 pada
tahun 2014 menjadi 4,08 pada tahun 2015. Demikian pula
Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,98 menjadi 1,14
pada periode yang sama (Tabel 1). Penurunan nilai kedua indeks
ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk
miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan
ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin
membaik.

II. 32
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 1 : Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan


Kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara 2014 - 2015

Uraian 2014 2015

(1) (2) (3)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 3,71 4,08

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,98 1,14

Sumber: Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2016

Tabel di atas menunjukkan kecenderungan menurunnya indeks


kedalaman kemiskinan, Meski persentse P1, namun penurunan
tersebut perlu mendapatkan apresiasi karena menunjukkan
adanya semakin kecilnya jarak antara penduduk miskin dan tidak
miskin. Ini menunjukkan perlu adanya intervensi yang lebih
mendalam dalam hal kebijakan-kebijakan yang disusun oleh
pemerintah.

2.4.3 Data kondisi lingkungan strategis (misal: topografi, geologi,


klimatologi dll)

Topografi

Gambaran topografi menjabarkan mengenai kondisi ketinggian


dan kontur wilayah yang dimana kabupaten Lampung Utara
merupakan rangkaian Bukit barisan yang terdiri dari lereng-
lereng curam dan terjal ( 7% dari luas Kabupaten Lampung Utara
) dengan ketinggian 450-1500 m/dpl. Kawasan tersebut ditutupi
oleh vegetasi hutan primer atau sekunder di bagian timur
tertutup vulkanis awan gelap yang terbentang dari daerah
persawahan dan perkebunan. Di bagian utara terdapat lapisan
sedimen vulkanis dan celah (fisaves erruption) yang
menghasilkan minyak bumi di dalam 4 seri lapisan yaitu dinamai
lapisan palembang bed yang ditandai dengan adanya singkapan
endapan tufa masam.

Geohidrologi
Iklim disuatu tempat sangat ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya curah hujan, hari hujan, temperatur udara,
evaporasi, transpirasi dan kecepatan angin yang erat
hubungannya dengan topografi, vegetasi dan ketinggian suatu
tempat. Untuk membantu memudahkan manusia dalam
mengelola SDA, maka dibuat berbagai klasifikasi iklim
berdasarkan atas berbagai faktor.

II. 33
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Menurut LR Oldman (1978) di wilayah Propinsi Lampung


dijumpai tipe iklim A hingga E. Pembagian/klasifikasi iklim ini
didasarkan atas keperluan air untuk kehidupan tanaman, yaitu
apabila curah hujan lebih dari 100 mm/bulan tanaman akan
sulit tumbuh normal. Jika lebih dari 200 mm/bulan dengan
empat bulan berturut-turut basah dapat ditanami padi sawah 2
kali setahun tanpa irigrasi.

Adapun klasifikasi menurut LR Oldeman tersebut :


# Type A : Bulan basah (lebih dari 200 mm/bulan)
lebih dari 9 bulan secara berturut-turut
dengan kurang dari 2 bulan kering (kurang
dari 100 mm/bulan) berturut-turut.
# Type B : Bulan basah 7 - 9 bulan berturut – turut
dengan kurang dari 2 bulan kering
berurutan.
# Type C1 : Bulan basah 5 - 6 bulan berturut – turut
dengan kurang dari 2 bulan kering (kurang
dari 100 mm/bulan).
# Type C2 : Bulan basah 5 - 6 bulan berturut – turut
dengan kurang dari 2 – 3 bulan kering
berturut – turut.

# Type D2 : Bulan basah 3 - 4 bulan berturut – turut


dengan kurang dari 2 – 3 bulan kering
berturut – turut.
# Type D3 : Bulan basah 3 - 4 bulan berturut – turut
dengan kurang dari 4 – 6 bulan kering
berturut – turut.

