Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya pelaksanaan serta pelaporan penerapan dan pencapaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Garut Tahun 2019 bidang kesehatan dapat dilaksanakan dan disusun
cukup baik.
Laporan SPM ini memuat informasi terkait penerapan dan pencapaian
standar pelayanan minimal Pemerintah Kabupaten Garut yang menjadi
amanat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Standar Pelayanan Minimal yang diselenggarakan
pemerintah daerah kabupaten adalah bidang kesehatan, bidang
pendidikan, bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, bidang
ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat serta bidang
sosial.
Diharapkan dengan tersusunnya laporan ini dapat menjadi bahan
informasi dalam pengambilan kebijakan dalam pembangunan di wilayah
Pemerintah Kabupaten Garut serta menjadi bahan dalam pelaksanaan
perencanaan dan penganggaran untuk penerapan dan pencapaian Standar
Pelayanan Minimal di masing-masing perangkat daerah pada tahun
selanjutnya. Kami menyadari bahwa penyajian informasi dalam laporan ini
masih memiliki kekurangan sehingga kami harapkan agar seluruh pihak
terkait berkenan memberikan informasi serta saran dan masukan untuk
perbaikan dan peningkatan kinerja agar dapat bermanfaat untuk
penyelenggaraan pemerintahan dimasa yang akan datang.
Demikian dan terima kasih.
ii
Pembina Utama Muda
NIP. 19670625 199803 1 004
iii
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR.......................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................2
A. LATAR BELAKANG......................................................................2
B. DASAR HUKUM...........................................................................2
C. KEBIJAKAN UMUM.....................................................................2
D. ARAH KEBIJAKAN.......................................................................2
C. REALISASI..................................................................................2
D. ALOKASI ANGGARAN..................................................................2
E. DUKUNGAN PERSONIL...............................................................2
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia.
Seseorang tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika
berada dalam kondisi tidak sehat. Sehingga kesehatan merupakan
modal setiap individu untuk meneruskan kehidupannya secara
layak.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin
setiap warga negara memperoleh pelayanan kesehatan yang
berkualitas sesuai dengan kebutuhan. Sebagai suatu kebutuhan
dasar, setiap individu bertanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan hidup dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggung
jawabnya, sehingga pada dasarnya pemenuhan kebutuhan
masyarakat terhadap kesehatan adalah tanggung jawab setiap
warganegara.
Meskipun upaya untuk memenuhi kebutuhan bidang
kesehatan melekat pada setiap warga negara, namun mengingat
karakteristik barang/jasa kesehatan tidak dapat
diusahakan/diproduksi sendiri secara langsung oleh masing-
masing warga negara, melainkan harus ada pihak lain yang secara
khusus memproduksi dan menyediakan, maka penyediaan
barang/jasa bidang kesehatan mutlak memerlukan keterlibatan
pemerintah untuk:
Dalam rangka penerapan SPM Bidang Kesehatan disusun
Standar Teknis Penerapan SPM yang menjelaskan langkah
operasional pencapaian SPM Bidang Kesehatan di tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai acuan bagi pemerintah daerah
dengan memperhatikan potensi dan kemampuan daerah. SPM
juga akan berfungsi sebagai instrumen untuk memperkuat
pelaksanaan Performance Based Budgeting. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 juga mengamanatkan pada Pemerintah
Daerah untuk benar-benar memprioritaskan belanja daerah
untuk mendanai urusan pemerintahan wajib yang terkait
1
pelayanan dasar yang ditetapkan dengan SPM (pasal 298).
Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) ke daerah akan
berdasar pada kebutuhan daerah untuk pencapaian target-target
SPM. Daerah dengan kemampuan sumber daya yang kurang akan
menjadi prioritas dalam pengalokasian DAK.
Hal-hal tersebut di atas membuat seluruh elemen akan
bersatu padu berbenah untuk bersama-sama menuju pencapaian
target-target SPM, termasuk di dalamnya adalah pemenuhan
sumber daya manusia kesehatan terutama di level Puskesmas
sesuai Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama akan menjadi unit terdepan dalam upaya
pencapaian target-target SPM.
