Anda di halaman 1dari 473
Ebook di terbitkan melalui : Hak cipta di lindungi oleh undang-undang. Di larang keras mencopy atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dari buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit atau penulis. Isi di luar tanggung jawab penerbit. PROLOG ECHA memarkirkan motornya di halaman rumah dengan jantung yang begitu menggila saat mendapat telepon dari bundanya yang mengatakan bahwa tante Aini, sahabat bundanya, jatuh pingsan di rumahnya sendiri. Ia panik, sampai tidak sadar, ia hampir terpelanting beberapa kali hanya untuk ke dalam rumah tersebut. "Bunda?" panggilnya saat melihat Dewi, bundanya tengah duduk di salah satu kursi kayu yang ada di ruang tamu rumah Aini. "Echa, kemari!” Dewi melambaikan tangannya pelan, sebagai isyarat Echa untuk mendekat."Duduk di samping Bunda." Echa mengangguk. Sempat ia menatap bingung dengan kondisi kediaman Aini saat ini. Disana, terlihat Aini juga duduk di salah satu kursi panjang yang berada tepat di sisi Bundanya Echa sekarang duduk. Di samping Aini, ada anak laki-lakinya yang bernama Kyar sedang duduk dengan garis wajah yang A Little Thing About Marriage] 1 terlihat tegang. Di depannya, ada Om Gunawan, papanya Kyar dan juga Latifa, kakak perempuan Kyar. Dan ada seorang gadis lainnya yang belum pernah Echa temui sebelumnya. Gadis cantik dengan wajah terlihat sembab itu, duduk tepat di sisi Latifa bersila saat ini. "Ada apa, Bun?" bisik Echa setelah ia mendaratkan bokongnya di kursi kayu tempat yang tadi Dewi tujukan padanya. Tubuhnya sedikit dicondongkan agar bisa lebih rapat ke telinga sang bunda."Bukannya tadi bunda bilang tante Aini lagi drop? Kok sekarang—* "Echa?" Echa menghentikan bisikannya pada sang bunda saat mendengar suara Aini yang bergetar memanggil namanya. "ya, tante?" Aini hanya diam. Terlihat semua yang ada di ruangan itu menarik nafasnya dalam- dalam, kecuali gadis cantik yang duduk di sisi Latifa saat ini berada. Dia semakin meremas jemarinya sebagai tanda kalau hatinya sedang gelisah menunggu kata-kata yang akan Aini ucapkan. A Little Thing About Marriage] 2 "Echa ini adalah gadis yang akan dinikahi oleh Kyar." Pyar!! Ekspresi wajah Echa yang semula terlihat biasa, berubah menjadi sangat jelek seketika. Otaknya seperti tersambar petir di cuaca yang sangat cerah seperti ini. Jika tidak salah hitung, baru saja Echa tiba semenit yang lalu di tempat itu. Dan sekarang? Aini justru membuat otak Echa berlalu lalang saking kebingungannya mendengar kata-kata Aini barusan. Ditambah dengan ia yang belum sepenuhnya sadar dari keterkejutannya, Aini langsung menambahkan ucapan yang semakin menyengat pembuluh darah Echa dengan gigitan-gigitan kecil di sana. "Pernikahan mereka akan dilaksanakan minggu depan! Dan tidak ada celah bagi kamu untuk masuk ke dalam kehidupan Kyar!" Masa bodo dengan masalah Kyar, ataupun gadis yang saat ini ditatap tajam oleh Aini saat ini. Bagi Echa, kata pernikahan dan sangkut pautnya dengan dirinya sudah membuat Echa hanya bisa memikirkan dua hal tersebut dengan mata yang masih sulit untuk sekedar dikedipkan sekarang. A Little Thing About Marriage] 3 Echa mendongak. Suara gadis yang terisak disisi Latifa membuat Echa bertanya- tanya tentang siapa gerangan gadis tersebut. Kenapa wajahnya menyiratkan luka yang Echa_ sendiri tidak tahu sedalam apa perasaannya sekarang. Hanya saja, saat tatapannya jatuh pada sosok Kyar yang mematung, Echa bisa menarik kesimpulan kalau gadis itu pastilah punya perasaan lebih terhadap Kyar. Ya, mungkin cinta? Gadis yang tidak dikenal oleh Echa itu pun berdiri. Berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi pada keluarga itu. Menyisakan kebiusan yang mendalam bagi setiap orang yang disana. Ingin Echa berteriak dengan keras dan meminta seseorang menjelaskan semua ini padanya. Dia ingin paham atas apa yang terjadi. Setidaknya sedikit alasan kenapa dia bisa dibawa-bawa dalam urusan Kyar dan gadis yang pergi menangis itu. "Kamu pasti bingung dengan apa yang diomongin sama Mama?" tebak Latifa memandang wajah cha yang sudah A Little Thing About Marriage| 4 mengisyaratkan tanda tanya besar di jidad gadis remaja itu. "Maafin tante ya, Cha. Tante gak bisa lagi nahan ini semua." ucap Aini dengan nada lirihnya dan mengundang tatapan bingung Echa."Tapi, tante benar-benar mau jadikan kamu menantu di keluarga tante" "Kami mau kamu menikah dengan Kyar." sambung Gunawan kali ini dengan mimik wajah yang serius. Echa tidak bisa lagi menutup mulutnya. Sudut bibir atasnya sudah menungkik dengan cara tidak elegan di depan mereka semua. Ia tidak perduli. Baginya, rasa kagetnya ini alami muncul seiring dengan keterkejutan yang tidak bisa diekspresikan lagi hanya dengan kedua mata yang membesar. "Bun?" Echa melirik pada Dewi yang menundukkan wajahnya dengan sendu. Menarik tangan wanita paruh baya itu hingga membuat kedua mata mereka bertemu. "Bunda harap kamu gak keberatan dengan keputusan ini ya, Cha?" A Little Thing About Marriage] 5 "Eh? Maksud bunda?" tanya Echa semakin terlihat bingung. Tatapannya jatuh pada Kyar yang masih setia duduk menundukkan wajah menatap ambal bulu yang kini ia pijak. "Ayah dan Bunda sebenarnya udah lama menjodohkan kamu dengan bang Kyar. Dan baru sekarang keinginan itu—“ "Stop, bunda!" Echa mengangkat tangannya ke udara sebagai isyarat Dewi membungkam mulutnya lagi. Sedikit demi sedikit ia mengerti arah pembicaraan ini. Dialihkannya lagi busur matanya pada Kyar. Pria itu masih diam seribu bahasa. Bahkan mimik wajahnya saja tidak terbaca sama sekali oleh Echa. Membuatnya geram sekaligus ingin mengacak-acak wajah oriental milik Kyar Abdi Putra tersebut. "Bang! Kok diem aja?! Ngomong sesuatu kek?!" pinta Echa mencoba mendesak Kyar. Ia baru tahu kalau pria yang sudah dianggapnya sebagai abang ini, akan berubah wujud menyerupai manekin. Dan itu benar- benar menyebalkan. "Bang! Jawab!" A Little Thing About Marriage] 6 "Berisik!". bentak Kyar terdengar frustasi. Ia bahkan sempat mengacak rambutnya sendiri sebelum akhirnya berdiri dari duduknya. "Terima aja, apa susahnya, sih?!" Bukan hanya Echa, semua orang yang ada di ruangan itu, termasuk Papa dan Mamanya sendiri bingung menatap sikap kasar Kyar barusan. Yang mereka tahu, Kyar adalah sosok yang ramah bagi mereka yang dekat dengannya. Dan Echa, bukanlah orang asing yang tiba-tiba muncul dalam hidup pria itu. Gadis itu sudah lama-bahkan terlalu lama hanya untuk mendapat gelar adik angkat bagi Kyar. Tanpa mengucapkan sebuah maar, Kyar pun berlalu. Menyisakan rasa sesak di hati Echa yang mendalam. Ia tahu kalau perasaannya pada Kyar hanya _ sebatas perasaan adik terhadap kakaknya. Dan dia tidak mau memaksakan perasaannya untuk menganggap Kyar sebagai suaminya kelak. Tidak! Dia sayang Kyar hanya sebatas, dia sayang dengan kakak angkatnya. Tidak lebih! Jadi, dia tidak ingin merubah ini semua. Dan A Little Thing About Marriage] 7 kalau pun bisa, untuk berapa lama pernikahan macam itu akan berjalan, mengingat mereka yang tidak pernah terikat akan cinta sebelum ini. solo A Little Thing About Marriage] 8 BABr ECHA melenguh dan bergerak resah dalam tidurnya saat kedua kelopak mata indahnya terbuka, menampakkan sepasang iris almond yang terlihat cukup teduh untuk ditatap. Silau sinar lampu neon yang terpancar dari langit-langit kamar megah itu membuat Echa kembali berusaha menyesuaikan pandangannya yang masih mengabur. "Kamu udah sadar?" pertanyaan itu langsung menyapa pendengarannya. Seperti perintah, gadis itu melemparkan pandangannya ke arah sumber suara. Di atas sebuah kursi kayu yang menghadap kearahnya, seorang gadis yang menggunakan kebaya serupa namun beda warna dengan Echa tengah tersenyum manis. Kemudian berdiri dan beranjak mendekati Echa yang masih terpekur lemah di atas ranjang jumbo berwarna abu-abu tersebut. "Kamu tadi pingsan pas ijab qabul selesai diucapkan" Latifa memandang wajah A Little Thing About Marriage] 9 pias Echa seraya menepuk pundak gadis itu pelan."Kamu gugup?" Gadis itu hanya terdiam. Menghelakan nafas beratnya dan memutar kembali penggalan ingatannya sebelum ia sampai di kamar itu. Terbayang wajah tegang Kyar saat duduk di sisi Echa dengan sebuah selendang putih yang merentang menutup puncak kepala mereka siang itu. Pria yang dengan lantangnya mengucap qabul atas diri seorang gadis bernama Mahesa Diana Putri itu terlihat begitu dingin tak tersentuh. Suara lantangnya yang sanggup mengalahkan tegasnya suara penghulu kala ijab qabul ia serukan, seolah telah berubah bentuk menjadi gondam yang siap menghantam pikirannya gadis itu sendiri. Sungguh kejadian yang ironis. Moment dimana seorang gadis akan menangis terharu atas dirinya yang telah sah dipersunting seorang pria, justru menjadi moment mengerikan bagi Echa yang saat itu langsung terjengkang tak sadarkan diri seiring kata 'sah' menggema di kedua telinganya. A Little Thing About Marriage] 10 Dengan gusar, Echa memijat pelipis matanya yang kembali berdenyut. Tepat saat ia mendengar suara pintu kamar itu dibuka, menampakkan sosok Kyar melangkah dengan kaki tegasnya. Bahkan suara benturan sepatu pantofel yang ia ciptakan terdengar begitu nyaring dan mengilukan. Membuat Echa tanpa sadar terduduk dan meraih lengan Latifa untuk ia pegang. "Lemah!" ujar pria itu terdegar dingin dan langsung meraih tangan kiri Echa hingga ia bisa menyematkan sebuah cincin emas putih berukir dan berhiaskan berlian kecil ke jari tengah gadis itu."Gitu aja pingsan. Gimana, sih?" Echa terpaku. Menatap kagum pada cincin berwarna silver nan berkilau itu di bawah sinar lampu tersemat di jari tengahnya. Seperti terhipnoris, Echa langsung mengangkat tangannya ke udara. Merasa kagum. "Kok cincinnya gini sih, dek?" tanya Latifa menatap heran ke arah jemari Echa yang masing terangkat. A Little Thing About Marriage/ 11 "Gini, gimana?" tanya Kyar masih bernada sama. "Kenapa ditaruh di jari tengah?! Harusnya ‘kan di jari manis!" "Oh.." sahut Kyar pelan."Kebesaran." "Apanya?" "Cincinnya." kemudian tatapannya jatuh pada Echa yang sepertinya mulai tersadar dengan letak cincin itu."Itu cincin kawin! Kebesaran, karena aku pikir kamu mulai gemukan" Kyar mengalihkan tatapannya, tepat saat Echa mendongakkan kepalanya hendak menatap mata lelaki itu. Membuat Echa merasakan secara nyata perubahan sikap Kyar untuk yang kesekian kalinya. Bagaimana pun, Echa sadar akan sinar mata pria itu yang sudah mulai meredup. Ia tahu Kyar berbalik menatapnya hanya karena rasa jengah yang mulai melanda. Menatap ke dalam sepasang almond yang berhalang bulu mata lentik itu dengan tatapannya yang gusar. Memberikan peluang bagi Echa untuk bisa membaca suasana hati pria itu sekarang. A Little Thing About Marriage] 12 Seperti isyarat terusir, pria itu berbalik. Meninggalkan Echa kembali terpekur sendiri dengan nasibnya yang sudah menjadi seorang istri. Baginya, seberapa banyak pun ia menatap gadis remaja itu, perasaannya akan tetap sama. Echa, tetap adiknya. eK Suasana meja makan itu masih terlihat cukup ramai. Kedua belah pihak keluarga terlihat menikmati makan malam mereka sambil sesekali bercengkrama _bersama. Semua terlihat mengukir senyumnya masing- masing, kecuali dua insan yang menjadi inti dari acara tersebut. Echa dan Kyar. "Kok diam aja? Gak dimakan nasinya?" tanya Aini menegur Echa yang sudah sah menjadi menantunya sejak siang tadi. Dengan kaku, Echa mengangguk dan mulai menyuapi nasi itu sesendok ke dalam mulutnya. "Mulai sekarang, Echa akan tinggal di rumah ini. Jadi, mulai sekarang juga, kamu A Little Thing About Marriage] 13 gak perlu canggung seperti itu jika berada di depan Mama dan juga Papa" sambung Aini mengelus puncak kepala Echa yang saat itu duduk disisinya. Dengan lembut, hingga membuat gadis remaja itu menelan salivanya dengan amat susah payah. Dia berbeda dengan Kyar. Jika sebelumnya Kyar itu memang sudah sering berada di tengah keluarga Echa, maka lain hal dengan gadis berusia 17 tahun tersebut. Bisa dihitung menggunakan jari, berapa kali ia menginjakkan kaki ke rumah keluarga Kyar yang bak istana tersebut. Intinya, tidak sesering Kyar datang ke rumahnya. Sejak dulu, sejak Kyar kecil, lelaki itu sering dititipkan di rumah Dewi, Bundanya Echa yang merupakan sahabat Mamanya Kyar, saat Mama dan Papa lelaki itu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sedangkan Latifa, lebih sering menghabiskan masa sekolahnya di asrama, hingga tidak punya waktu untuk menjaga ataupun memperhatikan adik simatawayangnya bernama Kyar Abdi Putra. Alhasil, rumah keluarga Echa sudah seperti rumah sendiri A Little Thing About Marriage] 14. bagi lelaki itu. Bukan hanya rumah tempat singgah, malah. Tapi terkesan seperti rumah utama. Jadi, tidak heran jika sikap Kyar sama sekali tidak ada tanda-tanda groginya di tengah keluarga tersebut. Bahkan Marina, kakak tertua Echa akan selalu merangkul Kyar layaknya dia merangkul seorang adik Jelakinya jika Kyar mulai bertandang ke rumah mereka. Echa mengulum bibirnya sendiri. Beberapa nafas berat lolos dari sudut bibirnya yang terbuka. Sungguh, ia tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Benar- benar terasa menegangkan baginya. "Mulai besok, Kyar dan Echa akan pindah ke rumah baru kami. Jadi, kami cuma akan menginap satu malam di rumah ini" ujar Kyar sontak menghentikan aktifitas di ruang makan tersebut. "Rumah? Maksud, adek?" tanya Aini penasaran. Pria yang kerap dipanggil dengan sebutan ‘adek' itupun meletakkan sendok dan garpunya di tas piring."Kyar udah menyiapkan sebuah rumah kecil yang bisa A Little Thing About Marriage] 15 Kyar dan Echa tempati setelah menikah. Dan kami juga udah mutusin untuk segera pindah besok" Hampir saja Echa tersedak cumi-cumi sambal saat semua mata tertuju padanya. Ucapan Kyar yang tanpa diskusi itu pun membuat Echa gelagapan sendiri. Kami?! Pekik Echa membatin. Perkataan Kyar seolah tengah menuding dirinya bekerja sama dengan lelaki itu. Padahal tidak! "Kalian semua gak usah khawatir. Meskipun kami cuma tinggal berdua, kami akan tetap tidur di kamar yang terpisah. Dan Kyar janji, Kyar gak akan menyentuh Echa sedikit pun!" kata Kyar berjanji Kyar saat ia merasa bisa menebak apa arti tatapan keluarganya besarnya saat ini. Mendengar hal tersebut, membuat Aini perlahan-lahan mendesahkan nafasnya pelan. Menunduk dan menatap Dewi yang hanya tersenyum sekedarnya. Itu artinya, Bunda Echa pun setuju dengan rencana Kyar. "Ya udah kalau gitu. Toh, sekarangkan kamu yang jadi kepala keluarga bagi Echa. Jadi...". tatapan Aini = jatuh__— pada A Little Thing About Marriage] 16 menantunya."Echa harus nurut apa kata abang, ya?" Rasa gugup langsung menyelimuti hati Echa seketika itu juga. Dia bahkan sudah menggigiti sudut bibirnya yang masih sedikit pucat. Selama ini, dia tidak pernah merasa gugup berlebihan. Bahkan saat dulu ia ditembak oleh pacarnya yang bernama Evan, dia tidak segugup ini. Rasanya berbeda. Dan sekarang? Haruskah dia merasa gugup di keluarga suaminya? aE "Gue gak nyangka kalo lo beneran jadi adik ipar gue." terdengar suara Hakam kala mendapati Kyar sedang mematut dirinya sendiri di cermin untuk waktu yang cukup Jama. Kyar tersadar dari lamunannya, dan mengalihkan tatapannya kembali pada Hakam. "Gue juga gak nyangka bakal jadi adik ipar lo." A Little Thing About Marriage] 17 Pria yang masih mengenakan batik itu mendekat. Menepuk bahu kanan Kyar layaknya sahabat yang mengerti dengan beban yang tengah ditangguhkan di sana."Gue tahu ini berat buat lo." Ia menatap pantulan dirinya dan juga Kyar di cermin."Tapi, seberat apapun yang lo rasain sekarang, pastilah Echa yang lebih tertekan di sini" Hakam masih memandang wajah Kyar dengan alisnya yang terangkat. Menatap wajah tenang Kyar yang sudah terdiam membalas tatapannya di cermin datar tersebut. "Lo jangan apa-apain Echa dulu, ya? Kasian dia" Kyar memfokuskan _ tatapannya. Dengan kedua alis yang bertahutan menatap Hakam, dia bertanya."Maksud lo?" Pria itu’ menggidikkan bahunya sekali."Ya, lo kan laki-laki. Jadi, gue cuma minta lo jangan apa-apain Echa dulu. Kasian. Diakan masi SMA. Jadi, gue gak mau kalo dia..." Hakam menarik sudut bibirnya dengan terpaksa. "you know-lah.." Kyar tidak mengerti betul maksud ucapan Hakam. Sebagai seorang saudara, A Little Thing About Marriage] 18 meski pun tidak kandung, Hakam seharusnya paham kalau Kyar tidak akan mungkin melakukan hal gila dengan mencoba mendekati Echa. Dan bukannya memandang Kyar seolah dia akan menyantap Echa di rumahnya nanti. Lagi pula, Kyar juga sudah berjanji tidak akan menyentuh Echa sebagaimana dia akan menyentuh seorang istri. Tidak. Dia tidak seburuk itu! Mata Kyar yang datar tidak sesuai dengan sikapnya saat menyentak rangkulan Hakam dengan kasar."Gue belum cukup gila untuk ngelakuin itu ke Echa." "Yakin?" "Lo bisa pegang kata-kata gue!" Kemudian Kyar keluar dari kamarnya dan menghempaskan pintu kamarnya hingga tertutup rapat. Ia merasa jengkel akan kehadiran Hakam yang semakin memperkeruh suasana_ hatinya. Bukannya menghibur, Hakam justru menuduhnya yang tidak-tidak. Benar-benar menyebalkan. Sedangkan di dalam kamar, Hakam masih terdiam menatap kosong ke arah pintu kamar Kyar yang sudah tertutup. Dalam A Little Thing About Marriage] 19 benaknya, sudah muncul berbagai jenis praduga lainnya yang masih menyangkut dan ingin ia utarakan saat ini. "“Mungkin bukan lo yang gue takutin, Ky.." Gumam Hakam menatap kosong ke arah pintu tersebut."Tapi hati anak remaja yang udah jadi istri lo" Diam-diam, perasaan risih menyelinap masuk ke dalam hati Hakam kala Kyar mengatakan akan memboyong adiknya yang sudah sah menjadi istri Kyar ke rumah yang baru saja dibeli pria itu minggu lalu. Ia takut. Bahkan sangat takut. Bukan soal perasaan Kyar terhadap Echa. Tapi soal Echa yang mungkin belum sepenuh nya dikenal oleh Kyar. Selama ini, bertahun-tahun lamanya, Kyar hanya mengenal sosok Echa dari luar. Kedekatan mereka memiliki batas yang tidak sama dengan batas Hakam dan Echa. Dia tahu segala tingkah brutal Echa yang belum pernah dilihat oleh Kyar sebelumnya. Dan _ itu, menjadi momok tersendiri bagi Hakam, seandainya Kyar tahu sifat Echa yang satu itu... Hakam takut kalau Kyar akan menyakiti adiknya Hakam. A Little Thing About Marriage] 20 BAB2 DULU, bahkan sampai satu minggu yang lalu Kyar masih menganggap hubungannya dengan Echa akan _ tetap lenggeng seperti hubungannya dengan Hakam dan Marina. Tapi, kenyatanya tidak. Echa justru berubah status menjadi istrinya dalam kurun waktu satu minggu ini. Hebat. Amazing. Marvelous. Bravo. Semua kata itu tidak hentinya mencemooh hidup Kyar yang saat ini sudah berstatus sebagai suami orang. Bukan hanya itu. Segala rencana yang telah ia susun terasa buyar sudah kala harapannya untuk mendapatkan istri yang lebih muda dua-atau tiga tahun darinya, justru harus menikahi seorang remaja berusia tujuh belas tahun. Tujuh belas tahun! Bagi kebanyakan orang, jarak usia begitu memang tidak ada masalah. Namun, bagi Kyar, ada beberapa hal yang membuatnya benar-benar harus menolak kehadiran Echa sebagai istrinya. Yang pertama; dia sudah menganggap Echa sebagai A Little Thing About Marriage] 21 adiknya sendiri. Kedua; Echa masih terlalu anak-anak bagi pemikiran Kyar. Dan ketiga adalah hal yang menjadi point terpenting adalah; mereka tidak saling mencintai. Dia tahu Echa sejak dulu. Bahkan apa yang menjadi rahasia Echa di depan keluarganya pun, Kyar juga tahu. Mulai dia yang sering bolos diam-diam, hingga ia mempunyai seorang pacar bernama Evan. Dari sana saja, hubungan Echa dan Kyar tidak bisa dikatakan dekat. Meski kenyataannya ada beberapa hal yang Kyar memang tidak bisa mengerti dengan sikap dan tingkah laku Echa. Seperti; kalau gadis itu sudah memutuskan masuk ke kamar untuk tidur, maka tidak akan ada alasan baginya lagi untuk keluar dari kamar itu. Apapun. Mau itu perintah, atau hal lainnya. Malah pernah Kyar mencoba mengerjainya dengan memasukkan ular peliharaan temannya—yang tidak berbisa—ke dalam kamar Echa, eh justru ular itu yang dikeluarkan lagi dalam keadaan anteng. Saat itu, keluarganya tidak ada yang berniat memberitahu Kyar tentang apa yang terjadi meskipun Kyar bertanya. Dan saat itu, A Little Thing About Marriage| 22 untuk pertama kalinya, jiwa ingin tahu Kyar, terpatahkan. "Cha, keluar sebentar, yuk!" Kyar yang baru saja mengetuk pintu kamar Echa, memunculkan kepalanya di sela