Kabupaten Lampung Utara termasuk dalam daerah


beriklimtropis Iklim tropis dengan musim hujan dan musim
kemarau berganti sepanjang tahun. Temperatur rata – rata 30º
C, dengan jumlah 197 mm/bulan dan hujan rata – rata 12
hari/bulan. Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan
Februari dan paling rendah pada bulan Agustus. Daerah dengan
curah hujan tinggi adalah Kecamatan Bukit Kemuning dan
curah hujan terendah adalah Kecamtan Kotabumi Utara. Salah
satu faktor penting dari aspek ini adalah berkaitan dengan iklim
Lampung Utara yang tergolong katagori iklim B (Smeith dan
Ferguson) terkait dengan potensi pertanian yang sangat besar di
Lampung Utara yang membutuhkn dukungan pengairan yang
memadai, maka pengairan alami menjadi faktor penting
penentu keberhasilan pembangunan pertanian di Lampung
Utara.

II. 34
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Gambaran mengenai geohidrologi menjabarkan penggunaan air


tanah dan wilayah DAS secara deskriptif dengan didukung oleh
peta-peta seperti wilayah sungai/DAS dengan skala peta
1:50.000. Secara hidrologi, Kabupaten Lampung Utara terdapat
banyak sungai-sungai yang mengalir dari barat ke arah timur
yang rendah. Nama-nama sungai dan panjang sungai yang
terdapat di Kabupaten Lampung Utara dapat dilihat pada Tabel
2.16.

Tabel 2.16. Sungai-sungai di Kabupaten Lampung Utara

No. Nama Sungai Panjang Daerah Alir (km)


1 Way Rarem 42 193
2 Way Galing 27 131,5
3 Way Kulur 26 137
4 Way Sabuk 38 143,5
5 Way Kelawas 32 108,2
6 Way Rendah 30 156
7 Way Tulung Mas 57 134
8 Way Melungun 45 133
9 Way Kelanga 22 76
10 Way Sungkai Hulu 38 116
11 Way Buluh 25 64
12 Way Buyut 33 124
13 Way Hanakau 29 59,5
14 Way Sungkai Hilir 25 80
15 Way Papan 33 208

Sumber : BPS Kab. Lampung Utara

Adapun beberapa ketinggian kota dari permukaan laut di


Kabupaten Lampung Utara terlihat pada Tabel 2.17.

II. 35
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Tabel 2.17 Ketinggian wilayah dari permukaan laut

Ketinggian/ Kecamatan/
NO KOTA/CITY Height Above Sea Level District
1 Bukit Kemuning 205 Buki Kemuning
2 Kotabumi 32 Kotabumi
3 Tanjung Raja 149 Tanjung Raja
4 Bumi Agung Marga 28 Abung Timur
5 Ogan Lima 105 Abung Barat
6 Kalibalangan 38 Abung Selatan
7 Madukoro 33 Kotabumi Utara
8 Tata Karya 26 Abung Surakarta
9 Ketapang 33 Sungkai Selatan
Sumber : BPN Propinsi Lampung

II. 36
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

II. 37
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Geologi
 Struktur dan Karakteristik
Pada wilayah Lampung Utara bagian utara terdapat lapisan
sedimen vulkanis dan celah (fisaves errution) yang
mengalami pelipatan di zaman pleistosin tua, yang
menghasilkan minyak bumi di dalam 4 seri lapisan
Palembang (Palembang Bed). Lapisan ini terdapat di
Kotabumi yang ditandai dengan singkapan endapan tulfa
masam. Dari literatur dan peta geologi dapat diinventarisir
adanya bahan-bahan tambang, diantaranya adalah minyak
bumi yang terdapat pada lapisan Palembang Bed,
terakumulasi sebagai lanjutan dari endapan minyak bumi di
daerah Palembang yakni di wilyah bagian sebelah timur
Kotabumi.
 Potensi
Wilayah Kabupaten Lampung Utara cenderung di dominasi
oleh satuan lahan dan jenis tanah sebagaimana tertera di
tabel berikut ini
Tabel 4.5

