Anda di halaman 1dari 180

PELATIHAN

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


Landasan pelaporan keuangan
• Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
• Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
• Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum;
• Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
• Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
• Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
• Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah;
• Peraturan Menteri Keuangan nomor 76/PMK/05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan
• Pelaporan Keuangan Badan layanan Umum
• Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1981/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Akuntansi
BLU- ;
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
• SAK ETAP
• Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan laporan keuangan;
LANDASAN PERATURAN
• UUD NO1/2004
• PERMENDAGRI NO 61/2007
• UU NO 44/2009
• PP NO 71/201O
• KMK NO 1981/2010
MATERI PELATIHAN
BAGIAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS SAK
1 PERUBAHAN LINGKUNGAN DAN PERATURAN
2 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
3 PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI DAN SIKLUS AKUNTANSI
4 DAFTAR AKUN (CHART OF ACCOUNT) DAN PRINSIP-PRINSIP
PENYUSUNANNYA
5 JURNAL
6 BUKU BESAR (GENERAL LEDGER)
7 DAFTAR SALDO (NERACA SALDO)
8 JURNAL PENYESUAIAN
9 LAPORAN KEUANGAN (NERACA, LAPORAN OPERASI/LAPORAN AKTIVITAS
DAN LAPORAN ARUS KAS
10 PENCATATAN DAN PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN
11 PENCATATAN DAN PENGAKUAN ASET
12 KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN SAK KE DALAM SAP
PERUBAHAN LINGKUNGAN
BLUD
SKPD BLU/BLUD

KONSEKUENSI???
AKUNTABILITAS FLEKSIBILITAS PENGELOLAAN
KEUANGAN
GOOD GOVERNANCE

•Transparency
•Accountability
•Responsibility
•Independence
•Fairness

SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI
AKUNTANSI ???

SISTEM
INFORMASI
KEUANGAN
AKTIVITAS AKUNTANSI
USER/PENGGUNA
MENGIDENTIFIKASI

MENCATAT

MENGKOMUNIKASIKAN
AKTIVITAS AKUNTANSI

IDENTIFIKASI
MELAKUKAN
ANALISIS TERHADAP
PERISTIWA EKONOMI
ORGANISASI

MENCATAT MENCATAT,
MENGKLASIFIKASIKAN
, MERINGKAS

MENYUSUN LAPORAN
MENGKOMUNIKASIKAN KEUANGAN
PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN KEUANGAN AKAN
DIANALISI S DAN
DIINTERPRETASIKAN OLEH
PENGGUNA LAPORAN
KEUANGAN :
EKSTERNAL: PEMERINTAH,
MASYARAKAT, DONATUR

INTERNAL: MANAJEMEN
UNTUK PERENCANAAN,
PENGENDALIAN, EVALUASI
DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
JENIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Inf. Akuntansi Keuangan Inf. Akuntansi Manajemen


Pengguna Pihak eksternal Pihak internal
Keaatan pada aturan Harus mengikuti standar Fleksibel
dan peraturan yang ada
Orientasi waktu Informasi bersifat historis Informasi tentang masa depan
Luas informasi Informasi tentang Informasi tentang bagian-bagian
organisasi secara keseluruhan yang ada dalam organisasi

Sifat informasi Bersifat ringkas Rinci


Jenis informasi Berupa informasi keuangan Informasi keuangan dan
non keuangan
Standar Akuntansi

pmk76/PMK.05/2013

(1) BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi
akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis industrinya.
(2) DALAM HAL TIDAK TERDAPAT STANDAR AKUNTANSI SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA
AYAT (1) , BLU DAPAT MENGEMBANGKAN STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI YANG
SPESIFIK DENGAN MENGACU PADA PEDOMAN AKUNTANSI BLU SEBAGAIMANA
DITETAPKAN DALAM LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
(3) Standar akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
menteri/pimpinan lembaga setelah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan
PSAP dan PSAK

Pernyataan Standar yang digunakan mengatur


tatacara Pengintegrasian Laporan Keuangan BLU
PSAP
dalam Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga
Pernyataan Standar yang digunakan untuk menyusun
PSAK Laporan Keuangan BLU (PSAK 45) yang selanjutnya
disesuaikan dengan bidang Industri
PSAP dan PSAK

URAIAN SAP SAK PERLAKUAN DALAM LK K/L

PENDAPATAN Basis Kas Basis Akrual Konversi sesuai SAP

BELANJA Basis Kas Basis Akrual Konversi sesuai SAP

PENYUSUTAN DAN Diakui tetapi Diakui dan Tidak masuk dalam Neraca K/L
AMORTISASI belum diterapkan
diterapkan
ASET Akrual Akrual Dibukukan dalam LK K/L
sebelum disusutkan (harga
perolehan)
LAPORAN LRA LO Konversi kecuali Neraca, dan
NERACA NERACA LAK tidak dikonsolidasikan
CaLK LAK dalam LK K/L
LBMN CaLK
Posisi LK BLUD dalam LKPD

Transaksi
Keuangan

Konsolidasian Pertanggungjawaban
Standar Standar
Akuntansi Akuntansi
SAP SAK

LRA LO
Neraca Neraca
CaLK LAK
CaLK
LK – PD
UU No. 1/2004
PP No.23 Konsolidasi PP No.8
Lampiran
Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAK

Laporan Realisasi
Anggaran/Laporan Operasional;

Neraca;

LAPORAN KEUANGAN
Laporan Arus Kas;

Catatan Atas Laporan Keuanga;


dan disertai

Laporan Kinerja
PEDOMAN UMUM
AKUNTANSI & PELAPORAN
KEUANGAN BLU (PMK
76/PMK.06/2008))
PEDOMAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN

BAB II AKUNTANSI BLU

BAB III LAPORAN KEUANGAN

BAB IV AKUNTANSI PENDAPATAN

BAB V AKUNTANSI BIAYA

BAB VI AKUNTANSI ASET

BAB VII AKUNTANSI KEWAJIBAN


PENDAHULUAN

Latar Belakang
• Berdasarkan PP No. perlu menetapkan suatu pedoman akuntansi BLU sebagai
pedoman pengembangan standar akuntansi di bidang industri spesifik dan/atau
pedoman pengembangan sistem akuntansi Badan Layanan Umum (BLU).

Tujuan Pedoman Akuntansi BLU bertujuan untuk:


• Acuan dalam pengembangan standar akuntansi BLU dalam hal belum terdapat
standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia yang dapat diterapkan oleh BLU.
• Acuan dalam pengembangan dan penerapan sistem akuntansi keuangan BLU
sesuai dengan jenis industrinya.

Ruang Lingkup
• Pedoman ini menjelaskan gambaran umum, jenis dan ilustrasi format laporan
keuangan, akuntansi pendapatan, akuntansi biaya, akuntansi aset, akuntansi
kewajiban, dan akuntansi ekuitas.
Sistem Akuntansi BLU

Sistem Akuntansi BLU

• Sistem akuntansi Keuangan.


• Sistem Akuntansi Aset Tetap
• Sistem Akuntansi Biaya

Komponen Sistem Akuntansi Keuangan BLU

• Kebijakan Akuntansi
• Sub sistem Akuntansi
• Prosedur Akuntansi
• Bagan Akun Standar.
Laporan Keuangan

Tujuan Laporan Keuangan BLU

• menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, operasional


keuangan, arus kas BLU yang bermanfaat bagi para pengguna laporan
keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan ekonomi.

Tanggung Jawab Laporan Keuangan

• Pimpinan BLU bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian


laporan keuangan BLU yang disertai dengan surat pernyataan tanggung
jawab yang berisikan pernyataan bahwa pengelolaan anggaran telah
dilaksanakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai,
akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan, dan kebenaran isi laporan keuangan merupakan
tanggung jawab pimpinan BLU.
Laporan Keuangan

Komponen Laporan Keuangan


• Laporan Realisasi Anggaran / Laporan Operasional
• Neraca
• Laporan Arus Kas
• Catata atas Laporan Keuangan

Penyajian Laporan Keuangan


• Nama BLU, Cakupan laporan
• Tanggal, mata uang pelaporan rupiah, satuan mata uang