daun pintu yang dibukanya perlahan. Melihat Echa yang sepertinya hendak tidur setelah seharian membereskan kamar barunya sendiri."Ada yang mau abang omongin sama kamu" Kyar mendahului Echa menuju ruang tamu, yang disusul oleh gadis itu yang menatap tidak suka pada sosok Kyar. Well...sepertinya Kyar tahu kesalahan apa yang sudah diperbuatnya pada gadis itu. "Kamu masih sama Evan?" Tanya Kyar sesaat setelah mereka berdua duduk berhadapan di kursi ruang tamu. Hanya ada sebuah meja persegi yang menjadi penghalang di antara mereka. "Iya." Jawab Echa ketus. "Baguslah" Ucap Kyar _ seraya tersenyum lega."Eemm.. maafin abang ya, Cha" "Untuk?" A Little Thing About Marriage] 23 "Ya, untuk kesalahan abang yang udah nyeret kamu dalam pernikahan ini" Jawab Kyar. "Trus? Lo gak minta maaf karena udah nyuekin gue gitu?" Tanya Echa_sengit, membuat Kyar tertawa. "Iya deh. Sory. Abisnya, abang galau tingkat mahasiswa, Cha. Jadi, abang gak bisa ngatur suasana hati abang sendiri." Ujar Kyar masih tekekeh pelan. "Sekarang?" "Sekarang udah enggak. Asal..." Kyar menggantung ucapannya dan menatap Echa dengan senyuman yang aneh. Echa yang tidak tahu arti senyuman itu langsung berburuk sangka. Buru-buru dia menyilangkan kedua tanggannya di dada dan berteriak. "Lo gak boleh macam-macam sama gue, ya! Inget bang, kalo gue masih sekolah! Lo gak boleh ngapa-ngapain gue! Gue masih cinta Evan! Gak! Gak! Gak mau!" Plak! Echa tertegun sesaat setelah Kyar memukul kepalanya dengan sebuah amplop yang digulungnya dengan asal. Kedua alisnya A Little Thing About Marriage] 24. bertahutan melihat tampang cengo Echa menatap wajah Kyar yang masih jengkel. "Kebanyakan nonton drama kamu!" Sungut Kyar membuat Echa mengerucutkan bibirnya. Kemudian, ia membentangkan lagi amplop yang sempat ia jadikan senjata dan menyerahkannya pada Echa. "Baca, gih!" Gadis itu mengernyit, namun tidak membantah. Lambat namun pasti, ia membuka amplop yang berisikan tentang surat perjanjian kontrak di dalamnya. “Perjanjian kontrak?" Baca Echa dan menatap Kyar dengan tatapan tanya."Rumah ini kontrakan, bang?" Kini, Kyar yang memukul jidatnya sendiri. Kekehan pelan keluar begitu merdu dari bibir seksinya mendengar pertanyaan polos gadis muda itu. “Bukan." "Jadi?" Kyar mengangkat bahunya sekali."Baca aja terus" Gadis dengan rambut sebahu itu terus menarik selembar kertas berukuran legal itu dari dalam amplop dan _ melanjutkan bacaannya. Terlihat kernyitan di dahi Echa A Little Thing About Marriage] 25 saat ia membaca surat itu sebanyak empat kali. Entah tidak mengerti, atau kurang paham, yang jelas, ia menyerah dan memutuskan untuk bertanya. "Maksudnya?" "Itu. surat perjanjian nikah kontrak kita" Jawaban Kyar bagai petir di siang bolong. Echa kaget bukan main. Ia bahkan tersentak dalam duduknya saat Kyar berbicara dengan sangat tenang. "Maksud abang?" Tanyanya lagi Kyar tersenyum lembut. Menarik kertas dari genggaman Echa _ seraya menjelaskan isi surat tersebut."Pernikahan kita hanya akan berjalan enam bulan. Dan setelah itu, kita akan bercerai. Bagaimana?" "T-tapi.." Kini, kegagapan yang menyerang Echa secara membabi buta. "Kamu gak akan mau terus menerus tinggal bareng abang kan, Cha? Jadi istri abang, dan hidup bareng abang selamanya?" Tanya Kyar memotong ucapan Echa yang ingin membantah. Dengan gerakan kaku, kepala gadis itu menggeleng. A Little Thing About Marriage] 26 “Lagipula, kamu punya kehidupan kamu sendiri, dan begitu pula abang yang punya jalan hidup abang sendiri. Abang gak mau kalau kita menjalin hubungan yang...“ Kyar mengangkat bahunya dan mencari kata yang tepat untuk mendeskripsikan segala keanehan yang ia rasakan saat ini."Kamu tahulah..." Echa menghelakan nafas beratnya dan mengangguk. Wajahnya juga menyiratkan sesuatu yang terasa aneh untuk ia rasakan pula. "Memangnya kamu mau, pisah sama Evan?" Refleks pertanyaan itu membuat Echa menggeleng keras. "Ya gak lah! Gila aja!" Serunya dan membuang pandangannya ke arah lain. Tangan Kyar terangkat dan mengacak rambut Echa seraya tertawa."Gak usah galak gitu kali." Echa mendongak. Matanya bertemu langsung dengan mata Kyar yang menyipit kala bibirnya tersunging. Membentuk suatu kedamaian yang tercipta dengan begitu A Little Thing About Marriage] 27 mudahnya mengusir segala kegundahan yang sejak kemarin berkumpul di dalam benak kecilnya. Benar kata orang... Kyar itu tampan. "Gue kira lo bakal dingin terus kayak kemarin." Ucap Echa menghentikan gerakan tangan Kyar di kepalanya. Membuat lelaki itu menatapnya dengan kedua alis yang terangkat."Sekarang malah ketawa gitu." "Maaf.." Ucap Kyar lirih sebelum ia menunduk."Abang cuma bingung mau berekspresi bagaimana begitu tahu kita akan menikah kemarin. Jadi, abang memilih untuk bersikap tenang dan—* "Cuek?" Potong Echa dengan bibir dimajukan."Sok cool lo! Basi!" Pria di hadapannya itu kembali tersenyum dan menggeleng."Bukannya abangmu ini memang cool?" Tanyanya percaya diri."Coba bilang sama abang, siapa teman cewek kamu yang gak tertarik dengan pesona abang, kalo gak klepek-klepek semua?" Bibir Echa kian mengerucut, hingga matanya kembali bertemu dengan surat kontrak yang diletakkan Kyar di atas meja A Little Thing About Marriage] 28 tersebut. Membuat Kyar tersadar, kemudian ikut terdiam. Diraihnya surat perjanjian kontrak tersebut dan kembali menjelaskan detail-nya kepada Echa. "Abang harap kamu setuju dengan kontrak ini. Isinya gak macam-macam kok. Cuma batas pernikahan, tidak mencampuri urusan masing-masing, dan yang terpenting; tidak ada kontak fisik." Kedua mata Echa melotot."Gak ada kontak fisik?!" Kepala Kyar mengangguk."Kamu itu masih sekolah. Jadi, gak boleh kayak gituan dulu. Lagian kan kamu sendiri yang bilang tadi kalo—* "Th! Abang otaknya kok gitu, sih! Gue kan masih sekolah! Kok ngomongnya udah kayak = gituan?!"._ Protes_ Echa_ sambil melempari Kyar dengan bantal sofa yang ada di sampingnya. Wajahnya tidak ada tanda- tanda kalau dia merasa malu saat ini. "Ya abangkan cuma mau jelasin aja ke kamu! Bukannya tadi kamu yang nanya?" Echa terdiam dan memutar bola matanya dengan malas."Iya, gue paham!" A Little Thing About Marriage| 29 Rungutnya terlihat bosan."Tapi, gue gak setuju dengan syarat yang ketiga!" "Kenapa?" Tanya Kyar bingung. "Kalau syaratnya kayak gitu, itu artinya kita bakal jadi dua orang asing yang tinggal dalam satu atap! Dan gue gak mau!" Potong Echa dengan suara tegasnya. "Terus, kamu maunya gimana?" Tanya Kyar makin terlihat bingung dengan sikap anak-anak gadis yang sudah ia anggap sebagai adik tersebut. "Gue mau, meskipun kita udah diikat dalam hal pernikahan, kita tetap jadi Kyar dan Echa yang saling menyayangi seperti selama ini! Lo bisa megang tangan gue, lo bisa gendong gue, dan lo juga bisa jewer telinga gue kalau gue nakal! Dan tidak ada kontak fisik benar-benar bikin gue galau, tahu gak?!" Pekikan Echa sungguh membuat Kyar merasa pusing. Jujur, Kyar sempat merasa terkejut dengan protesan Echa padanya. Namun, itu karena ia berpikir kalau mungkin Echa akan membahas tentang hal yang berbau dewasa. Dan nyatanya, pikiran anak itu tidak A Little Thing About Marriage] 30 jauh beda dengan pikirannya saat berusia 7 tahun dulu. "Oke, untuk satu itu... kita bisa buat pengecualian. Kita akan tetap jadi abang dan adek selain di depan keluarga kita. Dan abang minta satu hal dari kamu.." Kyar menatap Echa dengan tatapan yang cukup serius."Jangan sampai hal ini bocor di tengah keluarga kita. Mau itu di ayah dan bunda kamu, termasuk Hakam! Mengerti?" "Asal lo janji bakal jadi abang yang lebih baik lagi" Kata Echa menyidekapkan kedua tangannya di dada. Menanti sosok Kyar yang mengalah dengan memberikan jawaban yang harus memuaskan keinginan gadis remaja tersebut. Kyar membuang nafas _ beratnya sedikit."Oke, abang janji" "Bener, ya?" "Iya" Senyum sumbringah itu langsung terpancar dengan amat bahagianya. Buru-buru Echa meraih sebuah pena yang terletak tidak jauh dari kertas perjanjian itu dan bertanya A Little Thing About Marriage] 31 dengan lantangnya,"Gue anda tangan dimana?" eee A Little Thing About Marriage] 32 BABS "RANSEL, udah. Sepatu hitam, udah. Kaos kaki bersih, udah. Dasi, udah. Topi, udah. Gesper, udah. Hm..." Echa menepuk dagunya pelan menggunakan jari telunjuknya seraya berpikir di depan cermin. Hari ini hari Senin. Hari dimana upacara bendera dilakukan. Dan syarat-syarat mengikuti upacara bendera itu, atribut sekolah harus lengkap menempel di seragam. Ya, minus tas sekolah-lah yang akan ia campakkan sementara waktu di dalam kelas. Sekarang, Echa sudah hampir siap dengan persiapannya. "Oh, ya!" Ia menjentikkan jarinya ke udara dan meraih satu buah karet belacan yang ada di atas meja belajarnya dan langsung mencepol-nya ke atas rambut. Bukan hanya itu, rambut sebahunya itu juga terlihat seperti tidak disisir. Padahal memang kenyataannya begitu. Ia hanya mengikatnya asal, dan hanya merapikan bagian poninya saja. Sungguh bukan type gadis idaman, kan? A Little Thing About Marriage] 33 Setelah merasa beres semua, lekas ia keluar dari dalam kamarnya dan langsung mengetuk pintu kamar Kyar dengan tidak sabarannya. "Bang! Bang! Bangun, Bang! Udah pagi, nih! Bang! Bangun, woy! Bang! Malu sama matahari! Bang!" Cara membangunkan kakak _ laki- lakinya ya seperti itu. Tidak dengan Hakam, tidak dengan Kyar, dia pasti akan melakukan hal yang sama. Oh, mungkin Hakam sekarang tengah bersyukur karena Echa_ sudah hengkang dari rumah keluarganya. Kini, giliran Kyar yang harus menerima jurus membangunkan ala Mahesa Diana Putri yang tidak ada istimewanya sama sekali. Derik pintu kamar Kyar yang terbuka sukses menghentikan aksi anarkis yang dilakukan oleh anak SMA tersebut. Kyar muncul dengan hanya menggunakan celana pendek berwarna hitam dan menguap dengan sangat lebarnya. Tangannya sesekali terangkat untuk menggaruk ketiak, ataupun punggungnya sendiri. "Apaan sih, Cha. Tengah malem teriak-teriak gitu?" Rungut Kyar tanpa sadar A Little Thing About Marriage] 34 dengan sinar matahari yang mulai masuk menembus celah jendela rumahnya. Echa terkekeh. Sudah biasa Kyar akan mengatakan hal seperti itu. Di rumah orangtuanya, Hakam juga akan mengatakan hal yang sama. Padahal, jika dilihat, matahari sudah sangat terik di luar jendela. "Melek bang! Lihat tuh, matahari-nya meletin lidahnya ke elo!" Kyar membuka sedikit mata kirinya melihat jendela ruang tamu yang sudah dibuka oleh Echa. Kesilauan cercah oranye yang masuk, membuat Kyar reflex menutup matanya kembali. "Udah kali bang, tidurnya. Ntar rezeki lo dipatok ayam!" "Ya patok balik aja. Repot bener." Sahut Kyar masih sibuk menggaruki badannya, kemudian menguap. "Ada apa?" "Gue mau sekolah. Lo gak kerja?" Tanya Echa. Kyar menggelengkan kepalanya sedikit."Siangan." "Ransel, udah. Sepatu hitam, udah. Kaos kaki bersih, udah. Dasi, udah. Topi, A Little Thing About Marriage] 35 udah. Gesper, udah. Hm..." Echa menepuk dagunya pelan menggunakan jari telunjuknya seraya berpikir di depan cermin. Hari ini hari Senin. Hari dimana upacara bendera dilakukan. Dan — syarat-syarat mengikuti upacara bendera itu, atribut sekolah harus lengkap menempel di seragam. Ya, minus tas sekolah-lah yang akan ia campakkan sementara waktu di dalam kelas. Sekarang, Echa sudah hampir siap dengan persiapannya. "Oh, ya!" Ia menjentikkan jarinya ke udara dan meraih satu buah karet belacan yang ada di atas meja belajarnya dan langsung mencepol-nya ke atas rambut. Bukan hanya itu, rambut sebahunya itu juga terlihat seperti tidak disisir. Padahal memang kenyataannya begitu. Ia hanya mengikatnya asal, dan hanya merapikan bagian poninya saja. Sungguh bukan type gadis idaman, kan? Lekas ia keluar dari dalam kamarnya dan langsung mengetuk pintu kamar Kyar dengan tidak sabarannya. "Bang! Bang! Bangun, Bang! Udah pagi, nih! Bang! Bangun, woy! Bang! Malu sama matahari! Bang!" A Little Thing About Marriage] 36 Cara membangunkan_ kakak _ laki- lakinya ya seperti itu. Tidak dengan Hakam, tidak dengan Kyar, dia pasti akan melakukan hal yang sama. Oh, mungkin Hakam sekarang tengah bersyukur karena Echa _ sudah hengkang dari rumah keluarganya. Kini, giliran Kyar yang harus menerima jurus membangunkan ala Mahesa Diana Putri yang tidak ada istimewanya sama sekali. Derik pintu kamar Kyar yang terbuka sukses menghentikan aksi anarkis yang dilakukan oleh anak SMA tersebut. Kyar muncul dengan hanya menggunakan celana pendek berwarna hitam dan menguap dengan sangat lebarnya. Tangannya sesekali terangkat untuk menggaruk ketiak, ataupun punggungnya sendiri. "Apaan sih, Cha. Tengah malem teriak-teriak gitu?" Rungut Kyar tanpa sadar dengan sinar matahari yang mulai masuk menembus celah jendela rumahnya. Echa terkekeh. Sudah biasa Kyar akan mengatakan hal seperti itu. Di rumah orangtuanya, Hakam juga akan mengatakan A Little Thing About Marriage 37 hal yang sama. Padahal, jika dilihat, matahari sudah sangat terik di luar jendela. "Melek bang! Lihat tuh, matahari-nya meletin lidahnya ke elo!" Kyar membuka sedikit mata kirinya melihat jendela ruang tamu yang sudah dibuka oleh Echa. Kesilauan cercah oranye yang masuk, membuat Kyar reflex menutup matanya kembali. "Udah kali bang, tidurnya. Rezeki lo dipatok ayam tuh!" "Ya patok balik aja. Repot bener." Sahut Kyar masih sibuk menggaruki badannya, kemudian menguap. "Ada apa?" "Gue mau sekolah. Lo gak kerja?" Tanya Echa. Kyar menggelengkan kepalanya sedikit."Siangan." "Oh, kok gitu gue duluan ya? Salim!" Echa meraih tangan Kyar, lalu mencium punggung tangan kanan pria itu. Jangan berpikir dia melakukan ini sebagai seorang istri. Tapi, karena dia memang sudah terbiasa diajarkan oleh orangtuanya untuk hormat pada orang yang lebih tua. Salah satunya, ya A Little Thing About Marriage| 38 mencium punggung tangan. Cara Echa mencium punggung tangan Kyar tidak ada bedanya seperti caranya terhadap Hakam, Marina, ataupun Latifa. Semua sama. Tidak ada bedanya hanya karena Kyar sudah berubah posisi menjadi suaminya Echa.. "Assalamu'alaikum." "Waalaikumsalam...Eh!" Echa menghentikan gerakan berbaliknya saat Kyar lebih dulu mencekal tangannya. "Kamu udah sarapan?" Echa menggeleng."Ntar sarapan di kantin aja" "Kalo gitu, biar abang anterin kamu aja, deh. Sekalian sarapan di luar." "Lo yang bayar tapi kan?" Tanya Echa menunjuk ke wajah kusut Kyar. "Siip! Tunggu aja di garasi sana!" aE Echa baru saja melompat dari atas motor besar milik Kyar, begitu mereka sampai di depan gerbang dalam sekolah gadis itu. Tangannya terulur ingin mencium punggung A Little Thing About Marriage] 39 tangan Kyar untuk yang kedua kalinya pagi ini, saat sebuah suara mengintrupsi kegiatan keduanya. "Eh!" Kyar dan Echa berbalik, mendapati seorang gadis yang lebih rapi daripada Echa datang dengan wajah memerah menahan amarah. "Eh, Lo udah pulang, May?" Tanya Echa mengenyit bingung begitu melihat gadis bernama Maya itu tiba di depannya. "Belum!" Echa meringis mendengar sahutan sepupunya yang terdengar ketus itu. Maksud ia pulang adalah, pulang ke Bandung. Tepatnya, ke rumah Echa. Maklumlah, Maya ini anak perantahuan yang tinggal di rumah Bibinya yaitu Bunda Echa. Seminggu yang lalu, Maya izin dari sekolah karena sakit. Ada masalah dengan ususnya. Tapi dia tidak berani berobat ke dokter. Ya, solusinya adalah pengobatan alternatif yang ada di kampung. Hal itu juga yang membuat Maya tidak bisa hadir ke acara pernikahan Echa tiga hari yang lalu. Jadi, wajar kalau sekarang ia melotot tak A Little Thing About Marriage| 40 senang dengan tingkah sepupunya itu. Secara, dari tatapan maya, Echa yakin kalau sekarang sepupunya itu pasti sudah menganggapnya sebagai pengkhianat. "Apa sih, May?" Gerutu Echa mengusap sebelah telinganya seolah ia merasa terpuli karena suara kuat Maya. "Lo yang apaan, hah!" Bentaknya garang, kemudian tatapannya jatuh pada Kyar yang masih nongkrong manis di atas motornya. Memperhatikan mereka dengan mimik wajah yang tidak berdosa. "Lo juga, Bang! Udah tahu yang nge- gebet lo itu gue! Kok lo kawinnya sama-" Belum juga Maya selesai mengeluarkan emosinya, Kyar sudah langsung membekap mulut Maya dengan telapak tangannya yang besar. Menatap gusar orang di sekelilingnya yang sudah mulai memperhatikan mereka. "Ya, Ampun... Mulut kamu, May!" Geramnya mendekatkan wajah ke telinga Maya. Gadis itu meronta dan menepuk punggung tangan Kyar isyarat ia minta dilepaskan. Kyar mengalah, dan dengan perlahan ia melepaskan bekapan tangannya di A Little Thing About Marriage| 41 mulut Maya hingga gadis itu bertolak pinggang sekarang. "Lo tega bener ya, Cha. Harapan gue... calon suami gue... calon imam sekaligus calon bapak dari anak-anak gue lo embat juga! Apa gak cukup si Evan buat lo?" Echa menjulurkan lidahnya tanda jijik. Maya ini naksir berat dengan Kyar. Dia bahkan rela menjatuhkan harga dirinya ke level amat memprihatinkan seperti ini jika sudah berhubungan dengan Kyar. Echa tahu itu. Semua juga tahu, bahkan Kyar pun tahu. Hanya saja, Kyar yang memang tidak pernah tertarik lagi untuk mencintai, tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menganggap anak berseragam SMA itu hanyalah anak-anak kecil. Cukup sudah dulu dia jatuh cinta, dan hampir mati berantakan karena alasan yang sama. Dan dia, tidak mau cari perkara lagi dengan hal aneh dan tidak penting sama sekali, seperti yang gadis-gadis remaja itu sebut sebagai cinta. "Eh, itu mulut lo, asah dimana? Di batu kali? Tajam amat suaranya" Rungut Echa memasang wajah cemberut. A Little Thing About Marriage/ 42 Maya hanya mencibir dan kembali melirik ke arah Kyar dengan tatapan yang super nelangsa. "Bang... beneran lo udah ngelengkungin janur kuning? Gak ada kesempatan buat gue ngelurusinnya lagi? Gue setrika gitu?" Bujuk Maya dengan mata berkaca-kaca. Bukannya kasihan, Kyar justru tertawa mendengar ucapan Maya yang lebih sering dia sebut sebagai gombalan anak kecil itu. "Bisa kok" Celetuk Echa membuat Kyar menatapnya."Lo tunggu aja sampe- Aw!!!" Echa melotot kesal pada Kyar yang dengan sengajanya menginjak kaki Echa hingga menghentikan ucapannya. Tatapan Kyar menyiratkan sebuah perintah untuk Echa menutup mulutnya saat ini. "Sampai kapan?" "Sampai ingus lo berubah jadi cendol!" Maya terjengkit mendengar suara yang bergitu rapat di pendengarannya itu. Menatap Debi yang sudah nyengir tidak jelas setelah muncul bagaikan jelangkung di belakangnya. A Little Thing About Marriage] 43 "Apaan sih, lo!?" Teriak Maya masih merasa terkejut. Debi tidak merespon pekikan Maya. Dia lebih tertarik pada teman sekelasnya yang sedang berdiri sambil menutupi kekehannya. Echa. "Lo kemana aja, neng? Kok tiga hari gak keliatan? Katanya sakit? Beneran?" Rentetan pertanyaan Debi itu ditujukan untuk Echa. Tapi, sepertinya rasa jengkel Maya telah membuat gadis itu merasa jadi gerah sendiri. "Bohong itu mah! Dia itu— “Aduh, May! Ada tawon yang hampir masuk mulut lo!" Kali ini bukan Kyar yang membekap mulut sembarangan Maya. Melainkan Echa. Dia heran, apa orang di rumahnya tidak ada yang memberikan instruksi pada Maya untuk tidak membocorkan perihal pernikahan Echa? Kenapa mulut Maya ini terkesan bocor sekali? "Apaan sih lo, Cha!" Maya berhasil lolos dari cengkraman Echa dan meludah dengan kesal."Tangan lo asin!" Mereka hanya _terkekeh. Lebih tepatnya, hanya Echa dan Debi yang terlihat A Little Thing About Marriage] 44 lebih senang dengan apa yang diderita oleh Maya. Tidak dengan Kyar yang sudah memasang tampang flat menatap wajah Echa. begitu. nyaring terdengar. Menginstruksi semua siswa untuk lebih cepat bergegas karena ini hari Senin. "Masuk sana! Ntar gue nyusul!" Perintah Echa pada Maya dan Debi. Debi yang tidak begitu tahu apa-apa, hanya mengangguk saja. Tidak seperti Maya yang menatap tajam pada pasangan yang sudah sah menjadi suami-istri di depannya ini. "Gue udah_ dijelasin kok, kalo hubungan kalian emang gak boleh dibocorin." Kata Maya tajam menatap Kyar dan Echa."Tapi, lo berdua masih utang penjelasan sama gue, karena lo bedua udah ngancurin perasaan gue. Dan itu, gak bisa dimaafin gitu aja!" Maya _berbalik. Dengan = gaya sombongnya ia meninggalkan Kyar dan Echa yang sudah membuang nafas beratnya. "Kalo gitu, gue duluan ya, Bang." Pamit Echa yang langsung Kyar tahan dengan A Little Thing About Marriage] 45 memegang lengan Echa. Sorot matanya dingin saat tangan itu sudah mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu. "Kamu gak lupa soal kontrak itu, kan?" Bisik Kyar terdengar tajam di telinga Echa."Jangan sampai kamu ngebocorin hal ini, atau..." Kepala Echa_ sedikit mendongak menatap mata Kyar. "Atau?" Kyar menjauh dan mengelus puncak kepala Echa dan tersenyum dengan amat manisnya. "Kamu akan jadi istriku yang sebenarnya" Kyar langsung menyalakan motornya dan Kyar berlalu begitu saja, sampai Echa mendapatkan kesadarannya kembali atas perkataan Kyar padanya. Jujur, dia pun tidak begitu mengerti arti ucapan pria itu. Menjadi istri sebenarnya? Bukankah mereka memang sudah menikah kemarin? Lantas? Baru kali ini dia melihat tatapan Kyar begitu berbeda. Tidak. Dia pernah melihatnya sekali. Tapi dulu... dulu sekali. Saat Hakam memberitahu Echa bahwa Kyar sedang patah hati. Dan setelah itu, tatapan Kyar lebih sering A Little Thing About Marriage] 46 terlihat berbeda. Seperti tadi. Dia tersenyum seolah mengejek, menghina, atau merendahkan Echa. Yang jelas, Echa sadar, bahkan terlalu sadar dengan perubahan sikap Kyar itu yang sudah hampir tak terlihat sekian lamanya. Echa menggeleng pusing. Begitu tersadar, di depannya sudah ada si penjaga sekolah yang sudah siap akan mengunci pagar dan mengurung Echa di luar jika saja ia tidak buru-buru berlari menerobos pagar. wae A Little Thing About Marriage] 47 BABS ECHA sudah siap dengan dandanan ala gadis SMA menurut versi dirinya. Memakai kaos oblong yang sedikit longgar, dan celana army berukuran tiga perempat. Tidak lupa dengan sepatu kets lusuh kesayangannya serta tas selempang kecil yang selalu menemaninya jika berpergian. Sudah hampir sepuluh menit ia menunggu kedatangan Evan di halte bis di dekat sekolah mereka. Hari ini hari Sabtu. Setelah pulang ekskul siang tadi, Evan sengaja mengajak Echa untuk keluar jalan-jalan. Hanya singgah sebentar di rumah untuk mandi, dan langsung keluar lagi. Sempat ia teringat tentang nasihat dadakan Kyar saat ia hendak minta izin dari pria itu untuk keluar jalan-jalan. "Boleh. Asal pulangnya jangan kemaleman.". Kata’ Kyar saat —_Echa menelponnya setengah jam yang lalu. "Iya. Paling jam-jam sepuluh juga udah pulang kok." A Little Thing About Marriage] 48 "Kelamaan!" Sergah Kyar kemudian menghelakan nafas beratnya."