Tabel 4.5 Dominasi jenis tanah di Kabupaten Lampung Utara


Satuan Simbol Dominasi Jenis
No Lahan Jenis Tanah Tanah

1 2 3 4
1 Aluvial Af. 1.2.2 Tropaquepts,
Fluvaquents,
Dystropepts
Au. 1.2 Fluvaquents,
Tropaquepts
Au. 1.3 Fluvaquents,
Tropaquepts
2 Perbukitan Hab. 1.3.3 Dystropepts
Hab. 1.8.2 Dystropepts
3 Dataran Tuf Idf. 3.2 Huplodux
Masam Idf. 4.2 Dystropepts
Idf. 5.2 Dystropepts
Idq. 2.1 Hapludox
Idq. 3.1 Hapludox
Idq. 3.2 Hapludox
Idq. 4.2 Dystropepts
4 Dataran Pf. 3.2 Hapludox
Pf. 4.2 Dystropepts

II. 38
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Satuan Simbol Dominasi Jenis


No Lahan Jenis Tanah Tanah

5 Volkan Va. 2.2.1 Humitropepts


Va. 2.2.2 Humitropepts
Va. 2.3.2 Dystrandepts
Vab. 1.1.2 Troporthents
Vab. 1.2.3 Dystrandepts,
Vab. 1.3.3 Dystropepts,
Vab. 1.4.2 Humitropepts,
Vab. 1.4.3 Dystropepts,
Vab. 2.3.2 Dystrandepts,
Vd. 2.3.2 Tropaquepts
Vd. 2.3.3 Humitropepts
Vd. 2.6.2 Dystropepts
Vab. Humitropepts
2.11.3 Humitropepts
Dystropepts
Humitropepts
6 Aneka X.1 Lembah Terjal
Bentuk X.2 Pemukiman
X.3 Daerah Berair,
Danau
Sumber : Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Baturaja
1011, Lembar Menggala Lembar Kota Agung 1010.

Hasil analisis capaian indikator Jenis tanah di Kabupaten Lampung


Utara berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Tanah IPB Bogor
pada Tahun 1997 terdapat 4 (empat) klasifikasi tanah utama yaitu:
regosol, podsolik coklat, latosol dan podsolik merah kuning, adalah
sebagaimana disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 6

Tabel 4.6 Jenis tanah di Kabupaten Lampung Utara

Sumber : : Lampung Dalam Angka Tahun 2016


Keterangan : )* termasuk kecamatan pemekarannya.

II. 39
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Untuk kedalaman efektif tanah di wilayah Kabupaten Lampung Utara


berkisar antara 30 – 100 cm. Kondisi ini dasarnya sangat berpengaruh
pada kegiatan pertanian baik lahan basah, lahan kering dan tanaman
keras, karena kegiatan pertanian memerlukan kedalaman efektif
tanah lebih besar dari 30 cm. Oleh sebab itu, khusus untuk tanaman
pahan lahan basah dipersyaratkan pada kedalamam lebih dar 60 cm,
sedangkan tanaman pangan lahan kering dan tanaman
tahunan/keras cukup sesuai untuk kedalaman efektif tanah lebih
dari 30 cm, dan untuk kedalaman tanah kurang dari 30 cm sesuai
untuk dikonservasikan.

Kedalaman efektif tanah > 90 cm, meliputi daerah-daerah lembah,


bantaran sungai dan dataran banjir yang tersebar di Kabupaten
Lampung Utara. Kedalaman efektif tanah antara 30 – 90 cm, meliputi
daerah-daerah yang berada disekitar perbukitan (Bukit Kemuning,
Tanjung Raja, Abung Barat, Abung Tengah). Kedalaman efektif tanah
kurang dari 30 cm meliputi sebagian daerah-daerah perbukitan yaitu
Bukit Kemuning, Tanjung Raja, Abung Barat dan Abung Tengah.
Tekstur tanah ikut menunjang bagi pertumbuhan tanaman dimana
tanah yang teksturnya sedang sampai halus relative lebih mudah
diolah dengan kandungan unsur hara serta penyuburnya relative
terjaga. Kondisi sturktur/tekstur tanah sedang sampai halus sangat
cocok pembudidayaan tanaman lahan basah dan tanaman lahan
kering sedangkan tekstur kasar lebih sesuai untk tanaman
keras/tahunan.