Konsolidasi LK BLU ke dalam LK Kementerian / Lembaga


• Laporan menggunakan SAP
• Mapping klasifikasi

Ilustrasi dan Format Laporan Keuangan


•l
Laporan Aktivitas
Laporan Aktivitas
Laporan Aktivitas
Catatan atas Laporan Keuangan
Pendahuluan Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan
a. Sejarah pembentukan BLU; a. Pendahuluan;
b. Dasar hukum pembentukan BLU; b. Kebijakan akuntansi;
c. Alamat kantor pusat BLU, unit vertikal BLU, dan unit usaha BLU; c. Penjelasan atas pos-pos Laporan Realisasi Anggaran/laporan
d. Keterangan mengenai hakikat operasi dan kegiatan utama BLU; operasional;
e. Nama pejabat pengelola dan dewan pengawas BLU; d. Penjelasan atas pos-pos neraca;
f. Jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah e. Penjelasan atas pos-pos laporan arus kas;
karyawan selama periode yang bersangkutan. f. Kewajiban kontinjensi;
g. Informasi tambahan dan pengungkapan lainnya.
Pendapatan
Kebijakan Akuntansi Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar- • Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan;
dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik • Hibah terikat dan tidak terikat;
yang dipilih oleh BLU dalam penyusunan dan penyajian laporan • Pendapatan Usaha Lainnya, meliputi hasil kerja sama dengan pihak
keuangan. lain, sewa, jasa lembaga keuangan, dan lain-lain;
• Pendapatan dari APBN, meliputi Pendapatan APBN Operasional
Biaya
dan APBN Investasi.
• Biaya Pelayanan: biaya pegawai; biaya bahan; biaya jasa layanan;
biaya pemeliharaan; biaya daya dan jasa; dan lain-lain. • Aset lancar, mencakup: kas dan setara kas; investasi jangka pendek;
• Biaya Umum dan Administrasi : biaya pegawai; biaya administrasi • piutang usaha; persediaan; • uang muka; dan biaya dibayar di
perkantoran; biaya pemeliharaan; biaya langganan daya dan jasa; muka.
biaya promosi; lain-lain. • Investasi Jangka Panjang
• Biaya Lainnya : biaya bunga; biaya administrasi bank; dan lain-lain. • Aset tetap, mencakup: tanah; gedung dan bangunan; peralatan dan
mesin; jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap lainnya; konstruksi
dalam pengerjaan.
• Aset lainnya mencakup: aset kerja sama operasi; aset sewa guna
Ekuitas Ekuitas BLU diklasifikasikan menjadi: usaha; aset tak berwujud; dan aset lain-lain.
• Ekuitas Tidak Terikat, yang terdiri atas: ekuitas awal; surplus & defisit
tahun lalu; surplus & defisit tahun berjalan; ekuitas donasi; • Kewajiban jangka pendek: utang usaha, utang pajak, biaya dibayar
• Ekuitas Terikat Temporer; dan dimuka, pendapatan diterima dimuka, bagian lanjar utang jangka
• Ekuitas Terikat Permanen. panjang, utang jangka panjang lainnya.
• Kewajiban jangka panjang
• Komponen-komponen pelaporan arus kas
• Kewajiban Kontijensi
• Informasi Tambahan
Akuntansi Pendapatan

Pengertian
• arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas BLU selama
satu periode yang mengakibatkan penambahan ekuitas bersih.
Klasifikasi
• Pendatan usaha dari jasa layanan
• Hibah
• Pendapatan APBN
• Pendapatan usaha lainnya
• Keuntungan penjaulan aset non lancar
• Pendapatan dari kejadian luar biasa
Pengakuan
• Pada saat diterima atau hak menagih timbul
Pengukuran
• Usaha  nilai wajar; APBN  pengeluaran bruto, hibah  nilai wajar / kas
• Azas bruto
Pengungkapan
• Disajikan terpisah untuk setiap jenis pendapatan
• Rincian jenis pendapatan
Akuntansi Biaya
Pengertian
• penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar kas atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas bersih..
Klasifikasi
• Biaya layanan
• Biaya umum dan adminisrasi
• Biaya lainnya
• Rugi penjaulan aset non lancar
• Biaya dari kejadian luar biasa
Pengakuan
• pada saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi masa depan
Pengukuran
• Jumlah kas yang dibayarkan; biaya berjalan yang dibayar di masa depan,
• alokasi sistematis, jumlah kerugian terjadi
Pengungkapan
• Disajikan terpisah untuk setiap jenis biaya
• Rincian jenis biaya pada catatan atas laporan keuangan
Akuntansi Aset

Pengertian
• sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh BLU sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa
depan diharapkan dapat diperoleh serta dapat diukur dalam satuan uang, dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Jenis
• Kas dan setara kas
• Investasi jangka pendek
• Piutang usaha
• Piutang lain-lain
• Persediaan
• Uang Muka
• Biaya dibayar Dimuka
• Investasi jangka panjang
• Aset tetap
• Aset lainnya
Akuntansi Kewajiban
Pengertian
• utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan
aliran keluar sumber daya ekonomi BLU.
• Penyelesaian kewajiban: pembayaran, penyerahan aset, pemberian jasa dan
penggantian kewajiban dengan kewajiban lain

Kewajiban Jangka Pendek


• kewajiban yang diharapkan akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam
waktu 12 bulan setelah tanggal neraca
• Utang usaha
• Utang pajak
• Biaya yang masih harus dibayar
• Pendapatan diterima dimuka
• Bagian lancar utang jangka panjang
• Utang jangka pendek lainnya

Kewajiban Jangka Panjang


• kewajiban yang diharapkan akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam
waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca
Akuntansi Ekuitas

Pengertian

• hak residual BLU atas aset setelah dikurangi seluruh kewajiban yang dimiliki.
Ekuitas BLU terdiri atas ekuitas tidak terikat, ekuitas terikat temporer, dan ekuitas
terikat permanen.

Ekuitas

• Ekuitas tidak terikat  ekuitas berupa sumber daya yang penggunaannya tidak
dibatasi untuk tujuan tertentu.
• Ekuitas terikat temporer  ekuitas berupa sumber daya ekonomi yang
penggunaannya dan/atau waktunya dibatasi untuk tujuan tertentu dan/atau
jangka waktu tertentu oleh pemerintah atau donatur. Pembatasan tersebut dapat
berupa pembatasan waktu dan/atau pembatasan penggunaan ekuitas tersebut
oleh BLU
• Ekuitas terikat permanen  ekuitas berupa sumber daya yang penggunaannya
dibatasi secara permanen untuk tujuan tertentu oleh pemerintah/donatur.
GAMBARAN UMUM
STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
(PP 71 TAHUN 2010)
HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2012
PEMERINTAH DAERAH

Sumber: IHPS BPK, Untuk tahun 2013, berdasarka datan Rakerna Akuntanasi 2014, WTP 65,WDP 19 dan 3 TMP

Wapres Budiono dalam Rakernas Akuntansi 2014:


“opini WTP bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sasaran antara untuk mencapai good governance dalam pengelolaan
keuangan pemerintah”.

Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK (UU 15/2004)


Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
Kecukupan Pengungkapan (adequate disclosure)
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern
Permasalahan Yang Mempengaruhi Opini

OPINI
LKP 2013
DASAR HUKUM
• Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai
Psl 1 kekayaan bersih
UU17/2003 • Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih

• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran


Psl 36 ayat pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
(1) UU selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun
17/2003

• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran


Psl 70 ayat pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
(2) UU 1/2004 selambat-lambatnya tahun anggaran 2008
PENYUSUNAN SAP AKRUAL

• SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam


PP 24/2005 dengan mengacu pada International Public
Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan
peraturan perundangan serta kondisi Indonesia.
P E RTI MBA NGAN :
SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005 berbasis ”Kas
Menuju Akrual” sebagian besar telah mengacu pada
praktik akuntansi berbasis akrual,
Para Pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP
24/2005 dapat melihat kesinambungannya.
KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL
• BASIS AKRUAL ADALAH SUATU BASIS AKUNTANSI DI
MANA TRANSAKSI EKONOMI ATAU PERISTIWA
AKUNTANSI DIAKUI, DICATAT, DAN DISAJIKAN DALAM
LAPORAN KEUANGAN PADA SAAT TERJADINYA, TANPA
MEMPERHATIKAN WAKTU KAS DITERIMA ATAU
DIBAYARKAN
• PENDAPATAN DIAKUI PADA SAAT HAK TELAH
DIPEROLEH (EARNED) DAN BEBAN (BELANJA) DIAKUI
PADA SAAT KEWAJIBAN TIMBUL ATAU SUMBER DAYA
DIKONSUMSI

37
TUJUAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

Meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan

Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah

Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban


pemerintah
Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan

Menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik

Memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik

Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset


PENGATURAN PP 71 / 2010
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
• SAP Berbasis Akrual  Lampiran I
LAMPIRAN I • Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
BASIS AKRUAL
PP71/2010
segera diterapkan
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 12 PSAP
Menjadi • Berlaku paling lambat TA 2015

PP 71
2010

• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual  Lampiran


II (PP 24/2005)
• Berlaku selama masa transisi bagi entitas
LAMPIRAN II yang belum siap untuk menerapkan SAP
BASIS CTA
PP24/2005
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 11 PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015

39
S I STEM A KUN TANSI P E M ER INTAHAN PA DA P E M E RINTAH
P USAT DA N S I STEM AKUN TANSI P E MERI NTAH DAE R AH
DI S U SUN DE N G AN M E N GACU PA DA P E DOM AN U M U M
S I STEM A KUN TANSI P E M ER INTAHAN .
P E DOMAN UMUM S I STEM A KU N TANSI P E M ER INTAHAN
T E RSEBUT DI AT UR DE N GA N P E R ATU RA N M E N TERI
KE UAN GAN S E T ELA H BE R KOOR DINASI DE N GAN ME N TER I
DA L A M N EG ERI .
PUSAP
(PASAL 6)

PMK No 238/PMK.05/2011
Tentang
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PENERAPAN BASIS AKRUAL
(PASAL 7)