Pada perhitungan pembiayaan, pemerintah daerah
melakukan pemetaan pembiayaan, karena terdapat sumber
pembiayaan yang dapat digunakan dalam penerapan SPM, tetapi
dalam pola perhitungan SPM perlu diperhatikan untuk tidak dobel
counting pembiayaan, seperti yang telah dialokasikan JKN maka
tidak perlu ada di kebutuhan SPM, contoh : biaya obat program,
obat TB, vaksin yang dibiayai oleh pusat tidak perlu
diperhitungkan, selain itu untuk mengintegrasikan kegiatan-
kegiatan yang sama pada kegiatan SPM seperti pendataan, ATK,
dll dalam satu penghitungan pembiayaan sehingga alokasi dapat
efisien dan efektif. Untuk mempermudah penghitungan
pembiayaan daerah tersebut telah disiapkan tools costing SPM
dalam bentuk sistem informasi yang tersedia. Sistem informasi ini
digunakan untuk mempermudah daerah dalam perencanaan
pelaksanaan SPM.
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum penyusunan Laporan Standar Pelayanan Minimal
adalah sebagai berikut :
2
2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100
Tahun 2018 Tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 68).
C. KEBIJAKAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Garut dihadapkan dengan isu
strategis yang harus diselesaikan. Dalam dokumen RPJMD Kab.
Garut Tahun 2014-2019 terdapat isu strategis, diantaranya
berkaitan dengan pemenuhan jenis pelayanan dasar dan mutu
pelayanan dasar dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal
seperti. Atas tujuan yang telah ditetapkan dalam RPJMD, maka
sasaran strategis yang akan menajadi kebijakan umum dinas
kesehatan Tahun 2019 adalah :
D. ARAH KEBIJAKAN
Strategi pembangunan daerah yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kabupaten Garut dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan
program-program. Kebijakan merupakan arah/ketentuan yang
ditetapkan oleh instansi pemerintah sebagai dasar untuk
dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam melaksanakan
program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan
3
dalam mewujudkan tujuan dan sasaran. Program merupakan
instrumen kebijakan yang berisi kumpulan beberapa kegiatan
yang sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat yang dikoordinasakan oleh instansi
pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran. Arah kebijakan
yang akan dijadikan dasar program dan kegiatan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut adalah sebagai berikut:
4
BAB II
5
JENIS MUTU PENERIMA
PENYATAAN
NO. PELAYANAN LAYANAN LAYANAN
STANDAR
DASAR DASAR DASAR
lanjut atas mendapatkan
skrining kesehatan
sesuai standar.
8. Pelayanan Sesuai standar Penderita Setiap penderita
kesehatan penderita pelayanan hipertensi hipertensi
hipertensi kesehatan mendapatkan
penderita pelayanan
hipertensi kesehatan sesuai
standar.
9. Pelayanan Sesuai standar Penderita Setiap penderita
kesehatan penderita pelayanan Diabetes Melitus Diabetes Melitus
Diabetes Melitus kesehatan mendapatkan
penderita pelayanan
Diabetes Melitus kesehatan sesuai
standar.
10. Pelayanan Sesuai standar Orang dengan Setiap orang
kesehatan orang pelayanan gangguan jiwa dengan gangguan
dengan gangguan kesehatan jiwa (ODGJ) berat jiwa (ODGJ) berat
jiwa berat mendapatkan
pelayanan
kesehatan sesuai
standar.
11. Pelayanan Sesuai standar Orang dengan TB Setiap orang
kesehatan orang pelayanan dengan TB
terduga tuberkulosis kesehatan TB mendapatkan
pelayanan TB
sesuai standar.
