Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL


BIDANG KESEHATAN
TAHUN 2019

DINAS KESEHATAN KAB. GARUT


Jl. Proklamasi No. 7 Garut
www.dinkesgarut.com
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya pelaksanaan serta pelaporan penerapan dan pencapaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Garut Tahun 2019 bidang kesehatan dapat dilaksanakan dan disusun
cukup baik.
Laporan SPM ini memuat informasi terkait penerapan dan pencapaian
standar pelayanan minimal Pemerintah Kabupaten Garut yang menjadi
amanat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Standar Pelayanan Minimal yang diselenggarakan
pemerintah daerah kabupaten adalah bidang kesehatan, bidang
pendidikan, bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, bidang
ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat serta bidang
sosial.
Diharapkan dengan tersusunnya laporan ini dapat menjadi bahan
informasi dalam pengambilan kebijakan dalam pembangunan di wilayah
Pemerintah Kabupaten Garut serta menjadi bahan dalam pelaksanaan
perencanaan dan penganggaran untuk penerapan dan pencapaian Standar
Pelayanan Minimal di masing-masing perangkat daerah pada tahun
selanjutnya. Kami menyadari bahwa penyajian informasi dalam laporan ini
masih memiliki kekurangan sehingga kami harapkan agar seluruh pihak
terkait berkenan memberikan informasi serta saran dan masukan untuk
perbaikan dan peningkatan kinerja agar dapat bermanfaat untuk
penyelenggaraan pemerintahan dimasa yang akan datang.
Demikian dan terima kasih.

Garut, Februari 2020


Kepala Dinas Kesehatan Kab. Garut

dr. H. Maskut Farid, MM

ii
Pembina Utama Muda
NIP. 19670625 199803 1 004

iii
DAFTAR ISI

hal

KATA PENGANTAR.......................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................2
A. LATAR BELAKANG......................................................................2

B. DASAR HUKUM...........................................................................2

C. KEBIJAKAN UMUM.....................................................................2

D. ARAH KEBIJAKAN.......................................................................2

BAB II PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM................................................2


A. JENIS PELAYANAN DASAR.........................................................2

B. TARGET PENCAPAIAN SPM OLEH DAERAH...............................2

C. REALISASI..................................................................................2

D. ALOKASI ANGGARAN..................................................................2

E. DUKUNGAN PERSONIL...............................................................2

F. PERMASALAHAN DAN SOLUSI...................................................2

BAB III PROGRAM DAN KEGIATAN..............................................................2


BAB IV PENUTUP.........................................................................................2

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia.
Seseorang tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika
berada dalam kondisi tidak sehat. Sehingga kesehatan merupakan
modal setiap individu untuk meneruskan kehidupannya secara
layak.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin
setiap warga negara memperoleh pelayanan kesehatan yang
berkualitas sesuai dengan kebutuhan. Sebagai suatu kebutuhan
dasar, setiap individu bertanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan hidup dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggung
jawabnya, sehingga pada dasarnya pemenuhan kebutuhan
masyarakat terhadap kesehatan adalah tanggung jawab setiap
warganegara.
Meskipun upaya untuk memenuhi kebutuhan bidang
kesehatan melekat pada setiap warga negara, namun mengingat
karakteristik barang/jasa kesehatan tidak dapat
diusahakan/diproduksi sendiri secara langsung oleh masing-
masing warga negara, melainkan harus ada pihak lain yang secara
khusus memproduksi dan menyediakan, maka penyediaan
barang/jasa bidang kesehatan mutlak memerlukan keterlibatan
pemerintah untuk:
Dalam rangka penerapan SPM Bidang Kesehatan disusun
Standar Teknis Penerapan SPM yang menjelaskan langkah
operasional pencapaian SPM Bidang Kesehatan di tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai acuan bagi pemerintah daerah
dengan memperhatikan potensi dan kemampuan daerah. SPM
juga akan berfungsi sebagai instrumen untuk memperkuat
pelaksanaan Performance Based Budgeting. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 juga mengamanatkan pada Pemerintah
Daerah untuk benar-benar memprioritaskan belanja daerah
untuk mendanai urusan pemerintahan wajib yang terkait

1
pelayanan dasar yang ditetapkan dengan SPM (pasal 298).
Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) ke daerah akan
berdasar pada kebutuhan daerah untuk pencapaian target-target
SPM. Daerah dengan kemampuan sumber daya yang kurang akan
menjadi prioritas dalam pengalokasian DAK.
Hal-hal tersebut di atas membuat seluruh elemen akan
bersatu padu berbenah untuk bersama-sama menuju pencapaian
target-target SPM, termasuk di dalamnya adalah pemenuhan
sumber daya manusia kesehatan terutama di level Puskesmas
sesuai Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama akan menjadi unit terdepan dalam upaya
pencapaian target-target SPM.
Pada perhitungan pembiayaan, pemerintah daerah
melakukan pemetaan pembiayaan, karena terdapat sumber
pembiayaan yang dapat digunakan dalam penerapan SPM, tetapi
dalam pola perhitungan SPM perlu diperhatikan untuk tidak dobel
counting pembiayaan, seperti yang telah dialokasikan JKN maka
tidak perlu ada di kebutuhan SPM, contoh : biaya obat program,
obat TB, vaksin yang dibiayai oleh pusat tidak perlu
diperhitungkan, selain itu untuk mengintegrasikan kegiatan-
kegiatan yang sama pada kegiatan SPM seperti pendataan, ATK,
dll dalam satu penghitungan pembiayaan sehingga alokasi dapat
efisien dan efektif. Untuk mempermudah penghitungan
pembiayaan daerah tersebut telah disiapkan tools costing SPM
dalam bentuk sistem informasi yang tersedia. Sistem informasi ini
digunakan untuk mempermudah daerah dalam perencanaan
pelaksanaan SPM.