/ngat loh, Cha. Kamu itu masih tanggung jawab abang. Kalau sampai terjadi apa-apa sama kamu gimana?" "Elah bang...Evan itu gak mungkin macam-macam lah sama gue. Lo kayak gak kenal dia aja sih!" "Iya. Abang tahu. Cuma kalian itu kan masih SMA, Cha. Masih di masa abu-abu. Jadi jangan sampai kamu kecolongan, ya! Lagian ngapain sih pulang malam-malam? Emang gak ada kerjaan lain? Bukannya kalian udah mau ujian kelulusan, ya?" Begitulah kira-kira omelan Kyar bak seorang ayah yang mengomel pada anak perempuannya. Cocok sekali dengan usia Kyar yang sudah cukup pantas mendapatkan seorang anak. "Besok kan minggu... masa gak boleh Jalan lamaan dikit? Kali ini aja, kok. Biasanya, kan gak boleh?" Bujuk Echa lagi saat itu belum menyerah. Mengingat hubungan Evan dan Echa ini sebenarnya backstreet dari keluarga A Little Thing About Marriage] 49 Echa. Tidak ada yang tahu. Ya, paling hanya Kyar dan Maya saja. Bahkan Hakam, kakak kandung Echa saja tidak tahu. Karena, kalau sampai keluarganya tahu, apalagi ayahnya Echa, bisa-bisa dia akan kena ceramah marathon. Berbahaya. "Pokoknya, engak! Abang kasi izin, cuma sampai jam tujuh. Titik!" Echa menghelakan nafas_beratnya. Kyar itu keterlaluan memang. Dia tidak pernah tahu bagaimana rasanya waktu yang banyak, terasa begitu sedikit jika sudah berdekatan dengan pacar. Jam tujuh? Ya ampun...waktunya sedikit sekali. Bahkan ini usah hampir jam empat sore. Tiiin!!! Echa tersadar dari gerutuannya dalam hati memaki Kyar saat sebuah motor mirip belalang berhenti di depannya. "Sory ya, Cha. Ban motor gue bocor tadi. Makanya lama." Ucapnya melihat tampang kusut Echa yang menyambutnya. "Alesan lo itu sama kayak orang yang abis jalan sama ceweknya yang satu lagi!" A Little Thing About Marriage] 50 Sewot Echa membuat Evan memangapkan mulutnya kesal. "Mulut lo, dekiil! Enak aja ngatain gue punya cewek lain! Punya lo satu aja susahnya minta ampun!" Sungut Evan memberikan sebuah helm pada Echa yang sudah mendekat. Echa meraih helm tersebut seraya menatap tajam pada kekasihnya itu."Lo tahu kalo gue cinta banget sama lo, kan?" Evan tersenyum dan mengangguk, "Wet kiss buat lo!” Ujarnya senang.”Udah, ah! Cepat naik! Katanya mau singgah ke kantornya Bang Kyar. Ntar kesorean, lagi!" Rencananya sore ini, setelah makan bersama, Echa ingin mengajak Evan untuk berkunjung ke kantor Kyar untuk menemui pria itu. Echa memang sudah menceritakan perihal dirinya yang tinggal satu rumah dengan Kyar hingga membuat dirinya dan Evan bisa bebas bertemu di luar sekolah. Biasanya, susah sekali. Jangankan untuk kencan seperti anak muda lainnya. Ingin pergi bersama Debi dan Maya saja, susahnya minta ampun. A Little Thing About Marriage] 51 Evan sempat curiga kenapa keluarga Echa mengizinkan gadis itu tinggal berdua dengan Kyar dalam satu rumah. Ada rasa bertanya-tanya. Apalagi saat Echa menjelaskannya masih dalam keadaan yang cukup absurd. "Iya. Kata ayah, biar gue gak repot kalo ke sekolah. Hemat ongkos, lah. Lagipula kebetulan bang Kyar juga tinggal sendiri di rumah barunya. Gak ada yang nemenin. Jadi, ya ayah nyuruhnya gue, deh. Alasannya juga biar gue bisa belajar lebih konsen. Kan, kalo di rumah ada Bang Hakam yang selalu gangguin, terus Kak Marina yang ketawanya kencang banget. Jadi, gue kadang gak bisa belajar gitu." Jelas Echa saat mereka bermain badminton mengisi ekskul mereka. "Ya, kok lo gak nolak, sih?" Tanya Evan yang sebenarnya masih kurang puas dengan jawaban tersebut. "Lo tahu lah, berdebat sama ayah gue itu, gimana? Jangankan menang. Seri aja susah!" Saat itu Evan hanya mengangguk- anggukan kepalanya. Percaya. A Little Thing About Marriage] 52 Sejujurnya, kalau memang boleh berbicara jujur, Echa sakit hati dengan dirinya sendiri. Dia dan Evan sudah menjalin hubungan kekasih selama dua tahun. Dan sebandel-bandelnya Evan, dia tidak pernah menunjukkan kalau dirinya itu telah main hati dengan perempuan lain. Tidak. Padahal, meski kenyataannya banyak gadis yang lebih feminim dan cantiknya lebih jelas, Evan tetap setia padanya. Meski cara pacaran mereka tidak seperti kebanyakan orang yang ber-aku- kamu, ini-itu, bla-bla-bla... Mereka tidak seperti itu. Ucapan mereka memang sering terdengar kasar. Namun, di balik ucapan itu kadang terselip rasa hangat dan ketulusan yang benar-benar tidak terkesan pasaran. Hati Echa senang dengan cara yang seperti itu hingga membuat hatinya sungguh-sungguh sampai sejauh ini. Namun, di saat Echa yakin melihat betapa percayanya Evan terhadapnya, justru ia yang tidak percaya lagi pada dirinya sendiri. Hubungannya sudah pincang. Sudah ada lubang di hubungan mereka. Dan itu karena Echa. A Little Thing About Marriage] 53 wee Seperti rencana, setelah mengganjal perut dengan menyantap semangkok bakso yang ada di persimpangan dekat kantor Kyar, Echa dan Evan memutuskan untuk langsung singgah ke sebuah gedung perkantoran yang letakkan tidak jauh dari pusat kota. Tujuannya hanya satu. Bertemu dengan Kyar yang merupakan seorang general manager di perusahaan tersebut. Echa sedikit tersentak saat Melati, sekretaris Kyar yang sudah cukup mengenal Echa langsung membuka ruangan Kyar yang tertutup hingga menampakan — sebuah pemandangan yang cukup menyakitkan mata. Seorang wanita berpakaian ketat tengah bergelayut manja di leher pria itu. Sesekali menyusupkan wajahnya ke leher Kyar yang tampak tidak terpengaruh sama sekali. Paha mulusnya juga tak luput dari tatapan Echa yang sudah merasa gerah dengan penampilannya. Tiba-tiba...dia merasa iri. A Little Thing About Marriage] 54 "Maaf, Pak!" Ucap Melati membuat Kyar mengangkat wajahnya yang sedari tadi fokus dengan kertas di atas mejanya. Wajahnya yang tidak menunjukkan keterkejutan sama sekali membuat Echa sedikit geram karenanya. "Tya?" "Ini, ada Mbak Echa dan temannya ingin bertemu dengan Bapak," Kata Melati menunjuk sopan ke arah Echa. Ia tahu kalau Echa ini adalah istri Kyar. Tapi, dia harus berpura-pura tidak tahu karena memang itu adalah perintah langsung dari bos besar mereka. Papanya Kyar. "Oh, masuk!" Echa mendengus kesal. Baru kali ini ia merasa kalau senyum Kyar itu benar-benar memuakkan. Begini ternyata tingkah lelaki itu jika berada di luar rumah. Membiarkan monyet betina seperti wanita seksi di pangkuannya itu untuk bergelayut manja di Jehernya. Huh! Pantas saja keluarga Kyar memutuskan untuk menikahkan anak mereka. Ternyata Kyar itu seorang pemain. A Little Thing About Marriage] 55 "Maaf, Bang. Apa _ kita berdua ganggu?"” Tanya Evan dengan sopannya setelah Kyar berhasil mengusir monyet betinanya untuk keluar dari ruang kerjanya tersebut. "Ah, gak kok. Ada perlu apa?" Sempat ia melirik sekilas pada Echa. Namun, gadis itu langsung membuang wajahnya ke arah lain. Sudut bibir atasnya saja sudah menungkik saking kesalnya melihat tingkah busuk Kyar di luar rumah. Dasar mata keranjang! Senyum lo gak laku sama gue! Maki Echa menatap sinis pada Kyar. Tapi, Kyar malah tidak ambil pusing. Dia lebih memilih memfokuskan tatapannya pada Evan yang ternyata ingin mengucapkan terima kasih karena sudah membantu menyembunyikan hubungannya dan Echa dari keluarga Echa sendiri. Sekaligus ingin meminta izin pada lelaki itu untuk mengajak Echa pergi menonton di bioskop. "Sebenarnya saya gak keberatan kamu jalan sama Echa. Tapi, kalian itu kan masih anak sekolah. Ya, pulangnya jangan lama- A Little Thing About Marriage] 56 lama, lah. Lagipula dua bulan lagi, kalian udah masuk ujian akhir, kan? Terus masuk ujian kelulusan. Kalian harus banyak belajar dan kurangi bermain. Jangan biarkan waktu kalian itu habis cuma buat senang-senangnya aja" Mampus lo! Maki batin Echa yang ia tujukan pada Evan. Udah gue bilang gak usah sok pahlawan minta izin sama orang model Bang Kyar, lo malah ngotot. Makan tu nasehat! Evan hanya tersenyum. Ia sudah sering bertemu dengan Kyar kalau pria_ itu menjemput Echa di sekolah. Dan mungkin ucapannya kali ini memamg bertujuan baik. Mungkin dia tidak ingin Echa pulang terlalu larut dan melalaikan semua pelajarannya. "Iya. Gue janji bakal mulangin Echa pas jam sembilan nanti. Dan gue juga bakal bantuin si dekil ini dalam pelajarannya biar gak ketinggalan. Gua juga gak mau kali Bang, kalo cewek gue gak lulus. Malu," Ujar Evan bernada candaan yang mampu membuat Kyar ikut tertawa. Namun, tidak dengan Echa. Dia masih betah dengan mode cemberutnya. A Little Thing About Marriage] 57 Kyar sadar dengan ekspresi yang sedang ditutupi oleh Echa. Dari lirikan matanya pada gadis itu, Echa_ sering mendengus tak suka, meskipun Evan sedang bercanda. Ah, mungkin dia udah gak sabar pengen pergi. Batin Kyar. Selama ini, Echa itu ibarat burung dalam sangkar. Tidak bisa bebas. Di rumah, ada ayahnya yang over protective. Nah, di sekolah ada Maya yang bisa sering disebut sebagai CCTV berjalan oleh Echa. Pasalnya, dia akan selalu melaporkan semua kelakuan Echa di sekolah pada orangtua Echa. Kalau sudah seperti itu, bisa dipastikan kalau ayahnya Echa itu pasti sudah dengan senang hati mem-booking tempat menginap Echa di salah satu sudut di samping kandang ayam keluarga mereka. Bisa dijamin, besoknya Maya pasti akan tertawa terbahak-bahak melihatnya. Terkadang muncul rasa benci Echa terhadap sosok Maya tersebut. Seperti dibayar mahal saja Maya jika sudah berurusan dengan lapor-melapor. Untung dia naksir Kyar. Jadi, A Little Thing About Marriage] 58 bisalah sedikit-sedikit Echa memberikan sogokan dengan mengiming-imingi gadis itu berdekatan dengan Kyar. Tidak melaporkan kegiatan membolosnya hingga tidak mengadukan soal dirinya yang berpacaran dengan Evan. Ya, meski kenyataannya sekarang dia mengkhianati Maya dengan memangsa Kyar sebagai suaminya. "Sebaiknya kalian cepat pergi, agar bisa jalan lebih lama." Usul Kyar entah mengapa semakin membuat Echa bertambah kesal. Yaelah... Pake diusir segala lagi. Dan ucapan Kyar di respon Evan dengan senang hati. "Oke! Kalo gitu, kita pamit dulu ya, Bang," Evan berdiri dan mendekap tangan Kyar dalam salamannya. Ingin ia meminta Echa untuk melakukan hal yang sama, sebelum akhirnya gadis itu dengan angkuhnya keluar lebih dulu. Membuat kedua lelaki itu saling bersitatap dengan alis yang sama mengkerutnya. Anak itu, kenapa lagi? A Little Thing About Marriage] 59 BABS SELAMA bertahun-tahun lamanya, mau itu Echa masih berusia tujuh tahun hingga tujuh belas tahun juga, pekerjaan membersihkan rumah di hari Minggu benar- benar sudah melekat di darah daging gadis itu seperti kutukan. Pikirnya, setelah menikah dan tinggal berdua bersama Kyar di sebuah rumah yang berbeda dengan kedua orangtuanya, bisa membuat Echa bermalas-malasan. Nyatanya tidak! Buktinya, pagi ini, masih saja jam tujuh, dirinya sudah siap sedia dengan sebuah pel di tangannya. Setelah menyapu, kini giliran mengepel rumah adalah tugasnya sebelum menyentuh tumpukan piring kotor bekas mereka makan malam kemarin. Ia mendesah pelan meratapi lantai rumah Kyar yang terbuat dari kemarik berwarna putih. Dia harus fokus dengan pel- annya untuk bisa membuat rumah itu benar- benar terlihat bersih. Beda saat di rumahnya dulu. Berhubung rumah keluarga Echa hanyalah berlantaikan semen hitam, jadi dia A Little Thing About Marriage] 60 tidak perlu repot memperhatikan kotoran yang nyaris tak terlihat di atasnya. Pokoknya, asal lantai itu terlihat basah, artinya tugas mengepelnya sudah sah. Beda dengan lantai rumah Kyar yang benar-benar harus bersih. Tidak rata saja dia mengepel lantai itu, sudah jelas_terlihat apakah dia benar-benar mengepel atau tidak. Kalau saja ini bukan amanah dari bundanya, Echa bersumpah tidak akan mau repot seperti ini! Cklek! Ia mendengus melihat wajah kusut Kyar yang baru saja keluar dari kamar tidurnya. Tidak menggunakan baju, hanya boxer hijaunya yang dipakai oleh pria itu. Lupakan soal malu, karena hal tersebut sudah sangat biasa di mata Echa. "Masi inget bangun lo?" Sindir Echa menggosok-gosokan pel-nya dengan keras ke atas lantai. Kyar tersenyum dan menjawab."Emang kamu udah siap jadi janda?" "Iss! Apaan, sih!" Rungut gadis itu sebenarnya ingin melemparkan Kyar dengan A Little Thing About Marriage] 61 ember yang berisikan air kotor perasan pel- nya ketika mendengar kekehan lelaki itu. Kyar berjalan dan mengambil botol air yang ada di dalam kulkas dan hendak meminumnya. "Air hangat dulu!" Ujar Echa menghentikan pria itu. "Abis bangun tidur, minum air hangat dulu. Terus, minumnya sambil duduk! Gak baik berdiri!" Kyar hanya mengangguk. Ini memang sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu. Tapi, baru kali ini ada orang yang memperhatikan apa yang dilakukan Kyar pertama kali saat bangun tidur. Ia pun tersenyum dan menuruti perkataan gadis itu. "Kamu udah makan?" Tanya Kyar seraya mengambil air hangat dan meminumnya. Bukannya menjawab, Orang yang ditanya malah mendengus tanda_kesal. "Makan apa? Makan angin?" Ketusnya membuat Kyar mengernyit. "Kamu kenapa sih? Kayaknya dari kemarin sensi banget? Lagi dapet?" A Little Thing About Marriage| 62 "Dapet apaan?! Orang sini baik-baik aja, kok. Situ kali yang dapet?" Dia heran. Baru kali ini Echa menjawab apapun pertanyaan Kyar dengan ketus. Padahal, kalau ditelaah kembali, Kyar itu bertanya baik-baik, loh! Bukannya sewot atau pakai urat begitu. Tapi, kok dibalas dengan ketus begini, sih? Pikir Kyar. Ja berdiri. Merasa malas dengan tingkah laku kekanakan Echa, dia pun memilih untuk pergi membeli sarapan untuk mereka berdua. "Mau kemana?" Tanya Echa ketika melihat gelagat Kyar yang hendak pergi dari ruang makan. "Kamu maunya abang kemana?" Kyar balik bertanya. "Eh? Maksudnya?" "Kamu kayaknya sensi banget sama abang. Kayak mau nyeburin abang ke danau, tahu gak? Ada apaan, sih?" Kali ini, Kyar yang bertanya dengan nada sengit. Lagi-lagi, bukannya menjawab, Echa justru berbalik meninggalkan Kyar dengan gaya angkuhnya. Rasanya malas jika ia harus A Little Thing About Marriage] 63 membuang tenaganya untuk berdebat pagi- pagi. Dia ini tidak ada niat untuk jadi calon gubernur ataupun walikota. Jadi, berdebat sama saja artinya dengan membuang tenaga untuk seorang Echa. Lebih baik, dia menyimpan tenaganya untuk menyuci piring bekas makan malam dirinya kemarin. “Abang mau nyari sarapan! Kamu mau apa?" Tanya Kyar akhirnya mengalah. Echa yang tadinya sudah memakai apron dan membelakangi Kyar, kini berbalik menatap tajam pria itu. "Lontong sayur!" Kyar tersenyum dan menggeleng. Keliatan banget anak-anaknya, kan? Disogok makanan aja, nyahut. eK Mulut Echa masih saja menguyah keripik yang sedari tadi ia masukkan ke mulutnya secara marathon. Matanya lekat menatap film kartun yang ditayangkan di jam sepuluh pagi di hari Minggu itu. Ini yang selalu. menjadi hal favorite-nya. Demi melakukan hal santai ini, dia rela mengerjakan A Little Thing About Marriage] 64 pekerjaan rumahnya dengan cara mengebut. Tidak perduli bersih atau tidak. Yang penting, sah! Keseriusan Echa yang tadinya cukup tinggi, berhenti seketika kala Kyar yang sudah meletakkan sebuah bantal ke pangkuan Echa dan merebahkan kepalanya juga di sana. Ia ikut menonton tanpa memperdulikan wajah Echa yang sudah memerah karena jengah akan ulah sembarangan Kyar. "Lo gak punya tulang, ya?! Gak bisa duduk sendiri, gitu?!" Sungut Echa menatap kesal pada Kyar yang asik berbaring di atas sofa, dengan kepala di pangkuan Echa. "Eh!" "Berisik banget sih,Cha! Kayak motor kurang di service, tuh mulut!" Kali ini tangan Kyar sudah ikut meraup beberapa_ keripik yang sudah disiapkan Echa terlebih dahulu. Niatnya sih, untuk Echa sendiri, tapi karena Kyar datang layaknya penjajah, ya Echa hanya bisa melenguh panjang, kan? Gadis remaja itu menyandarkan bahunya di sofa merah marun itu. Ia jengah. A Little Thing About Marriage] 65 Bahkan adegan lucu kartun favorite-nya pun tidak bisa dinikmatinya lagi. Fokusnya terpecah. Kyar yang sejak kemarin membuat emosinya terganggu, kini malah dengan tidak berotak-nya merebah kepala di pangkuan gadis itu. Seharusnya, kan jangan! Sudah tahu sejak pagi tadi Echa masih ketus. Ya artinya gadis itu masih marah pada Kyar! Seharusnya dia peka sedikit untuk hal seperti ini. "Kenapa, sih?" Tanya Kyar tiba-tiba membuat Echa menegakkan kepalanya lagi."Kok dari kemarin ketus gitu sama Abang? Emang Abang salah apa?" Kini Kyar tidak lagi menghadap TV. Dia sudah berbaring sempurna dengan kepala menghadap ke arah Echa. Menatap bola mata gadis itu hingga menimbulkan efek yang belum pernah gadis itu rasakan sebelum ini. "Apa?" Tanya Echa mulai bingung sendiri. "Ya, kamu kenapa?" "Apaan sih, Bang!" Echa menepik tangan Kyar yang tiba-tiba saja menarik hidungnya yang terlihat seperti kutil saking A Little Thing About Marriage] 66 peseknya. Sedikit kuat, hingga ia bisa melihat sedikit hidungnya itu memerah. "Ya abisnya, kamu ketus gitu dari kemarin. Kenapa? Kamu marah sama abang karena kasih waktu cuma sampai jam tujuh malam doang? Kamu marah karena gak abang izinin nonton? Apa kamu kurang puas jalan- jalan sama Evan? Apa kurang lama waktu yang abang kasih untuk kalian berdua, sampai kamu marah gitu sama abang?" Banyak banget sih pertanyaannya. Tapi, satupun gak ada yang kena, deh. Batin Echa tersenyum kecut. "Kalo emang iya, mending gak usah pulang aja sekalian, Cha" Echa_ melotot."Apa-apaan sih lo, Bang?! Lo ngusir gue? Lo lupa isi kontrak kita point ke dua?!" Kyar mengerjap. Sekali, dua kali, hingga ia terduduk. Isi kontraknya; pihak pertama tidak diperkenankan mencampuri urusan pribadi pihak kedua, dan begitupun sebaliknya. Kenapa dia jadi bahas ini sih? Kyar membatin. A Little Thing About Marriage] 67 "Lo gak berhak campuri urusan gue! Mau gue marah kek, enggak kek, ya urusan gue!" "Ya. Tapi ini bukan cuma urusan pribadi kamu doang kali, Cha! Kamu itu masih hak abang! Kewajiban abang juga untuk melindungi kamu. Kalo ada apa-apa sama kamu di luar sana, gimana? Siapa yang mau tanggung jawab? Evan? Emang dia siapa kamu? Cuma pacar doang, kan?!" "Lah, terus, lo ngomong ini sebagai apa? Suami?" Tantang Echa dengan kesal. "Emang lo yakin bisa mandang gue sebagai istri?! Sadar diri dong, Bang! Lo juga bukan cowok yang baik di luar sana! Jadi, lo gak usah deh, nasihatin gue ini-itu kalo lo sendiri gak bener!" "Maksud kamu apa sih, Cha? Kok jadi ngomongin abang?" Tanya Kyar bingung. "Lo sok-sokan bilang gue harus jaga diri dan sikap di luar sana. Mencampuri urusan gue. Sedangkan lo sendiri? Berani- beraninya pelukan di ruang kerja lo kemarin! Abis ngapain lo? Ena-ena, kan!?" A Little Thing About Marriage| 68 "Echa!" Bentak Kyar marah. Mulut si Echa ini sudah keterlaluan. Kyar cuma ingin melindungi Echa dari hal yang tidak diinginkan. Bagaimana pun juga, Evan itu laki-laki. Dan sejelek-jeleknya tampang Echa, tetap saja dia perempuan. Dan laki-laki bisa saja tidak memandang wajah perempuan, jika dia memang sedang ingin menyalurkan hasratnya. Kyar hanya takut itu. Tapi, Echa? "Apa lo?" Tantang Echa malah semakin melotot hingga membuat Kyar gusar dan memilih untuk mengalah. Dimatanya, Echa itu hanya anak remaja, berjiwa anak kecil yang semakin memberontak kalau ditekan lebih keras. Dan untuk saat ini, dia tidak akan mencoba memberikan tekanan apapun untuk anak itu. Dia takut. Dia takut kalau Echa semakin mengulah untuk usianya yang memang masih dalam kategori remaja. "Kita bicara kalau kamu udah tenang." Sebenarnya yang perlu ditenangkan disini itu, Kyar. Dia yang paling emosi karena tuduhan Echa padanya. Hasrat Kyar sudah A Little Thing About Marriage] 69 lama mati. Dan enaknya saja_ Echa mengatakan dia habis melakukan hal mesum di ruang kantornya sendiri. Andai Echa tidak mengomel panjang lebar seperti tadi, dia pasti sudah menjelaskan siapa sebenarnya gadis yang dilihat Echa kemarin. Mungkin ini yang disebut menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. gumam Kyar seraya berjalan menuju kamarnya. sek Sedari tadi, tatapan Debi tidak lepas dari wajah oriental Echa. Gadis itu bahkan memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan seraya mencari sesuatu yang cukup menarik dari segi manapun. Ia yakin, kalau sejak dari satu menit yang lalu, tepatnya sejak mereka baru saja keluar dari dalam kelas, ia tidak menemukan satu keistimewaan apapun dari gadis tomboy berperawakan aneh di depannya ini. "Apaan sih, lo? Naksir?" Sindir Echa merasa tidak nyaman dengan tatapan Debi. A Little Thing About Marriage/ 70 "Iya," Jawab Debi sal __ seperti menggantung."Itu juga kalo lo cakep" Kemudian ia memutar bola matanya dengan malas. "Lo normal?!" Maya terpekik. Tadinya ia lebih memilih stay berjalan di belakang Echa dan Debi. Tapi nyatanya, ucapan Debi membuat gadis itu memilih untuk menyerobot dengan berdiri di antara keduanya. Debi menggaruk kepalanya dengan gusar dan merangkul bahu Maya untuk mendekat."Lo lihat deh, May. Apa bagusnya sih tampang si Echa ini? Kok hidupnya bisa beruntung banget gitu?" Echa mengernyit. Maya memasang tampang datar. "Maksud lo?" "Ya, lo lihat aja deh! Dari segi otak, dia jelas kalah dari kita berdua. Nah, dari segi attitude, dia jauh dari kata sopan! Dan... coba lo lihat penampilannya!"