12. Pelayanan Sesuai standar Orang berisiko Setiap orang
kesehatan orang mendapatkan terinfeksi HIV(ibu berisiko terinfeksi
dengan risiko pemeriksaan HIV hamil, pasien TB, HIV (ibu hamil,
terinfeksi virus yang pasien IMS, pasien TB, pasien
melemahkan daya pengguna napza, IMS, waria/
tahan tubuh dan warga transgender,
manusia (Human binaan lembaga pengguna napza,
Immunodeficiency pemasyarakata)w dan warga binaan
Virus) aria/ lembaga
transgender, pemasyarakatan)
mendapatkan
pemeriksaan HIV
sesuai standar.
6
Satuan
Standar pelayanan Batas Waktu Kerja/
No. pencapaian Lembaga
Nilai (Tahun) Penanggung
Indikator
(%) Jawab
1. Pelayanan kesehatan ibu 100 2019 Dinkes
hamil;
7
C. REALISASI
Realisasi adalah target yang dapat dicapai atau di realisasikan oleh
Pemerintahan Daerah selama 1 (satu) tahun anggaran dan
membandingkannya dengan rencana target yang ditetapkan sebelumnya
oleh pemerintahan daerah yang bersangkutan.
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
1. Jumlah ibu hamil yang 55.955 52.489 93,81 100
mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar
Jumlah sasaran ibu hamil
di wilayah kerja
kabupaten/ kota tersebut
dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
2. Jumlah ibu bersalin yang 53.441 50.435 94,38 100
mendapatkan pelayanan
persalinan sesuai standar
di fasilitas pelayanan
8
kesehatan
Jumlah sasaran ibu
bersalin di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
3. Jumlah bayi baru lahir usia 51.181 50.868 99,39 100
0-28 hari yang
mendapatkan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir
sesuai standar
Jumlah sasaran bayi baru
lahir di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
9
dasar lengkap. Berikut capian pelayanan kesehatan balita tahun
2019.
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
4. Jumlah Balita usia 12-23 204.309 176.156 86,22 100
bulan yang mendapat
Pelayanan Kesehatan
sesuai Standar + Jumlah
Balita usia 24-35 bulan
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar
+ Balita usia 36-59 bulan
mendapakan pelayanan
sesuai standar
Jumlah Balita usia 12-59
bulan di wilayah kerja
Kabupaten/kota tersebut
pada kurun waktu satu
tahun yang sama
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
5. Jumlah anak usia 136.558 103.463 75,76 100
pendidikan dasar yang
mendapat pelayanan
kesehatan sesuai standar
yang ada di wilayah kerja
Jumlah semua anak usia
pendidikan dasar yang ada
di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu
tahun ajaran yang sama.
10
f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif
Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar. Pelayanan skrining diantaranya
adalah Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa
tinggi badan dan berat badan serta lingkar perut, Deteksi hipertensi
dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer,
Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes cepat gula
darah, Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku. Berikut
capaian pelayanan kesehatan pada usia produktif tahun 2019.
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
6. Jumlah orang usia 15–59 1.022.418 686.683 67,16 100
tahun di kab/kota yang
mendapat pelayanan
skrining kesehatan sesuai
standar dalam kurun
waktu satu tahun
Jumlah orang usia 15–59
tahun di kab/kota dalam
kurun waktu satu tahun
yang sama
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
7. Jumlah warga negara 176.788 136.308 77,10 100
berusia 60 tahun atau
11
lebih yang mendapat
skrining kesehatan sesuai
standar minimal 1 kali
yang ada di suatu wilayah
kerja
Jumlah semua warga
negara berusia 60 tahun
atau lebih yang ada di
suatu wilayah kerja
kabupaten/ kota dalam
kurun waktu satu tahun
yang sama
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
8. Jumlah penderita 354.320 188.754 53,27 100%
hipertensi usia ≥15 tahun
di dalam wilayah kerjanya
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
Jumlah estimasi penderita
hipertensi usia ≥15 tahun
yang berada di dalam
wilayah kerjannya
berdasarkan angka
prevalensi kab/kota dalam
kurun waktu satu tahun
yang sama.
12
1) Edukasi
2) Aktifitas fisik
3) Terapi nutrisi medis
4) Intervensi farmakologis
Berikut capian pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus
tahun 2019.