Klimatologi
Kabupaten Lampung Utara termasuk dalam daerah beriklim tropis,
terdiri dari dua musim yaitu musim penghujan dari bulan Oktober
s/d Maret dan musim kemarau dari bulan April s/d September,
secara bergantian sepanjang tahun, dengan jumlah hujan rata-rata
153,5 mm/bulan atau jumlah hari hujan rata-rata dalam sebulan
adalah 12 hari/bulan. Suhu udara rata – rata minimum berkisar
antara 21, 4 0C - 24,0 0C, sedangkan suhu udara rata – rata
maksimum berkisar antara 32,1 0C s/d 35,5 0C . Kelembaban udara
rata – rata 82 – 89 % dan tekanan udara rata – rata 1004,90 – 1007,30
mlbar. Sedangkan rata – rata kecepatan angin maksimum yang
terjadi adalah sebesar 3 knot.

2.4.4 Data risiko bencana alam

Upaya perwujudan ruang yang nyaman, produktif, dan


berkelanjutan dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus
dihadapi, salah satunya adalah kerawanan bencana banjir dan
gerakan tanah menengah (Longsor), sebagaimana karakteristik
wilayah Kabupaten Lampung Utara terutama dari aspek

II. 40
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

geomorfologi dan hidrologi. Tantangan tersebut adalah sebagai


berikut :
1) Terjadinya alih fungsi lahan berfungsi lindung
2) Pengembangan kegiatan yang tidak sesuai dengan
karaktersitik kawasan
3) Pola pengelolaan kegiatan yang tidak sesuai dengan
karakteristik kawasan
4) Kurangnya penyebarluasan informasi yang dibutuhkan
masyarakat

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dibutuhkan data


informasi yang berkaitan dengan karakteristik geomorfologi dan
hidrologi kawasan serta akibat yang mungkin timbul dari
kegiatan yang tidak berwawasan lingkungan. Agar data
informasi tersebut dapat secara efektif dalam menumbuhkan dan
meningkatkan pemahaman masyarakat, perlu dilakukan upaya
penyederhanaan metoda penyampaian, baik terkait dengan cara
maupun bahasa penyampaiannya.

Dalam RTRW Provinsi Lampung disebutkan bahwa kawasan


yang diidentifikasi berpotensi rawan bencana alam di wilayah
Kabupaten Lamnpung Utara menurut prioritas penanganannya
meliputi antara lain berupa kawasan rawan banjir dan bencana
tanah longsor. Selain bencana tersebut pada Tahun 2005 – 2007
di Kec. Abung Tengah mengalami gempa dengan skala . IV MMI
s.d VI MMI. Berikut adalah daerah-daerah yang berpotensi
terjadinya bencana alam, yaitu :
1. Rawan Banjir berada di Kecamatan Muara Sungkai dan
Bunga Mayang.
2. Gerakan Tanah Tinggi dan Menengah tersebar di beberapa
kecamatan, yaitu Hulu Sungkai, Sungkai Tengah.
3. Potensi Gempa (rendah) di Kecamatan Abung Tengah.
4. Potensi Angin Puting Beliung di Kecamatan Abung Pekurun.