§ Debi masih merangkul Maya untuk memperhatikan Echa yang sudah terbodoh dengan tingkah dua temannya itu. "Rambutnya lepek, kulitnya A Little Thing About Marriage] 71 sawo busuk, seragamnya kayak gembel gini.." Kemudian dia mengendus aroma tubuh Echa. "Bau lagi!" Serunya mengepit kedua lubang hidungnya dengan jari. "Pantesan si Evan julukin dia dekil!" "Emang nape kalo gue dekil?! Lo ngiri?" Sahut Echa dengan memasang tampang masa bodo-nya. "Bukan ngiri. Tepatnya heran. Kok bisa sih, tampang kayak gini dikelilingi oleh cowo-cowo ganteng?" "Maksudnya apa?" Tanya Maya mulai sibuk dengan ponselnya. "Maksud gue, jangankan dibilang cantik. Kayak cewek aja enggak! Tapi, kok bisa ya, Tuhan itu ngirim Bang Hakam, Bang Kyar, juga si Evan dalam hidup Echa? Apa hebatnya dia coba?!" Ucapan panjang kali lebar itu dibalas Echa dengan jitakan pelan di jidat Debi. Ia mendengus seraya berkata,"Bilang aja lo ngiri.” "Eh! Enggak ya!" Echa terkekeh, sedangkan Maya masih sibuk dengan mengutak-atik ponselnya. A Little Thing About Marriage] 72 "Itu namanya rezeki anak sholeha!" Sahut Echa masih terkekeh."Lagian, Bang Hakam dan Bang Kyar itu-kan abang gue! Apa hebatnya? Nah, si Evan itu baru cowo gue! Itu baru lo boleh ngiri." Tanpa sadar, dan tak terduga, Maya memajukan wajahnya mengintimidasi wajah Debi yang tertekuk karena kesal. "Lo denger tu! Cuma..." Kemudian Maya mengalihkan wajahnya pada Echa dengan tatapan yang amat tajam."ABANG!" Glek! Echa meringis dalam hati. Ia tahu maksud Maya ini adalah menyindir. Ia masih marah pada Echa karena sudah merebut Kyar dari tangannya. Ya, meski kenyataannya itu adalah keputusan para tetua alias kedua orangtua Kyar dan Echa, tetap saja bagi Maya, Echa itu seorang pengkhianat. Sudah tahu Maya mengejar-ngejar Kyar sejak dulu. Eh, Echa dengan gaya sok tak berdaya-nya menerima perjodohan itu. Kan bodoh. Drttt..drtt... Ponsel di dalam saku rok abu-abu Echa bergetar hebat menandakan kalau ada sebuah panggilan masuk di sana. A Little Thing About Marriage] 73 Buru-buru ia mengangkatnya kala membaca Id si pemanggil adalah kakak laki- lakinya. Hakam. "Halo?" Sahutnya sedikit menjauh dari Maya dan Debi. Bagaimanapun, dia harus mengantisipasi reaksi Debi jika tahu yang menelpon itu adalah Hakam. Bisa berlonjak heboh dia. "Lo udah pulang, Cha?" "Udah. Emang kenapa?" Tanya Echa. Sejenak, tidak ada suara lagi di sebrang sana. Hakam terdiam untuk beberapa detik. "Mmm...gue ada warung bakso di sebrang sekolah lo. Temui gue di sana. Ada yang mau gue omongin sama lo." “Omongin?" Tanya Echa lagi sedikit berbisik. Tumben. "Ngomongin apaan?" "Udah. Pokoknya lo datang aja. Ini soal..Kyar" Sejak pertengkaran sengit mereka kemarin, Kyar dan Echa sama sekali belum berbaikan. Lebih tepatnya, Echa yang menghindar. Terlebih tadi pagi Echa pergi tanpa berpamitan pada Kyar. Dan entah bagaimana caranya, kini gadis itu sudah A Little Thing About Marriage] 74 berdiri di depan gerbang sekolahnya dan menatap lurus ke depan sebuah warung bakso, di mana Hakam sedang menunggunya. eK A Little Thing About Marriage] 75 BABS USIA Hakam saat ini sudah menginjak seperempat abad. Sebaya dengan usia Kyar. 25 tahun. Namun dia sudah mengalami banyak hal dalam hidupnya. Terutama, dalam urusan percintaan. Bahkan saat ini, di sebuah warung bakso berukuran tidak lebih dari lima kali lima meter tersebut, Hakam kembali mengorek kisah kelamnya di depan sang adik. Echa. Echa yang sedari tadi duduk di depan Hakam pun hanya bisa menahan_nafas sesekali. Dalam kurun waktu sepuluh menit, dia hanya mampu mengasup dua teguk es teh manis dingin yang dipesankan Hakam untuknya. Tenggorokannya terasa tercekat begitu Hakam menceritakan kembali kisah cintanya yang rumit. Berpacaran selama lima tahun, lalu menikah dan akhirnya bercerai di tahun berikutnya. Lucu? Memang seperti itulah kisah cinta Hakam sebenarnya. Hakam sudah menjadi A Little Thing About Marriage/ 76 seorang duda di usianya yang terbilang cukup muda. Dan kadang hal itu juga membuat ia bingung sendiri. Antara minder atau takut disebut tidak tahu malu. Ia tahu artinya sama saja. Tapi, dia tidak mau adiknya mengalami hal yang sama seperti dirinya. Mengalami kegagalan rumah tangga di usianya yang masih sangat muda. "Gue gak mau nasib lo bakal berakhir kayak gue. Lo masih terlalu muda untuk menjalani bahtera rumah tangga, Cha. Lo masih berhak buat bebas. Tapi—‘“ "Tapi semua udah terjadi." Sela Echa langsung membuat Hakam hanya bisa membuang nafas beratnya. "Bang, gue tahu maksud lo itu baik. Lo gak mau kalo gue gagal dalam membina rumah tangga gue. Tapi, gue udah kenal bang Kyar cukup lama. Gak cuma lima tahun. Tapi udah bertahun- tahun. Gue aja lupa, kapan gue pertama ketemu sama dia. Jadi, lo gak perlu khawatir dengan apa yang saat ini gue jalanin.” "Kurang lama apa hubungan gue sama Ine?" Tanya Hakam cepat."Kami pacaran udah lima tahun. Dan ternyata itu aja belum A Little Thing About Marriage] 77 cukup untuk membangun rasa percaya di antara kami berdua." Echa hanya diam. Memandangi wajah Hakam yang mulai kembali hitam menutupi aura ketampanannya selama ini. Kesedihan itu belum juga hilang meski setahun sudah berlalu sejak kejadian tersebut. Ia merasa, hanya waktu yang bergulir. Namun kepahitan itu, masih mengikutinya sampai saat ini. "Lamanya waktu belum tentu bisa membuat dua orang bisa saling percaya. Hanya satu, dan komitmen hati itu sendiri yang bisa. Percuma menikah kalau sebelah hatinya merasa belum siap." Hakam menatap lurus meja yang ada di depannya. Membuat Echa, mau tidak mau memutuskan untuk pindah duduk menjadi di sebelah Hakam. Ta tahu kalau kakak laki-lakinya itu adalah lelaki yang kuat. Ia tahu itu. Hanya saja, satu hal tidak bisa dipungkiri saat lelaki sedang menangis, bukan karena dia pria lemah. Melainkan ketulusan yang sudah ia tumpahkan, dianggap sia-sia. Sama seperti yang sudah dirasakan oleh Hakam. A Little Thing About Marriage] 78 Echa menepuk pundak Hakam dengan pelan, sampai akhirnya pria itu menoleh datar pada Echa. "Gue lagi bahas Kyar." Kata Hakam membuat Echa menurunkan _ tangannya kembali. "Eh?" Hakam cuma diam sesaat dan mulai menjawab pertanyaan Echa. "Lo tahu kalau Kyar itu pernah patah hati, kan?" Tanya Hakam yang sudah jelas Echa tahu jawabannya."Sejak saat itu..hatinya membeku... dan lo juga tahu itu, kan?" Tidak perlu ditanya dua kali juga, Echa sudah tahu. "Gue mau lo yang mencairkannya" Sontak perkataan itu membuat Echa menjauh dengan mata yang melebar."Maksud lo?" Hakam berpikir sejenak. Tiba-tiba pikiran warasnya kembali hadir setelah beberapa menit yang lalu cuti sejenak. Ia terdiam, tersentak dan buru-buru menggeleng. "Gak. Gak jadi" katanya sambil tersenyum lebar dan menyeruput es teh yang A Little Thing About Marriage/ 79 sudah dipesannya. Membuat ia merasa tidak enak hati jika harus mengatakannya maksudnya pada Echa. Kali ini, biar ~waktu yang menjelaskannya sama _ Echa.batin Hakam mencoba berdamai dengan sesuatu yang ia sebut dengan waktu. aE Echa masih terbayang dengan segala ucapan Hakam yang menurutnya masuk dalam kategori khawatir tersebut. Dia tahu kalau Hakam tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Maksud ucapan itu, tentu Echa tidak cukup bodoh hanya untuk sekedar mengetahuinya saja. Oke, katakan jika Echa memang tipe gadis yang bodoh. Tapi, untuk sekedar tahu soal Kyar dan hatinya yang patah, Echa paham maksudnya. Membuka lembaran baru untuk Kyar? Mungkin akan sulit, dan semakin bertambah sulit, jika Hakam tahu pernikahan adiknya itu hanya sebatas ‘hitam di atas putih’. A Little Thing About Marriage| 80 Dalam lima bulan... Kyar dan Echa akan berpisah. Entah mengapa, mengingat jangka waktunya lima bulan itu, membuat hati Echa terasa ngilu. Apa dia sanggup berpisah dengan Kyar? Dan... setelah perpisahan itu terjadi, akan seperti apa hubungan mereka nanti? Echa mendesah pelan, sebelum akhirnya mengambil ponsel di saku rok abu- abunya. Ia melihat kontak Kyar, dan menekan tombol hijau di layar ponsel itu. Mendekatkannya ke telinga menanti jawaban dari panggilannya tersebut. "Halo?" Darah cha __berdesir mendengar suara Kyar yang begitu sexy di telinganya. Berat dan basah. Seperti orang habis... "Suara lo kenapa?" Tanya Echa langsung merasa curiga."Kok serak gitu, kayak orang baru bangun tidur? Lo abis ngapain? Lagi ena-enakan, ya?!" "Apaan sih, Cha!" Nah, ini baru suara Kyar. Terbiasa terdengar gusar."Ngomonginnya kok gituan mulu! Pengen?" A Little Thing About Marriage] 81 "Th! Apaan sih, lo!" Sungut Echa lagi bergidik."Siapa yang pengen? Ngarang! Gak mau gue sama lo, ya! Keringet lo bau, tahu gak!" "Emang abang ada bilang, pengennya sama abang?" "E-Eh..enggak, sih" Tanpa_ sadar, tangan kanan Echa terangkat dan mengelus pundaknya sendiri. "Lagian, keringet abang kan emang bau, Cha. Ya kalo wangi namanya parfum."Kekeh Kyar di seberang sana."Lagian kamu itu kok ngomongnya kayak gitu. Belum pantes, ah!" Yaps. Kali ini, Echa yang menggerutu dalam hati. Sepertinya Kyar memang cocok dipanggil Daddy oleh gadis itu. Gaya bicaranya yang sok polos itu terkadang membuat Echa merasa ingin mimisan sendiri saking gemasnya. "Emang pantesnya ngomong apa?" "Ya, apa kek. Masa ngomongnya gak jauh-jauh sama yang gituan, sih" "Gituan gimana, sih?" Goda Echa tiba- tiba. Secara, Kyar selalu bicara yang ‘gituan’ A Little Thing About Marriage] 82 tanpa mau menjelaskan. Kan bisa, kan saja maksud Echa enak itu, adalah membuat makanan, barangkali. "Ya, motong uang jajan kamu, misalnya" Celetuk Kyar yang langsung membuat kedua mata Echa melotot sempurna. “Enak aja! Jangan dong!" Terdengar suara Kyar tertawa puas karenanya. Ia tahu kalau gadis remaja itu ingin mencoba menggodanya dengan bahasan orang dewasa. Tapi bukan Kyar namanya, kalau dia tidak bisa mengalahkan seorang gadis ingusan seperti Echa. "Lagian, kamu ngapain juga nelpon abang siang-siang gini? Ada apa?" "Ada apa?" Echa membeo. "Iya. Ada apa kamu nelpon abang? Ada sesuatu?" Iya, ya? Kenapa gue nelpon dia? Tanya batin Echa bingung. Tidak mungkin dia mengatakan pada Kyar kalau dia merindukan lelaki itu, kan? Mustahil! Bisa turun pamornya di depan lelaki itu. Secara, harga dirinya setelah pertengkaran mereka kemarin masih sangat ia junjung tinggi. Masa iya, kali ini dia A Little Thing About Marriage/ 83 mengatakan kalau dia menghubungi Kyar hanya rindu dengan suara lelaki itu? Bisa-bisa dia pikir gue naksir dia, lagi. Desah Echa dalam hati. "Oi!" Echa tersentak mendengar suara tinggi Kyar di ujung telepon."Kok diam? Kesambet ya?" "Ye..mana ada orang kesambet itu diam. Yang ada teriak-teriak kali!" Balas Echa mendengus. "Lah, trus? Kenapa gak jawab pertanyaan abang tadi? Kenapa nelpon?" "Gak ada! Salah pencet kali" "Salah pencet kok ngomongnya lama?" Echa terkikik dalam hati. [ya-iya. Salah pencet, kok keterusan _ gini, ya?Harusnya ‘kan langsung dimatiin. Terdengar kembali Kyar membuang nafas beratnya."Yaudah, kalo gak ada urusan penting. Abang mau lanjutin kerjaan abang dulu.” Baru saja Echa akan membuka mulutnya, Kyar sudah lebih dulu menyambar. A Little Thing About Marriage] 84. "Jangan mikir macam-macam! Abang lagi nyiapin bahan buat rapat bareng Papa nanti" "Oh...emang gue ada ngomong apa?" Echa masih berusaha menutupi kekehannya dari pria itu. Dia tidak mau, Kyar berpikir kalau dia terlampau memikirkan kegiatan Kyar di kantor. Padahal, jika ditelaah kembali, sih...memang iya. Echa menutup panggilan telepon itu dengan perasaan yang berbunga. Entah mengapa, tidak seperti biasanya, dia akan merasa bahagia setelah mendengar suara Kyar. Kekehannya, tawanya, bahkan cekikikan pria itu yang sangat ia suka. Rasanya, dia sampai lupa dengan perdebatan mereka beberapa hari yang lalu. Dan semua hanya karena suara seorang Kyar. aE Ini malam minggu. Seperti layaknya pasangan kekasih yang lain, Evan datang mengunjungi Echa di kediaman Kyar malam A Little Thing About Marriage] 85 inii Dengan menggunakan kemeja_biru dongker, dan celana jeans, lelaki itu datang dengan sebuah bungkusan di tangan kanannya. "Masuk dulu, yuk!" Ajak Echa begitu melihat Evan berdiri di teras rumah Kyar. "Emang bang Kyar ada?" "Enggak, sih." Sahut Echa menggeleng. "Yah... kok gitu, males ah. Berdua gini" Evan langsung duduk di tembok rendah yang memang terbangun di sisi teras rumah tersebut. Menepuk tempat di sebelahnya, agar Echa datang dan duduk di sampingnya. "Itu. apa?" Tanya Echa menunjuk sebuah kantongan plstik yang tengah digenggam oleh Evan. "Oh, martabak." Sahut Evan menyerahkan plastik makanan tersebut pada Echa."Buat lo!" "“Beneran?" Echa menerimanya dengan mata yang berbinar."Baik banget..." "Ya, gimana lagi. Abis gue bingung mau buang uang gue kemana. Jadi, ya...gue A Little Thing About Marriage] 86 beliin martabak aja. Trus, dikasiin ke elo deh!" "Lah, terus lo mau bilang gue tempat sampahnya gitu?!" Evan terkekeh dan mencubit pipi Echa dengan gemas."Emang." Echa yang tadinya ingin mengomel, mengurungkan niatnya kala melihat mobil Kyar yang sudah mulai masuk ke pekarangan rumah tersebut. Pria itu turun dengan kondisi yang cukup berantakan, namun terlihat begitu sexy di mata Echa. "Cha," Echa menggeleng kuat begitu suara bariton milik pria itu menyadarkannya dari pikiran gilanya. Baru kali ini dia memandang Kyar seperti lelaki dewasa. Dan bukannya seperti seorang abang! Pikiran yang membuat darah kotor dalam dirinya mengalir begitu deras, sampai ke otak. Berbahaya! "Eh, ada Evan." Sapa Kyar begitu ia sampai di teras rumahnya. Evan hanya tersenyum dan mengangguk tanda sopan."Udah lama?" A Little Thing About Marriage] 87 "Enggak kok, bang. Baru aja nyampek" Kyar mengangguk dan tersenyum pada pasangan kekasih tersebut."Kok gak masuk?" "Gak deh, bang. Disini aja. Adem" Tolak Evan halus seraya melirik pada Echa yang masih fokus dengan otak kotornya. "Yaudah. Kalo gitu," Kyar segera berlalu dari hadapan Echa dan kekasihnya. Namun, sebelum itu, sempat ia melirik pada gadis remaja itu dan menatapnya dengan penuh arti misterius. Membuat Echa semakin salah fokus dengan arti tatapan Kyar padanya. "Kenapa lo?" Tanya Evan saat melihat wajah Echa yang memerah. Tangannya terangkat dan menyentuh kulit wajah gadis itu yang ternyata sudah tidak begitu mulus lagi. "Jerawatnya banyak banget." Ibu jari Evan masih setia mengelus pipi gadis itu pelan."Lagi dapet?" Echa yang sudah mulai menguasai dirinya, pun tersenyum."Iya. Tahu aja lo!" Gadis itu tidak malu lagi jika Evan tahu tentang dirinya. Meski banyak yang A Little Thing About Marriage] 88 menganggap mereka aneh, tatap saja mereka tidak merasa terganggu. Selama mereka enjoy, mereka tidak perduli itu semua. "Berarti, gue harus jaga omongan dong, ya?" Echa terkekeh pelan melihat tampang Evan yang dibuat senelangsa mungkin. Kasihan. Evan sering kena semprot Echa jika Jelaki itu kelepasan dalam berbicara dan berujung dengan Echa yang mencak-mencak hanya karena hal yang cukup sepele. “Tya! Hati-hati kalo ngomong! Awas ntar kena damprat sama gue!” Kekeh Echa lagi merasa geli dan membuat Evan pun ikut tertawa sambil mengacak rambut Echa gemas. "Ehem!" Sebuah suara mengintrupsi perbincangan pasangan kekasih itu hingga menoleh ke belakang. Echa tidak bisa menutupi keterkejutannya lagi melihat Kyar yang sudah duduk di sebuah kursi di teras itu dengan ditemani secangkir minuman dan setoples biskuit di atas meja. Ia menatap punggung Echa dan Evan layaknya dua manusia itu adalah jelmaan wayang yang A Little Thing About Marriage|/ 89 pantas untuk ia tonton. Dan itu sukses membuat Echa bertanya dalam hatinya. Sejak kapan Kyar di sana? "Silahkan abaikan saya..." Kata Kyar tersenyum manis dan menyesap teh yang sudah dihidangkannya sebelum ini. Echa dan Evan hanya bisa berbalik, saling pandang, dan kembali memunggungi Kyar dengan perasaan canggung yang luar biasa. Selama ini, hubungan Evan dan Echa tidak pernah mencapai titik ‘malam mingguan’. Baru kali ini, dan itu pun dipantahu langsung oleh Kyar sendiri? Supaya apaaaa? Berulang kali Evan berdeham tidak enak dengan tatapan Kyar seolah tengah menusuk-nusuk punggungnya dari belakang. Meskipun tidak melakukan hal aneh apapun, tetap saja dia risih jika ada orang yang mengamati gaya pacarannya dengan Echa. Hingga tanpa terasa beberapa menit, bahkan beberapa jam pun berlalu dengan begitu cepat. "Mm..Van" tegur Kyar membuat Evan membalikkan badannya’ secara__ kaku. "Kayaknya udah malem banget, deh. Gak baik A Little Thing About Marriage] 90 kalo cowok ada di rumah cewek sampe larut. Ya, kamu tahulah maksud abang..." Negusir! Evan terpaksa tersenyum. "Ngerti kok. Ini juga, gue mau pulang, bang" Evan berbalik dan menghadap pada Echa. "Gue balik, ya?" Bisiknya pelan dan mulai beranjak. "Pamit dulu ya, bang!" Seru Evan tetap mempertahankan senyumannya yang hanya dibalas anggukan khas ayah protective mikik Kyar. Astaga! Sejak kapan lelaki itu pantas terlihat seperti seorang ayah?! Echa berbalik dan menatap geram pada sosok Kyar yang acuh ketika Evan sudah tidak terlihat lagi di rumah tersebut. Bahkan pria itu sudah tidak ada di tempatnya lagi. Alias, sudah menggunakan jurus seribu bayangan untuk kabur dari hadapan Echa. Gadis itu mendengus. Dengan sigap ia berlari memasuki rumah, dan berlonjak begitu mendapati Kyar yang masih berada di ruang tamu. A Little Thing About Marriage] 91 "Apaan sih, Cha!" Pekik Kyar saat Echa berlari dan langsung melompat ke punggung Kyar. "Ini hukuman karena lo udah ngusir cowo gue!" Pekik Echa balik tepat di telinga Kyar. "Kan emang kenyataannya ini