PENERAPAN SAP BERBASIS AKRUAL DAPAT


DILAKSANAKAN SECARA BERTAHAP DARI
PENERAPAN SAP BERBASIS KAS MENUJU
AKRUAL MENJADI PENERAPAN SAP BERBASIS
AKRUAL
KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI
PENERAPAN SAP BERBASIS AKRUAL SECARA
BERTAHAP PADA PEMERINTAH PUSAT DIATUR
DENGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI
PENERAPAN SAP BERBASIS AKRUAL SECARA
BERTAHAP PADA PEMERINTAH DAERAH
DIATUR DENGAN PERATURAN MENTERI
DALAM NEGERI
PERUBAHAN PSAP
(PASAL 5)

DALAM HAL DIPERLUKAN PERUBAHAN TERHADAP


PSAP, PERUBAHAN TERSEBUT DIATUR DENGAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN SETELAH MENDAPAT
PERTIMBANGAN DARI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
RANCANGAN PERUBAHAN PSAP TERSEBUT DISUSUN
OLEH KSAP SESUAI DENGAN MEKANISME YANG
BERLAKU DALAM PENYUSUNAN SAP
STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL (LAMPIRAN I)

K E R A N G K A KO N S E P T UA L A KU N TA N S I P E M E R I N TA H A N
P E R N YATA A N S TA N DA R A KU N TA N S I P E M E R I N TA H A N ( P S A P ) :
1 . P S A P N O M O R 0 1 T E N TA N G P E N YA J I A N L A P O R A N
K E UA N G A N ;
2 . P S A P N O M O R 0 2 T E N TA N G L A P O R A N R EA L I S A S I
ANGGARAN;
3 . P S A P N O M O R 0 3 T E N TA N G L A P O R A N A R U S K A S ;
4 . P S A P N O M O R 0 4 T E N TA N G C ATATA N ATA S L A P O R A N
K E UA N G A N ;
5 . P S A P N O M O R 0 5 T E N TA N G A KU N TA N S I P E RS E D I A A N ;
6 . P S A P N O M O R 0 6 T E N TA N G A KU N TA N S I I N V ES TA S I ;
7 . P S A P N O M O R 0 7 T E N TA N G A KU N TA N S I A S E T T E TA P ;
8 . P S A P N O M O R 0 8 T E N TA N G A KU N TA N S I KO N S T R U KS I
DA L A M P E N G E R JA A N ;
9 . P S A P N O M O R 0 9 T E N TA N G A KU N TA N S I K E WA J I BA N ;
1 0 . P S A P N O M O R 1 0 T E N TA N G KO R E KS I K ES A L A H A N ,
P E R U BA H A N K E B I JA K A N A KU N TA N S I , DA N P E R I S T I WA LUA R
BIASA;
1 1 . P S A P N O M O R 1 1 T E N TA N G L A P O R A N K E UA N G A N
KO N S O L I DA S I A N ;
1 2 . P SA P N O M O R 1 2 T E N TA N G L A P O R A N O P E R A S I O N A L .
1 3 . P SA P N O M O R 1 3 P E N YA J I A N L A P O R A N K E UA N G A N B LU
LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual
sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan

KONSEPSI ANGGARAN DAN AKUNTANSI

BASIS KAS
ANGGARAN
Laporan
LRA SILPA/SIKPA
Perubahan SAL

BASIS
AKUNTANSI
AKRUAL Surplus/ Laporan
LO Perubahan Ekuitas Neraca
Defisit-LO Ekuitas

44
KOMPONEN LK – PD PP 71/2010
1. L A P OR AN R EA L ISASI A N G GARA N
2. L A P OR AN P E R U BA HAN SA L DO A N G GARA N L E BI H
( SA L )

3. N E R ACA
4. L A P OR AN A R U S K A S
5. L A P OR AN OP E R ASIONA L
6. L A P OR AN P E R U BA HAN E KU I TAS
7. CATATAN ATA S L A P OR AN K E UA N GAN
LAPORAN PERUBAHAN SAL

LAP OR AN P E R UBA HAN SALDO AN G GARAN LE BI H ME R UPAKAN


KOM P ON EN L A P OR A N K E UA N GAN YA N G M E N YA JI K AN
S ECA R A KOMPA R ATIF DE N GAN P E R IODE S E BE LU MNYA P OS -
P OS BE R I KUT :
Saldo Anggaran Lebih awal,
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih,
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan,
Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,
Saldo Anggaran Lebih Akhir.
PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGAN LEBIH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

NO URAIAN 20X1 20X0

1 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX


2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun (XXX) (XXX)
Berjalan
3 Subtotal (1 - 2) XXX XXX
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX
5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX
7 Lain-lain XXX XXX
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) XXX XXX

47
LAPORAN OPERASIONAL
LO MENYEDIAKAN INFORMASI MENGENAI
SELURUH KEGIATAN OPERASIONAL KEUANGAN
ENTITAS PELAPORAN YANG TERCERMINKAN
DALAM
Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
Beban dari kegiatan operasional
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada
Pos luar biasa, bila ada
Surplus/defisit-LO
KONSEPSI BASIS

• Pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus


dilaporkan berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi
dan diungkap dalam CaLK
• Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa
antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan
jasa konsultasi
• Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan
surplus/defisit LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait
dengan operasi pada periode pelaporan.
PP 24/2005 CTA PP 71/2010 AKRUAL
Opsional (Laporan Laporan pendapatan
Kinerja Keuangan) dan beban akrual

KONSEPSI
COST BASIS
Besarnya beban yang harus ditanggung oleh
pemerintah dalam menjalankan pelayanan

LO menyediakan
Operasi keuangan secara menyeluruh yang
informasi mengenai Performace berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah
seluruh kegiatan dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan
operasional perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi
keuangan entitas
pelaporan yang Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
penyajiannya Estimation untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam
disandingkan dengan periode mendatang dengan menyajikan laporan
periode sebelumnya secara komparatif

Equity Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan


penurunan ekuitas (bila defisit operasional) 50
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL

• Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat


digunakan untuk menghitung cost per program/kegiatan pelayanan

Laporan Operasional Perhitungan Cost


COST untuk
Beban pegawai Labor cost setiap
Beban belanja barang program/
Beban bunga
kegiatan
Beban subsidi Material cost
Beban hibah
Beban bantuan sosial
Beban penyusutan Overhead cost
Beban transfer
Beban lain-lain
PERANAN LAPORAN
OPERASIONAL
Evaluasi kinerja Konsep VFM digunakan untuk menilai apakah
berdasarkan konsep suatu organisasi telah mencapai benefit
Value for Money maksimal, dengan mengunakan sumber daya
(ekonomi, efisien & yang ada.
efektif)
Outcome
(Hasil)

efektivitas
Output
(keluaran) Laporan
Operasional
efisien Input
(cost dari
program/
kegiatan)
ekonomi Laporan Kinerja
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
UU 1/2004 & PP 8/2006
Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah

Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah


dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost), dengan
kuantitas dan kualitas terukur

Manajemen Keuangan Manajemen Kinerja

Aset &
Pendapatan Beban Cost Kinerja
Kewajiban
Mengaitkan cost dengan kinerja

LAPORAN LAPORAN
EVALUASI KINERJA
KEUANGAN KINERJA
STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL
• Hak pemerintah • Penurunan manfaat
• Diakui sebagai ekonomi/potensi jasa
dalam periode
penambah ekuitas pelaporan
• Dalam tahun • menurunkan ekuitas
anggaran yg • berupa pengeluaran/
bersangkutan
Pendapatan-LO Beban (dari konsumsi
(dari kegiatan kegiatan aset atau timbulnya
• Tidak perlu
dibayar kembali operasional) operasional) kewajiban

• Pendapatan/Beban yg
• Sifatnya tidak rutin, bukan n operasi biasa
termasuk surplus/defisit
Kegiatan Non Pos Luar
• Tidak diharapkan
dari penjualan aset non Operasional Biasa sering/rutin terjadi
lancar dan penyelesaian • Di luar kendali/
kewajiban jangka panjang pengaruh entitas ybs
• Sifat & jumlah diungkap
dalam CalK
54
STRUKTUR DAN ISI

– Menyajikan berbagai unsur


• pendapatan-LO,
• beban,
• surplus/defisit dari operasi,
• surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
• surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
• pos luar biasa,
• surplus/defisit-LO,

– Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub


jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara
wajar
IDENTIFIKASI

Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara


jelas, dan, jika dianggap perlu, diulang pada setiap
halaman laporan, informasi berikut:
a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi
lainnya;
b) cakupan entitas pelaporan;
c) periode yang dicakup;
d) mata uang pelaporan; dan
e) satuan angka yang digunakan.
INFORMASI DALAM CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN

• Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang


diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.
• Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan
menurut klasifikasi jenis beban.
• Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain
yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang
berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
PENDAPATAN LO

• Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.


• Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
• Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto
(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan
tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses
belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
• Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
AKUNTANSI BEBAN

AKUNTANSI BEBAN

• Beban diakui pada saat:


– timbulnya kewajiban;
– terjadinya konsumsi aset;
– terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa.
• Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
• Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.
AKUNTANSI BEBAN

• Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang


atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas
pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

• Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali


beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan
sebagai pengurang beban pada periode yang sama.
Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas
beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal
mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan
pembetulan pada akun ekuitas.
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN OPERASIONAL

• Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih


antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan.
• Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang
antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan.
• Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
KOMPONEN LAPORAN OPERASIONAL

SURPLUS DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL


• Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan
tersendiri dalam kegiatan non operasional.
• Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan
surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit
sebelum pos luar biasa.