B. DASAR HUKUM
Dasar hukum penyusunan Laporan Standar Pelayanan Minimal
adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015;

2
2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100
Tahun 2018 Tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 68).

C. KEBIJAKAN UMUM
Pemerintah Kabupaten Garut dihadapkan dengan isu
strategis yang harus diselesaikan. Dalam dokumen RPJMD Kab.
Garut Tahun 2014-2019 terdapat isu strategis, diantaranya
berkaitan dengan pemenuhan jenis pelayanan dasar dan mutu
pelayanan dasar dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal
seperti. Atas tujuan yang telah ditetapkan dalam RPJMD, maka
sasaran strategis yang akan menajadi kebijakan umum dinas
kesehatan Tahun 2019 adalah :

1. Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang


berkualitas.
2. Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Keluarga dan Gizi;
3. Meningkatnya pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan;
4. Meningkatnya Pencegahan dan pengendalian penyakit;

D. ARAH KEBIJAKAN
Strategi pembangunan daerah yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kabupaten Garut dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan
program-program. Kebijakan merupakan arah/ketentuan yang
ditetapkan oleh instansi pemerintah sebagai dasar untuk
dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam melaksanakan
program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan

3
dalam mewujudkan tujuan dan sasaran. Program merupakan
instrumen kebijakan yang berisi kumpulan beberapa kegiatan
yang sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah atau masyarakat yang dikoordinasakan oleh instansi
pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran. Arah kebijakan
yang akan dijadikan dasar program dan kegiatan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan;


2. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
3. Optimalisasi SIJERUK (Sistem Jejaring Rujukan);
4. Membangun 3 rumah sakit baru type pratama;
5. Optimalisasi Jaminan Kesehatan Masyarakat;
6. Pembinaan karakter tenaga kesehatan yang professional;
7. Meningkatkan Akses, Kemandirian dan Mutu Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan;
8. Meningkatkan Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi;
9. Pemasangan bendera Anak Sehat Ibu Sehat (ASIH) dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi;
10. Penanggulangan Stunting dan gizi buruk dengan memakai
Barcode tiap rumah;
11. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam upaya kesehatan
promotif dan preventif (Puskesmas dan Posyandu);
12. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (GERMAS);
13. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM);
14. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
dan Tidak Menular.

4
BAB II

PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM

A. JENIS PELAYANAN DASAR


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, Jenis pelayanan dasar yang tertuang
dalam standar pelayanan minimal bidang kesehatan sebagai berikut :

JENIS MUTU PENERIMA


PENYATAAN
NO. PELAYANAN LAYANAN LAYANAN
STANDAR
DASAR DASAR DASAR
1. Pelayanan Sesuai standar Ibu hamil Setiap ibu hamil
kesehatan ibu hamil pelayanan mendapatkan
antenatal pelayanan
antenatal sesuai
standar
2. Pelayanan Sesuai standar Ibu bersalin Setiap ibu bersalin
kesehatan ibu pelayanan mendapatkan
bersalin persalinan pelayanan
persalinan sesuai
standar
3. Pelayanan Sesuai standar Bayi baru lahir Setiap ibu bersalin
kesehatan bayi baru pelayanan mendapatkan
lahir kesehatan bayi pelayanan
baru lahir persalinan sesuai
standar.
4. Pelayanan Sesuai standar Balita Setiap balita
kesehatan balita pelayanan mendapatkan
kesehatan balita pelayanan
kesehatan sesuai
standar.
5. Pelayanan Sesuai standar Anak pada usia Setiap anak pada
kesehatan pada usia skrining pendidikan dasar usia pendidikan
pendidikan dasar kesehatan usia dasar
pendidikan dasar mendapatkan
skrining kesehatan
sesuai standar.
6. Pelayanan Sesuai standar Warga Negara Setiap warga
kesehatan pada usia skrining Indonesia usia negara Indonesia
produktif kesehatan usia 15 s.d. 59 tahun usia 15 s.d. 59
produktif tahun
mendapatkan
skrining kesehatan
sesuai standar.
7. Pelayanan Sesuai standar Warga Negara Setiap warga
kesehatan pada usia skrining Indonesia usia negara Indonesia
lanjut kesehatan usia 60 tahun ke atas usia 60 tahun ke

5
JENIS MUTU PENERIMA
PENYATAAN
NO. PELAYANAN LAYANAN LAYANAN
STANDAR
DASAR DASAR DASAR
lanjut atas mendapatkan
skrining kesehatan
sesuai standar.
8. Pelayanan Sesuai standar Penderita Setiap penderita
kesehatan penderita pelayanan hipertensi hipertensi
hipertensi kesehatan mendapatkan
penderita pelayanan
hipertensi kesehatan sesuai
standar.
9. Pelayanan Sesuai standar Penderita Setiap penderita
kesehatan penderita pelayanan Diabetes Melitus Diabetes Melitus
Diabetes Melitus kesehatan mendapatkan
penderita pelayanan
Diabetes Melitus kesehatan sesuai
standar.
10. Pelayanan Sesuai standar Orang dengan Setiap orang
kesehatan orang pelayanan gangguan jiwa dengan gangguan
dengan gangguan kesehatan jiwa (ODGJ) berat jiwa (ODGJ) berat
jiwa berat mendapatkan
pelayanan
kesehatan sesuai
standar.
11. Pelayanan Sesuai standar Orang dengan TB Setiap orang
kesehatan orang pelayanan dengan TB
terduga tuberkulosis kesehatan TB mendapatkan
pelayanan TB
sesuai standar.
12. Pelayanan Sesuai standar Orang berisiko Setiap orang
kesehatan orang mendapatkan terinfeksi HIV(ibu berisiko terinfeksi
dengan risiko pemeriksaan HIV hamil, pasien TB, HIV (ibu hamil,
terinfeksi virus yang pasien IMS, pasien TB, pasien
melemahkan daya pengguna napza, IMS, waria/
tahan tubuh dan warga transgender,
manusia (Human binaan lembaga pengguna napza,
Immunodeficiency pemasyarakata)w dan warga binaan
Virus) aria/ lembaga
transgender, pemasyarakatan)
mendapatkan
pemeriksaan HIV
sesuai standar.