udah malam, Cha! Jadi, wajar kalo abang ngingatin kalian untuk tahu waktu. Bukannya ngusir!" "Alasan!" Sungut Echa."Sekarang, gendong gue ke kamar! Gue ngantuk!" "Ya, jalan sendiri kali, Cha!" Kyar berusaha melepaskan kaitan kaki Echa di perutnya, dan pitingan gadis itu di lehernya. Ia sesak dengan gaya Echa yang terlihat seperti seekor simpanse saat ini. "Gue gak mau! Gue mau digendong sama abang!" Rengeknya manja. Kalau sudah begini...apa yang bisa Kyar lakukan? Diam-diam satu pohon lagi tumbuh di hati Echa. Logikanya, seharusnya dia marah saat Kyar mengusir Evan secara tidak langsung tadi. Karena, itu sama artinya dengan melanggar isi perjanjian mereka yang kedua. Tapi, nyatanya, alih-alih merasa kesal, A Little Thing About Marriage] 92 Echa jutru merasa senang karena Kyar mau menggendongnya dan menyelimutinya tidur seperti saat ini Hingga membuat ia sadar kalau kebahagiaan itu ternyata sangatlah sederhana. aE A Little Thing About Marriage] 93 BABZ HUBUNGAN Echa dan Kyar semakin hari semakin terkesan di hati gadis remaja itu. Tiap saat, setiap ada kesempatan memikirkan pria berusia delapan tahun lebih tua darinya itu, membuat sunggingan senyum di bibir Echa semakin berkembang lebar. Seperti saat ini. Entah keganjilan apa yang telah terjadi di hati gadis itu hingga membuat ia terlihat seperti orang gila yang sedang jatuh cinta. Bahkan wajahnya saja_ sering memerah dengan sendirinya kala membayangkan kemesraan yang selalu ia lakukan bersama Kyar. Oh, mungkin saja hanya dia yang merasakannya saat ini. Karena, sosok Kyar yang sedang menyantap sarapan paginya itu terlihat cukup murung dibandingkan wajah cerah Echa yang hampir mengalahkan cerahnya sinar mentari pagi. "Kenapa lo? Kurang sajen?" Sindir Echa sengaja tersenyum melihat tampang lesu Kyar menyantap nasi uduknya. A Little Thing About Marriage] 94 Kyar membuang nafas berat dan menggeleng. Memaksakan senyum mendengar sindiran Echa yang __ seperti guyonan semata di telinga pria tersebut. Sangat biasa. "Trus? Tampang lo kok gitu? Gak cakep, ah!" "Lah, emang abang pernah cakep? Bukannya kamu selalu bilang, kalo abang ini jelek ya?" Kali ini, giliran Kyar yang menyindir Echa. Dia bahkan tak ragu menunjukkan senyum ejekannya untuk membuat gadis itu mengakui ketampanan yang sebenarnya selalu terpampang nyata di wajah oriental Kyar. Dan Echa, mulai merasa gugup. Yah...biasanya mulutnya yang terlatih untuk menghina itu, tiba-tiba kehabisan kata. Salahkan jantungnya yang berdegup kencang sembari menatap senyuman Kyar bak kobaran api yang siap melelehkan Echa detik ini juga. Hingga ia harus membungkam mulutnya rapat-rapat. "Kenapa? Naksir?" Godaan Kyar itu semakin membuat jantung Echa mencelos. A Little Thing About Marriage] 95 Dag dig dug...begitu bunyinya hingga membuat Echa beberapa kali membuang nafas berat. Weil...ingatkan dia untuk konsultasi ke pusat kesehatan nanti. Tepatnya, ke dokter spesialis jantung, mungkin. Tapi, kalau bisa yang gratis. Karena, ia merasa tidak sanggup untuk meminta uang lebih pada Kyar hanya untuk memeriksakan detak jantungnya yang tak sehat itu. Wajahnya kembali memerah. Oh..ada apa denganku?? "Cha!" Echa tersentak saat Kyar menjentikkan jarinya tepat di depan wajah gadis itu."Kamu kenapa? Kok mukanya merah gitu? Sakit?" Wajah Echa semakin terasa panas terbakar saat Kyar meletakkan punggung tangannya di dahi mungil Echa. "Agak hangat sih..." "Kalo dingin, namanya orang mati!" Sungut Echa menepik tangan Kyar dan memajukan bibirnya. Menutupi kegugupannya yang semakin menjadi. Untuk pertama kalinya...dia merasa malu. A Little Thing About Marriage] 96 "Biasa aja kali, Cha." Kekeh Kyar lagi-lagi menyihir kinerja otak Echa yang pas- pasan. la terpelongo dengan tidak berkarisma-nya di depan pria itu. Pria yang sudah sah menjadi suaminya sejak beberapa minggu yang lalu. Pria yang ternyata punya jutaan pesona untuk menyeret-nyeret hati seorang Echa layaknya kaleng yang tak berisi. Ta mulai gugup. Mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum bertanya pada hatinya sendiri. Kenapa gue jadi gini? wae "Lama banget sih, Cha!" Omel Kyar melihat Echa yang sibuk dengan dasi silangnya di seragam putih itu. Memandangi pantulan diri Echa di depan cermin datar di ruang tamu itu. "Sebentar!" "Ini udah mau jam tujuh lo, Cha! Ntar kamu telat!" Seru Kyar mengingatkan. A Little Thing About Marriage| 97 "Makanya anterin, biar gak telat!" Balas Echa santai membuat Kyar menggeram. Pagi ini, setelah selesai sarapan, Kyar memang sudah memutuskan untuk tidak mengantar Echa ke sekolahnya. Berhubung jarak rumah mereka dan sekolah Echa lumayan dekat, Kyar pikir tidak ada salahnya menyuruh gadis remaja itu untuk berolahraga sedikit di pagi hari dengan berjalan kaki ke sekolah. Tapi ternyata, diam-diam Echa tidak terima dengan keputusan Kyar. Dia bilang, Kyar itu pemalas. Alasannya saja yang mengatakan Echa harus berolahraga. Nah, dia? Echa yakin setelah Echa berangkat nanti, Kyar pasti akan kembali berlabuh ke atas ranjang sebelum berangkat kerja siang nanti. Hati Echa masih ingin lebih lama lagi dengan Kyar. Tapi, Kyar tidak mengerti soal itu. Dia o’on! Makanya sekarang Echa sengaja melancarkan aksi gerakan siputnya. Yaitu, berjalan dengan lambat, memakai sepatu dengan lama, hingga membenahi kembali seragamnya yang sudah rapi sedari tadi. A Little Thing About Marriage/ 98 "Yaudah, deh! Kalau mau _ diantar, cepat!" Echa tersenyum puas menatap bayangan Kyar dari depan cermin. Meski wajahnya kusut karena rencana tidurnya diganggu Echa, tetap saja Echa merasa senang bisa menikmati waktunya lagi dengan Kyar. Dalam hati Echa bersorak. Bahkan nalurinya sudah berani memeluk perut Kyar selama mereka di atas motor. Menyandarkan pipinya di punggung pria itu hingga membuat Kyar tersenyum geli dengan tingkah manjanya. Kyar berpikir. Mungkin ini adalah sikap manja Echa yang hanya bisa tersalur pada Kyar seorang. Pasalnya, di rumah itu kan hanya ada mereka berdua. Kalau dulu, Echa masih bisa membagi kemanjaannya pada Hakam, Marina, Bunda Dewi maupun Kyar. Hanya pada ayahnyalah Echa tidak berani bermanja. "Ingat umur!" Kata Adam, ayah Echa jika anak gadisnya itu mulai ingin mencoba bersikap manja. "Isi perut abang bisa keluar kalo kamu meluknya kenceng gitu, Cha" Kata Kyar A Little Thing About Marriage] 99 melihat pegangan tangan Echa yang melingkari perutnya dengan erat. "Biarin! Yang penting aku gak jatuh!" Balas Echa dengan suara sedikit keras membuat Kyar mengernyit. Sejak kapan dia nyebut dirinya ‘aku'? Kyar menggeleng. Mencoba bersikap biasa dengan menganggap jiwa Echa saat ini adalah jiwa seorang anak remaja yang masih sangat labil. Hingga tidak lama kemudian, motor yang mereka tunggangi sampai ke depan pintu gerbang sekolah. Membuat Echa turun dengan senyum sumbringah di wajahnya. "Makasih, abang!" Serunya terlihat seperti bocah berusia lima tahun hingga membuat Kyar gemas dan mengacak pelan rambut Echa. "sama-sama." Ucap Kyar tersenyum."Ingat, belajar yang bener! Jangan kebanyakan main! Ntar makin bego',loh!" Nasihat Kyar dibalas dengan kerucutan bibir oleh gadis itu."Abang juga! Kerja yang bener! Jangan kebanyakan main! A Little Thing About Marriage| 100 Apalagi main cewek! Main mata, juga gak boleh!" Lagi-lagi Kyar tertawa. Merasa lucu dengan ocehan Echa yang menurutnya hanyalah ocehan anak kecil. "Mana berani abang mainin mata. Ntar, kalo mata abang ilang, gimana? Kamu bisa gantiinnya?" "Bisa! Ntar aku gantiin sama mata kambing!” "Enak aja!" Echa tergelak dengan tampang Kyar saat ini. Ia bergidik ngeri seolah-olah Echa memang sudah sinting akan menggantikan biji matanya dengan biji mata lembu. Padahal, mata Kyar jauh lebih indah daripada biji mata lembu, loh! "Udah. Kamu masuk aja gih! Ntar telat, abang juga yang dimintain tanggung jawab" Ujar Kyar yang langsung diamini oleh gadis itu. Di mata Kyar, pagi ini Echa terlihat berbeda. Bukan soal penampilannya yang cukup dibilang selalu berantakan. Melainkan dari cara bicara dan gestur tubuhnya saat bersama Kyar. Dia pikir, mungkin ini efek dari perkembangan dari masa pertumbuhan A Little Thing About Marriage] 101 Echa. Dan Kyar harap, itu adalah masa pertumbuhan yang baik untuk gadis itu. aE "Lo tahu gak? Apa bedanya orang gila, sama si Echa?" Echa hanya melirik sekilas pada Debi dan Maya yang saat ini sedang asik main tebak-tebakan yang absurd di sampingnya. "Apa?" Tanya Maya pura-pura bodoh dengan melirik Echa dengan menahan senyum. "Ga ada bedanya!" Gelak tawa Maya dan Debi pun langsung terdengar pecah. Entah apa yang lucu dari tingkah dua manusia aneh yang selalu menempeli Echa selama berada di sekolah itu. Menghina Echa, rasanya sangat menyenangkan, tapi sangat menjengkelkan bagi Echa sendiri. Matanya hanya sekedar melirik dan langsung dialihkannya lagi ke arah lain. Pikirnya, akan lebih baik ia mengabaikan dua manusia gila itu ketimbang harus menanggapinya. A Little Thing About Marriage| 102 Seperti kata ayahnya dulu; yang waras ngalah! "Eh, Cha!" Mau tidak mau, kali ini Echa menoleh."Kok, gue perhatiin, hari ini lo keliatan beda gitu. Kayak ada manis- manisnya..." Echa mencebik. Senyum menggoda yang diberikan Debi padanya membuatnya merinding."Apaan sih, lo!" "Iya. Gue perhatiin, lo kebanyakan senyum sejak tadi pagi. Kayak orang kasmaran, tahu gak?" Sontak, tubuh Echa membeku. Maya yang tadinya masih tergelak sendiri, sudah diam dan ikut memperhatikan gelagat yang ditunjukkan Echa saat ini. "Apa mungkin lo jatuh cinta lagi, ya?" "Apa?!" Pekik Echa tanpa_ sadar langsung membelalakkan matanya."Ya, enggak Jah! Jatuh cinta sama siapa?!" "Sama bang Kyar mungkin!" U-ou...Maya sudah melotot saat ini. Seolah ia akan memakan Echa jika itu memang terjadi. Apa-apaan sih, dua makhluk Tuhan yang tidak ada seksi-seksinya ini? Sok A Little Thing About Marriage] 103 iya sekali mereka menuduh Echa yang tidak- tidak. Dengan susah payah Echa mengatur nafas dan detakan jantungnya agar tidak terdengar memalukan atau terkesan takut oleh tatapan intimidasi ala Maya. "Apaan sih, May..." Ucapnya sesantai mungkin."Gak mungkinlah gue jatuh cinta sama bang Kyar." "Kenapa gak mungkin?" Tanya Debi dengan mimik serius. Dan selama pertemanan mereka, baru kali ini Debi terlihat begitu polosnya dalam bertanya."Dia ‘kan bukan abang kandung lo?" "Ya, meski bukan abang kandung... Tapi, bukan berarti gue naksir dia, kan" Jya, kan? Gue gak naksir sama bang Kyar, kan?! Echa mengulum bibirnya _ sendiri. Tiba-tiba hatinya resah. Pertanyaan jenis ini, entah bisa dia masukkan dalam kategori apa? Rasanya lebih sulit menjawabnya ketimbang memecahkan soal matematika dari Pak Seno- guru matematika paling kejam yang pernah Echa temui dari sejarah pendidikannya. A Little Thing About Marriage/ 104 “Lagian, gue kan udah ada Evan. Masa iya gue naksir cowo lain." "Semoga aja" sinis Maya langsung pergi meninggalkan Echa. Ya, biasanya mereka akan pulang bersama. Tapi, setelah Echa menikah dan tinggal di rumah Kyar, rasanya jarak antar dirinya dan Maya, juga sudah mulai bertambah panjang. eK Hati Echa yang resah akhirnya menuntun gadis itu untuk datang ke kantor tempat Kyar bekerja. Dengan menumpangi sebuah taksi, akhirnya gadis itu tiba di kantor cabang milik keluarga Kyar setelah meminta izin lebih dulu pada lelaki itu. Dengan hanya menggunakan pakaiannya yang biasa, Echa masuk ke dalam ruko tersebut dan mulai menyapa bagian administrasinya. "Bang Kyar ada?" Tanyanya sekedar basa-basi pada Susan. Seorang administrator yang memang sudah cukup kenal dengan Echa. A Little Thing About Marriage] 105 "Ada kok, Cha. Masuk aja." Sahut Susan yang juga sudah mulai terbiasa santai dengan anak remaja itu. Echa tersenyum dan _ langsung menyosor masuk ke dalam ruangan itu tanpa mau mengetuknya terlebih dahulu. Matanya melebar. Di lengan kursi yang Kyar duduki, seorang gadis yang dulu pernah Echa temui duduk dengan sangat tidak sopannya merangkul leher Kyar. Sedang lelaki itu... "Abang!" Kyar yang tadinya memejamkan mata di kursi itu, terjingkat begitu ia mendengar suara Echa yang menggelegar. Untung dia tidak sampai terbanting dari kursinya. "Echa?" Dengan wajah merah tanda marah, ia langsung berjalan mendekati Kyar dan menarik lengan pria itu hingga berdiri. "Apaan sih, Cha?" Tanya Kyar saat Echa masih memasang wajah menyeramkan menariknya ke sudut ruangan. Ia bahkan tidak perduli dengan pekikan wanita yang tidak tahu sopan santun di dekat Kyar tadi, saat ia dengan sengajanya menabrak tubuh wanita itu. A Little Thing About Marriage| 106 "Enak banget lo, ya? Tidur siang pake dibelai-belai! Pengen lo?! Mau buat yang ena- ena lo di sini?! Kenapa gak sekalian cari hotel aja sono!" "Echa!" Bentak Kyar mulai marah. Berulang kali Kyar menegur Echa untuk tidak bicara sembarangan seperti itu. Tapi Echa tampaknya tidak perduli, dan membuat Kyar benar-benar marah sekarang. Apalagi, Echa baru saja sampai, loh! Masa iya langsung mencecar Kyar dengan pertanyaan seperti itu? Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan menghadap pada wanita yang menjadi permasalahan mereka. "Beb, kayaknya kamu pulang aja dulu. Besok kita bicarakan—* "Beb?!". Peki cha _langsung mendramatisir keadaan."Romantis banget lo manggilnya?!" "Ini anak siapa, sih?" Tanya wanita yang tadi dipanggil ‘Beb' oleh Kyar dengan sinis. Matanya terlihat sangat tidak senang dengan tampang Echa. Dua kali ia bertemu dengan gadis aneh ini, dan dua kali pula ia langsung diusir oleh Kyar. A Little Thing About Marriage| 107 "Eh...lo itu yang siapa?! Main peluk- peluk orang sembarangan! Pake belai-belai segala, lagi! Gak ada harga diri, ya?!" "Echa!!" Wajah Kyar sudah tidak bisa didefinisikan lagi bentuk kemarahannya. Wajah dan matanya sudah merah dengan ucapan Echa yang sudah terlampau kasar dalam berbicara. "Ky?" Dengan wajah gusar menahan emosi, Kyar kembali berkata pada wanita bernama Beby itu. "Aku minta kamu pulang sekarang. Aku gak mau terjadi keributan yang lebih besar lagi disini." "Kamu—* "Beby!" Kyar memotong ucapan wanita itu yang hendak menyela dengan nada tegas. Sebagai tanda kalau dia tidak ingin dibantah. Dengan kesal, wanita itu meraih tasnya dan bergegas untuk pergi. "Oh ya, Beb!" Kyar menghentikan Jangkah kaki wanita yang hendak membuka pintu hingga berbalik. A Little Thing About Marriage/ 108 "Aku harap, kamu mau memaafkan ucapan istriku barusan. Aku tahu kamu—* "Istri kamu?" Wanita itu berbalik dan melotot tidak percaya dengan Echa yang sudah memasang wajah angkuhnya sekarang. "Cewek tengik ini...istri kamu?!" Dan dengan tampang polosnya, Kyar menjawab. "Iya. Memang kenapa?" eK A Little Thing About Marriage/ 109 BABS ECHA masih saja memandangi wajah Kyar yang masih kusut akibat luapan emosinya yang belum sempurna untuk ia keluarkan. Ia masih sibuk memilih kata yang pantas untuk ia keluarkan untuk menegur gadis remaja seperti Echa. Hanya saja, tampaknya Echa belum sadar akan hal tersebut. "Seingat kamu, udah berapa kali abang negur kamu untuk bicara yang lebih sopan, Cha?" Tanya Kyar layaknya ia mentor di sebuah tempat les kepribadian bagi Echa. "Sering" Sahut Echa ketus. "Terus? Kenapa masih dilakuin juga?" "Lupa." "Lupa atau gak niat?" "Sama." Kyar menggeram. Andai saja Echa ini bukan perempuan dan dia tidak sayang dengan gadis remaja ini, sudah dari tadi Kyar menghantamkan kepala bebal itu yang selalu A Little Thing About Marriage] 110 menjawab segala_ pertanyaannya__tanpa berpikir lebih dulu. "Apa perlu abang manggil guru les kepribadian untuk kamu?" Tanya Kyar sebenarnya masih dongkol dengan tuduhan Echa dan segala keributan yang sudah ia timbulkan sesaat tadi. "Terserah." "Echa..." "Apa sih?" Sungut Echa menatap tajam hingga Kyar merasa_bingung sendiri."Kok kayaknya lo marahin gue mulu? Harusnya kan gue yang marah! Lo asik sama perempuan—* "Echa!" Dan untuk kesekian kalinya, Kyar menegur."Kalo ngomong, mulut itu dijaga. Jangan sampai kamu _kehilangan mulut, saat bicara sembarangan sama orang lain!" Echa mendengus. Membuang pandangannya ke arah lain, daripada harus menatap wajah menyebalkan Kyar. Tahu begini, dia tidak sudi rindu dengan Kyar. Sekarang, rasa rindunya itu menguap dan A Little Thing About Marriage| 111 digantikan oleh duri-duri kecil yang menyelip layaknya ia memakan ekor ikan mas goreng. "Biar abang jelaskan satu-satu, kalau itu bisa membuat mulut kamu lebih santai kalau bicara." Kata Kyar mencoba untuk mengalah. "Pertama, abang manggil dia 'Beb’, itu karena memang nama gadis itu adalah Beby. Dia itu anak dari kolega bisnis Papa yang sering mampir ke cabang ini untuk bertemu dengan abang." "Kenapa dia mau ketemu sama lo? Naksir, dia?" Tanya Echa tidak bisa menghentikan keingintahuan mulut dan hatinya, tapi masih dengan nada yang ketus. Kyar menangguk."Tapi abang gak suka." "Kenapa?" Ada binar-binar harapan di mata gadis itu mendengar Kyar berkata demikian. Namun, cepat-cepat ia menutupnya dengan kalimat sindirannya yang lain. "Dia kan cantik, bohay, dan kayaknya empuk juga tuh kalo—* "Hem!" A Little Thing About Marriage| 112 Echa langsung membungkam mulutnya. Saat ini Kyar tengah menatapnya dengan tatapan membunuh. Baru saja ia ditegur. Eh, sekarang malah kumat lagi pemyakit tidak sopannya. "Sory" Echa kembali membuang wajahnya ke arah lain. "Kamu pasti udah pernah dengar tentang kisah cinta abang beberapa tahun yang Jalu. Hakam pasti udah menceritakannya sama kamu, kan?" Echa yang mendengar nada tenang namun serius dari Kyar, membuat kepalanya perlahan menoleh dan mengangguk. "Mungkin terkesan aneh untuk kamu. Tapi...sejak saat itu, abang gak benar-benar percaya sama yang namanya cinta, Cha. Kalau pun ada, cinta itu cuma hal klise yang dijadikan orang untuk menyalurkan nafsunya doang. Gak lebih. Dan abang gak mau diperbudak oleh cinta, dan membuat abang berakhir di ranjang yang sama dengan perempuan yang enggak abang inginkan sama sekali." A Little Thing About Marriage] 113 "Emang, perempuan yang abang inginkan itu kayak apa, sih?" Pertanyaan Echa kali ini membungkam mulut Kyar. Matanya masih sibuk menatap manik almond yang ada di depannya. Tidak berkedip sedikitpun hingga terdengar helaan nafas berat dari mulutnya. "Kayaknya, isi kontrak yang kedua...bisa dipakai untuk ini" Kyar berdiri dan meninggalkan Echa yang terpekur di meja kerja lelaki itu. Kyar tidak mau memberitahukan soal perempuan yang ia maksud. Dan memilih menjadikannya sebagai urusan pribadi yang tidak boleh diungkit oleh siapapun. Termasuk Echa...sosok pihak kedua. eK Rasanya baru kemarin Echa mendapatkan ribuan bunga yang datang memenuhi ruang di hatinya. Tapi, entah mengapa, rasanya bunga-bunga itu lenyap layaknya disapa oleh musim kemarau panjang yang amat menyengat dan membuatnya A Little Thing About Marriage/ 114 hangus terbakar. Dan itu karena seseorang bernama Kyar. Lelaki itu tampaknya sudah mulai menunjukkan gelagat aneh pagi ini. Mulai dari tidak memperdulikan Echa, bahkan enggan menunjukkan wajahnya lagi setelah sarapan. Dia terlihat seperti sedang merajuk. “Hhh.." itu adalah helaan nafas berat Echa yang ketujuh kali pagi ini. Setelah yang pertama ia keluarkan kala mengingat sikap Kyar sejak kemarin. "Lo gak ke kantor?" Tanya Echa saat Kyar keluar dari kamarnya hanya menggunakan kaos dan celana jins saja. "Enggak." Sahut Kyar meraih kunci motornya yang ada di atas buffet tv. "Kenapa?" "Ada urusan" Belum sempat Echa mengeluarkan pertanyaannya lagi, Kyar sudah lebih dulu melesat keluar rumah dengan langkahnya yang lebar. Padahal, hati kecil Echa hanya ingin sekedar bertanya, urusan apa kiranya yang membuat Kyar lebih memilih untuk tidak bekerja pagi ini. A Little Thing About Marriage] 115 ee Di sekolah, hal yang bisa dilakukan Echa hanyalah termenung. Bukan disengaja. Hanya saja, bayangan Kyar yang sontak berubah sikap menjadi tak acuh, membuat kedamaian Echa_ seolah tersentil eras. Mengabaikannya sejak kemarin, membuatnya merasa kian jauh dari pria itu dalam waktu satu malam. "Kemarin, ayam nenek gue mati loh, Cha" Echa memutar bola matanya dengan malas."Kenapa? Karena melamun?" "Enggak. Udah ajal" Echa mendengus bosan mendengar ocehan Debi yang memang selalu tidak berguna. Mengabaikan Debi yang masih tertawa di bangkunya melihat tampang lesu Echa kian murung mendengar ocehannya. Sepertinya, jika Debi melihat tampang Echa yang seperti uang seribu yang lecek, membuat ia mendapatkan kesenangannya sendiri. A