POS LUAR BIASA


• Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar
Biasa.
• Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.

SURPLUS / DEFISIT LO
• Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan
kejadian luar biasa.
TRANSAKSI MATA UANG ASING

• Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang
rupiah.
• Jika tersedia dana dalam mata uang asing, maka transaksi dijabarkan
dalam mata uang rupiah dengan kurs tengah bank sentral pada tanggal
transaksi.
• Jika tidak tersedia dana dalam mata uang asing, maka transaksi dalam
mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi,
yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk memperoleh valuta asing
tersebut.
• Jika mata uang asing tersebut dibeli dengan menggunakan mata uang
asing\, maka:
a) Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan
dengan menggunakan kurs transaksi
b) Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam
rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral tanggal transaksi.
TRANSAKSI DALAM BENTUK BARANG DAN JASA

• Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk


barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan
Operasional dengan cara menaksir nilai wajar
barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi.
• Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan atas
Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan
semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari
pendapatan dan beban.
LAPORAN OPERASIONAL

• Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan


pelaporan.
• Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan
laporan kinerja
• Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus
akuntansi berbasis akrual sehingga :
– Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
– Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan
laporan kinerja keuangan
– Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan
tertentu
– Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya
dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
Kenaikan/
No URAIAN 20X1 20X0 (%)
Penurunan
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx
6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx
22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx
25 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxx xxx xxx xxx
26 Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxx xxx xxx xxx
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31) xxx xxx xxx xxx
33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxx xxx xxx
66
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

35 BEBAN
36 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
37 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
38 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx
39 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx
40 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx
41 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
42 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
43 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
44 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
45 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
46 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx
47 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx
48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xxx
50 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) xxx xxx xxx xxx
51
52 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
53 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
54 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
55 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
57 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx
58 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57) xxx xxx xxx xxx
59 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58) xxx xxx xxx xxx
60
61 POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx
62 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
63 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
64 POS LUAR BIASA ( 62-63) xxx xxx xxx xxx
65 SURPLUS/DEFISIT-LO ( 59 + 64) xxx xxx xxx xxx

67
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

LPE MERUPAKAN KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN YANG MENYAJIKAN SEKURANG-KURANGNYA POS-POS:


ekuitas awal,
surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
ekuitas akhir.

EKUITAS HANYA SATU KOMPONEN TIDAK TERBAGI ATAS EKUITAS DANA LANCAR, EKUITAS DANA DIINVESTASIKAN, DLL.
PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

NO URAIAN 20X1 20X0

1 EKUITAS AWAL XXX XXX


2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN
3 MENDASAR:
4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX
5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX
6 LAIN-LAIN XXX XXX
7 EKUITAS AKHIR XXX XXX

69
HUBUNGAN ANTAR LAPORAN

 LAPORAN FINANSIAL:

LO LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS NERACA

LAPORAN PELAKSANAAN ANGGARAN:

LRA LAPORAN PERUBAHAN SAL


Laporan Operasional LRA
Pendapatan 500
Beban (200) Pendapatan 450
Surplus/Defisit Opr 300 Belanja (0)
Kegiatan non
operasional
Surplus/Defisit LO
60
KETERKAITAN
360 L Surplus/(defisit)
Pembiayaan
APORAN
SILPA
450
1.000
1.450

Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan SAL
Ekuitas Awal 1.000
Surplus/Defisit LO 360 SAL Awal 100
Ekuitas Akhir 1.360 Penggunaan SAL (30)
SILPA 1.450
SAL Akhir 1.520

Neraca
Aset 2.000
Kewajiban 640
Ekuitas 1.360
CHART OF ACCOUNT (COA)
(BAGAN AKUN)
Chart of Account (BAGAN AKUN)

• Proses akuntansi dimulai dengan penyusunan Bagan


Akun (Chart of Account/COA)
• Chart of Account adalah daftar kode yang digunakan
untuk mengklasifikasikan transaksi yang terjadi dalam
organisasi
• Tujuan pengkodean akun adalah untuk memudahkan
pencatatan, pemrosesan informasi dan pelaporan
keuangan.
• Kode akun harus disusun secara sistematis, sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmu akuntansi, serta mengacu
pada stuktur untuk membangun suatu sistem akuntansi
• Setiap kode dalam suatu akun mempunyai makna dan
tujuan 35
CHART OF ACCOUNT (BAGAN AKUN)
• Dalam Laporan keuangan untuk pihak eksternal, kode akun
menggambarkan posisi akun dalam laporan keuangan.
Sedangkan penyusunan kode akun untuk pelaporan keuangan
kepada pihak internal, kode akun menggambarkan
pertanggungjawaban dan pengendalian.

• Penyusunan kode akun disesuaikan dengan kondisi dan


kebutuhan organisasi. Digit berikutnya dalam kode akun
merupakan kode sub klasifikasi dari akun tersebut

36
Klasifikasi akun dalam laporan
keuangan
1. ASET
2. KEWAJIBAN
3. EKUITAS
4. PENDAPATAN
5. BIAYA

37
Contoh : PENGKODEAN AKUN
Digit pertama menggambarkan unsur dalam laporan
keuangan, contoh:
DIGIT PERTAMA AKUN
1 Aset
2 Kewajiban
3 Ekuitas
4 Pendapatan
5 Biaya

38
PENGKODEAN AKUN
• Digit kedua, menggambarkan klasifikasi kelompok pos laporan
keuangan sampai dengan sembilan sub klasifikasi, contoh:

DIGIT KEDUA AKUN


1 Aset
11 Aset Lancar
12 Investasi Jangka Panjang
13 Aset Tetap
14 .......

39
PENGKODEAN AKUN
• Digit ketiga dan keempat menggambarkan sub klasifikasi dari
pos laporan keuangan sebelumnya sampai dengan 99 digit,
contohnya

DIGIT KE 3 & 4 AKUN


1 Aset
11 Aset Lancar
1101 Kas dan Setara Kas
1102 Investasi Lancar
1103 Piutang Pelayanan

40
PENGKODEAN AKUN
• Digit kelima dan keenam menggambarkan klasifikasi dari pos
laporan keuangan sebelumnya sampai dengan 99 digit,
contoh:

DIGIT KE 5 & 6 AKUN


1 Aset
11 Aset Lancar
1101 Kas dan Setara Kas
110101 Kas
110102 Kas Kecil

41
PENGKODEAN AKUN
• Digit ketujuh dan kedelapan menggambarkan sub klasifikasi
pos laporan keuangan sebelumnya sampai dengan 99 digit
berikutnya, contoh:

DIGIT KE 7 & 8 AKUN


1 Aset
11 Aset Lancar
1104 Persediaan
110401 Persediaan Barang Farmasi
11040101 Persediaan Alat Kesehatan
11040102 Persediaan Obat

42
SIKLUS TRANSAKSI DAN
SIKLUS AKUNTANSI
ELEMEN LAPORAN KEUANGAN

1. Aset
• Sumber daya yang dikuasai oleh sebagai akibat
peristiwa masa lalu yang diharapkan akan memberikan
manfaat di masa yang akan datang bagi
2. Kewajiban
• Hutang yang ada pada saat ini, yang ditimbulkan
karena adanya peristiwa di masa lalu. Hutang ini
menimbulkan kewajiban bagi untuk melakukan
pembayaran di masa yang akan datang
3. Ekuitas
• Merupakan sumber perolehan dana yang berasal dari donatur
dan dari hasil operasional .
• Ekuitas juga merupakan selisih antara aset dan kewajiban
Siklus Transaksi

Siklus Model Siklus Transaksi


Pendapatan

Siklus
Pengeluaran Siklus
Peristiwa Ekonomi Laporan
( Transaksi ) Pelaporan
Keuangan
Keuangan
Siklus Pelayanan

Siklus Keuangan

46
Siklus transaksi
• Siklus pendapatan
terkait dengan pemberian jasa pelayanan kepada pasien atau
pihak lain dan penerimaan pembayaran pasien atau tagihan
dari pihak lain.
• Siklus pengeluaran
terkait dengan pengadaan barang dan/atau jasa dari pihak
lain dan pelunasan utang dan kewajibannya.
• Siklus produksi/pelayanan
terkait dengan transformasi sumber daya rumah sakit menjadi
jasa pelayanan .

47
Siklus transaksi
• Siklus keuangan
terkait dengan perolehan dan pengelolaan capital fund (dana
modal), seperti modal kerja (sumber dana kas atau dana likuid
lainnya) dan sumber dana jangka panjang
• Siklus pelaporan keuangan
tidak terkait dengan siklus operasi (operating cycle)
sebagaimana empat siklus pertama di atas. Siklus ini
memperoleh data operasi dan akuntansi dari siklus yang lain
dan memprosesnya menjadi laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.