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
9. Jumlah penderita diabetes 79.793 41.863 52,46 100
mellitus usia ≥15 tahun di
dalam wilayah kerjanya
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
Jumlah estimasi penderita
diabetes mellitus usia ≥15
tahun yang berada di
dalam wilayah kerjannya
berdasarkan angka
prevalensi dalam kurun
waktu satu tahun yang
sama.
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
10. Jumlah ODGJ berat di 2.517 2.517 100 100
wilayah kerja Kab/Kota
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa
sesuai standar dalam
13
kurun waktu satu tahun
Jumlah ODGJ berat
berdasarkan proyeksi di
wilayah kerja Kab/Kota
dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
11. Jumlah orang terduga TBC 2.634 2.634 100 100
yang dilakukan
pemeriksaan penunjang
dalam kurun waktu satu
tahun
Jumlah orang yang terduga
TBC dalam kurun waktu
satu tahun yang sama
Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
12. Jumlah orang dengan 60.357 39.372 65,23 100
14
risiko terinfeksi HIV yang
mendapatkan pelayanan
sesuai standar dalam
kurun waktu satu tahun
Jumlah orang dengan
risiko terinfeksi HIV
dikab/kota dalam kurun
waktu satu tahun yang
sama
D. ALOKASI ANGGARAN
Alokasi anggaran adalah jumlah belanja langsung dan tidak
langsung yang ditetapkan dalam APBD dalam rangka penerapan dan
pencapaian SPM oleh pemerintahan daerah, yang bersumber dari:
ALOKASI ANGGARAN
N KESEHATAN
SUMBER BIAYA %
O
Rupiah
1 2 3 4
ANGGARAN KESEHATAN
BERSUMBER:
88,7
1 APBD KAB/KOTA Rp. 339.955.136.357,00
2
a. Belanja Langsung Rp. 151.240.282.090,00
b. Belanja Tidak Langsung Rp. 94.705.979.267,00
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp. 94.008.875.000,00
- DAK fisik Rp. 32.889.875.000,00
1. Reguler Rp. 23.419.642.000,00
2. Penugasan Rp. 9.470.233.000,00
3. Afirmasi
- DAK non fisik Rp. 61.119.000.000,00
1. BOK Rp. 47.177.000.000,00
2. Akreditasi Rp. 3.030.000.000,00
3. Jampersal Rp. 10.912.000.000,00
11,2
2 APBD PROVINSI Rp. 43.244.011.600,00
8
a. Belanja Langsung Rp. 43.244.011.600,00
b. Belanja Tidak Langsung
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) :
BOK
15
3 APBN : Rp0,00 0,00
a. Dana Dekonsentrasi
b. Lain-lain (sebutkan), misal
bansos kapitasi
PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI
4 0,00
(PHLN)
(sebutkan project dan sumber
dananya)
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN* 0,00
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN Rp383.199.147.957,00
TOTAL APBD KAB/KOTA Rp4.818.309.823.196,00
% APBD KESEHATAN THD APBD
8,0
KAB/KOTA
ANGGARAN KESEHATAN
Rp146.123,97
PERKAPITA
E. DUKUNGAN PERSONIL
Dukungan personil menggambarkan jumlah personil atau pegawai yang
terlibat dalam proses penerapan dan pencapaian SPM. Pegawai yang ada
di Dinas Kesehatan untuk melaksanakan SPM adalah sebagai berikut.
16
Kesehatan
l. Analis 1
Kepegawaian
m. Epid 2
3. Pelaksana 218
4. TKK 146
5. PTT Provinsi 60
6. Non PNS BLUD 1262
Jumlah 2943
17
b) Solusi
Dalam memenuhi target dan perlu meningkatkan kualitas
pelayanan Antenatal Care di antaranya pemenuhan semua
komponen pelayanan kesehatan ibu hamil saat kunjungan.
Penyediaan alat kesehatan sesuai standar serta proses pencatatan
dan pelaporan yang baik perlu mendapat perhatian yang menjadi
faktor input keberhasilan SPM.