B. TARGET PENCAPAIAN SPM OLEH DAERAH


Capaian kinerja pemerintah daerah kabupaten/Kota dalam
memberikan standar pelayanan Minimal bidang kesehatan dengan target
capaian kinerja pemerintahan dalam pelayanan adalah 100 persen (%).

6
Satuan
Standar pelayanan Batas Waktu Kerja/
No. pencapaian Lembaga
Nilai (Tahun) Penanggung
Indikator
(%) Jawab
1. Pelayanan kesehatan ibu 100 2019 Dinkes
hamil;

2. Pelayanan kesehatan ibu 100 2019 Dinkes


bersalin;

3. Pelayanan kesehatan bayi 100 2019 Dinkes


baru lahir;

4. Pelayanan kesehatan balita; 100 2019 Dinkes

5. Pelayanan kesehatan pada 100 2019 Dinkes


usia pendidikan dasar;

6. Pelayanan kesehatan pada 100 2019 Dinkes


usia produktif;

7. Pelayanan kesehatan pada 100 2019 Dinkes


usia lanjut;

8. Pelayanan kesehatan 100 2019 Dinkes


penderita hipertensi;

9. Pelayanan kesehatan 100 2019 Dinkes


penderita diabetes melitus;

10. Pelayanan kesehatan orang 100 2019 Dinkes


dengan gangguan jiwa
berat;

11. Pelayanan kesehatan orang 100 2019 Dinkes


terduga tuberkulosis

12. Pelayanan kesehatan orang 100 2019 Dinkes


dengan risiko terinfeksi
virus yang melemahkan
daya tahan tubuh manusia
(Human Immunodeficiency
Virus)

7
C. REALISASI
Realisasi adalah target yang dapat dicapai atau di realisasikan oleh
Pemerintahan Daerah selama 1 (satu) tahun anggaran dan
membandingkannya dengan rencana target yang ditetapkan sebelumnya
oleh pemerintahan daerah yang bersangkutan.

a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan ibu hamil kepada semua ibu hamil di wilayah
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu kehamilan. Berikut
capian pelayanan kesehatan ibu hamil tahun 2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
1. Jumlah ibu hamil yang 55.955 52.489 93,81 100
mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar
Jumlah sasaran ibu hamil
di wilayah kerja
kabupaten/ kota tersebut
dalam kurun waktu satu
tahun yang sama

b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin


Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai
standar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin kepada semua ibu
bersalin di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang
dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis
Kebidanan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah
maupun Swasta yang memiliki Surat Tanda Register (STR) baik
persalinan normal dan atau persalinan dengan komplikasi. Berikut
capaian pelayanan kesehatan ibu bersalin tahun 2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
2. Jumlah ibu bersalin yang 53.441 50.435 94,38 100
mendapatkan pelayanan
persalinan sesuai standar
di fasilitas pelayanan

8
kesehatan
Jumlah sasaran ibu
bersalin di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu
tahun yang sama

c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir


Pelayanan kesehatan bayi baru lahir merupakan pelayanan yang
diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan mengacu kepada Pelayanan
Neonatal Esensial sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak,
dilakukan oleh Bidan dan atau perawat dan atau Dokter dan atau
Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR).
Berikut capaian pelayanan kesehatan bayi baru lahir tahun 2017.\

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
3. Jumlah bayi baru lahir usia 51.181 50.868 99,39 100
0-28 hari yang
mendapatkan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir
sesuai standar
Jumlah sasaran bayi baru
lahir di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu
tahun yang sama

d. Pelayanan kesehatan balita


Pelayanan kesehatan balita sesuai standar adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada anak berusia 0-59 bulan dan
dilakukan oleh Bidan dan atau Perawat dan atau Dokter/DLP dan
atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR)
dan diberikan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta, dan
UKBM. Pelayanan kesehatan, meliputi Penimbangan minimal 8 kali
setahun, pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali setahun;
Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun; dan Pemberian imunisasi

9
dasar lengkap. Berikut capian pelayanan kesehatan balita tahun
2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
4. Jumlah Balita usia 12-23 204.309 176.156 86,22 100
bulan yang mendapat
Pelayanan Kesehatan
sesuai Standar + Jumlah
Balita usia 24-35 bulan
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar
+ Balita usia 36-59 bulan
mendapakan pelayanan
sesuai standar
Jumlah Balita usia 12-59
bulan di wilayah kerja
Kabupaten/kota tersebut
pada kurun waktu satu
tahun yang sama

e. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar


Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar adalah penjaringan
kesehatan yang diberikan kepada anak usia pendidikan dasar,
minimal satu kali pada kelas 1 dan kelas 7 yang dilakukan oleh
Puskesmas. Standar pelayanan penjaringan kesehatan adalah
pelayanan yang meliputi Penilaian status gizi (tinggi badan, berat
badan, tanda klinis anemia); Penilaian tanda vital (tekanan darah,
frekuensi
nadi dan napas); Penilaian kesehatan gigi dan mulut; Penilaian
ketajaman indera penglihatan dengan poster snellen; Penilaian
ketajaman indera pendengaran dengan garpu. Berikut capaian
pelayanan kesehtan pada usia pendidikan dasar tahun 2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
5. Jumlah anak usia 136.558 103.463 75,76 100
pendidikan dasar yang
mendapat pelayanan
kesehatan sesuai standar
yang ada di wilayah kerja
Jumlah semua anak usia
pendidikan dasar yang ada
di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu
tahun ajaran yang sama.