Penetapan kawasan rawan bencana alam akan membawa


dampak perlunya penerapan pengelolaan kawasan rawan
bencana alam sebagaimana diarahkan dalam RTRW adalah :
a. Pola pengelolaan kawasan rawan banjir, meliputi :
 Pengendalian kegiatan disekitar kawasan rawan bencana
untuk melindungi manusia, kegiatan budidaya, serta
prasarana dan sarana penunjang perikehidupan manusia.
 Pengembangan prasarana pengendali banjir.
 Pembuatan plengsengan pada daerah yang curam untuk
menahan jatuhnya aliran air agar tidak terlalu cepat.
 Usulan program untuk mengatasi masalah banjir adalah
peningkatan perkerasan tanggul (sabuk) menjadi

II. 41
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

plengsengan, normalisasi atau pengeraukan dasar sungai


dan perbaikan bangunan-bangunan air penunjang sistem
drainase.
 Memaksimalkan penggunaan klep atau pintu air dalam
fungsi pengaturan debit pengaliran sungai.
b. Pola pengelolaan kawasan rawan gerakan tanah meliputi :
 Rehabilitasi dan konservasi tanah pada kawasan yang
rawan bencana longsor /tanah tererosi sangat tinggi.
 Mengadakan penanaman tanaman keras pada daerah
rawan longsor untuk menguatkan tanah.
c. Pola pengelolaan kawasan rawan gempa bumi meliputi :
 Penerapan sistem peringatan dini bencana gempa bumi.
 Penerapan standar konstruksi bangunan tahan gempa.
d. Pola pengelolaan kawasan rawan angin kencang (puting
beliung)
 Penyediaan sistem peringatan dini.
 Penerapan standar konstruksi bangunan tahan angin.
 Penanaman yang mampu menahan terpaan angin.

Pola pengelolaan diatas dijelaskan kembali secara detail melalui


studi mitigasi bencana, sehingga dapat diketahui detail dari
upaya mitigasi jika terjadi bencana, sekaligus menginventarisasi
kejadian-kejadian bencana yang ada di Kabupaten Lampung
Utara.

2.4.5 Isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang cipta karya


(antara lain capaian pelayanan dan kualitas)

Isu Strategis Pembangunan Bidang Cipta Karya 2010-2014 meliputi isu-isu


baru dan penting yang diperkirakan akan memberikan dampak potensial bagi
pelayanan prasarana dan sarana permukiman bidang Cipta Karya pada
kurun waktu lima tahun mendatang, yaitu meliputi :
a. Proporsi penduduk perkotaan yang bertambah Saat ini arus urbanisasi
perkotaan mengalami peningkatan yang amat tajam. Proporsi
penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari 35,9 persen pada
tahun 1995 menjadi 48,3 persen pada 2005. Diperkirakan tren yang
berkembang akan terus terjadi sehingga sebelum tahun 2010 jumlah
penduduk perkotaan secara nasional telah melampaui jumlah
penduduk perdesaan, dan diperkirakan pada tahun 2025 nanti 68,3
persen penduduk Indonesia akan mendiami kawasan perkotaan.
Fenomena ini bisa kita sikapi melalui dua pendekatan, yaitu sebagai
sinyalemen berkembangnya aktivitas di perkotaan yang tentunya
merupakan indikasi bangkitnya perekonomian negara. Tetapi di sisi
lain, hal ini juga mengindikasikan kuatnya pengaruh kota, sehingga
dapat menimbulkan kesenjangan wilayah yang tidak konstruktif antara
kota besar-kota menengah atau antara kota-desa. Proses urbanisasi

II. 42
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

yang terjadi saat ini lebih banyak didorong oleh terbatasnya lapangan
kerja di daerah perdesaan.

b. Angka kemiskinan perkotaan yang masih tinggi.