Selain itu untuk meningkatkan cakupan pelayanana kesehatan
pada ibu hamil, tindak lanjut dari permasalahan tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan koordinasi secara
lebih intens kepada tokoh masyarakat, tokoh agama dan
organisasi kemasyarakatan yang lain.
b) Solusi
Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu
dan kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter
18
spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan
bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Analisis kematian ibu yang dilakukan membuktikan bahwa
kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan
tempat / fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko
kematian ibu. Demikian pula dengan tempat / fasilitas, jika
persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan
semakin menekan risiko kematian ibu. Namun demikian
kompetensi petugas kesehatan perlu ditingkatkan dengan
penunjukan RS rujukan yang dilengkapi PONEK (pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) diharapkan bisa
menekan angka kematian.
b) Solusi
Kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah koordinasi
lintas sektor tentang deteksi dini pelayanan kesehatan bayi baru
19
lahir, dan juga penguatan rujukan dalam menangani
permasalahan dalam menyelesaikan pelayanan kesehatan
neonatal.
20
perkembangan kesehatan anak sekolah, maupun untuk
dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS).
Permasalahan kesehatan pada Anak Usia Sekolah tingkat
dasar lebih banyak pada permasalahan tentang kebersihan
pribadinya dan pada tingkat lanjutan (remaja) lebih kompleks dan
banyak berpengaruh pada lingkungan. Program Anak Usia
Sekolah walaupun bukan program prioritas namun merupakan
program yang harus diperhatikan karena Anak Usia Sekolah
merupakan usia yang potensial untuk diberdayakan sekaligus
usia yang rawan karena secara alamiah mereka mengalami
perubahan baik fisiologi, psikologi maupun social. Masalah
kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah sangat kompleks
dan bervariasi. Pada anak usia TK/RA dan SD/MI (Tingkat
Dasar), biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan
lingkungan, sehingga isu yang menonjol adalah kebiasaan
berperilaku hidup bersih dan sehat, seperti gosok gigi yang baik
dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, potong kuku,
kebersihan diri dan lain- lain. Sedangkan pada anak usia sekolah
SMP dan SMA sangat berhubungan dengan perilaku yang beresiko
diantaranya HIV/AIDS, penyalahgunaan NAPZA, Penyakit
Menular Seksual, Kehamilan yang tidak diinginkan/ kehamilan di
luar nikah.
b) Solusi
Salah satu upaya/program kesehatan yang berkaitan langsung
dengan anak sekolah adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Program UKS yang dikenal dengan Trias UKS meliputi; Pendidikan
Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan
Sekolah Sehat. WHO pada tahun 2000 dalam membina UKS
mengenalkan pendekatan Sekolah Mempromosikan Kesehatan
(Health Promoting School). Sekolah yang mempromosikan
kesehatan adalah tempat dimana semua masyarakat sekolah
21
bekerjasama memberikan pengalaman dan menyediakan
struktur pembelajaran yang terintegrasi dan positif, yang
mempromosikan dan memberikan perlindungan kesehatan
kepada murid. Ini meliputi pendidikan kesehatan intra dan ekstra
kurikuler, penciptaan lingkungan yang aman dan sehat,
penyediaan layanan kesehatan dan penyertaan keluarga dan
masyarakat dalam upaya promosi kesehatan.
Pada prinsipnya sekolah yang mempromosikan kesehatan adalah
sekolah yang penjaringan kesehatan peserta didik meliputi :
1. Pemeriksaan keadaan umum
2. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
3. Penilaian status gizi
4. Pemeriksaan gigi dan mulut
5. Pemeriksaan indera (penglihatan, pendengaran)
6. Pemeriksaan laboratorium
7. Pengukuran kesegaran jasmani
8. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
22
pemantauan dan tindak lanjut dini faktor resiko PTM secara
mandiri dan berkesinambungan dan merupakan upaya kesehatan
masyarakat (UKM).
23
bagi para penyandang PTM dapat meningkatkan kualitas hidup.