48
SIKLUS
AKUNTANSI

• Analisis setiap transaksi dan pengaruhnya terhadap akun


• Mencatat setiap transaksi ke dalam jurnal berdasarkan bukti
transaksi /dokumen
• Memindahkan informasi dari jurnal ke dalam buku besar
• Menyusun daftar saldo
• Membuat jurnal penyesuaian dan koreksi bila diperlukan,
serta membuat jurnal penutup
• Menyusun Laporan keuangan yang terdiri dari neraca,
laporan operasi dan laporan arus kas
SIKLUS AKUNTANSI
LAPORAN
KEUANGAN JURNA PENUTUP
DOKUMEN
SUMBER

NERACA
SIKLUS AKUNTANSJ SALDO
JURNAL SETELAH
PENYESUAIAN

NERACA/DAFTAR PENYESUAIAN
BUKU BESAR
SALDO
PROSES AKUNTANSI

Proses untuk mengidentifikasi,


mencatat dan melaporkan
peristiwa-peristiwa ekonomi di
dalam organisasi

Identifikasi Mencatat Melaporkan


SIKLUS AKUNTANSI DAN PERSAMAAN DASAR
AKUNTANSI

PRINSIP :
DANA HARUS DAPAT DITELUSURI KEMANA ARAHNYA
DOUBLE ENTRY
JURNAL TRANSAKSI
• Merupakan catatan tentang transaksi ekonomi
yang terjadi di dalam organisasi
• Penjurnalan dilakukan setiap kali terjadi transaksi
. Jurnal, berisi informasi tentang:
– Tanggal transaksi
– Nama akun dan jumlahnya yang harus didebet dan
dikredit
– Keterangan singkat atas transaksi tersebut
– Pendebetan dicatat di sisi kanan dan pengkreditan
dicatat pada sisi kiri
Tehnik Penjurnalan
1. Analisis transaksi ekonomi dan dokumen
sumber
2. Mencatat transaksi ekonomi ke dalam buku
jurnal
FORMAT JURNAL UMUM JI

Tgl Keterangan Ref Debet Kredit


Contoh Jurnal
Contoh format jurnal:
• Tanggal 5 Oktober terjadi pembelian barang farmasi
secara tunai sebesar Rp 500.000
• Tanggal 7 Oktober mencatat pendapatan dari pasien
umum, berdasarkan formulir kuitansi yang diperoleh
dari kasir, dengan perincian: biaya pendaftaran Rp
5.000, Biaya pemeriksaan dan tindakan Rp 15.000
dan biaya obat Rp 60.000 (harga pokok obat Rp
50.000)
Contoh Jurnal
Jurnal Umum
JI
Tgl Keterangan Ref Debet Kredit
5 Okt Persediaan-Barang Farmasi Rp. 500.000
Kas Rp. 500.000
7 Okt Kas 80.000
Pendapatan-Pendaftaran 5.000
Pendapatan-Pelayanan 15.000
Pendapatan-Apotek 60.000
Biaya/Beban Obat 50.000
Persediaan-Barang Farmasi 50.000
BUKU BESAR
• Buku besar (general ledger) merupakan rekening
individual yang ada dalam laporan keuangan
• Setiap buku besar mempunyai kode akun sesuai
dengan yang disajikan dalam laporan keuangan
• Buku besar mencatat perubahan saldo setiap
rekening individual
Format Buku Besar
POSTING
Posting ke Buku Besar
- pemindahan akun yang dicatat dalam buku
jurnal ke dalam buku besar
Langkah-langkah:
• Masukkan tanggal posting, jumlah yang didebet dan yang
dikredit di dalam jurnal dan ke dalam kolom-kolom yang
sesuai di dalam buku besar
• Di dalam kolom referensi pada jurnal, masukkan nomor akun
buku besar
Contoh Posting Ke Buku Besar
Contoh Posting Ke Buku Besar (Cont...)
DAFTAR SALDO/NERACA SALDO

Daftar Saldo/ Neraca Saldo


– Daftar saldo atau neraca saldo ini disusun
berdasarkan saldo akhir yang terdapat dalam
setiap akun individual atau buku besar
– Disusun pada akhir periode ketika akan membuat
laporan keuangan
Daftar/Neraca Saldo
“HARAPAN SEHAT”
DAFTAR SALDO
31 OKTOBER 2011
NAMAAKUN DEBET KREDIT
Kas Rp 430.000
Piutang Pelayanan 50.000
Persediaan barang farmasi 450.000
Peralatan rumah tangga 185.000
Hutang usaha Rp 100.000
Hutang Gaji 50.000
Pendapatan diterima di muka 100.000
Ekuitas 800.000
Surplus tahun lalu 50.000
Pendapatan pendaftaran 5.000
Pendapatan pelayanan 15.000
Pendapatan apotik 60.000
Beban obat 50.000
Beban bahan habis pakai 15.000
Total Rp 1.180.000 Rp 1.180.000
JURNAL PENYESUAIAN
UNTUK MENCATAT PENYESUAIAN AKUN/REKENING
PADA AKHIR PERIODE
• Hal-hal yang menyebabkan perlunya penyesuaian
antara lain:
– Transaksi tidak mungkin dicatat secara harian dengan
pertimbangan efisiensi
– Beberapa biaya tidak dicatat dalam periode waktu
tertentu, karena biaya tersebut berkaitan dengan
berlalunya waktu dan bukan merupakan akibat dari
pemakaian sumber daya sehari-hari
– Transaksi tidak dicatat karena sebab lain
Jurnal Penyesuaian
• Jurnal penyesuaian dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu:
1. Deferrals
• prepaid expenses – Beban/biaya telah dibayar tunai dan dicatat
sebagai aset sebelum digunakan atau dikonsumsi
• Unearned Revenue- Kas telah diterima dan dicatat sebagai hutang
(kewajiban) sebelum pendapatan diperoleh
2. Accruals
• Accrued Revenues – Pendapatan telah diperoleh tetapi kas belum
diterima atau belum dilakukan pencatatan
• Accrual Expenses – Beban telah terjadi tetapi kas belum
dibayarkan atau belum dilakukan pencatatan
Contoh Jurnal Penyesuaian
Contoh Kasus Prepaid Expense:
Bahan Habis Pakai
• Tanggal 5 Oktober membeli bahan habis pakai secara kredit
seharga Rp 2.500.000. Bahan habis pakai ini diperkirakan akan habis dalam
waktu 3 bulan
• Tanggal 31 Oktober Bahan habis pakai yang tersisa senilai Rp 1.000.000

Tanggal Jurnal
5 Okt Transaksi Bahan Habis Pakai Rp 2.500.000
Hutang Usaha 2.500.000
31 Okt Penyesuaian Beban/Biaya Bahan Habis Pakai Rp 1.500.000
Bahan habis Pakai 1.500.000
Contoh Jurnal Penyesuaian (Cont’..)
Contoh Kasus Prepaid Expense:
• Asuransi
– Tanggal 5 Oktober Membayar polis asuransi sebesar Rp
600.000, akan jatuh tempo pada tanggal 30 September
tahun yang akan datang

Tanggal Jurnal
5 Okt Transaksi Asuransi Dibayar Di muka Rp 600.000
Kas 600.000
31 Okt Penyesuaian Beban asuransi Rp 50.000
Asuransi Dibayar di muka 50.000
Contoh Jurnal Penyesuaian (Cont’...)
• Contoh Kasus Prepaid Expense:
• Depresiasi Aset Tetap
Tanggal 1 Oktober rumah sakit membeli peralatan kantor
seharga Rp 5.000.000 secara kredit dengan umur ekonomis 5
tahun
Tanggal Jurnal
5 Okt Transaksi Peralatan Kantor Rp 5.000.000
Hutang Usaha 5.000.000
31 Okt Penyesuaian Biaya Depresiasi Rp 1.000.000
Akumulasi Depresiasi 1.000.000
Contoh Jurnal Penyesuaian (Cont’...)

Kasus Unearned Revenue:


- Tanggal 5 Oktober , menerima dana jamkesmas
sebesar Rp 1.000.000
- Tanggal 31 Oktober, berdasarkan analisis yang dilakukan
pendapatan yang terealisasi adalah Rp 500.000

Tanggal Jurnal
5 Okt Transaksi Kas Rp 1.000.000
Pendapatan diterima di muka Rp 1.000.000
31 Okt Penyesuaian Pendapatan diterima di muka Rp 500.000
Pendapatan Pelayanan 500.000
Contoh Jurnal Penyesuaian (Cont’...)

Contoh Kasus ACCRUED REVENUE


- Tanggal 31 Oktober melakukan tagihan
kepada pasien sebesar atas pelayanan sebesar Rp
100.000, tetapi pasien akan membayar bulan depan

Tanggal Jurnal
31 Okt Penyesuaian Piutang usaha Rp 100.000
Pendapatan Pelayanan 100.000
Contoh Jurnal Penyesuaian (Cont’...)