Urbanisasi yang tinggi seringkali diikuti oleh meningkatnya angka
kemiskinan di Indonesia, akibat ketiadaan lapangan pekerjaan,
tingginya standar kehidupan di perkotaan dan lain sebagainya. Di
tahun 2006 angka kemiskinan di kawasan perkotaan naik menjadi
14,29 juta jiwa dari sebelumnya sebesar 12,4 juta jiwa penduduk pada
tahun 2005. Jumlah penduduk miskin yang besar dapat berakibat
pada meluasnya kawasan kumuh di perkotaan yang berujung pada
ketidakmampuan pemerintah kota menuju kota yang layak huni. Saat
ini sekitar 18% atau 21,25 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di
kawasan kumuh yang terletak di kawasan perkotaan dengan luas
mencapai sekitar 42.500 Hektar. Data BPS menunjukkan bahwa
sekitar 14 % dari total perumahan di Indonesia merupakan kawasan
kumuh perkotaan, yang rata-rata terletak di bantaran sungai dan tepi
pantai.Hal ini menjadi perhatian utama dalam rangka pencapaian
MDG tujuan ke tujuh yaitu memastikan keberlanjutan lingkungan
hidup dan sasaran ke 11; Mencapai perbaikan yang berarti dalam
kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020.
Kenyataannya rata-rata kawasan kumuh terletak di perkotaan,maka
oleh karena itu Pemerintah menaruh perhatian besar pada penanganan
kawasan kumuh di kawasan perkotaan.

c. Kota Sebagai Engine of Growth


Perkembangan ekonomi perkotaan terkait dengan perkembangan
ekonomi nasional dan juga sebaliknya. Dalam studi yang dilakukan
Bappenas di tahun 2003 dikemukakan peranan perkotaan yang sangat
signifikan sebagai penghela pertumbuhan ekonomi nasional,
khususnya peranan kota-kota besar dengan jumlah penduduk diatas
700 ribu dan kota menengah dengan jumlah penduduk antara 200 ribu
dan 700 ribu. Kota-kota besar dan menengah yang berjumlah 37 kota,
atau 9% dari total jumlah daerah, mempunyai sumbangan 40% dari
total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sedangkan bila
dipisahkan kota-kota besar saja, yang hanya berjumlah 14 kota saja,
atau hanya 3,4% dari total jumlah daerah, mampumenyumbang 30%
dari total PDB nasional. Berdasarkan data-data di atas sudah sangat
jelas bahwa kota merupakan motor dari pertumbuhan ekonomi
nasional. Oleh karena itu, ketika terjadi krisis ekonomi,kota sebagai
“backbone” dari kerangka ekonomi nasional juga mengalami kontraksi
yang parah

d. Desentralisasi
Era desentralisasi yang berjalan membawa dampak yang teramat besar
bagi perkembangan perkotaan di Indonesia. Perubahan ini terlihat
pada beberapa kota yang perkembangannya bergerak menjadi lebih
besar. Perkembangan ini dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan

II. 43
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

internal dan eksternal kota. Persebaran kota di Indonesia saat ini lebih
banyak terpusat di Pulau Jawa, dengan 32 dari 91 kota administratif
berada di pulau Jawa. Angka ini bisa bertambah apabila kita
mengidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan yang merupakan kawasan
perkotaan terletak di wilayah administratif Kabupaten. Pembangunan
perkotaan yang pada awalnya dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah
Pusat berubah. Saat ini Pemerintah Daerah memegang peranan utama
dalam mengarahkan pembangunan perkotaan. Implikasi dari ini,
strategi pembangunan perkotaan yang skala nasional tidak bisa serta
merta diimplementasikan ke daerah. Pola pembangunan perkotaan
saat ini tentunya menekankan kepada optimalisasi sumber daya lokal
yang kompetitif. Disatu sisi, Desentralisasi berhasil membawa
Pemerintah Daerah dalam nuansa kompetisi yang kondusif untuk
mendorong pembangunan perkotaan di masing-masing daerah. Akan
tetapi di sisi lain, pembangunan yang ekspansif dan tidakterencana
justru membahayakan daya dukung kota, terutama di Kota Besar dan
Metropolitan.