Little Thing About Marriage| 116 "Lo stress, atau emang udah gila sih, Deb?" Celetuk Maya yang ternyata baru saja tiba di kelas. Menatap heran pada Debi yang masih mempertahankan gelak tawanya yang terdengar seperti tong sampah yang dipukul saking nyaringnya. "Kalo gue gila, artinya lo berdua juga gila!" "Apaan lo, bawa-bawa gue?" Protes Echa langsung. "Ya, karena lo berdua ‘kan temen gue. Jadi, yang ngerti bahasa orang gila, ya sesama orang gila juga dong..." "Stress, lo!" Semprot Maya dan Echa bersamaan. Debi kembali tertawa. Sepertinya pagi ini cukup cerah baginya untuk tertawa bersama dunia. Yang pasti, Echa dan Maya tidak sudi bila disangkut pautkan dengan dunianya Debi ini. Biarlah dia bahagia sendiri. Batin Maya dan Echa. "Lagian gue heran ngeliat tampang adek ipar gue ini. Pagi-pagi udah manyun. Kenapa, sih?" Tanya Debi sudah mulai menguasai dirinya. Matanya sibuk menatap A Little Thing About Marriage] 117 Echa yang kini kembali merenung. Tidak. Lebih tepatnya, melamun. "Gak pa-pa_ kok." Sahut Echa pelan."Dan tolong, jangan tambah beban hidup gue dengan sebutan adek ipar. Batin gue gak terima!" "Lah, kenapa? Bukannya lo emang calon adek ipar gue, ya? Toh, suatu saat nanti, gue bakal jadi kakak ipar lo. Istrinya bang Hakam! Orang yang gantengnya udah gak tertolong lagi!!" Ujar Debi dengan sorot mata yang berapi-api. Lagi-lagi, Echa memutar bola matanya dengan malas."Saat yang lo bilang itu, adalah saat lo berada di alam mimpi, tahu!" "Sialan lo!" Debi mencebik dan menyidekapkan kedua tangannya di dada. Tanpa sadar, Maya memperhatikan sikap Echa yang terbilang aneh pagi ini. Mulai dari raut wajah, hingga tingkahnya yang terlihat layaknya anak gadis pendiam pada umumnya. Padahal, jika diselidiki lagi, Echa itu jauh dari kata pendiam, loh! Benar kata Debi. Ada yang aneh dengan Echa hari ini. "Lo kenapa?" Tanya Maya akhirnya. A Little Thing About Marriage] 118 Echa melirik pada gadis itu dan menaikkan sebelah alisnya."Kenapa?" "Ya, lo keliatan sedih gitu? Ada masalah?" Tanya Maya lagi sudah duduk di sisi terdekat Echa. Menggusur posisi duduk Debi yang sebenarnya lebih cenderung hanya membuat sesak di kelas mereka. "Gue gak pa-pa, kok" Sahut Echa berbohong. "Yakin?" Echa mengangguk yakin. Dalam hati, ia lebih tidak yakin kalau harus menceritakan soal kegundahannya yang menyangkut pautkan Kyar pada Maya. Bisa-bisa, bukannya mendapat solusi, yang ada pikiran Echa semakin runyam karena sepupunya ini. Maya memang pernah bilang akan pelan-pelan merelakan Kyar untuk Echa. Tapi...seandainya Maya tahu kalau hubungan Kyar dan Echa ternyata berjembatankan sebuah kontrak semata...apa yang akan dilakukannya? aE A Little Thing About Marriage] 119 Matahari sudah tenggelam — sejak beberapa jam yang lalu. Hanya langit gelap dan hawa mendung langit yang menemani penantian Echa malam ini. Di dalam kamarnya, dan di atas ranjangnya pula, ia duduk dengan memeluk guling tidurnya erat. Jam di dinding kamarnya menjadi saksi bisu betapa lamanya ia menanti kepulangan Kyar sampai jam dua dini hari. Sebenarnya ini bukanlah satu malam lagi. Melainkan tiga malam sudah Echa menanti Kyar dengan cara seperti ini. Dia pikir, sikap dingin Kyar hanya akan bertahan satu hari saja. Nyatanya dia salah. Ini sudah ketiga hari, dan Kyar masih bersikap yang sama. Pergi pagi-pagi sekali, dan pulang hampir pagi lagi. Echa bersumpah kalau hidupnya ini bukanlah sebuah lagu. Ini tidak lucu bagi logika sederhana gadis itu. Sebanyak apapun pekerjaan Kyar di luar sana, dan sepenting apapun urusannya di luar sana, tetap saja, setidaknya dia memberi kabar pada Echa yang menantikannya di rumah. Tidak A Little Thing About Marriage| 120 membiarkannya menunggu hingga larut dan membuatnya akan mendapat lingkaran mata hitam juga di wajahnya. Lamunan Echa tentang Kyar akhirnya buyar begitu terdengar suara pagar yang di buka di depan rumah. Tak lama, suara deru mobil Kyar pun mulai memasuki garasi dan terparkir rapi di sana. Echa mengintip dari sela gorden kamarnya yang disingkap hingga menampakkan Kyar pulang dengan tampang yang cukup kusut. Seperti kemarin. Ada rasa sedih melihat penampilan Kyar yang saat ini. Wajahnya lelah seperti tertekan. Namun... "Lo gak mau gue sentuh..." Gumam Echa memandang wajah Kyar yang mulai naik ke teras rumah dan membuka pintu bercat putih tersebut. “Gue...salah apa?” Gumam Echa lagi sebelum rasa kantuk sontak membuat Echa menguap dan memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Mengabaikan pertanyaan hatinya yang sebenarnya sangat ingin | mendapatkan jawaban. Karena setidaknya, Kyar masih ingat dimana ia tinggal. A Little Thing About Marriage/ 121 aE “Apa jadwal kamu hari ini?" Kyar menolehkan kepalanya menatap Echa saat dirinya dan juga gadis itu sedang menyantap sarapan pagi mereka di hari sabtu yang cukup buruk ini. Bagaimana tidak buruk, kalau Kyar menyuguhinya dengan tampang pria itu yang terlihat lesu. Lingkaran hitam di sekitar mata, dan bola mata yang...oh, man! Dia tidak bermaksud menggantikan peran Po di film Kungfu Panda, kan? "Gak ada. Cuma ekskul doang" Sahut Echa sekedarnya. Kyar hanya mengangguk dan melanjutkan sarapannya dalam _ diam. Sebenarnya, banyak sekali hal yang ingin Echa keluarkan dari tenggorokannya. Seperti pertanyaan-pertanyaan tentang; ada apa dengan pria itu? Kemana saja Kyar selama ini hingga pulangnya selalu larut? Dan..apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat pria itu A Little Thing About Marriage| 122 enggan untuk bicara lebih, bahkan cenderung menutup dirinya dari Echa? Tapi semua itu, harus Echa telan bulat- bulat. Ja takut, kalau mulutnya mulai kebanyakan bicara lagi, justru© akan membuatnya berada di posisi paling jauh dengan Kyar. Tidak! Dia tidak mau. Jarak seperti ini saja, sebenarnya ia tidak rela. Apalagi kian menjauh? Dia yang akan tersakiti nantinya. Kyar sudah selesai dengan sarapannya. Beranjak dari tempat duduknya dan hendak berlalu lagi ke kamar untuk memakai pakaian kerjanya. Seperti biasa. Namun, rasanya ada sesuatu yang mendobrak-dobrak hati Echa untuk mulai bergerak. "Bang!" Refleks gadis itu menahan Jengan Kyar kala pria itu hendak berjalan melewatinya. "Apa?" "Mmm..." Mulut Echa hanya terdiam. Meski begitu, otaknya tengah berpikir keras. Apa yang harus ia katakan agar tidak menyinggung Kyar dengan pertanyaannya nanti. A Little Thing About Marriage] 123 "Apa sih, Cha?" Tanya Kyar tidak seperti biasanya. Biasanya, Kyar akan sabar dalam hal bertanya. Apapun, bahkan lebih cenderung membujuk Echa untuk membuka mulut. Tapi, dari nada bicaranya, dia seperti... "Lo buru-buru?" Tanya Echa merasa bingung. "Iya." Kyar melepaskan tangannya dari cekalan tangan Echa. Meski tidak dipaksa, entah mengapa, ada sesuatu yang cukup menyakitkan di hati gadis itu. Rasanya, dia ingin berteriak dan melompat di hadapan Kyar dan bertanya, apa salahnya?! Kenapa Kyar bersikap seperti ini padanya? Kesalahan apa yang membuat Kyar terlihat begitu frustasi di depannya. Namun, semua niat hatinya itu tidak ia Jakukan sama sekali. Justru dia hanya diam mematung di tempat, hingga satu air mata lolos begitu saja. Tangannya yang terangkat mulai merabai sebuah cincin yang tersemat di jari tengahnya sendiri. Rasanya, baru kemarin Kyar memasukkan cincin itu ke jarinya. Tapi, kenapa semua begitu cepat terjadi? Dan A Little Thing About Marriage| 124. membuat Echa mengumpat dalam hati, untuk dirinya sendiri. Apa salah Echa? aE A Little Thing About Marriage] 125 BABO SUDAH satu minggu berlalu sejak Echa dan Kyar sama-sama menutup diri. Kyar dengan sikap dinginnya, dan Echa dengan sikap pengecutnya. Banyak hal yang sebenarnya ingin ia bicarakan dengan Kyar. Namun, lagi-lagi pria itu menolaknya secara halus, dengan mengatakan bahwa dirinya dan Echa hanyalah dua orang yang terikat dengan pernikahan. Itu saja. Echa mendesah pelan saat mengingat Kyar yang bahkan tidak pulang ke rumah semalam. Dia marah karena pria itu juga ternyata tidak mengaktifkan ponselnya sampai pagi tadi. Dia kesal dan memilih untuk menjernihkan pikirannya sejenak dengan pergi bersama teman-temannya ke sebuah pusat perbelanjaan. "Itu mereka udah datang!" Seru Evan yang sedari duduk diam di sisi Echa. Jarinya menunjuk sekumpulan orang yang tengah berjalan ke arah mereka berdua. Ada Debi, A Little Thing About Marriage] 126 Maya, dan satu orang pria yang saat ini sedang menjadi teman kencan Maya saat ini. Bicara tentang Maya, gadis itu sebenarnya marah pada Echa yang ternyata masih menjalin hubungan kekasih dengan Evan. Ia menuding Echa sebagai perempuan yang tidak punya hati dengan mempermainkan pernikahan. Meski pernikahan Echa dan Kyar, belum bisa dipublikasikan, tetap saja Echa dan Kyar itu sudah sah, alias resmi menjadi suami-istri. Tapi, kembali lagi dengan alasan Echa yang mengatakan dia belum cinta dengan Kyar, dan lebih memilih Evan, membuat Maya mau tidak mau memutuskan untuk diam. Lagipula, itukan urusan rumah tangga sepupunya. Jadi, buat apa dia repot? Yang jelas, Maya pernah mengatakan,"Jangan sampai lo nyesel dengan melukai perasaan banyak orang ya, Cha? Evan itu gak tahu apa-apa. Tapi lo malah manfaatin dia!" Echa hanya diam memilih untuk buta dan tuli untuk masalah itu. A Little Thing About Marriage] 127 "Lama bener.."Gerutu Echa melihat tampang dua temannya yang masih lebih segar daripada penampilan Echa sendiri yang memang sudah cukup lama dengan menunggu hampir satu jam bersama Evan. "Gimana gak lama coba? Upik abu satu ini lama banget dandannya!" Sungut Maya melirik kesal pada Debi yang justru memberikan cengiran yang lebar. "Tiketnya udah lo beli belum, Van?" Tanya Pandu, teman kencan Maya pada Evan. "Udah, nih!" Evan mengacungkan lima tiket menonton di bioskop yang memang sudah ia beli bersama Echa tadi. "Ya, udah! Tunggu apa lagi? Go!" Ajak Debi dengan semangatnya. Dan baru saja lima langkah mereka beranjak memasuki pintu bioskop, langkah kaki Debi tiba-tiba berhenti tepat menghambat langkah empat temannya yang ada di belakang. Matanya mengerjab beberapa kali sebelum akhirnya membuka suara. "Itu bukannya bang Kyar, ya?" Echa yang niatnya ingin mengomel karena Debi yang berhenti tiba-tiba, kini A Little Thing About Marriage] 128 mengikuti arah jari telunjuk Debi mengacung. Bukan hanya dirinya, Maya dan yang lainnya pun ikut memperhatikan sepasang pria dan wanita yang sedang menggandeng seorang bocah lelaki di depan sana. "“Abis makan, kita beli mainan ya, Pa!" Sontak kedua mata Echa dan teman-temannya yang lain ikut membola mendengar ucapan bocah lelaki yang sedang digandeng tersebut. "Bang Kyar udah nikah?" Echa yang masih syok tampak memalingkan wajahnya menatap Debi yang bertanya. Seketika itu pula ia sadar, kalau tatapan tanya bukan hanya berasal dari gadis itu saja. Melainkan Maya dan Evan pun ikut menatapnya. Mungkin hanya Pandu saja yang tidak, karena dia memang tidak begitu kenal akan sosok Kyar. Echa tergagap. Mulutnya seperti mau dan tidak mau menjawab pertanyaan itu saat kedua matanya persis bertabrakan dengan sorot mata Kyar yang juga balas menatapnya. Tidak bisa dipungkiri raut wajah terkejut Kyar kala mendapati Echa yang ternyata juga ada di mail __ tersebut. A Little Thing About Marriage] 129 Menatapnya dengan mulut yang tidak bisa tertutup rapat dan sorot mata tidak percaya. Dia pikir, gadis itu mungkin akan menghabiskan sabtu sorenya dengan pergi bersama Evan entah kemana._ Kecil kemungkinan Kyar akan bertemu Echa di mall, karena Kyar tahu Echa bukan tipe gadis yang suka pergi ke tempat seperti itu. "Papa!" Kyar tersadar. Buru-buru ia mengalihkan tatapannya lagi pada bocah lima tahun yang tengah menarik-narik ujung jaketnya dengan tidak sabaran. Memutuskan pandangannya pada Echa yang sebenarnya ia yakin masih terkejut dan pasti akan lebih terkejut mendengar panggilan bocah lelaki itu pada Kyar. Tangan Kyar terulur dan mengangkat bocah yang masih berceloteh itu ke dalam gendongannya dan mulai memasuki sebuah restoran yang memang menjadi tempat tujuan mereka siang ini. Mengabaikan Echa dan ke- empat temannya yang masih terpelongo atas sikap cuek Kyar terhadap mereka. Ia berlalu begitu saja, seolah tidak mengenal satupun di A Little Thing About Marriage] 130 antara sekumpulan anak SMA yang tengah menatap bingung ke arahnya itu. "Cha!" Debi memukul lengan Echa dengan sedikit keras hingga gadis itu tersentak kaget. "Bang Kyar udah nikah?" Pertanyaan itu lagi... Echa membuang nafas gusarnya. Ia tidak tahu siapa wanita dan bocah yang dibawa oleh Kyar itu. Tapi, sesuatu di relung hatinya merasa panas. Seperti dibakar. Tapi, tidak tahu berasal darimana api tersebut. Panas dan juga sakit. "Cha?" "Ist! Kok nanyanya sama gue, sih?! Gue dan dia itu gak dekat, tahu!" Sungut Echa langsung masuk ke dalam pintu theater meninggalkan sekumpulan teman-temannya yang masih terpelongo. Ia sadar, kalau reaksinya pasti menimbulkan pertanyaan baru di benak teman-temannya. Hanya _ saja, fokusnya lebih dulu merasa marah dengan apa yang baru saja disaksikannya. Papa?Ch! Gue gak nyangka kalo dia udah setua itu! A Little Thing About Marriage] 131 aE Di dalam gedung theater, fokus Echa terbelah. Dia tidak sepenuhnya menatap layar lebar yang ada di depannya, melainkan sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia masih tidak menyangkan dengan pertunjukan yang sudah disajikan oleh Kyar tadi, sebelum ia masuk kedalam gedung theater. Sangat menyedihkan. Dia menanti seorang pria yang semalaman tidak pulang, dan justru mendapatinya sedang berjalan dengan keluarga kecilnya di tempat seramai ini. Drtt...drttt.. getaran ponsel Echa yang ada di saku celananya mengganggu pemikiran Echa sejenak. Ia merogoh saku celananya dan membuka satu pesan yang masuk yang ternyata dari sepupunya. -Maya Lo bener gak kenal perempuan itu? Echa melirik sosok Maya yang duduk satu barisan di depannya. Sedikit menyerong, hingga membuat Echa tahu jika Maya sedang menanti balasannya. A Little Thing About Marriage] 132 -Echa Gak. -Maya Yakin? Maya melirik ke bangku deretan Echa saat tidak ada balasan lagi. Ternyata gadis itu sudah mulai menikmati film yang disuguhkan daripada membalas pesan singkat Maya. Meski ia tahu, tatapan kosong Echa tidak sepenuhnya tertuju ke sana. sek Ini sudah hampir pukul sebelas malam. Dan Echa sama sekali belum sampai ke rumah. Langkah kaki Kyar tidak bisa berhenti dari kegiatan mondar-mandirnya menanti kepulangan Echa. Tangannya sibuk menekan tombol di layar ponselnya untuk menghubungi gadis itu. Tapi, hasilnya tetap sama; ponsel Echa tidak aktif. Tadi dia sempat menguhubungi Maya, dan Maya bilang, dirinya dan Echa sudah pisah sejak sore tadi. Usai menonton, Echa A Little Thing About Marriage] 133 pamit pergi hanya berdua dengan Evan. Dan sampai sekarang, belum juga tiba di rumah. Kyar yang mendengar hal itu pun tidak tinggal diam. Saat ini, panggilannya beralih pada nomor kontak Evan. Beberapa kali panggilannya tidak terjawab, _hingga menimbulkan keresahan yang luar biasa di hati pria itu. Dia seperti sedang menunggu anak gadisnya pulang berkencan. "Halo?" Emosi Kyar langsung naik saat panggilannya yang ke tujuh belas mendapat respon dari si pemilik nomor. "Dimana~ Echa!" Bentak = Kyar langsung tak sabaran."Kenapa kamu belum antar dia pulang?! Kamu tahu ini udah jam berapa, hah!" Tidak biasanya Kyar membentak orang sembarangan seperti ini. Biasanya dia akan menggunakan kepala dingin meski hatinya sedang gelisah. Tapi, tidak untuk kali ini. Terdengar Evan menghelakan nafas berat di ujung sana."Sory bang. Bukan gue gak mau nganterin Echa pulang. Gue udah A Little Thing About Marriage] 134 bujuk dia untuk pulang sejak sore tadi. Tapi, dia nolak. Dia gak mau pulang, katanya." Darah Kyar berdesir tidak karuan. Bibirnya mendingin mendengar Echa tidak mau pulang ke rumah. Dia tahu, ini pasti ada hubungannya dengan kejadian sore tadi. "Yaudah. Kalian dimana? Biar abang yang jemput dia" "Eh, gausah bang. Biar, abis ini, gue paksa dia pulang. Biar gue aja yang—“ "Saya tanya, KALIAN DIMANA!!" aE Blam! "Lo gak tahu malu atau gimana, hah! Bisa-bisanya lo bersikap kayak gitu di depan banyak orang! Terutama di depan cowok gue!" Echa menghempaskan tangannya dari cengkraman tangan Kyar setelah pria itu menghempaskan pintu rumah mereka dengan amat kencangnya. Tidak perduli dengan tetangga sekitar rumah mereka akan terganggu A Little Thing About Marriage] 135 dengan pertengkaran rumah tangga Kyar dan juga Echa. Mereka sama-sama tengah tersulut dengan emosi. "Seharusnya abang yang ngomong gitu sama kamu! Kamu itu punya malu gak, sih?! Anak gadis kok keluyurannya sampai tengah malam gitu! Berduaan sama cowok yang bukan mahram kamu! Kamu udah kayak berandalan aja, tahu!" Balas Kyar tak kalah sengit. "Emang apa peduli lo?! Gue udah biasa kali keluyuran sampai tengah malam! Lah, kenapa lo marahnya baru sekarang?!" Tantang Echa membuat kedua mata Kyar membola. "Apa?! Kamu—* "Iya! Gue sering gak pulang ke rumah! Dan kenapa lo mesti marah?!" Sela Echa dengan wajah merahnya. Sebenarnya dia kesal luar biasa. Dia ingin menangis saat Kyar memarahinya di depan umum saat menonton konser tadi. Memang ia akui kalau dia salah dengan memaksa Evan menemaninya hingga sangat A Little Thing About Marriage] 136 larut. Tapi, itu semua karena dia pikir, dia tidak mau menanti kepulangan Kyar yang tidak pasti ke rumah. Dia pikir, mungkin Kyar akan menghabiskan malam minggunya dengan anak dan wanita simpanannya. Tadinya, Echa berniat pulang kalau dirinya memang sudah mengantuk berat. Pulang ke rumah dan hanya langsung tidur tanpa memperdulikan orang yang menantinya atau tidak. Tadi dia juga sudah memutuskan untuk memberikan sikap yang sama seperti yang Kyar lakukan. Seperti tanpa beban yang menunggunya di rumah. Menjadikannya rumah sebagai hotel dan pasangan pernikahannya sebagai formalitas di depan keluarga. Tapi, semua itu gagal, saat Kyar datang dan langsung menyeretnya pulang setelah marah-marah pada dirinya dan juga Evan di depan banyak orang. Echa berbohong dengan mengatakan dia tidak pernah pulang ke rumah. Bahkan dia selalu langsung kembali ke rumah setiap jam pulang sekolah. Ia pikir, Kyar akan singgah ke rumah sore hari sebelum menghilang hingga A Little Thing About Marriage] 137 larut. Tapi yang Echa dapat setelah menunggu pria itu, apa? Echa sakit hati. Kedua mata Kyar sudah memerah. Tatapannya seperti mata setan yang siap melumat Echa menjadi lepehan kecil yang berupa muntahan. Dia muak dengan sikap pembangkang Echa yang kian menjadi-jadi. Keras kepala dan tidak tahu aturan. "Masuk ke kamar!" Perintahnya keras pada gadis itu. Tapi, apa yang dia dapat? Echa bergeming. Dia bahkan semakin berani dengan menantang mata Kyar dengan matanya. Rasanya yang lebih pantas marah dirinya. Bukan sosok Kyar yang sok suci di mata Echa. "Gue gak mau!" "Echa!" "Emang lo siapa ngatur-ngatur gue!" Sentak Echa dengan suara tak kalah keras. Sepertinya mereka sudah melupakan etikat bertetangga dengan membuat keributan di tengah malam seperti ini. "Lo gak berhak ngatur hidup gue! Ini hak gue! Bukan lo! Emang lo siapa berani ngusik semua ketenangan gue, hah!" A Little Thing About Marriage] 138 "Saya SUAMI KAMU!" Wajah Kyar dan Echa sudah sangat dekat. Hanya berjarak satu jengkal saja saat pria itu menunduk menatap mata Echa dengan tatapan intimidasi. Ditambah dengan tatapan membunuh yang diberikan Echa untuk membalasnya. Echa berdecih mencemooh."Suami pajangan.." Nafas Kyar masih tersengal dan mengatupkan rahangnya. Sudah cukup emosinya yang selalu tertata rapi, kini berantakan akibat ulah anak tujuh belas tahun. Anak remaja yang tengah melalui masa-masa metamorfosisnya menjadi sesuatu yang belum diketahui akhirnya. Kyar marah dan mencengkram bahu Echa dengan geram, "Masuk ke kamar dan kunci pintunya dari dalam. Jangan sampai aku masuk dan mencekik leher kamu sampai mati!" Desisan Kyar sukses membuat Echa bergidik. Dia tahu emosi Kyar seperti apa. Dan dulu dia pernah melihatnya. Dulu...lima tahun yang lalu, cukup membuat Echa A Little Thing About Marriage] 139 bergidik dan langsung berlari ketakutan masuk ke dalam kamarnya. Blam! Echa langsung menyandarkan tubuhnya lemas pada dinding kamar. Dia menangis membekap mulutnya dengan tangan setelah mengunci pintunya dari dalam. Tubuhnya bergetar. Perasaannya hancur. Dia takut. Takut Kyar yang mulai membencinya. aE A Little