10
f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif
Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar. Pelayanan skrining diantaranya
adalah Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa
tinggi badan dan berat badan serta lingkar perut, Deteksi hipertensi
dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer,
Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes cepat gula
darah, Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku. Berikut
capaian pelayanan kesehatan pada usia produktif tahun 2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
6. Jumlah orang usia 15–59 1.022.418 686.683 67,16 100
tahun di kab/kota yang
mendapat pelayanan
skrining kesehatan sesuai
standar dalam kurun
waktu satu tahun
Jumlah orang usia 15–59
tahun di kab/kota dalam
kurun waktu satu tahun
yang sama

g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut


Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas
mendapatkan skrining kesehatan minimal dilakukan sekali setahun.
Lingkup Skrining kesehatan adalah Deteksi hipertensi dengan
mengukur tekanan darah, Deteksi diabetes melitus dengan
pemeriksaan kadar gula darah, Deteksi kadar kolesterol dalam darah,
Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk
kepikunan menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status
Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Mental Test
(AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS). Berikut capian
pelayanan kesehatan pada usia lanjut tahun 2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
7. Jumlah warga negara 176.788 136.308 77,10 100
berusia 60 tahun atau

11
lebih yang mendapat
skrining kesehatan sesuai
standar minimal 1 kali
yang ada di suatu wilayah
kerja
Jumlah semua warga
negara berusia 60 tahun
atau lebih yang ada di
suatu wilayah kerja
kabupaten/ kota dalam
kurun waktu satu tahun
yang sama

h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi


Setiap penderita hipertensi dengan sasaran penduduk usia 15
tahun ke atas mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar bagi penderita hipertensi, dinilai
dari persentase jumlah penderita hipertensi yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun
waktu satu tahun. Berikut capaian pelayanan kesehatan penderita
hipertensi tahun 2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
8. Jumlah penderita 354.320 188.754 53,27 100%
hipertensi usia ≥15 tahun
di dalam wilayah kerjanya
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
Jumlah estimasi penderita
hipertensi usia ≥15 tahun
yang berada di dalam
wilayah kerjannya
berdasarkan angka
prevalensi kab/kota dalam
kurun waktu satu tahun
yang sama.

i. Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus


Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dan upaya promotif
dan preventif di FKTP Pelayanan kesehatan diberikan kepada
penyandang DM di FKTP sesuai standar meliputi 4 (empat) pilar
penatalaksanaan sebagai berikut:

12
1) Edukasi
2) Aktifitas fisik
3) Terapi nutrisi medis
4) Intervensi farmakologis
Berikut capian pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus
tahun 2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
9. Jumlah penderita diabetes 79.793 41.863 52,46 100
mellitus usia ≥15 tahun di
dalam wilayah kerjanya
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
Jumlah estimasi penderita
diabetes mellitus usia ≥15
tahun yang berada di
dalam wilayah kerjannya
berdasarkan angka
prevalensi dalam kurun
waktu satu tahun yang
sama.

j. Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat


Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah Pelayanan
promotif
preventif yang bertujuan meningkatkan kesehatan jiwa ODGJ
berat (psikotik) dan mencegah terjadinya kekambuhan dan
pemasungan. Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat meliputi
Edukasi dan evaluasi tentang: tanda dan gejala gangguan jiwa,
kepatuhan minum obat dan informasi lain terkait obat, mencegah
tindakan pemasungan, kebersihan diri, sosialisasi, kegiatan rumah
tangga dan aktivitas bekerja sederhana, dan/atau Tindakan
kebersihan diri ODGJ berat. Berikut capaian pelayanan kesehatan
orang dengan gangguan jiwa berat tahun 2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
10. Jumlah ODGJ berat di 2.517 2.517 100 100
wilayah kerja Kab/Kota
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa
sesuai standar dalam

13
kurun waktu satu tahun
Jumlah ODGJ berat
berdasarkan proyeksi di
wilayah kerja Kab/Kota
dalam kurun waktu satu
tahun yang sama

k. Pelayanan kesehatan orang dengan TB


Pelayanan Tuberkulosis Sesuai Standar adalah pelayanan
kesehatan diberikan kepada seluruh orang dengan TB yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya di FKTP (puskesmas
dan jaringannya) dan di FKTL baik pemerintah maupun swasta.
Prinsip pelayanan TB adalah penemuan orang dengan TB sedini
mungkin, ditatalaksana sesuai standar sekaligus pemantauan hingga
sembuh atau “TOSS TB” (Temukan, Obati Sampai Sembuh). Berikut
capaian pelayanan kesehatan orang dengan TB tahun 2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
11. Jumlah orang terduga TBC 2.634 2.634 100 100
yang dilakukan
pemeriksaan penunjang
dalam kurun waktu satu
tahun
Jumlah orang yang terduga
TBC dalam kurun waktu
satu tahun yang sama

l. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV


Pelayanan Kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai
standar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
hamil, pasien TB, pasien infeksi menular seksual (IMS),
waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga
pemasyarakatan, dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai
kewenangannya dan diberikan di FKTP (Puskesmas dan Jaringannya)
dan FKTL baik pemerintah maupun swasta serta di lapas/rutan
narkotika. Berikut capaian pelayanan kesehatan orang dengan risiko
terinfeksi HIV tahun 2019.