e. Kerusakan Lingkungan Hidup


Kerusakan lingkungan hidup perkotaan berkaitan dengan
meningkatnya penggunaan ruang dan sumber daya alam di
permukaan, di bawah dan di atas tanah kawasan perkotaan yang tidak
terkendali. Misalnya, penggunaan air tanah yang sudah berlebihan
menyebabkan sulitnya masyarakat memperoleh air bersih, sementara
penyediaan air bersih oleh PDAM belum dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat perkotaan. Pemenuhan kebutuhan air bersih oleh masing-
masing rumah tangga sekarang sudah ini mengharuskan pemasangan
pipa penyedot sampuluhan meter di bawah tanah, hal tersebut terasa
sulit terutama di lingkungan perumahan padat penduduk seperti
kawasan perumnas dan BTN, yang kavling tanahnya kecil-kecil.
Demikian pula dengan masalah lalu-lintas di kawasan perkotaan yang
belum dapat tertangani dengan baik, sehingga kemacetan lalu-lintas
dan kecelakaan lalu-lintas sudah menjadi pemandangan umum sehari-
hari. Persoalan tersebut merupakan bagian dari persoalan pemborosan
potensi kemampuan Pemerintah Daerah dalam pembangunan
perkotaan. Fakta lain yang cukup menonjol yang sedang terjadi
sekarang ini adalah adanya kota-kota baru dari semula berupa pusat-
pusat permukiman transmigrasi. Kecenderungan ini tentunya akan
memakan anggaran pembangunan, yang mungkin saja tidak sebesar
biaya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan
perkotaan yang sudah ada, selain berpotensi merusak keasrian
lingkungan hidup.

f. Daya Saing Kota dan Demokratisasi


Di era globalisasi saat ini, kota-kota di Indonesia tidak hanya harus
bersaing dengan kota di dalam negeri semata, persaingan terjadi
dengan kota-kota di skala Asia bahkan dunia. Bentuk persaingan pun
bergeser dari yang sebelumnya berkutat pada comparative advantage

II. 44
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

menuju ke era competitive advantage. Di masa lalu, daya saing sebuah


kota ditentukan oleh jumlah tenaga kerja (sumber daya manusia) dan
sumber daya alam yang dimiliki. Saat ini variabel bertambah menjadi
tingkat kelayakhunian kota yang direpresentasikan dalam
infrastruktur pendukung dan pelayanan perkotaan. Sebuah kota harus
mampu berlomba-lomba menunjukkan tidak hanya sebagai sebuah
kota yang layak huni akan tetapi sebuah kota yang mampu
mengedepankan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan
kesehariannya. Nilai-nilai demokrasi harus mampu diterjemahkan oleh
masing-masing kota. Hal-hal ini lah yang kemudian memberikan nilai
tambah dan daya saing bagi sebuah kota untuk menarik investasi dari
luar.

g. Konteks Kota Berkelanjutan


Dilihat dari aspek equity dapat dikatakan kondisi perkotaan di
Indonesia masih cenderung pada kondisiin -equity. Kota-kota baru
dengan pelayanan yang luar biasa, dengan kualitas yang baik, namun
di lain pihak masyarakat miskin harus membayar lebih dalam
memperoleh pelayanan perkotaan. Aspek budaya, dalam konteks
diversity, perlu menjadi pertimbangan dalam pembangunan. Diversity
masyarakat perkotaan yang tinggi harus dapat diakomodasi oleh
pelayanan perkotaan. Urban heritagesaat ini masih dapat
dikategorikan belum concern terhadap bangunan bersejarah. Ekologi
(dalam kualitas lingkungan yang perlu dipertahankan) dan ekonomi
kota diharapkan dapat bertumbuh dan berkembang, dengan daya beli
masyarakat yang cukup dalam memenuhi kehidupan yang layak.

h. Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan tantangan bagi kita,dan memang tidak
hanya sekarang, namun ini perlu diperhitungkan secara cermat dalam
konteks pembangunan perkotaan. Dampak perubahan iklim dengan
intensitas hujan yang meningkat, dan meningkatnya permukaan air
laut, dapat menyebabkan permasalahan tersendiri. Peran infrastruktur
menjadi penting dalam mitigasi perubahan iklim

i. Perwujudan RTH 30%


Upaya perwujudan RTH sebesar 30% merupakan tantangan besar,
komposisi 30% memang merupakan kebijakan yang kondusif bagi
lingkungan, namun di lain pihak dianggap merupakan permasalahan
yang signifikan dalam menyelenggarakan pembangunan perkotaan. Ini
merupakan salah satu tantangan dari perundangan yang menjadi
masalah dalam tataran implementasi.