Contoh Kasus ACRRUED EXPENSE


• pada tanggal 31 Oktober , mempunyai kewajiban
untuk membayar gaji karyawan sebesar Rp 250.000, tetapi
baru akan dibayarkan pada tanggal 5 November

Tanggal Jurnal
31 Okt Penyesuaian Beban Gaji Rp 250.000
Hutang Gaji 250.000
PENYELESAIAN DALAM SIKLUS AKUNTANSI

• Kertas Kerja (Worksheet)


• Jurnal Penutup
• Jurnal Koreksi
• Jurnal Pembalik
KERTAS KERJA/ WORKSHEET

Alat kerja akuntan yang digunakan dalam proses pembuatan


jurnal penyesuaian dan laporan keuangan
Langkah-langkah pembuatan Kertas Kerja:
• Membuat daftar saldo (neraca saldo), yang diambil dari setiap
akun individu dalam buku besar
• Membuat penyesuaian dalam kolom penyesuaian
• Membuat daftar saldo setelah penyesuaian
• Menggolongkan akun-akun ke dalam akun neraca dan akun
operasi
• Menyusun laporan keuangan (laporan operasi, neraca dan
arus kas)
Contoh
Worksheet
JURNAL PENUTUP

• Berfungsi untuk menutup akun-akun


temporer
• Memindahkan surplus/ defisit ke akun
permanen/ neraca
Contoh Jurnal Penutup

• Menutup Akun Pendapatan dan Biaya


Tanggal Nama Akun Debet Kredit
31 Okt Pendapatan pelayanan Rp 10.600.000
Iktisar S/D Rp 10.600.000
31 Okt Iktisar S/D Rp 7.740.000
Biaya obat Rp 1.500.000
Biaya habis pakai 40.000
Biaya depresiasi 50.000
Biaya gaji 5.200.000
Biaya sewa 900.000
Biaya bunga 50.000
Contoh Jurnal Penutup (Cont’...)
• Menutup akun pembantu (Ikhtisar S/D) ke akun
Permanen

Tanggal Nama Akun Debet Kredit


31 Okt Ikhtisar S/D Rp 2.860.000
Surplus tahun berjalan Rp 2.860.000
JURNAL PEMBALIK/JURNAL REVERSI

• Merupakan Pilihan (bisa dilakukan atau tidak)


• Dibuat pada awal periode akuntansi
• Merupakan lawan dari jurnal penyesuaian
yang telah dibuat pada periode sebelumnya
• Untuk memudahkan proses akuntansi pada
periode selanjutnya
Pengakuan dan Pencatatan
Pendapatan dan Biaya
berbasis Akrual

81
Reformasi Pelaporan Keuangan
Daerah
• Kas Basis  Akrual Basis
• Dasar Hukum:
– UU No 17 Tahun 2003 ttg Keuangan Negara
– PP No 71 Tahun 2010 ttg Standar Akuntansi
Pemerintahan
– KMK No 1981 Tahun 2010 ttg Pedoman Akuntansi BLU
– Permendagri No 61 Tahun 2007 ttg Pedoman Teknis Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
– Permendagri 64 Tahun 2013 ttg Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan basis akrual
82
Sistem Akuntansi Berbasis Kas
• bertujuan untuk menghasilkan pelaporan
keuangan yang melibatkan arus kas selama
periode tertentu
• pendapatan dan biaya diakui dan dicatat pada
saat terjadinya arus kas masuk dan arus kas
keluar
• menghasilkan laporan keuangan yang dapat
memperlihatkan sumber dana, alokasi dan
penggunaan sumber dana
83
Sistem Akuntansi Berbasis Kas
• Karakteristik:
– Beban/biaya belum diakui dan dicatat sampai
terjadinya pembayaran kas (arus kas keluar)
– Sebelum terjadi pengeluaran kas, tidak akan terjadi
pengurangan dalam pendapatan
– Pendapatan diakui dan dan dicatat saat terjadinya
penerimaan kas (arus kas masuk)
– Laporan keuangan menunjukkan posisi kas yang ada
pada saat itu.
– Tidak perlu membuat cadangan piutang tak tertagih
(cadangan kerugian piutang)

84
Sistem Akuntansi Berbasis Kas
• Kelebihan-kelebihan:
– Dapat menunjukkan sumber dana, alokasi dan
penggunaan dana secara jelas
– Mudah dipahami

85
Sistem Akuntansi Berbasis Kas
• Kekurangan:
– Hanya memfokuskanpada arus kas untuk periode berjalan
– Adanya risiko pengakuan pendapatan yang terlalu tinggi
pada suatu periode dimana terjadi penerimaan kas yang
masih diperlukan adanya pemenuhan kewajiban
– Adanya risiko pengakuan pendapatan yang terlalu rendah
pada suatu periode dimana terjadi pengeluaran kas yang
merupakan pembayaran di muka atas suatu kewajiban
– Penghapusan piutang dilakukan secara langsung tanpa
estimasi cadangan kerugian piutang.
– Tidak mencerminkan kinerja organisasi periodik yang
sesungguhnya
86
Sistem Akuntansi Berbasis Akrual
• sistem akuntansi dimana peristiwa ekonomi
diakui dan dicatat pada saat terjadinya
• Tujuan penggunaan basis akrual (accrual
basis) adalah memberikan gambaran yang
utuh terhadap posisi keuangan suatu entitas

87
Sistem Akuntansi Berbasis Akrual
• Karakteristik:
– Pendapatan dan Beban diakui pada saat terjadinya
– Penyajian beban dilakukan sesuai dengan periode
terjadinya
– Beban yang dibayar di muka disesuaikan pada setiap
akhir periode pelaporan, sehingga menggambarkan
beban yang sesungguhnya ditanggung pada periode
– tersebut
Kewajiban disesuaikan pada setiap akhir periode
pelaporan, sehingga mencerminkan kewajiban yang

sesungguhnya terjadi pada periode tersebut
Penghapusan piutan tidak dilakukan secara langsung,
tetapi melalui pembentukan cadangan kerugian 88
Sistem Akuntansi Berbasis Akrual
• Kelebihan:
– Menggambarkan posisi keuangan organisasi secara lebih
akurat
– Penghitungan surplus/defisit pada suatu periode menjadi
lebih realistis
– Konsisten dengan prinsip mempertemukan pendapatan
dan biaya pada periode yang sama (prinsip matching)
– Mencerminkan kinerja periodik organisasi sesungguhnya
– Meningkatkan akuntabilitas
– Memudahkan manajemen untuk melakukan analisis untuk
tujuan pengambilan kebijakan tertentu

89
Sistem Akuntansi Berbasis Akrual
• Kelemahan-kelemahan:
– Diperlukan pemahaman akuntansi yang lebih baik,
sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang
handal di bidang akuntansi

Adanya risiko piutang tak tertagih tetap tercatat
sebagai pendapatan, sehingga pendapatan dicatat
– terlalu tinggi
Pembentukan cadangan kerugian piutang mengurangi
– pendapatan pada suatu periode
Karena dibentuk melalui suatu estimasi yang seringkali
bersifat subyektif, menimbulkan risiko penyajian
laporan keuangan yang tidak menggambarkan hal
sebenarnya 90
Pencatatan Pendapatan Berbasis Akrual
• Pendapatan dalam sistem akrual diakui dan
dicatat ketika mempunyai hak untuk
melakukan penagihan karena telah melakukan
pelayanan
Contoh:
Pada tanggal 15 Oktober, seorang pasien rawat
inap telah sembuh dan pulang. Biaya perawatan
total sebesar Rp 10.000.000. Meskipun demikian,
pasien belum membayar secara tunai.
91
Pencatatan Pendapatan Berbasis Akrual

Penjurnalannya sebagai berikut:

Tgl Jurnal
15 Okt Transaksi Piutang Pelayanan Rp 10.000.000
Pendapatan Pelayanan Rp 10.000.000

Transaksi diatas disebut “Unearned Revenue”

92
Cadangan Kerugian Piutang
• Sistem akuntansi berbasis akrual tidak melakukan
penghapusan piutang secara langsung, melainkan
mengestimasi cadangan kerugian piutang pada
setiap akhir periode
Contoh:
• Jumlah piutang pelayanan pada tanggal 31
Desember 2011 adalah Rp 50.000.000. Rumah
sakit memperkirakan sebanyak 10% dari piutang
tersebut tidak akan bisa ditagih, maka pada
tanggal 31 Desember, membuat
jurnal cadangan kerugian piutang.
93
Pencatatan Cadangan Kerugian Piutang
Penjurnalannya sebagai berikut:
Tgl Jurnal

31 Des Transaksi Kerugian Piutang/Piutang tak tertagih Rp 10.000.000

Cadangan Kerugian Piutang Rp 10.000.000

Jika kemudian pada tanggal 4 Februari tahun berikutnya, dipastikan bahwa


piutang pelayanan sebesar Rp 4.000.000 tidak dapat tertagih, maka rumah
sakit membuat jurnal sebagai berikut:
Tgl Jurnal

4 Feb ‘12 Transaksi Cadangan Kerugian Piutang Rp 4.000.000

Piutang Pelayanan Rp 4.000.000


94
Pendapatan diterima di muka
• Jika menerima pembayaran di
muka untuk pendapatan jaminan pelayanan,
maka pendapatan harus diakui saat terjadinya
realisasi pelayanan bukan pada saat
penerimaan kas di muka
Contoh:
Pada tanggal 6 Juni, menerima
dana uang muka pasien yang dijamin Asuransi
ABA senilai Rp 150.000.000
95
Pendapatan diterima di muka
• Penjurnalannya sebagai berikut:
Tgl Jurnal