Hal ini berimplikasi terhadap pembiayaan kesehatan yang lebih
murah.
b) Solusi
Upaya-upaya yang sudah dilakukan di Kabupaten Garut untuk
bisa menscrening penderita HT, DM dan Obesitas adalah dengan
melalui kegiatan Posbindu PTM yang ada di desa. Upaya lain
adalah di integrasikannya posbindu PTM dengan kegiatan
posnyandu balita dan posyandu lansia. Sehingga proses pelayanan
bisa lebih terinegrasi dan pada kegiatan yang satu waktu.
b) Solusi
Upaya-upaya yang sudah dilakukan di Kabupaten Garut untuk
bisa menscrening penderita DM adalah dengan melalui kegiatan
Posbindu yang ada di desa. Penyediaan bahan medis habis pakai
merupakan kunci keberhasilan atas terlaksananya pemeriksaan
ini.
24
lainnya di seluruh daerah, bahkan masalah dunia internasional
akan ikut memicu terjadinya peningkatan dimaksud.
Menghadapi hal seperti ini tentu tidak semata-mata menjadi
tanggung jawab pemerintah tetapi sangat sangat diperlukan
adanya partisipasi aktif dari semua pihak dan lapisan masyarakat.
Selain itu stigma dari masyarakat tentang ODGJ yang sangat sulit
untuk dihilangkan sehingga perlu sekali untuk bisa memberikan
pemahaman kepada masyarakat di sekitar penderita untuk bisa
mendukung kegiatan pelepasan pasung berbasis masyarakat.
Data yang didapatkan sampai dengan tahun 2019
Kabupaten Garut data penderita ODGJ Berat sejumlah 2.517
Orang.
b) Solusi
Di Kabupaten Garut untuk menyikapi masalah kesehatan jiwa
yang ada sdh terbentuknya SK TPKJM (Tim Pelaksana Kesehatan
Jiwa Masyarakat) yang fungsinya adalah untuk menyelesaikan
masalah masalah tentang jiwa dengan lintas sektor dan lintas
sektor.
Upaya penanggulangan ODGJ berat di Kabupaten Garut adalah
dengan sosialisasi kepada masyarakat, kader dan tokoh
masyarakat untuk mengetahui gejala secara dini gangguan
emosional melalui screning posbindu. Selain itu juga mengaktifkan
TPKJM tingkat kabupaten dan tingkat Kecamatan, Sosialisasi
kepada keluarga ODGJ berat maupun ODGJ pasung karena peran
keluarga adalah sangat penting untuk bisa melaksanakan
kegiatan kebersihan diri, pengobatan yang teratur.
25
tahun 1995. Penyakit TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis yang lebih sering menginfeksi orangan paru
dibanding orangan tubuh lainnya yang ditularkan melalui
droplet (percikan dahak penderita). Menurut laporan WHO
tahun 2015 diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399
per 100.000 penduduk). Kabupaten Garut, dengan jumlah
penduduk yang besar, dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap cakupan program TB di Propinsi Jawa Barat, yang
mana target cakupan adalah 70% dari perkiraan kasus
(316/100.000 penduduk). Akan tetapi semua pasien TB tersebut
dapat terlayani sesuai dengan standar.
b) Solusi
Strategi penanganan TB dilaksanakan melalui strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse), yaitu strategi
pengobatan dengan menggunakan pemeriksaan mikroskopis
sebagai sarana diagnosis, pengobatan jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas Menelan
Obat), dengan adanya jaminan ketersediaan obat serta dilakukan
pencatatan standard. Komitmen politis menjadi salah satu
unsur penting dari strategi ini.
26
Dukungan tenaga serta bahan medis habis pakai yang memadai
merupakan kunci dari terlaksananya pelayanan ini. Dengan
jumlah ibu hamil dan sasaran lain yang sangat banyak maka
diperlukan sumberdaya kesehatan tersebut.
27
BAB III
No. PROGRAM/KEGIATAN
28
No. PROGRAM/KEGIATAN
29
BAB IV
PENUTUP
30