j. Modal Sosial
Dalam konteks pembangunan perkotaan saat ini yang menjadi masalah
bukan pada modal finansial, namun perlu dilihat pada tataran modal
sosial. Apapun yang kita lakukan, apabila aspek modal sosial tidak

II. 45
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

diperhitungkan, maka investasi yang dilakukan tidak mendorong


peningkatan kesejahteraan.

k. Happiness Index
Tujuan pembangunan harus ditambahkan dengan overall human
system wellbeing dengan eco system well being. Hal yang tidak dapat
dielakkan adalah “pembangunan terintegrasi” yang mampu
mengintegrasikan human system, ekos istem, yang bermuara pada
human-eco happiness. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi yang
kuat antar instansi pemerintah, agar mampu meningkatkan efektivitas
pembangunan dalam mendorong peningkatkan kesejahteraan dan
“kebahagiaan masyarakat” dalam merasakan dan menikmati hasil
pembangunan yang dilakukan. Pelaksanaan pembangunan harus
melihat peningkatan human system, eco system dan human-eco
happiness, yang diukur dengan happiness Index.

l. Branding dan Area Identity


Direktorat Jenderal Cipta Karya harus mampu mendorong branding
dan area identity dari sebuah kota dan wilayah. Indonesia yang
mempunyai multiple culture iversity yang perlu dioptimalkan pada
tataran ekonomi. Sumberdaya alam, invovasi, fasionable, local value
with modern spirit perlu diintegrasikan dalam ekonomi kreatif yang
mampu mendorong daya saing kota-kota.

m. Participatory Development
Pendekatan participatory development, jangan hanya diartikan dengan
self helped, dan untuk itu perlu didukung dengan adanya tenaga
pendamping yang mendorong dan memberdayakan masyarakat. Proses
pembangunan seringkali tidak mengedepankan local wisdom, sehingga
tidak mengakomodasikan budaya lokal.

n. Pengembangan Enterpreneurship
Secara umum ada tiga tipe pemberian pemerintah kepada masyarakat:
 Charity, dengan memberikan one shot giving dan cenderung kurang
mendidik;
 Philantropy, dianggarkan tiap tahun dan dilakukan secara terus
menerus;
 Social entrepreneurship, bagaimana pemerintah membangun, dan
masyarakat kemudian mampu memelihara dan mengembangkan
secara mandiri. Isu keberlanjutan yang menjadi penting, dan
mengedepankan keberlanjutan hasil pembangunan.

Direktorat Jenderal Cipta Karya diharapkan mampu untuk


mengimplementasikan succesfull entrepreneurship yaitu dengan :
i) Merubah dengan cara yang baik (change friendly), dengan
mendorong masyarakat untuk berubah tanpa menimbulkan
konflik;
ii) Berorientasi pada kesempatan (opportunity oriented);

II. 46
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

iii) Inovatif;
iv) Banyak Akal;
v) Menciptakan nilai baru

o. Pengembangan Ekonomi Kreatif dengan Pengembangan Nilai Tambah


Dalam menjawab tantangan ke depan, kita harus mampu
mempertahankan cultural expression yang mampu mendorong
berkembangnya ekonomi kreatif yang menjadi daya saing bangsa. Oleh
karena itu kedepan harus diupayakan mendukung ekonomi kreatif
yang didukung dengan desain yang baik, serta didukung dengan
marketing yang terintegrasi. Kebijakan pemerintah diharapkan harus
mampu menjembatani dalam mengekplorasi pasar pada tataran
internasional. Konsep branding dan packaging menjadi lebih penting
dalam mendukung konteks dalam mendorong daya saing ekonomi kota

II. 47

Anda mungkin juga menyukai