6 Jun Transaksi Kas Rp 150.000.000

Pdptn diterima dimuka- ASR ABA Rp 150.000.000

Pendapatan diterima dimuka merupakan kewajiban


bukan pendapatan. Pendapatan baru akan diakui ketika
pelayanan sudah diberikan kepada pasien

96
Pengakuan Pendapatan Berbasis Akrual
• Contoh:
Pada tanggal 7 Oktober, seorang pasien berjaminan
Asuransi ABA mendapat pelayanan dengan total biaya
pelayanan sebesar Rp 5.000.000. maka pada saat inilah
pendapatan dicatat dan diakui, jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut:
Tgl Jurnal

7 Okt Transaksi Pdptn diterima dimuka- ASR ABA Rp 5.000.000

Pendapatan Pelayanan Rp 5.000.000

97
Pengakuan dan Pencatatan Biaya
dengan Basis Akrual
• Sistem akuntansi berbasis akrual, mengakui
biaya/beban pada saat terjadinya, dan dilaporkan
berdasarkan periode terjadinya.
• Jika melakukan pembayaran biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode, maka
pada akhir periode, harus dilakukan penyesuaian biaya
yang diakui untuk satu periode saja.
• Dengan demikian prinsip mempertemukan pendapatan
dan biaya (Matching revenue and expense) dalam satu
periode yang sama dapat dilakukan

98
Pengakuan dan Pencatatan Biaya
dengan Basis Akrual
• Contoh:
Pada tanggal 1 Oktober , membayar biaya
asuransi kebakaran gedung sebesar Rp
12.000.000, biaya asuransi ini mempunyai
manfaat untuk 12 bulan, maka
pada akhir periode akuntansi, harus dilakukan
penyesuaian biaya asuransi.

99
Biaya dibayar dimuka
Penjurnalan saat pembayaran asuransi:
Tgl Jurnal

1 Okt Transaksi Biaya dibayar dimuka Rp 12.000.000

Kas Rp 12.000.000

Penyesuaian pada akhir periode:


Tgl Jurnal

31 Des penyesuaian Biaya Asuransi Rp 3.000.000

Biaya dibayar dimuka Rp 3.000.000

100
Pengakuan dan Pencatatan Biaya
dengan Basis Akrual
• Dalam sistem berbasis akrual, Biaya atau beban harus
diakui dan dicatat pada periode terjadinya, meskipun
pada kenyataannya pengeluaran kas belum terjadi
Contoh:
membayar gaji karyawan setiap tanggal 5 , Pada tanggal
31 Desember harus meyusun laporan keuangan. sudah
memiliki kewajiban membayar gaji karyawan sebesar
Rp 250.000.000, tetapi gaji baru akan dibayarkan
tanggal 5 Januari tahun berikutnya. Maka pada periode
akuntansi yang berakhir pada tanggal 31 Desember
Gaji karyawan yang belum dibayarkan harus sudah
diakui sebagai biaya/beban 101
Pengakuan dan Pencatatan Biaya
dengan Basis Akrual
Penjurnalannya sebagai berikut:
Tgl Jurnal

31 Des penyesuaian Biaya Gaji Rp 250.000.000

Hutang Gaji Rp 250.000.000

102
Pengakuan dan Pencatatan Biaya
dengan Basis Akrual
• Sistem akuntansi berbasis akrual mengkapitalisasi harga
perolehan aset yang mempunyai nilai manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Oleh karena itu, setiap akhir periode
harus dilakukan penyesuaian terhadap manfaat aset.
Contoh:
Pada tanggal 1 Januari , membeli kendaraan ambulan,
senilai Rp 200.000.000. Umur ekonomis kendaraan ini
diperkirakan 5 tahun, dengan nilai sisa sebesar 0. Nilai
manfaat kendaraan ini adalah 5 tahun.
Maka harga perolehan sebesar Rp 200.000.000, harus
dikapitalisasi setiap periode akuntansi, dan diakui sebagai
biaya depresiasi kendaraan
103
Pengakuan dan Pencatatan Biaya
dengan Basis Akrual
• Penjurnalan pada saat transaksi adalah sebagai
berikut:
Tgl Jurnal

1 Jan Transaksi Kendaraan Rp 200.000.000

Kas Rp 200.000.000

• Penjurnalan pada akhir periode


Tgl Jurnal

31 Des Penyesuaian Biaya Depresiasi Rp 40.000.000

Akumulasi Depresiasi Rp 40.000.000


104
PERSEDIAAN
Persediaan
Pengertian
Aset berwujud dalam bentuk bahan atau perlengkapan
supplies) yang digunakan untuk mendukung kegiatan
administratif dan pemberian pelayanan jasa. Persediaan
pada meliputi:
• Persediaan Barang Farmasi
• Persediaan Barang gizi
• Persediaan Barang Laboratorium
• Persediaan Barang rumah tangga
• Persediaan Barang lainnya

106
Akuntansi Persediaan
• Basis kas
pencatatan persediaan hanya terjadi ketika
puskesmas membeli persediaan, dan
langsung diakui sebagai biaya persediaan
pada saat terjadi pembelian
• Basis akrual
pencatatan persediaan dilakukan pada saat
pembelian dan pemakaian persediaan atau
berkurangnya persediaan
107
Jurnal Persediaan
Kasus:
• Tanggal 1 . membeli obat-obatan
senilai RP 50.000.000, potongan pembelian
sebesar 5 %.
• Tanggal 5. Rumah sakit melayani pasien
dengan pemakaian obat-obatan senilai Rp
5.000.000 yang dibebankan kepada pasien
dengan harga Rp 6.000.000

108
Jurnal Persediaan
Pencatatannya adalah sebagai berikut:
Tanggal Jurnal
1 Persediaan Barang Farmasi 50.000.000
Potongan pembelian 2.500.000
Kas 47.500.000

5 Beban Barang farmasi 5.000.000


Persediaan Barang Farmasi 5.000.000
Kas 6.000.000
Pendapatan Pelayanan 6.000.000

109
Jurnal Persediaan
• Jika memproduksi obat tertentu dengan
menggunakan bahan dari persediaan barang
farmasi. Pada saat obat tersebut siap untuk dijual,
harus dibuat pencatatan untuk mentransfer
persediaan bahan obat menjadi obat yang siap
• dijual
Contoh:
tanggal 6, memproduksi obat batuk yang
diproses menggunakan bahan-bahan obat yang
dimiliki senilai Rp 6.000.000, maka ketika obat
batuk tersebut siap untuk dijual 110
Jurnal Persediaan
Pencatatannya adalah sebagai berikut:

Tanggal Jurnal
6 Persediaan Barang Farmasi 6.000.000
Persediaan Barang Farmasi 6.000.000

111
Penilaian Persediaan
• Persediaan harus dilaporkan di dalam neraca
sebagai aset sebesar harga pokok persediaan.
Permasalahannya adalah persediaan barang
farmasi mungkin saja diberi secara bertahap atau
tidak dalam satu waktu tertentu, dan mungkin
saja dengan harga peroleh yang tidak sama.

Harga manakah yang akan digunakan


dalam penyajian persediaan di neraca?

112
Metode Penentuan Nilai Persediaan

• Ada 2 metode untuk menentukan nilai


persediaan:
– Metode Fisik (Periodik)
– Metode Perpetual

113
Metode Fisik (Periodik)
• Aliran harga pokok persediaan tidak
diperhatikan.
• Tidak melakukan pencatatan, ketika terjadi
transaksi pemakaian persediaan.
• Pencatatan hanya dilakukan pada akhir
periode.
• Dinilai dengan cara melakukan pengamatan
secara fisik dan melakukan penyesuaian harga
pokok pada akhir periode
114
Contoh:
• Tanggal 1, nilai persediaan obat sebesar Rp
200.000
• Tanggal 3, melakukan pembelian persediaan
senilai Rp 10.000.000
• Tanggal 15, melakukan pelayanan dengan
rincian:
– Pendapatan tindakan Rp 1.000.000
– Pemakaian persediaan sebesar Rp 4.500.000 dan
dibebankan kepada pasien sebesar Rp 5.000.000
– Tanggal 30 ditaksir nilai persediaan sebesar Rp 500.000

115
Jurnal Persediaan (periodik)
• Pencatatannya adalah sebagai berikut:
Tanggal Jurnal
3 Pembelian persediaan 10.000.000
Kas 10.000.000
15 Kas 6.000.000
Pendapatan Pelayanan 6.000.000
Tidak ada pencatatan pemakaian persediaan

116
Harga Pokok Penjualan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:

• Persediaan awal 200.000


• Pembelian 10.000.000
• Persediaan yang tersedia 10.200.000
• Nilai persediaan akhir 500.000
• HPP 9.700.000

117
Metode Perpetual
• Memperhatikan aliran biaya persediaan secara
terus menerus
• Persediaan diakui pada saat diperoleh dan
dikeluarkan
• Nilai persediaan akhir diperoleh berdasarkan
aliran biaya selama satu periode dan
merupakan saldo akhir dari persediaan
tersebut