Capaian Target 1
No. Indikator Target Realisasi
(%) Tahun (%)
12. Jumlah orang dengan 60.357 39.372 65,23 100

14
risiko terinfeksi HIV yang
mendapatkan pelayanan
sesuai standar dalam
kurun waktu satu tahun
Jumlah orang dengan
risiko terinfeksi HIV
dikab/kota dalam kurun
waktu satu tahun yang
sama

D. ALOKASI ANGGARAN
Alokasi anggaran adalah jumlah belanja langsung dan tidak
langsung yang ditetapkan dalam APBD dalam rangka penerapan dan
pencapaian SPM oleh pemerintahan daerah, yang bersumber dari:

ALOKASI ANGGARAN
N KESEHATAN
SUMBER BIAYA %
O
Rupiah
1 2 3 4
       
ANGGARAN KESEHATAN
     
BERSUMBER:
       
88,7
1 APBD KAB/KOTA Rp. 339.955.136.357,00
2
  a. Belanja Langsung Rp. 151.240.282.090,00  
  b. Belanja Tidak Langsung Rp. 94.705.979.267,00  
  c. Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp. 94.008.875.000,00  
  - DAK fisik Rp. 32.889.875.000,00  
  1. Reguler Rp. 23.419.642.000,00  
  2. Penugasan Rp. 9.470.233.000,00  
  3. Afirmasi    
  - DAK non fisik Rp. 61.119.000.000,00  
  1. BOK Rp. 47.177.000.000,00  
  2. Akreditasi Rp. 3.030.000.000,00  
  3. Jampersal Rp. 10.912.000.000,00  
11,2
2 APBD PROVINSI Rp. 43.244.011.600,00
8
  a. Belanja Langsung Rp. 43.244.011.600,00  
  b. Belanja Tidak Langsung    
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) :
     
BOK
       

15
3 APBN : Rp0,00 0,00
  a. Dana Dekonsentrasi    
b. Lain-lain (sebutkan), misal
     
bansos kapitasi
       
PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI
4   0,00
(PHLN)
(sebutkan project dan sumber
     
dananya)
       
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN*   0,00
       
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN Rp383.199.147.957,00  
TOTAL APBD KAB/KOTA Rp4.818.309.823.196,00  
% APBD KESEHATAN THD APBD
  8,0
KAB/KOTA
ANGGARAN KESEHATAN
Rp146.123,97  
PERKAPITA

E. DUKUNGAN PERSONIL
Dukungan personil menggambarkan jumlah personil atau pegawai yang
terlibat dalam proses penerapan dan pencapaian SPM. Pegawai yang ada
di Dinas Kesehatan untuk melaksanakan SPM adalah sebagai berikut.

NO. JABATAN JUMLAH KET


(ORANG)
1. PEJABAT STRUKTURAL 90
2. JABATAN FUNGSIONAL
a. Dokter 78
b. b. Dokter 75
Gigi
c. Bidan 442
c. Perawat 337
d. Perawat 59
Gigi
e. Asisten 18
Apoteker
f. Apoteker 10
g. Analis 12
h. Sanitarian 27
i. Nutrionist 17
j. Adminkes 4
k. Penyuluh 85

16
Kesehatan
l. Analis 1
Kepegawaian
m. Epid 2
3. Pelaksana 218
4. TKK 146
5. PTT Provinsi 60
6. Non PNS BLUD 1262
Jumlah 2943

F. PERMASALAHAN DAN SOLUSI


Permasalahan dan solusi menggambarkan permasalahan yang dihadapi
dalam penerapan dan pencapaian SPM, baik permasalahan eksternal
maupun internal, dan langkah-langkah penyelesaian permasalahan yang
ditempuh.
1) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Kendala yang dihadapi terkait indikator cakupan Pelayanan
kesehatan ibu adalah pada kriteria indikator dan definisi, keberadaan
alat kesehatan serta proses pencatatan dan pelaporan.
a) Permasalahan
Kendala yang dihadapi terkait indikator ini adalah petugas
kesehatan masih mengabaikan pelayanan standart pemeriksaan
kehamilan yaitu 10 T. Oleh karena itu, perlu sosialisasi lebih
intens tentang definisi operasional tentang pelayanan kesehatan
ibu hamil sesuai dengan standar yang ada dalam SPM.
Keberadaan alat kesehatan sesuai standar berkontribusi terhadap
standar pelayanan tersebut. Ketersedian alat kesehatan hanya
terpenuhi 35% dari standar yang ada.
Hal lain yang menjadi penghambat tercapainya pelayanan
kesehatan ibu sesuai standar adalah sering terputusanya proses
pencatatan ibu hamil yang pindah ke dalam ataupun keluar
wilayah kerja. Sehingga definisi pelayanan kesehatan ibu hamil
sesuai standar tidak tercapai karena terputusnya proses
pencatatan dan pelaporan ibu hamil tersebut.

17
b) Solusi
Dalam memenuhi target dan perlu meningkatkan kualitas
pelayanan Antenatal Care di antaranya pemenuhan semua
komponen pelayanan kesehatan ibu hamil saat kunjungan.
Penyediaan alat kesehatan sesuai standar serta proses pencatatan
dan pelaporan yang baik perlu mendapat perhatian yang menjadi
faktor input keberhasilan SPM.
Selain itu untuk meningkatkan cakupan pelayanana kesehatan
pada ibu hamil, tindak lanjut dari permasalahan tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan koordinasi secara
lebih intens kepada tokoh masyarakat, tokoh agama dan
organisasi kemasyarakatan yang lain.

2) Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


a) Permasalahan
Sejak tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah
persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator upaya
kesehatan ibu, menggantikan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.
Masih adanya persalinan yang ditolong oleh dukun paraji
merupakan tantangan yang nyata sebagai faktor penghambat
tercapainya pelayanan kesehatan ibu bersalin. Faktor budaya,
tingkat pendidikan, dan kepercayaan merupakan hal yang diluar
faktor pendidikan kesehatan, yang menjadi fokus perhatian lintas
sektor untuk memutus penghambat tersebut.

b) Solusi
Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu
dan kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter

18
spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan
bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Analisis kematian ibu yang dilakukan membuktikan bahwa
kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan
tempat / fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko
kematian ibu. Demikian pula dengan tempat / fasilitas, jika
persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan
semakin menekan risiko kematian ibu. Namun demikian
kompetensi petugas kesehatan perlu ditingkatkan dengan
penunjukan RS rujukan yang dilengkapi PONEK (pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) diharapkan bisa
menekan angka kematian.

3) Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


a) Permasalahan
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari. Pada
masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir
pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan
merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan
kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa
muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat
fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan
risiko pada kelompok ini di antaranya dengan mengupayakan agar
persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

b) Solusi
Kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah koordinasi
lintas sektor tentang deteksi dini pelayanan kesehatan bayi baru

19
lahir, dan juga penguatan rujukan dalam menangani
permasalahan dalam menyelesaikan pelayanan kesehatan
neonatal.

4) Pelayanan Anak Balita


a) Permasalahan
Kendala yang dihadapi terkait indikator cakupan pelayanan anak
balita adalah pada kriteria penetapan targetnya. Penetapan target
cakupan pelayanan anak balita berdasarkan permenkes No. 4
tahun 2019 adalah 100%. Sampai dengan tahun 2018, cakupan
pelayanan anak balita Dinas Kesehatan Kabupaten Garut masih
86,22% masih belum bisa mencapai target tersebut. Hal ini
dikarenakan pelayanan paripurna anak balita (usia 12–59 bulan)
cukup panjang dan rumit karena pelayanan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan tersebut minimal dilakukan 8
kali.
b) Solusi
Tindak lanjut dari permasalahan di atas adalah dengan
melakukan penyesuaian target sesuai kemampuan daerah.
Dengan meningkatkan kunjungan posyandu dan meningkatkan
peran desa siaga dalam pencapaian indikator tersebut serta
pencatatan dan pelaporan yang lebih berkelanjutan.

5) Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar


a) Permasalahan
Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui
penjaringan kesehatan terhadap murid SD/MI kelas satu juga
menjadi salah satu indikator yang dievaluasi keberhasilannya
melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Kegiatan penjaringan
kesehatan selain untuk mengetahui secara dini masalah- masalah
kesehatan anak sekolah sehingga dapat dilakukan tindakan
secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga
untuk memperoleh data atau informasi dalam menilai

20
perkembangan kesehatan anak sekolah, maupun untuk
dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS).
Permasalahan kesehatan pada Anak Usia Sekolah tingkat
dasar lebih banyak pada permasalahan tentang kebersihan
pribadinya dan pada tingkat lanjutan (remaja) lebih kompleks dan
banyak berpengaruh pada lingkungan. Program Anak Usia
Sekolah walaupun bukan program prioritas namun merupakan
program yang harus diperhatikan karena Anak Usia Sekolah
merupakan usia yang potensial untuk diberdayakan sekaligus
usia yang rawan karena secara alamiah mereka mengalami
perubahan baik fisiologi, psikologi maupun social. Masalah
kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah sangat kompleks
dan bervariasi. Pada anak usia TK/RA dan SD/MI (Tingkat
Dasar), biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan
lingkungan, sehingga isu yang menonjol adalah kebiasaan
berperilaku hidup bersih dan sehat, seperti gosok gigi yang baik
dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, potong kuku,
kebersihan diri dan lain- lain. Sedangkan pada anak usia sekolah
SMP dan SMA sangat berhubungan dengan perilaku yang beresiko
diantaranya HIV/AIDS, penyalahgunaan NAPZA, Penyakit
Menular Seksual, Kehamilan yang tidak diinginkan/ kehamilan di
luar nikah.
b) Solusi
Salah satu upaya/program kesehatan yang berkaitan langsung
dengan anak sekolah adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Program UKS yang dikenal dengan Trias UKS meliputi; Pendidikan
Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan
Sekolah Sehat. WHO pada tahun 2000 dalam membina UKS
mengenalkan pendekatan Sekolah Mempromosikan Kesehatan
(Health Promoting School). Sekolah yang mempromosikan
kesehatan adalah tempat dimana semua masyarakat sekolah

21
bekerjasama memberikan pengalaman dan menyediakan
struktur pembelajaran yang terintegrasi dan positif, yang
mempromosikan dan memberikan perlindungan kesehatan
kepada murid. Ini meliputi pendidikan kesehatan intra dan ekstra
kurikuler, penciptaan lingkungan yang aman dan sehat,
penyediaan layanan kesehatan dan penyertaan keluarga dan
masyarakat dalam upaya promosi kesehatan.
Pada prinsipnya sekolah yang mempromosikan kesehatan adalah
sekolah yang penjaringan kesehatan peserta didik meliputi :
1. Pemeriksaan keadaan umum
2. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
3. Penilaian status gizi
4. Pemeriksaan gigi dan mulut
5. Pemeriksaan indera (penglihatan, pendengaran)
6. Pemeriksaan laboratorium
7. Pengukuran kesegaran jasmani
8. Deteksi dini penyimpangan mental emosional

6) Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif


a) Permasalahan
Pelayanan kesehatan usia produktif selama ini hanya dilakukan
untuk masyarakat usia produktif yang datang ke pelayanan
kesehatan, tetapi untuk screening kesehatan masih belum dapat
dilaksanakan maksimal mengingat sasaran dari indikator ini
sangat besar jumlahnya.
Pelayanan kesehatan masih sebatas pada masyarakat di kantor
atau organisasi resmi yang melaksanakan pemeriksaan kesehatan.
b) Solusi
Deteksi dini dan pemantauan faktor resiko PTM dalam
pengendalian PTM di masyarakat perlu dilakukan sebagai upaya
pencegahan PTM yang terus meningkat kejadianya melalui
Posbindu PTM. Posbindu PTM merupakan kegiatan yang
melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini,

22
pemantauan dan tindak lanjut dini faktor resiko PTM secara
mandiri dan berkesinambungan dan merupakan upaya kesehatan
masyarakat (UKM).

7) Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut


a) Permasalahan
Indonesia termasuk negara berpenduduk struktur tua, karena
persentase penduduk lanjut usia yang telah mencapai di atas 7%
dari total penduduk. Keadaan ini berkaitan dengan adanya
perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Struktur penduduk yang menua tersebut, selain
merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian
pembangunan manusia secara nasional, sekaligus juga
merupakan tantangan dalam pembangunan.
b) Tindak Lanjut
Data di Kabupaten Garut tahun 2019 terdapat 809 Posbindu
Lansia. Melihat jumlah tersebut, maka tiap desa hanya terdapat 1-
2 posbindu lansia. Oleh karena itu diharapkan ada pembentukan
dari masyarakat sendiri sesuai dengan konsep Posyandu Lansia
yang merupakan suatu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) diharapkan pada pelaksanaanya dilakukan
dari, oleh dan untuk masyarakat, sedangkan pembinaan kegiatan
oleh Puskesmas setempat.

8) Pelayanan Kesehatan pada penderita Hipertensi


a) Permasalahan
Saat ini peran fasilitas pelayanan kesehatan primer belum
optimal dalam pelaksanaan pengendalian PTM karena masih
berorientasi terhadap kuratif–rehabilitatif dan cenderung
tersegmentasi. Di sisi lain, masyarakat yang berkeinginan untuk
memeriksakan kesehatannya secara rutin masih jauh dari
harapan sehingga dengan deteksi dini penanganan yang lebih
cepat dapat memelihara masyarakat sehat agar tetap sehat dan

23
bagi para penyandang PTM dapat meningkatkan kualitas hidup.
Hal ini berimplikasi terhadap pembiayaan kesehatan yang lebih
murah.

Pada saat ini, keberadaan posbindu PTM masih belum dapat


bekerja optimal seperti halnya Posbindu lansia.

b) Solusi
Upaya-upaya yang sudah dilakukan di Kabupaten Garut untuk
bisa menscrening penderita HT, DM dan Obesitas adalah dengan
melalui kegiatan Posbindu PTM yang ada di desa. Upaya lain
adalah di integrasikannya posbindu PTM dengan kegiatan
posnyandu balita dan posyandu lansia. Sehingga proses pelayanan
bisa lebih terinegrasi dan pada kegiatan yang satu waktu.

9) Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus


a) Permasalahan
Pemeriksaan Diabetes Melitus sangat tergantung dari keberadaan
bahan medis untuk pemeriksaan tersebut. Proses pengadaan
bahan medis habis pakai untuk pemeriksaan DM menyebabkan
proses pelayanan kepada masyarakat menjadi berkurang.

b) Solusi
Upaya-upaya yang sudah dilakukan di Kabupaten Garut untuk
bisa menscrening penderita DM adalah dengan melalui kegiatan
Posbindu yang ada di desa. Penyediaan bahan medis habis pakai
merupakan kunci keberhasilan atas terlaksananya pemeriksaan
ini.

10) Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa


a) Permasalahan
Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir ini, data tersebut dapat
dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan gejolak – gejolak

24
lainnya di seluruh daerah, bahkan masalah dunia internasional
akan ikut memicu terjadinya peningkatan dimaksud.
Menghadapi hal seperti ini tentu tidak semata-mata menjadi
tanggung jawab pemerintah tetapi sangat sangat diperlukan
adanya partisipasi aktif dari semua pihak dan lapisan masyarakat.
Selain itu stigma dari masyarakat tentang ODGJ yang sangat sulit
untuk dihilangkan sehingga perlu sekali untuk bisa memberikan
pemahaman kepada masyarakat di sekitar penderita untuk bisa
mendukung kegiatan pelepasan pasung berbasis masyarakat.
Data yang didapatkan sampai dengan tahun 2019
Kabupaten Garut data penderita ODGJ Berat sejumlah 2.517
Orang.

b) Solusi
Di Kabupaten Garut untuk menyikapi masalah kesehatan jiwa
yang ada sdh terbentuknya SK TPKJM (Tim Pelaksana Kesehatan
Jiwa Masyarakat) yang fungsinya adalah untuk menyelesaikan
masalah masalah tentang jiwa dengan lintas sektor dan lintas
sektor.
Upaya penanggulangan ODGJ berat di Kabupaten Garut adalah
dengan sosialisasi kepada masyarakat, kader dan tokoh
masyarakat untuk mengetahui gejala secara dini gangguan
emosional melalui screning posbindu. Selain itu juga mengaktifkan
TPKJM tingkat kabupaten dan tingkat Kecamatan, Sosialisasi
kepada keluarga ODGJ berat maupun ODGJ pasung karena peran
keluarga adalah sangat penting untuk bisa melaksanakan
kegiatan kebersihan diri, pengobatan yang teratur.

11) Pelayanan kesehatan Orang Dengan Tuberkulosis (TB)


a) Permasalahan
Tuberkulosis sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya
penanggulangan TB telah dilasanakan dibanyak negara sejak

25
tahun 1995. Penyakit TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis yang lebih sering menginfeksi orangan paru
dibanding orangan tubuh lainnya yang ditularkan melalui
droplet (percikan dahak penderita). Menurut laporan WHO
tahun 2015 diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399
per 100.000 penduduk). Kabupaten Garut, dengan jumlah
penduduk yang besar, dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap cakupan program TB di Propinsi Jawa Barat, yang
mana target cakupan adalah 70% dari perkiraan kasus
(316/100.000 penduduk). Akan tetapi semua pasien TB tersebut
dapat terlayani sesuai dengan standar.

b) Solusi
Strategi penanganan TB dilaksanakan melalui strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse), yaitu strategi
pengobatan dengan menggunakan pemeriksaan mikroskopis
sebagai sarana diagnosis, pengobatan jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas Menelan
Obat), dengan adanya jaminan ketersediaan obat serta dilakukan
pencatatan standard. Komitmen politis menjadi salah satu
unsur penting dari strategi ini.