Thing About Marriage] 140 BAB 10 ECHA’ masih menangis dalam kamarnya. Ini hari minggu. Biasanya, dia akan sibuk dengan sapu dan pel kesayangannya dirumah Kyar, membabat semua pekerjaannya menjadi pembantu di rumah Kyar, dan berakhir dengan menonton film naruto yang menjadi favorite-nya. Tapi kali ini berbeda. Hatinya masih saja bergetar ketakutan dengan sikap Kyar tadi malam. Untuk pertama kalinya, Kyar marah besar dan mengancamnya akan sarat kematian. Echa takut. Takut kalau Kyar benar-benar akan membunuhnya. Dan lebih parahnya lagi, dia takut Kyar akan membencinya. Tidak. Echa takut akan hal itu. Dia sayang Kyar, dan dia tidak mau Kyar membencinya. Dia hanya cemburu dan merasa dibohongi atas seorang yang memanggil Kyar dengan sebutan Papa, serta seorang wanita cantik yang berjalan disisi Kyar dengan wajah gembiranya. A Little Thing About Marriage/ 141 Kyar tidak pernah menampakan dirinya bersama wanita lain lagi sejak kehancurannya lima tahun yang lalu. Dan kemarin, Kyar muncul dengan sosok-sosok yang sukses membuat mereka terlihat lJayaknya keluarga kecil yang bahagia. Jam sudah menunjukkan — pukul sebelas. Kurang lebih, sepuluh jam sudah mereka berdiam diri seperti ini. Keadaan rumah itu, benar-benar sunyi setelah terdengar seperti perang malam tadi. Meski begitu, Echa tahu, Kyar dirumah. Terlihat dari mobil dan motor pria itu masih terparkir digarasi. Pagar rumah yang masih digembok juga menunjukkan kalau Kyar tidak pergi membeli sarapan lagi ini. Echa mendesah kecewa. Sebenarnya ia lJapar. Tapi, dia takut keluar dari kamarnya dan mendapati Kyar yang siap membunuhnya jika ia keluar dari kamar itu. Ia tahu Kyar bukan pembunuh. Hanya saja, jika Kyar sudah mengamuk, Kyar bisa melukai dirinya sendiri jika ia tidak bisa melukai lawannya. Dan biasanya, lawannya itu adalah orang-orang yang ia sayangi. A Little Thing About Marriage 142 Bukan soal Echa ge-er dengan Kyar yang menyayanginya. Ia hanya cukup tahu diri dengan Kyar yang menganggapnya sebagai seorang adik. Tidak lebih, seperti dirinya menganggap Kyar sebagai seorang pria. Dia mengulum bibirnya = dan menenggelamkan wajahnya dalam lengannya yang ia sandarkan di lutut. Ia malu mengakui kalau perasaannya pada Kyar sudah lebih dari perasaan seorang adik dengan kakak angkatnya. Dia cinta Kyar. Mungkin terlalu cepat, tapi rasanya dia ingin Kyar selalu ada didekatnya. Wajahnya akan memerah _ sendiri jika = mulai membayangkan wajah pria itu. Tidak tahu malu, memang. Hanya saja, Echa berharap, Kyar berhenti memandangnya sebagai seorang adik, apalagi seorang gadis remaja yang cenderung berpikiran kecil. Tok tok tok Echa tersentak. Reflex ia menegakkan kepalanya dan menatap horor kearah pintu kamarnya yang diketuk dari luar. A Little Thing About Marriage] 143 "Cha? Makan, yuk! Abang udah bikin nasi goreng, nih!" Terdengar suara serak Kyar dari luar. Tok tok tok "Cha?" Perlahan, dengan langkah gemetar, Echa mendekati pintu kamarnya. Ia merapat, seolah dia tengah memeluk pintu kamar itu dan menempelkan telinganya disana. "Cha?" Echa terlonjak kaget saat Kyar mengetuk pintunya lagi. "Kamu udah bangun belum, sih?" "U-udah!" Sahut Echa gugup. "Yaudah. Kalo udah bangun, ayo kita makan! Ntar nasi gorengnya keburu dingin!" Ajak Kyar lagi. "Gak mau! Entar lo nyekek gue lagi! Gue takut!" Echa memegang lehernya yang cukup terbilang jenjang. Dia benar-benar takut kalau Kyar benar-benar mencekiknya. Secara, tatapan Kyar benar-benar menyeramkan kemarin. A Little Thing About Marriage 144 Untuk sejenak, Kyar tidak menjawab. Namun, sebuah kertas masuk kedalam kamar itu melalui celah bawah pintu. Echa mengernyit dan membaca tulisan diatasnya. Maafin abang ya... Abang tahu abang salah... Kalau kamu tetap takut, abang akan sembunyi dikamar abang. Abang gak pa-pa kalau kamu memang gak mau liat muka abang lagi. Tapi kamu janji, kamu harus makan. Abang gak mau kamu sakit. Karena abang, sayang Echa. Secepat kilat Echa membuka pintu kamarnya dan langsung berhambur memeluk tubuh Kyar dari belakang. Dia bahkan menangis dipunggung telanjang pria yang mulai menegang itu. "Cha? Kamu kenapa?" Kyar ingin berbalik. Namun, Pelukan Echa menahan tubuhnya untuk tetap seperti itu. Dia tidak mau Kyar menganggapnya seperti anak kecil yang cengeng, meski kenyataannya memang begitu. A Little Thing About Marriage] 145 "Please, jangan berbalik."Ucap Echa dengan air mata yang mulai membasahi kulit coklat milik Kyar."Gue takut, kalo lo berbalik, lo bakal marah lagi sama gue.." Dada Kyar terasa penuh akan nafasnya yang bergumpal, dan membuangnya secara pelahan. Ia membiarkan Echa memeluk tubuhnya seperti ini. Dia akan membiarkan tangis gadis remaja itu pecah_ setelah pertengkaran yang terjadi malam tadi. Maafin abang ya, Cha..Gumam batin Kyar sangat pelan. Ia terus diam membiarkan gadis itu memeluk tubuh setengah telanjangnya. Bagi sebagian orang, mungkin Kyar akan merasa tisih, Tapi tidak, jika Echa yang melakukannya. Perlahan, nafas Echa kembali teratur. Mulai tenang, sampai membuat Kyar yakin kalau Echa sudah baik-baik saja sekarang. "Sebaiknya kamu makan. Ntar nasi gorengnya keburu dingin.". Ucap Kyar mencoba melepas pegangan Echa yang mengerat diperutnya dan berbalik. A Little Thing About Marriage] 146 Kyar tersenyum melihat tampang Echa yang judes seperti biasanya. Walaupun malam tadi, ia sempat naik pitam dan ingin menghajar wajah menjengkelkan Echa setiap memberikannya perlawanan. "Pasti lo belum mandi." Ucapan Echa sukses membuat wajah Kyar memberengut. Apa maksud anak ini, coba? "Lo belum mandi, kan?" Todong Echa lagi "Ia. Emang abang belum mandi! Kenapa? Bau?" Ketus Kyar merasa jengkel. Bertahun-tahun mereka saling mengenal. Dan bukan satu-dua kali Echa melihat penampilan Kyar yang sekarang dan __ berdekatan dengannya. Tapi, kenapa baru sekarang Echa menyindirnya seperti ini? Mau ditaruh mana harga diri seorang Kyar??? Echa terkikik geli dan menggeleng."Enggak kok."Kemudian dia dengan polos-atau nekadnya- menempelkan wajahnya didada bidang Kyar. Bahkan bibirnya menyentuh kulit kecoklatan itu A Little Thing About Marriage] 147 hingga menimbulkan sensasi hangat didetakan jantung Kyar saat ini."Lo tetap wangi" Kyar mengerjap. Baru kali ini ada seorang perempuan mencium dadanya seintim ini. Dia belum pernah melakukan hal sedekat ini dengan seorang perempuan. Memang menurut logikanya, Echa tetaplah seorang adik bagi Kyar. Tapi, bibir hangat gadis itu sukses mendobrak jantung Kyar untuk lebih giat berdetak. Disaat Kyar ingin menenangkan perasaannya sendiri, tiba-tiba Echa menjauh. Kedua matanya pun menerjap. Ternyata ia baru sadar dengan apa yang baru saja ia lakukan. Kenapa_ getarannya lebih hebat daripada saat gue bareng Evan? Ia meraba dadanya sejenak dan menggeleng sebelum cha mengulum bibirnya merasa kikuk. Memberanikan diri mengangkat wajahnya dan menatap wajah Kyar yang sudah netral kembali. "Kok gitu, gue makan dulu deh." Echa tersenyum aneh. Berjalan dengan cepat A Little Thing About Marriage] 148 menuju meja makan, dan meninggalkan Kyar yang lebih memilih untuk mandi lebih dulu. aE "Yang kamu lihat kemarin itu teman abang." Ucap Kyar pada Echa yang mulai menonton ftv diruang tamu. Ruangan yang hanya berjarak beberapa meter dari dapur. Tempat Kyar menyantap sarapannya pagi ini. "Kemarin? Yang mana?" Tanya Echa belum menangkap ucapan Kyar sama sekali. "Yang kemarin. Wanita dan anak kecil yang memanggil abang dengan sebutan...Papa” Echa langsung paham. Matanya langsung menjurus pada Kyar yang duduk sejauh lima meter darinya. Pria_ itu memelankan kunyahannya dan juga menatap Echa dengan tatapan yang sama. "Oh." Ucap Echa kembali memalingkan wajahnya kearah tv. "Kok ‘oh’, doang?" Protes Kyar. "Wow" A Little Thing About Marriage] 149 "Loh, kok '‘wow', sih?" Kyar mengenyit dan meletakkan sendok yang dipegangnya keatas piring. Rasanya dia sudah cukup berat menjelaskan sosok yang bersamanya kemarin. Tapi anak kecil itu, malah meresponnya dengan tidak minat. "Hm.." "Echa?" "Terus mau jawab apa, sih? ‘Tya, abaaaang!', gitu?!" Protes Echa meraih remote tv yang ada diatas meja dan mengganti siaran Jtv yang mulai membosankan itu. "Lagian, itukan hak lo! Bukannya lo sendiri yang bilang jangan campuri urusan satu sama lain?" Lanjut Echa lagi ketus. "Jadi gak usah merasa terbebanilah!" Ia merasa jengkel dengan Kyar yang mengatakan dua manusia beda _generasi kemarin hanya teman. Sejak kapan sebutan 'Papa' diberikan pada teman? Dia merasa dibohongi! "Kok kamu marah, sih? Abang kan cuma pingin ngasi tahu kamu doang biar A Little Thing About Marriage] 150 kamu gak salah paham, Cha? Kok jadi ribut lagi?" "Tahu ah! Gelap!" Echa membanting remote ty ditangannya keatas sofa dan beranjak meninggalkan Kyar yang terpaku. Emosinya naik, karena ia tidak percaya dengan ucapan Kyar padanya. Teman? Teman tapi mesra?! Kyar membuang nafas beratnya kali ini. Ia menggeleng dan tersenyum kecut dengan sikap Echa. Pikiran gadis itu masih sangat anak-anak. Tidak ada dewasanya sama sekali. Paling yang mendukung teori yang mengatakan dia bukan anak kecil lagi, adalah karena dia berpacaran dengan Evan. Sisanya...nothing! Padahal Kyar pikir, kalau pertengkaran mereka terjadi karena Echa akan salah paham dengan mengira Kyar ada affair dengan wanita lain. Tapi nyatanya...gadis itu tidak perduli. Kyar tersenyum kembali atas pikirannya. Bagaimana bisa anak kecil seperti Echa tadi bisa membuat hatinya berdesir? Padahal, jika dilihat, Echa itu bukan tipenya A Little Thing About Marriage] 151 sama sekali. Kekanakan, dan mudah sekali marah. Ini semua menguatkan pendapatnya yang mengatakan kalau jantungnya berdetak bukan karena ketertarikannya pada sosok gadis seperti Echa. Tapi, karena sebuah sentuhan yang mungkin belum pernah Kyar dapat sebelum itu. se A Little Thing About Marriage] 152 BABu DULU, Kyar selalu merasa kalau Naima itu adalah sosok luka dalam hidupnya. Karena wanita itu, Kyar merasakan arti dahsyatnya patah hati. Cintanya yang ia pupuk dan jaga selama_ bertahun-tahun demi menunggu Naima kembali dari study-nya di luar negri, berakhir dengan Naima membawakan luka sebagai buah tangannya. Sebuah janin yang kini sudah menjelma menjadi seorang bocah laki-laki berusia empat setengah tahun bermata biru. Yudist. Nama yang diberikan Naima pada bocah yang katanya adalah hasil hubungannya dengan seorang pria berketurunan Indonesia-Inggris di Paris dulu. Bocah yang saat dalam kandungan dulu sempat ingin dipersunting Kyar menjadi anaknya. Menikahi Naima dan bertanggung jawab atas kelahiran anak itu. Dan lagi-lagi, Naima menolak. Begitu banyak kesakitan yang Kyar rasakan saat Naima hadir membawa perut A Little Thing About Marriage] 153 besarnya kehadapan Kyar. Tersenyum-meski saat itu terkesan sangat buruk- dimata Kyar sendiri. Kyar tahu kalau Naima berbohong. Tapi, wanita itu ternyata lebih keukuh menjauh dari Kyar dan meninggalkannya begitu saja. Kyar merasa muak dengan cinta. Patah hati, dan kesetiaan yang baginya hanyalah bualan semata. Kyar membuktikannya dari kesetiaannya yang dibalas dengan duka. Dulu, Kyar berpikir akan membenci Naima untuk sisa umurnya. Untuk cinta yang ia buang sia-sia, dan untuk rasa sakit yang enggan untuk ia raih lagi dari wanita itu. Dan apa yang Kyar dapat setelah Naima hadir dalam hidupnya beberapa waktu lalu? Kyar menerimanya. Bahkan dia rela dipanggil Papa oleh Yudist saat pertama kali mereka bertemu. Rasanya, ia tidak bisa membenci wanita itu. Hingga apapun yang diminta oleh Yudist, Kyar melakukannya. Seperti saat ini, mereka sudah duduk disebuah restoran mahal yang menyediakan menu creme brulee kesukaan Yudist. Kebiasaanya menyantap makanan dari negeri Menara Eiffel A Little Thing About Marriage] 154 itu pun terbawa sampai ke negri rempah- rempah ini. Kyar tersenyum saat melihat Yudish makan dengan sangat lahapnya, hingga tidak memperdulikan lagi bibirnya yang belepotan dengan krim dari creme brulee yang ia makan. "Makasih banyak ya, Ky. Kamu udah mau luangin waktu kamu untuk nemenin aku dan Yudist makan direstoran ini. Aku janji gak akan sering ganggu kamu lagi." Ucap Naima dengan nada penyesalan. "Kamu ngomong apa sih, Nai. Santai aja lah. Lagian aku juga belum makan siang. Jadi, sekalian aja deh." Sahut Kyar kemudian menyendokan potongan beer bourguignon kedalam mulutnya. Naima hanya tersenyum dan mengangguk. "Oiya, ngomong-ngomong, kamu udah jelasin ke dia belum, tentang hubungan kita?" "Dia? Dia siapa?" Tanya Kyar bingung. "Itu loh, istri kamu. Dia adiknya bang Hakam, kan?" A Little Thing About Marriage] 155 Sudut bibir kanan Kyar ditarik dengan terpaksa, seraya mengangguk."Hm..." "Kamu udah jelasin ke dia? Kayaknya kemarin dia kaget gitu deh, liat kita jalan bareng" Kyar hanya diam dan melanjutkan makan siangnya dengan menoleh pada Yudist sesekali. Tiba-tiba, hatinya merasa_sedikit kesal. Dia ingat bagaimana respon tidak bersahabatnya Echa saat Kyar mencoba menjelaskan hal itu padanya. "Ky" "Gak perlu lah, Nai!" Sahut Kyar mengernyit tidak suka."Lagian dia gak perduli kok sama aku. Dia cuma perduli sama ego- nya dia aja. Jadi, gak ada alasan buat aku keukuh menjelaskan sama dia, kan?" Mulut Naima tidak bisa terangkat lagi. Sepertinya, secara tidak langsung ini sudah menyangkut urusan rumah tangga Kyar dan gadis itu. Dan sebagai orang luar, nampaknya Naima cukup tahu diri. "Maaf ya..." ucapnya pelan yang tidak mendapat balasan apapun lagi dari Kyar. A Little Thing About Marriage] 156 wee Sudah dua jam Echa duduk bersandar disebuah kursi kayu diteras rumah Kyar sembari memikirkan kembali apa yang sudah ia saksikan siang tadi. Disebuah restoran yang ada disebrang tempat Echa dan Evan menikmati eskrim siang tadi. Terlihat Kyar turun dari mobilnya dengan menggendong seorang bocah laki-laki yang waktu itu ia temui di mall. Bahkan wanita yang sama juga menempel disisi Kyar saat mereka mulai masuk kedalam restoran mewah tersebut yang Echa yakini untuk menyantap makan siang. Echa mendengus dan tersenyum sinis. Kakinya semakin ia goyang-goyangkan menungkik kursi kayu yang ia duduki seiring kekesalannya yang membuncah. Hebat! Disaat Echa yang notabennya sudah menjadi istri Kyar tidak pernah diajak untuk makan disebuah restoran mewah, pria itu A Little Thing About Marriage] 157 justru membawa anak dan wanitanya makan direstoran yang pernah Echa harap bisa ia masuki dengan senyum gembiranya. Bahkan mereka sudah sangat cocok disebut sebagai keluarga kecil yang bahagia. Dan bisakah dia cemburu saat ini juga? Brak! "Aw!!" Pekik Echa saat kursi yang ia duduki jatuh dan membuat ia terbanting kebelakang. Kepalanya sakit dan semakin membuat ia ingin menangis karena semua rasa sakit ini. "Echa?" Mendengar suara Kyar, Echa langsung menoleh dan terduduk. "Kok duduk didepan pintu? Ntar jodohnya jauh loh..." Echa_ mendelik dan mengernyit melihat Kyar yang tiba-tiba saja muncul diteras rumah. Bahkan ia tidak melihat mobil pria itu masuk ke pekarangan. "Mobil lo mana?" Tanya Echa pada Kyar sembari mengusap kepala belakangnya yang masih terasa nyeri. A Little Thing About Marriage] 158 "Tuh, di luar.". Tunjuk Kyar pada mobilnya yang memang sengaja ia parkirkan diluar pagar. Kernyitan dahi Echa semakin dalam kala menyadari bayangan seorang wanita dan anak kecil yang duduk didalam mobil Kyar. "Itu siapa? Trus lo mau kemana?" Mendengar nada ketus dari mulut gadis remaja itu, tak urung membuat Kyar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan perasaan aneh. "Kita mau jalan-jalan. Kamu mau ikut?" Echa masih melirik tajam pada sosok wanita yang duduk disisi kemudi. Rasanya, dia tidak rela jika mereka hanya pergi bertiga. "Iya. Gue ikut." Sahut Echa membuat Kyar menaikkan kedua alisnya. "Bener?" "Iya! Tapi, gue ganti baju dulu." "Yaudah. Kalo gitu, sekalian, abang juga ada yang mau abang ambil dikamar abang." A Little Thing About Marriage] 159 Echa tidak memperdulikan lagi ucapan Kyar. Yang terpenting sekarang, dia ikut dengan pria itu. Dia tidak rela, benar-benar tidak rela jika Kyar hanya pergi bersama keluarga kecil itu. aE Tok! Tok! Tok! Perlahan namun pasti, kaca jendela mobil di sisi kemudi Kyar yang diketuk jengkel oleh Echa terbuka. Menampilkan sosok Naima yang mencoba memberikan senyum ramahnya pada Echa. "Iya?" Tanya Naima masih mencoba tersenyum, meski wajah Echa sangat tidak enak untuk dipandang. "Permisi, mbak. Bisa gak mbak pindah ke belakang? Saya mau duduk disamping suami saya" Kedua mata Naima melebar. Tangannya sudah mengelus tengkuknya dan melirik sungkan pada Kyar yang sudah duduk di balik kemudi. A Little Thing About Marriage| 160 Kyar hanya tersenyum dan mengangguk. "Bisa kok." Akhirnya Naima keluar dari sisi Kyar dan pindah ke jok belakang bersama dengan Yudist. "Loh, Mommy kok duduk di belakang?" Tanya Yudist heran, kemudian mengalihkan tatapannya pada Echa."Aunty ini siapa? Kenapa aunty duduk di samping Papa?" Echa hanya diam. Entah mengapa, dia merasa jengkel dengan anak kecil yang masuk dalam kategori cerewet ini. "Aunty duduk di samping uncle Ky, karena aunty istrinya uncle Ky." Jelas Naima tersenyum sembari mengusap rambut Yudist dengan sayang. "Istri?" Tanya Yudist heran. "Iya. Istri. Kayak aunty Mona dan uncle Fero.." Jelas Naima lagi memberikan contoh pada Yudist berupa orang-orang di sekitarnya. Yudist hanya mengangguk dan mencondongkan tubuhnya ke depan hingga A Little Thing About Marriage/ 161 membuat Yudist bisa menatap Echa dengan baik. "Aunty, anaknya mana?" Tanya Yudist dengan wajah polosnya. "Eh? Anak?" "Iya, anak! Kayak aunty Mona dan uncle Fero. Mereka punya anak." Beritahu Yudist yang tidak menyadari perubahan raut wajah Echa. Wajah Echa merah. Niatnya yang ingin mengomel pada anak kecil itu batal karena melihat wajah Kyar yang datar-datar saja. Artinya, Kyar tidak punya respon apapun terhadap ucapan Yudist. Soal mereka pasangan suami-istri, ataupun soal anak "Papa?" Panggil Yudist membuat Kyar menoleh ke kiri, tempat Yudist menyempulkan kepalanya. "Ya?" "Nanti Papa nginap di rumah lagi, kan? Sama Yudist dan Mommy?" Tanya Yudist dengan mata yang berharap. "Nginap?" Yudist memutar kepalanya ke arah Echa, begitu ia mendengar suara gadis itu. A Little Thing About Marriage] 162 "Iya. Nginap. Kayak waktu itu. Papa nemenin Yudist dan Mommy di rumah!" "Sampai malam?" Tanya Echa penasaran. Yudist mengangguk."He-eum. Sampai pagi malah." Tidak bisa dipungkiri ada kemarahan di mata Echa. Ia tahu kalau Kyar mungkin tidak menginap, karena ia memang selalu pulang ke rumah. Tapi, mendengar Yudist yang secara tidak langsung mengatakan posisi Kyar, membuat Echa naik pitam. Bisa-bisanya dia ninggalin gue di rumah karena anak dan perempuan ini! Ja menoleh dan menatap tajam pada Kyar. Lewat tatapannya ia mengungkapkan rasa marah dan kecewanya pada lelaki itu. Seolah mengerti, Kyar hanya tersenyum dan meraih sebelah tangan Echa dan menepuknya pelan. "Nanti abang jelasin" aE A Little Thing About Marriage] 163 Mereka sampai di sebuah arena permainan yang ada di salah satu mall di pusat kota. Terlihat Yudist tengah sibuk bermain dengan Kyar dan juga Naima yang mendampingi bocah itu. Sedangkan Echa hanya duduk di sebuah kursi besi dengan satu cup eskrim di atas meja di depannya. Matanya sibuk mengamati kegiatan Kyar dan keluarga kecilnya. Senyum bahagia terpancar di wajah Yudist dan Naima yang ikut senang melihat tawa bahagia putra simatawayangnya. Rasanya, ingin sekali Echa menendang wajah Kyar dengan sekuat tenaga kala pria itu juga menunjukkan senyum bahagianya di sana. "Haaah...". Echa membuang nafas beratnya dan mengaduk eskrim strawberry yang ada di depannya. Rasa asam eskrim tersebut bisa mewakili rasa asam hati yang tengah menderanya. "Kok diacak-acak doang?" Echa tersadar ternyata Naima sudah duduk di sisinya. "Ia. Gak selera." Sahut Echa asal. A Little Thing About Marriage 164 "Kamu marah, ya?" Tanya Naima sebenarnya segan dengan Echa yang terlihat cemberut sedari tadi. "Yaaa...bisa dibilang begitulah!" Naima menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan."Saya minta maaf, ya. Bukan maksud saya mengganggu rumah tangga kamu dan juga Kyar. Cuma kelihatannya anak saya udah terlalu dekat dengan Kyar. Dan membuat saya agak kesulitan juga menjauhkannya." Mendengar ucapan Naima, Echa tersenyum."Anak lo yang kesulitan, atau lo yang kesulian?" "Echa?" "Gak usah sok akrab, deh!" Bentak Echa