118
Jurnal Persediaan (Perpetual)
Pencatatan pada kasus yang sama dengan kasus
metode periodik adalah sebagai berikut:

Tanggal Jurnal
3 Persediaan 10.000.000
Kas 10.000.000
15 Kas 6.000.000
Pendapatan Pelayanan 6.000.000
15 Beban Persediaan 4.500.000
Persediaan 4.500.000

119
Metode Penilaian Persediaan
• (1) FIFO (First in First Out);
Pengeluaran persediaan dicatat berdasarkan
harga terdahulu
• (2) LIFO (Last In First Out)
berdasarkan
Pengeluaran persediaan dicatat
harga terakhir
• (3) Metode Rata-rata (Average) berdasarkan
Pengeluaran persediaan dicatat
harga rata-rata (Sesuai dengan KMK 1981 Tahun
2010)
120
Ilustrasi Metode Penilaian Persediaan
Data Persediaan pada Puskesmas “Segar Bugar”
adalah sebagai berikut:
• Tgl 2 maret : Pembelian Persediaan sebesar 2000
unit dengan harga Rp 4.000 per unit
• Tgl 15 maret : Pembelian persediaan sebesar
6000 unit dengan harga Rp 4.400 per unit
• Tgl 19 maret: Pemakaian persediaan sebesar
4.000 unit
• Tgl 30 maret: pembelian persediaan sebesar 2000
unit dengan harga Rp 4.750 per unit

121
First In First Out (FIFO)
Tanggal Pembelian Pemakaian Saldo
2 maret 2.000 unit @ Rp 4.000 2000 @ Rp 4.000 = Rp 8.000.000
15 6.000 unit @ Rp 4.400 2000@ Rp 4.000 = Rp 8.000.000
6000@Rp 4.400 = 26.400.000
34.400.000
2000@Rp4.000=Rp 8.000.000 4.000@Rp4.400 = Rp17.600.000
2000@Rp4.400= 8.800.000
16.800.000
30 2.000 unit @ Rp 4.750 4000@ Rp4.400 = Rp17.600.000
2000@ Rp 4.750 = Rp 9.500.000
Rp 27.100.000

122
Rata-Rata Perpetual

Tgl Pembelian Pemakaian Saldo

2 2.000 unit @ Rp 4.000= 8.000.000 2000 @Rp4.000 = 8.000.000

15 6.000 unit @ Rp 4.400= 26.400.000 8000 @Rp4.300 =34.400.000

4000 @ Rp 4.300 = Rp 17.200.000

30 2.000 unit @ Rp 4.750= 9.500.000 6.000 @Rp4.600= 26.700.000

123
Rata-rata Tertimbang
• Rata-rata perpetual mudah diterapkan untuk persediaan obat-
obatan, akan tetapi untuk persediaan lain yang habis pakai
dan sulit dihitung unit pemakaiannya maka metode yang
dapat diterapkan adalah metode rata-rata tertimbang
• Ilustrasi:
Tanggal Unit dibeli Harga Pokok Total Harga Pokok
Persediaan
2 mar 2.000 Rp 4.000 Rp 8.000.000

15 6.000 4.400 26.400.000

30 2.000 4.750 9.500.000

Total Persediaan 10.000 Rp 43.900.000

124
Rata-rata tertimbang
Harga pokok rata-rata tertimbang : Rp 43.900.000/10.000 = Rp 4.390
Harga Pokok Persediaan akhir: 6000 x Rp 4.390 = Rp 26.340.000

• Persediaan tersedia = Rp 43.900.000


• Persediaan akhir 26.340.000
• Harga Pokok Persediaan/Beban Persediaan Rp 17.500.000
Pada akhir periode perlu dibuat jurnal penyesuaian persediaan sebagai
berikut:
Tanggal

30 Beban Persediaan 17.500.000


Persediaan 17.500.000

125
Perlakuan Akuntansi Untuk
Persediaan yang Kadaluarsa
• Persediaan barang yang kadaluarsa harus dihapuskan dan
dipisahkan dengan persediaan barang yang tidak kadaluarsa
Contoh:
• Pada tanggal 30 Maret, Puskesmas “segar bugar” mengakui
bahwa ada obat-obatan yang kadaluarsa senilai Rp 5.000.000
• Jurnal pemisahan dan penghapusan persediaan barang
kadaluarsa adalah sebagai berikut:
Tanggal Jurnal
30 maret Persediaan Barang Kadaluarsa Rp 5.000.000
Persediaan barang Farmasi Rp 5.000.000
Kerugian Persediaan Kadaluarsa Rp 5.000.000
Persediaan Barang Kadaluarsa Rp 5.000.000

126
• Jika pada tanggal 2 April persediaan barang
kadaluarsa tersebut kemudian dapat dijual
senilai Rp 500.000
• hasil penjualan persediaan barang kadaluarsa
tersebut harus diakui sebagai pendapatan
lain-lain dan jurnal yang dibuat adalah sebagai
berikut:
Tanggal jurnal

2 April Kas Rp 500.000


Pendapatan Lain-lain Rp 500.000

127
Aset Tetap
Pengertian:
Aset tetap adalah aset berwujud yang :
1. Dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa,
disewakan kepada pihak lain dalam kegiatan usaha
sehari-hari, atau tujuan administratif, dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.

128
ASET TETAP
Aset Tetap
Pengertian:
Aset tetap adalah aset berwujud yang :
1. Dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa,
disewakan kepada pihak lain dalam kegiatan usaha
sehari-hari, atau tujuan administratif, dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.

130
Jenis-Jenis Aset Tetap
Yang termasuk aset tetap di rumah sakit antara
lain:
• Tanah;
• Gedung dan Bangunan;
• Peralatan dan Mesin;
• Jalan, Irigasi dan Jaringan;
• Aset tetap lainnya; dan
• Konstruksi dalam pengerjaan

131
Konsep Penyusutan Aset Tetap
• Aset tetap seiring dengan berjalannya waktu akan
memiliki nilai ekonomis yang semakin menurun.
• Diperlukan alokasi biaya atas berkurangnya nilai
ekonomis Aset Tetap tersebut
• Untuk menentukan besarnya penyusutan nilai aset
tetap tersebut dapat menggunakan beberapa
metode.

132
Metode Penyusutan
1. Unit Produksi
2. Saldo Menurun Ganda (Double Declining
Balance)
3. Jumlah Angka Tahun (Sum Of Years)
4. Garis Lurus (Straight Line)  yang
dianjurkan dalam KMK 1981 Tahun 2010

133
Penyusutan Metode Garis Lurus

Informasi yang harus dimiliki:


1. Harga Perolehan
2. Nilai Sisa (Asumsi: Aset Tetap dipergunakan sepenuhnya
sehingga dapat dianggap habis, tetapi apabila belum
dihapuskan maka bisa diisi dengan 1)
3. Umur Ekonomis  taksiran umur terhadap aset tetap
sampai berapa lama aset tetap tersebut ekonomis
dipergunakan

134
Umur Ekonomis (sesuai KMK 1981 Tahun 2010)

Taksiran umur ekonomis atas perolehan aset tetap


diatur sebagai berikut:
1. Gedung permanen bertingkat 40 tahun
2. Gedung permanen, jalan, irigasi dan jaringan 25
tahun
3. Peralatan/mesin dan peralatan medis 5 tahun
4. Komputer dan kendaraan bermotor 5 tahun
5. Peralatan kantor dan meubelair 5 tahun

135
Penghitungan Biaya Penyusutan

Biaya Penyusutan dihitung dengan cara:

• Harga perolehan (HP) dikurangi dengan Nilai


Sisa (NS) dibagi dengan Umur Ekonomis
(UE)
(HP) – (NS)
BP (Biaya Penyusutan) = (UE)

136
Contoh
Puskesmas “ Segar Bugar” membeli sebuah mobil
ambulance untuk operasionalnya pada 1 Januari tahun
2010, harga mobil Rp 500.000.000,00.
Maka perhitungan biaya penyusutannya (metode garis
lurus) adalah sebagai berikut:
• Nilai Perolehan = 500 juta
• Nilai Sisa = 1
• Umur Ekonomis = 5 tahun
• Biaya Penyusutan= 500 jt – 1
5
= +/- 100 Juta/tahun

137
Akuntansi Aset Tetap
• Pembelian pada tanggal 1 Januari 2012:
Kendaraan Rp 500.000.000
Kas Rp 500.000.000

• Pengakuan Biaya Penyusutan pada 31 Desember 2012:


Biaya Penyusutan Rp 100.000.000
Akum. Penyusutan AT Rp 100.000.000

• Saat dilakukan Penghapusan Aset Tetap Ambulance, pada tahun2017:


Akum. Penyusutan AT Rp.500.000.000
Aset Tetap Rp.500.000.000

138
SIAPKAH ANDA MENERIMA TANTANGAN??
Diskusi
• Sistem akuntansi berbasis apakah yang digunakan
pada anda?
• Kesulitan-kesulitan apakah yang akan anda
hadapi , jika sistem akuntansi berbasis akrual
diterapkan pada anda?
• Seberapa jauh persiapan anda dalam
menghadapi reformasi pelaporan keuangan yang
akan dilakukan pemerintah dengan menerapkan
sistem pelaporan keuangan berbasis akrual?

146
KONSOLIDASI SAK
KE DALAM SAP

Anda mungkin juga menyukai