12) Pelayanan Kesehatan orang dengan Risiko terinfeksi HIV


a) Permasalahan
Berdasarkan permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan terdapat perbedaan sasaran
orang yang berisiko terinveksi HIV. Dalam permenkes tersebut, ibu
hamil merupakan orang yang menjadi sasaran untuk dilakukan
pemeriksaan HIV. Pada Tahun 2019 ini belum tersedia bahan
medis untuk pemeriksaan seluruh ibu hamil, sehingga pencapaian
SPM belum terlaksana.
b) Solusi

26
Dukungan tenaga serta bahan medis habis pakai yang memadai
merupakan kunci dari terlaksananya pelayanan ini. Dengan
jumlah ibu hamil dan sasaran lain yang sangat banyak maka
diperlukan sumberdaya kesehatan tersebut.

27
BAB III

PROGRAM DAN KEGIATAN

Berdasarkan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


(RPJMD) Kabupaten Kuningan Tahun 2013 - 2018 dan Rencana Strategis
Dinas Kesehatan, program dan kegiatan yang tercakup dalam pencapaian
SPM adalah sebagai berikut.

No. PROGRAM/KEGIATAN

A. Program obat dan perbekalan kesehatan


1 Pengadaaan obat dan perbekalan kesehatan (dak fisik)
2 Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan (dak non
fisik)
3 Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
(pajak rokok)
4 Pengadaaan obat dan perbekalan kesehatan (dbhcht)
5 Pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan (pajak rokok)
6 Pengelolaan obat, perbekalan kesehatan, perijinan toko alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (pajak rokok)
B. Program upaya kesehatan masyarakat
1 Pelayanan kesehatan remaja (gebetan) (pajak rokok)
2 Bantuan operasional kesehatan (bok) puskesmas
3 Bantuan operasional kesehatan (bok) stunting (dak non fisik)
4 Bantuan operasional kesehatan (bok) ukm sekunder (dak non fisik)
5 Dukungan manajemen bok dan jampersal (dak non fisik)
6 Perangkat pendataan keluarga di puskesmas (dak fisik)
C. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
1 Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
(pajak rokok)
2 Peningkatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan (pajak
rokok)
3 Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat
D. Program perbaikan gizi masyarakat
1 Pemberian tambahan makanan dan vitamin melalui
penyelenggaraan rumah gizi (pajak rokok)
2 Penanggulangan kurang energi protein (kep), anemia gizi besi,
gangguan akibat kurang yodium (gaky), kurang vitamin a dan
kekurangan zat gizi mikro lainnya (pajak rokok)
3 Pencegahan dan penanganan stunting (dak fisik)

28
No. PROGRAM/KEGIATAN

4 Pencegahan dan penangganan stunting (dbhcht)


E. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
1 Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah (pajak rokok)
2 Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemic (pajak rokok)
3 Penanggulangan dan pencegahan hiv/aids (pajak rokok)
4 Penanggulangan tuberkulosa (pajak rokok)
5 Surveillance faktor risiko dan pengendalian penyakit tidak menular
(dbhcht)
6 Peningkatan pelayanan kesehatan jiwa (pajak rokok)
7 Surveillance faktor risiko dan pengendalian penyakit tidak menular
(dak fisik)
8 Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah (dak fisik)
9 Pengadaan bahan habis pakai pemeriksaan hiv (dak fisik)
F. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan
prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya
1 Pengadaan sarana dan prasarana puskesmas (dak fisik)
2 Pengadaan alkes dan mebelair puskesmas (sarana dan prasarana
puskesmas) (dbhcht)
G. Program peningkatan keselamatan ibu kelahirkan dan anak
1 Peningkatan pelayanan kesehatan ibu, bayi dan anak (pajak rokok)
2 Pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (pajak
rokok)
3 Jaminan pertolongan persalinan (jampersal) (dak non fisik)
4 Penyelamatan ibu dan bayi baru lahir melalui top n3 (tukang ojek
perempatan nulung nu ngajuru) (pajak rokok)

29
BAB IV

PENUTUP

Dalam melaksanakan SPM yang merupakan bagian dari pelayanan


dasar dalam urusan wajib, selain sosialisasi konsep penetapan dan
petunjuk teknis pelaksanaannya yang dilakukan, juga diperlukan pemetaan
kondisi awal SPM di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, khususnya pada
SKPD terkait untuk menentukan penetapan target pencapaian sasaran SPM
pada tahun berjalan dan tahun berikutnya hingga memenuhi standar
capaian SPM secara nasional, penghitungan rencana pembiayaan untuk
sasaran capaian tiap tahunnya, dan mengintegrasikan SPM tersebut ke
dalam dokumen perencanaan. Langkah-langkah tersebut merupakan suatu
prasyarat agar SPM dapat diterapkan secara utuh untuk kemudian dapat
dianggarkan, dilaksanakan, dan dievaluasi pencapaiannya sebagai bahan
kajian pelaksanaan pelayanan dasar padatahun berikutnya.
Demikian Laporan Penerapan Percepatan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Kabupaten Kuningan Tahun 2019 ini dibuat dan dapat dijadikan
acuan dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat sehingga
pelayanan prima yang kita harapkan dapat terwujud.

30

Anda mungkin juga menyukai