tiba-tiba. Cukup sudah emosinya tertahan sedari tadi. Dan Naima tampaknya memang berusaha memancing kemarahan Echa untuk kian menjulang. "Gue tahu siapa lo! Lo perempuan yang udah nyakitin hati bang Kyar, kan! Hamil anak orang, terus ninggalin dia gitu aja! Terus, kenapa lo balik lagi, sih?! Lo mau ngerebut bang Kyar lagi?! Lo nyesel udah A Little Thing About Marriage] 165 ninggalin cowok sebaik bang Kyar?!" Sembur Echa berapi-api. Echa sudah tahu siapa Naima setelah ia bertanya pada Hakam. Awalnya, Hakam menolak menceritakan siapa Naima yang sebenarnya. Tapi, dengan sedikit paksaan, akhirnya Echa tahu kalau Naima adalah dalang dari semua rasa frustasi Kyar akan cinta. "Cha, kamu salah paham. Aku gak—“ "Diam lo! Muak gue liat muka lo! Lo busuk! Gue gak suka lihat lo!" "Echa!" Terdengar suara panggilan Kyar yang berlari ke arahnya. Wajah pria itu terlihat tegang dengan rahang yang mengeras. Ternyata, tanpa sadar, Echa yang berbicara pada Naima dengan suara yang keras. Seperti berteriak, hingga membuat mereka menjadi sorotan publik di arena bermain itu. "Bang.." "Apa-apaan sih kamu?! Kenapa bentak-bentak Naima gitu, hah?! Dia salah apa?!" Kyar marah. Marah pada Echa yang ia rasa sudah kelewatan batas. Apa salah Naima A Little Thing About Marriage] 166 sampai Echa marah-marah bahkan sempat memaki Naima di depan umum? "Ky, dia—* "Jawab!" Bentak Kyar lagi pada Echa. Tidak biasanya Kyar tidak sabaran seperti ini. Tapi rasanya, dia sudah menyesal mengajak gadis labil ini ikut bersamanya. Geram dengan sikap Kyar yang cenderung membela Naima, membuat kemarahan Echa semakin melejit. Diangkatnya tangan kanannya dan meraih sebuah cincin platinum yang tersemat di jari tengahnya sebelah kiri. Rasanya, sudah cukup ia memakai cincin kawin itu sampai detik ini. "Nih!" Echa meletakan cincin itu keatas meja besi dengan suara yang cukup keras."Kayaknya udah pantas cincin ini lo kasih ke dia! Dia cocok dapat barang bekas!" Echa berlari. Dengan sekuat tenaga ia berlari dengan harapan Kyar tidak bisa mengejarnya. Dia benar-benar berharap Kyar tidak mengikutinya seperti adengan yang ada di TV. Dia takut. Takut Kyar akan melihat kelemahan Echa yang selalu terlihat garang. Dia muak dengan sandiwara Kyar. Kalau pun A Little Thing About Marriage| 167 Kyar sanggup untuk tinggal berlama-lama dengan Naima hingga larut, pasti tidak akan sulit baginya untuk menggantikan posisi Echa dengan Naima, kan? Apalagi, Kyar akan mendapatkan bonus seorang anak jika ia memilih Naima untuk di sisinya. eK Brak! "Huuu!!!" Tak kuasa tangis Echa benar-benar pecah saat ia baru saja menghempaskan pintu rumah Kyar dengan sangat kuat hingga tertutup. Ia berlari keatas sofa dan jatuh layaknya mayat hidup sampai meraung di atas sofa tersebut. Hatinya sakit. Sangat sakit saat Kyar mempermalukannya di depan Naima. Dia tahu dia kalah dari perempuan itu. Tapi, tidak bisakah Kyar berpura-pura berbohong dengan membela Echa sedikit saja? Setidaknya...untuk lima bulan ke depan? A Little Thing About Marriage/ 168 Meski berbohong, toh, Echa akan berusaha untuk percaya. Tidak apa. Asal Kyar terkesan memilihnya, meski kenyataannya tidak. Brak! "Cha!" Kyar masuk ke rumahnya seperti orang yang kesetanan. Nafasnya tersengal dan panik sebelum akhirnya mendapati Echa yang berlonjak dari atas sofa. "Cha?" Nada bicara Kyar menurun, namun nafasnya masih saja memburu. Dia mendekat dan Echa menjauh. "Mau apa lo?! Jangan dekatin gue! Gue gak sudi dideketin sama cowok brengsek kayak lo!" Jerit Echa sekuat tenaga sambil menangis. Rasanya dia sudah kadung malu tertangkap basah sedang menangis. "Pergi aja lo sana! Temuin perempuan lo dan kawinin dia! Gue gak sudi berbagi sama dia! Mending lo pergi dari gue!" Dia mendekati Kyar yang terpaku melihat amukan Echa dan mendorongnya kuat. "Sana!" "Cha!" Kyar menangkap lengan Echa dan mencengkramnya. Niatnya tidak jahat. A Little Thing About Marriage] 169 Hanya, Emosi wanita itu membuatnya tidak bisa tenang bahkan hanya untuk sentuhan seperti ini. "Udah gue bilang, jangan deketin gue! Lo rela mempermalukan gue di depan banyak orang cuma demi dia! Ngapain lagi lo dateng kemari, hah?!" Teriak Echa terus meronta. "Cha, denger—* "Jangan-jangan, lo mau ngusir gue?!" Sela Echa langsung membuat emosi Kyar perlahan mulai menyambut. "Oke, gue pergi sekarang!" "MAHESA!!" Bentakan Kyar lebih kuat dan cengkraman itu pun terasa lebih erat. Echa terbungkam, bahkan meringis dengan tangan Kyar di lengannya. "Abang gak ngerti sama apa yang kamu omongin dari tadi! Kamu bilang pergi! Pergi! Dan terus dorong abang! Apa masalah kamu,hah! Bahkan kamu sanggup menghina Naima didepan semua orang! Apa salah abang sama kamu?!" Cengkraman Kyar semakin kencang di lengannya. Dan air mata Echa semakin deras mengucur dari sudut matanya. A Little Thing About Marriage 170 "Sakit...". Ringisnya pelan menatap mata Kyar dengan sorot mata terluka. "Abang gak akan lepasin kamu, sebelum kamu jawab per—* Plak! "Gue suka sama lo! Gue cinta sama lo, Kyar!! Gue cemburu!!!" Jerit Echa tanpa sadar membuat Kyar terpelongo. Dengan posisi yang sama. Setelah di tampar, Echa mengatakan apa yang selama ini menjadi kecamuk di hati Kyar sendiri. Echa suka Kyar? Echa cinta Kyar?! Dan tanpa kesadar penuh lagi, Echa yang masih menangis mendekat dan menarik tengkuk pria itu. Bahkan dia berdiri dengan menginjak kedua kaki Kyar dan mencium bibir pria itu sambil segugukan. “Aku cinta sama abang..." Lirihnya sebelum menenggelamkan bibir Kyar dan mulut kecilnya. Kyar yang merasa bibirnya basah, langsung sadar dan melabarkan matanya. Buru-buru ia melepaskan Echa yang masih setia menempelkan bibir mereka berdua. A Little Thing About Marriage] 171 Kyar semakin terkejut begitu melihat wajah Echa sekarang."C-Cha..." Dan dalam hitungan detik, semua yang masuk dalam retinanya, terasa_ gelap. Tubuhnya limbung dan siap membentur lantai jika sepasang lengan kokoh itu terlambat meraihnya. "Echa!" eK A Little Thing About Marriage] 172 BAB 12 LARUTAN Ringer Laktat itu terus saja menetes masuk perlahan-lahan ke dalam pembuluh darah Echa melalui selang infus, ketika gadis remaja itu mulai membuka kelopak matanya dengan sangat perlahan. Awalnya, ia merasa silau dengan sinar lampu neon yang ada di langit-langit kamar yang sedang ia tempati. Matanya menelisik menyusuri ruangan putih tersebut yang berisikan satu buah brangkar kosong yang berada tidak jauh dari tempat ia berbaring sekarang. Ini rumah sakit? "Udah bangun, dek?" Echa menoleh. Ia bingung mendapati Hakam yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut, sebelum akhirnya mata Echa menangkap selang infus yang menempel di punggung tangannya. "Ini rumah sakit?" Tanya Echa yang langsung diangguki oleh Hakam. A Little Thing About Marriage/ 173 "Tadi sore lo pingsan. Kata dokter, lo kecapekan." Kata Hakam sudah duduk di sisi brangkar Echa berbaring. Mengelus puncak kepala Echa dengan sayang."Apa mereka nyakitin lo?" Pertanyaan yanglangsung MHakam lontarkan, sontak membuat Echa merasa bingung. "Mereka?" Ia mengernyit. "Siapa?" "Kyar dan...Naima." Sahut Hakam hati-hati."Apa mereka nyakitin lo?" Kyar? Mengingat nama lelaki itu, langsung membuat Echa mengedarkan pandangannya lagi ke arah ruangan berdominasi warna putih tersebut. Namun, ia tak kunjung menemukan Kyar di sana. "Dia pergi. Bentar juga balik," Seolah tahu apa yang tengah dicari oleh adiknya, Hakam menjawab pertanyaan yang ada di kepala Echa yang tak terungkap. Gadis remaja itu melenguh pelan. Hal terakhir yang bisa diingatnya adalah, ia bertengkar dengan Kyar, mengatakan perasaannya dan... A Little Thing About Marriage] 174 Cklek! Kyar muncul dari ambang pintu dan menatap Echa yang sudah sadar dengan hal yang terakhir kali ia lakukan sebelum jatuh pingsan. Ta mencium bibir Kyar. Echa mengigit bibir bawahnya dan menutup matanya malu mendapati Kyar yang berjalan ke arahnya dengan wajah teramat biasa seolah tidak ada hal istimewa yang sudah terjadi di antara mereka. Efek ciuman, mungkin? "Udah_ sadar?" Tanya Kyar_ kini mengusap rambut Echa sekali, kemudian beralih pada sosok Hakam yang sempat menggantikan posisinya sejenak menjaga Echa. "Lo udah bisa pulang sekarang. Biar Echa, gue yang jaga." "Eh, enggak!" Sahut Echa langsung menoleh cepat. Saat mata Kyar bertumbukan padanya, tatapan gadis itu malah ia alihkan langsung pada Hakam."Lo gak keberatan jaga gue kan, bang?" Meski bingung, Hakam _ tetap menjawab,"Ya, enggak sih. Cuma..." A Little Thing About Marriage] 175 "Yaudah. Lo aja yang jagain gue. Gue gak mau dijagain sama orang asing!" "Orang asing?" Kyar dan Hakam serempak membeo. Kemudian Hakam melirik pada Kyar yang tampak kebingungan."Maksud lo...Kyar?" Bukannya menjawab, Echa kembali merengek pada Hakam seraya memggoyangkan lengan pria itu seperti ingin menangis."Lo aja ya, yang jaga gue...Gue takut..." Nafas Kyar memburu. Memang apa yang sudah Kyar lakukan hingga Echa merasa takut pada dirinya? Bukankah beberapa saat yang lalu mereka hanya bertengkar tanpa ada ancaman sedikit pun? Memang harus diakui kalau tadi Kyar sempat mencengkram bahu Echa saking kesalnya. Namun, semua berakhir dengan sebuah ciuman, kan? Dan Kyar masih ingat betul akan hal itu. "Bang!" Desak Echa pada Hakam yang ikut menyadarkan Kyar tentang hal intim tersebut. “Eh...mm..gue.." A Little Thing About Marriage| 176 "Yaudah. Gue minta tolong, lo aja yang jagain Echa. Lo kerja masuk shift malam, kan?" Akhirnya Kyar memilih untuk mengalah. "Lagian, gue masih ada urusan sebentar sama teman gue. Ntar, kalo udah selesai, gue kemari lagi." "Oh, oke." Sahut Hakam_ sebelum Kyar membalikkan tubuh keluar dari ruangan itu. Hakam menoleh dan _ menatap punggung cha yang sudah _ berbaring membelakanginya dengan perasaan jengkel. Ingin ia mengomel pada adik bungsunya, namun batal karena ia juga merasa kalau Echa pasti sedang mengalami kesulitan. eee "Kayaknya anak itu suka sama kamu deh, Ky." Kata Naima seraya memberikan sebuah jaket berwarna merah yang tidak sengaja tertinggal di rumah Naima tempo hari. Memberikannya pada Kyar yang hanya dibalas oleh senyum kaku dari pria itu. "Siapa? Echa?" A Little Thing About Marriage] 177 "Iya. Echa. Istri kamu!" Mendengar kata itu, Kyar tersenyum kecut."Kayaknya enggak deh, Nai." "Loh, kok enggak? Udah jelas dia keliatan cemburu gitu pas aku dekat-dekat sama kamu. Itu tandanya, dia suka sama kamu!" Kyar tahu. Dan Echa juga sudah mengatakannya pada Kyar tadi. Cuma, entah mengapa rasanya sedikit berat jika harus mengatakannya pada Naima. Dia tidak ingin kembali dijauhi oleh wanita ini hanya karena perasaan semu yang dimiliki oleh Echa. "Lagian emang wajar aja, sih. Kalian kan udah suami istri. Jadi, wajar aja kalo dia marah gitu ke aku." Kata Naima lagi membuat Kyar mengangkat wajahnya yang semula menunduk. "Ngomong apa sih kamu, Nai?" Kyar mengernyit. "Dia itu gak beneran suka sama aku. Dia cuma lagi merasa aku gak memperhatikan dia lagi aja. Lagian, dia itu juga udah punya pacar yang sayang banget sama dia. Jadi gak mungkin dia—* A Little Thing About Marriage] 178 "Dia punya pacar?" Tanya Naima dengan nada tidak percaya."Bukannya dia udah menikah sama kamu? Kok, bisa dia punya pacar?! Dia—“* "Aku yang izinin." Sahut Kyar cepat dan santai. "Selama ini mereka cuma backstreet. Aku cuma gak mau membuat Echa merasa tertekan dengan pernikahan ini dan memutuskan untuk mengizinkan dia pacaran sama Evan." Mendengar penjelasan Kyar, tak ubahnya membuat Naima _ terperangah. Terpelongo dengan mulut setengah berbuka. "Kamu waras, Ky?" Celetuknya masih dengan nada tidak percaya."Kamu ngizinin istri kamu sendiri untuk pacaran dengan cowok lain? Kamu sakit?" Dengan tampang cemberut, Kyar menggeleng."Aku sehat wal’afiat, Naima. Lahir batin!" "Lah, terus, kenapa kamu ngelakuin hal ini? Bukannya seharusnya kalian itu belajar saling mencintai karena sudah terikat dengan sucinya tali pernikahan? Bukannya malah bertingkah kayak gini!" A Little Thing About Marriage] 179 Kyar hanya terdiam. Menatap Naima dalam diamnya. "Maaf, bukannya aku mau_ ikut campur. Cuma, aku pikir gak wajar kalau kamu dan Echa itu memilih jalan terpisah dalam pernikahan kalian. Ibarat sebuah mobil, kalian punya dua kemudi yang gak punya satu tujuan yang sama, Ky. Pikir dong!" Kyar masih terdiam menatap mata Jegam itu dengan sayunya. "Aku udah gak punya cinta lagi. Kamu tahu itu.” Sontak sorot mata Kyar menggelap. Dia membuang pandangannya kearah lain menutupi usahanya melupakan Naima selama ini. Naima satu-satunya wanita yang paling Kyar harapkan dulu, dengan mudahnya membuat hati Kyar hancur. Dan kini, Naima menasihatinya soal cinta? Apa itu pantas? Kyar tersentak dan mengangkat wajahnya lagi saat merasakan hangatnya tapak tangan Naima menyentuh punggung tangannya. Menatap mata Naima yang menunjukkan rasa bersalah yang cukup besar. A Little Thing About Marriage| 180 "Cukup, Ky. Aku mohon sama kamu, jangan jadikan aku sebagai alasan kamu membunuh rasa cinta itu. Kamu _berhak mendapatkan kebahagian kamu. Jangan menambah beban hatiku dengan kamu membunuh rasa cinta kamu sendiri." Ucap Naima pelan dengan nada memohon. "Echa masih butuh kamu. Memang, dia masih terlalu muda untuk tahu mana itu cinta, mana itu hanya rasa suka. Tapi, aku yakin, kalau yang aku lihat dari sikap dan dari matanya, dia cintanya sama kamu." Kyar menunduk. Tangan Naima masih setia mengusap punggung tangannya dengan perlahan. "Tapi, aku belum bisa, Nai." Ucap Kyar menggeleng pelan."Aku sudah terlanjur menganggap dia sebagai adikku. Sulit bagiku untuk merubah sebuah perasaan. Banyak hal yang membuat aku harus_ kembali mempertimbangkan diri untuk mencintai Echa. Mencintai dia itu sulit. Sangat sulit dengan segala tingkahnya dan juga pola pikirnya yang membuat aku selalu berada diambang kesabaran. Aku gak bisa." A Little Thing About Marriage] 181 "Sejak kapan kamu lemah gini?" Refleks Kyar menoleh menatap Naima yang tersenyum mengejek ke arahnya. "Kyar, cinta itu gak sama. Sama halnya seperti aku mencintai Rafael. Sikapnya bahkan jauh lebih buruk dari kamu. Awalnya aku benci dia. Banget! Tapi, lambat laun, aku bisa menerima dia. Memiliki Yudist dan bahkan tidak bisa melupakan dia. Bahkan aku hampir menangis jika aku sudah mulai merindukan dia." Kata Naima membuat sedikitnya perasaan Kyar terasa lebih panas. "Cinta itu gak bisa ditebak. Dia datang, hanya jika kita ingin dan mencobanya. Semua ada jalannya. Ya, tinggal kamu aja yang nyoba buat buka hati kamu ke ‘anak kecil' kamu itu. Aku yakin, pasti gak akan sulit buat kamu merubah sikap kekanakan dia." Kyar masih terdiam. Merenungi ucapan Naima yang entah mengapa terasa sangat berat untuk ia lakukan. "Ky, please...Berhenti menjadikan aku beban cinta kamu." Naima mematapnya dengan sorot mata teduh. Mata yang sama sekali tidak pernah ia dapatkan dari sorot mata A Little Thing About Marriage] 182 Echa yang terkesan panas. Selalu ada kemarahan dan kecurigaan hingga membuat Kyar kembali berpikir. Apa gue bisa? aE Ini sudah hari ketiga setelah kejadian Echa masuk rumah sakit. Hari ini, dia sudah bisa sekolah. Dan siang ini juga Kyar berniat meluangkan waktunya untuk menjemput gadis remaja itu di sekolahnya. Niatnya hanya satu. Dia ingin berdamai dengan Echa. Dia tidak ingin tatapannya dan tatapan Echa terkesan tengah melakukan perang dingin. Dia ingin menjalin hubungan seperti biasanya dengan Echa, paling tidak sampai lima bulan ke depan. "Bang." Kyar yang tadinya fokus kearah gerbang, menoleh dan mendapati Evan tengah menatapnya dengan tatapan lesu. "Eh, Van? Ada apa?" Tanya Kyar to the point soal tampang kusut Evan. A Little Thing About Marriage| 183 "Lo bisa luangin waktu lo bentar gak, bang? Gue mau cerita dikit tentang Echa, nih! Pusing gue" Gerutu Evan sambil mengacak rambut belakangnya tanda gusar. Sebenarnya, Kyar keberatan. Karena, dia berniat menunggui Echa pulang sekolah, sebelum gadis remaja itu kabur lagi seperti pagi tadi. Kyar hanya ingin bersikap ramah. Tapi Echa memeperlakukannya layaknya dia itu adalah kecoa. Dan ini harus diluruskan. Paling tidak, mereka itu kan teman satu rumah. "Disini aja bisa gak? Abang lagi nungguin Echa nih." Evan mengangguk mengiyakan."Gue juga cuma mau nanya, apa lo tahu kalo Echa lagi naksir cowok lain?" "Eh? Maksudnya?" Alis Kyar mengkerut terlihat bingung. "Ya, maksud gue, beberapa hari ini, dia kayak ngejauh dari gue. Pas gue tanya, dia malah cuek aja. Terus, pas gue deketin, eh..dia kabur. Gue jadi curiga sama tu cewek." "Curiganya?" A Little Thing About Marriage] 184. "Ya, bisa jadi kalo sekarang itu, dia lagi naksir cowok lain. Dan berusaha buat ngejauhin gue demi cowok itu, bang." Sadar atau tidak, Kyar merasa gugup sekarang. Apa yang dimaksud oleh Evan ini adalah Kyar, ya? Berulang kali ia terbatuk menutupi detak jantungnya yang seolah riuh melakukan gencatan senjata. Ini bahaya. Jika Evan tahu Echa itu naksir Kyar, apa yang akan dilakukannya? "Bang, gue cuma mau minta tolong sama lo. Tolong sementara ini, lo jagain Echa, ya? Gue sayang banget sama dia. Gue cinta. Gue gak mau dia itu ketipu sama rasa sukanya sama cowok yang gak jelas. Dia berusaha ngejauh dari gue, tapi seenggaknya, dia pasti gak bisa jauh dari lo. Jadi, gue mohon. Tolong bantu bilang sama Echa, kalo gue sayang dan takut kehilangan dia, bang. Lo ngerti maksud gue, kan?" Kyar justru terdiam. Tidak meng- iyakan, maupun tidak membantah. Dia bingung. Dia tahu Evan itu sayang dengan Echa. Evan bisa membahagiakan Echa. Dengan segala ketulusan yang Evan punya A Little Thing About Marriage] 185 buat Echa, apa pantas Kyar berada di tengahnya? "Gue usahain deh." Sahut Kyar tersenyum. aE Echa masih setia menunggui kepulangan Kyar malam ini. Jam sudah menunjukkan angka sepuluh lewat tiga belas menit. Dan sepertinya, belum ada tanda-tanda akan kepulangan Kyar sekarang. Kembali teringat saat ia pulang sekolah siang tadi. Melihat Kyar yang menungguinya didepan sekolah, setidaknya membuat Echa sedikit merasa diperhatikan oleh pria itu. Ya... paling tidak, Kyar mempunyai itikad baik dengan menjemput Echa meski berulang kali Echa berusaha kabur. Echa juga sedikit merasa kasihan pada Kyar. Saat dirawat di rumah sakit, Echa sama sekali tidak ingin Kyar menjaganya. Dia A Little Thing About Marriage| 186 hanya merengek pada sang bunda untuk menjaganya di siang hari. Dan di malam hari, masa bodo jika_ giliran Kyar yang menjaganya. Yang jelas, selama melihat tampang Kyar, dia tidak perduli. Echa kembali mengintip di sela-sela gorden yang disingkap saat mendengar suara pagar rumah yang dibuka. Terlihat Kyar masuk ke dalam pekarangan dengan Naima di sisinya. Entah mengapa, hati Echa kembali berdebar tidak senang. "Mau apa lagi sih, mereka?" Gumam Echa tanpa sadar meremas kain gorden berwarna merah marun itu. Tampak Kyar tengah berbicara pada Naima _ sebentar. Tersenyum meski sesekali Kyar mengusap kepala Naima dan semakin membuat dada Echa kian sesak. Gak! Gue gak cengeng! Dasar bego'! Jangan mau nangis cuma gara-gara Kyar, Cha! Jangan! Echa berusaha menahan nafasnya saat sayup-sayup suara tawa mereka terdengar begitu bahagia. Rona merah tergambar jelas di kedua pipi Naima yang diusap lembut oleh A Little Thing About Marriage] 187 Kyar, dan sukses membuat Echa mengigit kain gorden itu gemas. Air matanya lolos saat sesuatu yang dilakukan Kyar, begitu§ menghujam jantungnya. Kyar...apa dia lupa, siapa istrinya? Prd A Little Thing About Marriage] 188 BAB 3 "MAAF ya, Ky. Aku jadi ngerepotin kamu malam-malam gini." Ucap Naima saat mereka tiba di pekarangan rumah Kyar. "Iya gak pa-pa kok, Nai. Santai aja" Sahut Kyar menepuk sebelah pundak Naima. Malam ini, rencananya Naima berniat pergi ke Bogor demi menemui seorang pria yang sangat penting bagi kehidupannya dan juga Yudist. Jika bukan karena kehabisan tiket, Naima enggan untuk meminjam mobil mantan kekasihnya ini untuk pergi ke kota hujan tersebut. Bagaimana pun, dia masih punya rasa segan untuk merepotkan pria yang pernah mengisi hari-harinya dulu, demi seorang pria lain yang akan menjadi masa depan dia dan anaknya. "Aku janji. Besok, kalau urusanku dan Rafael cepat selesai, aku bakal langsung balikin mobil kamu." Kata Naima langsung disambut kekehan oleh pria tersebut. "Iya. Kalo gak kamu balikin juga, paling kamu bakal aku tuntut." Kekeh Kyar A Little Thing About Marriage 189

Anda mungkin juga menyukai