Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar

Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai

subjek yang menerima pelajaran. Belajar tidak hanya sekedar menghafal

tetapi dalam belajar terjadi suatu proses perubahan diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai

bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah

lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya,

daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana,

2014:28). Belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada

disekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses

berbuat melalui pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami

sesuatu (Sudjana, 2014:28). Belajar merupakan proses kegiatan yang dapat

membaca perubahan individu. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan diri

seseorang yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku baru berkat

pengalaman dan latihan (Hamalik dalam Nixon J. Gerung. Hal.2).

Belajar didefenisikan sebagai proses dimana seseorang mencari tahu

sesuatu yang belum diketahuinya sehingga lebih mengetahui dan


memahaminya (Sardiman dalam Nixon J. Gerung. Hal. 2). Defenisi belajar

ini ditujukan pada proses siswa mencari tahu informasi yang belum

diketahuinya sebelumnya.

Belajar merupakan upaya yang dilakukan untuk menambah

pengetahuan yang telah dimiliki (Maskul dalam Nixon J. Gerung. Hal.2).

Sehingga penulis mendefenisikan belajar merupakan suatu upaya

seseorang untuk bertumbuh dalam hal menambah pengetahuannya yang

belum diketahuinya.

2. Kualitas Belajar

Kualitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran,

termasuk dalam pembelajaran seni (Daryanto. 2011:54). Kualitas

pembelajaran adalah mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran

yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan keluaran

yang baik pula (Uno. 2007:153). Kualitas pembelajaran dapat diartikan

sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergi guru, siswa, kurikulum

dan bahan ajar, media, fasilitas, dan system pembelajaran dalam

menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai tuntunan

kurikuler (Depdiknas. 2004:7)

Dari berbagai uraian diatas mengenai kualitas belajar, dapat

disimpulkan bahwa kualitas belajar merupakan keberhasilan tercapainya

tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan pemilihan model,


metode, dan strategi pembelajaran untuk mengoptimalkan proses dan hasil

belajar.

Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, maka diperlukan

indikator-indikator kualitas pembelajaran. Indikator kualitas pembelajaran

meliputi: (1) Perilaku pembelajaran dosen atau tenaga pendidik guru, (2)

Perilaku/aktivitas siswa, (3) Iklim pembelajaran, (4) Materi pembelajaran,

(5) Media pembelajaran, (6) Sistem pembelajaran. 3 komponen yang

menjadi fokus dalam penelitian ini dalam mencapai kualitas pembelajaran

yaitu (1) aktivitas siswa, (2) hasil belajar.

a. Aktivitas Siswa

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun

mental, dalam kegiatan belajar selalu berkaitan erat (Sadirman.

2011:95). Sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk mengembangkan

aktivitasnya. Menurut Dedrich (dalam Sadirman. 2011:101) jenis

aktivitas belajar siswa yaitu:

a. Visual Activities
Aktivitas yang termasuk di dalamnya membaca, memerhatikan
gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral Activities
Aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah menyatakan,
merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
c. Listening Activities
Aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah mendengarkan,
uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d. Writing Activities
Aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah menulis cerita,
karangan, laporan, angket, dan menyalin.
e. Drawing Activities
Aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah menggambar,
membuat grafik, peta dan diagram.
f. Motor Activities
Aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah melakukan
percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain,
berkebun, dan beternak.
g. Mental Activities
Aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,
dan mengambil keputusan.
h. Emotional Activities
Aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang
dan gugup.

b. Hasil Belajar

Setiap proses belajar mengajar kebeherhasilannya diukur dari

seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, di samping diukur dari

segi prosesnya (Sudjana. 2009:45).

Howard Kingsley (dalam Sudjana. 2009:45) membagi tiga macam

hasil belajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan

pengertian, (3) sikap dan cita-cita.

Sedangkan Gagne (dalam Sudjana. 2009:45) mengemukakan lima

kategori tipe hasil belajar, yakni (1) verbal information, (2) intelektual

skill, (3) cognitive strategy, (4) attitude, dan (5) motor skill. Sementara

Benyamin Bloom (dalam Sudjana. 2009:46) berpendapat bahwa tujuan

pendidikan yang hendak kita capai digolongkan atau dibedakan (bukan


dipisahkan) menjadi tiga bidang, yakni (1) bidang kognitif, (2) bidang

afektif, dan (3) bidang psikomotor.

Unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar

tersebut (Sudjana. 2009:50-55).

1) Hasil Belajar Bidang Kognitif

a) Hasil belajar pengetahuan hafalan, hasil belajar ini termasuk

tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe

hasil belajar lainnya. Cakupan dalam pengetahuan hafalan

termasuk pula pengetahuan yang bersifat factual, di samping

pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti

batasan, peristilahan, pasal, hokum, bab, ayat, rumus, dan lain-

lain.

b) Hasil belajar pemahaman, tipe hasil belajar ini lebih tinggi satu

tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Ada tiga

macam pemahaman yang berlaku umum yaitu (1) Pemahaman

terjemahan, (2) Pemahaman penafsiran, (3) Pemahaman

ekstrapolasi.

c) Hasil belajar penerapan, kesanggupan menerapkan, dan

mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hokum dalam situasi

yang baru.

d) Hasil belajar analisis, kesanggupan memecah, mengurai suatu

integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-


bagian yang mempunyai arti, atau mempunya tingkatan/hirarki.

Analisi adalah tipe hasil belajar yang kompleks, yang

memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni

pengetahuan, pemahaman, aplikasi.

e) Hasil belajar sintesis, kesanggupan menyatukan unsur atau

bagian menjadi satu integritas. Pada tingkatan sintesis diperlukan

pemikiran divergent.

f) Hasil belajar evaluasi, kesanggupan memberikan keputusan

tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya,

dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan

paling tinggi, dan mengandung semua tipe hasil belajar

sebelumnya. Tipe hasil belajar ini menekankan pada

pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat

tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu.

2) Hasil Belajar Bidang Afektif

a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang dating pada siswa, baik

dalam bentuk masalah situasi, gejaa. Dalam tipe ini termasuk

kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control dan

seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan

seseorang terhadap stimulasi yang dating dari luar. Dalam hal ini
termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab

stimulus dari luar yang dating kepada dirinya.

c) Valuing, yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di

dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau

pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap

nilai tersebut.

d) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu system

organisasi, termasuk menentukan hubungan suatu nilai dengan

nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah

dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep

tentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai.

e) Karakteristik nilai, keterpaduan dari semua sistem nilai yang

telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian

dan tingkah lakunya.

3) Hasil Belajar Bidang Psikomotor

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan

visual, membedakan auditif motoric dan lain-lain.

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,

ketepatan.
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana

sampai pada keterampilan yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan nondecursive komunikasi

seperti gerakan ekspresif, interpretative.

3. Model Pembelajaran

Menurut Mills dalam Hamzah & Muhlisrarini (2014:153)

berpandangan bahwa model adalah bentuk representasi akurat, sebagai

proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang

mencoba bertindak berdasarkan model itu. Pengertian model pembelajaran

merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi

pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang

diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya ditingkat

operasional di kelas.

Model mengajar dapat diartikan sebagai perencanaan atau pola yang

digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi yang akan

dijelaskan ke peserta didik, dan memberikan petunjuk kepada pengajaran di

kelas atau setting lainnya.

Pengertian model yang lain yaitu kerangka konseptual yang akan

digunakan sebagai pedoman dan acuan untuk suatu kegiatan. Bila bentuknya

kegiatan belajar, maka berarti kerangka acuan untuk suatu kegiatan belajar.

Dalam mata pelajaran matematika ada aturan dan aksioma. Aturan dan
aksioma itu menjadikan matematika sebagai landasan menyelesaikan

persoalan yang berhubungan dengannya.

Ruang lingkup model matematika meliputi materi pokok matematika

yaitu fakta, konsep, prinsip, skill dan problem solving. Ruang lingkup yang

lebih luas dari model matematika berhubungan dengan bilangan, operasi

hitung, geometri, aritmatika, aljabar, statistika dan matematika terapan.

4. Model Pembelajaran Matematika

Model pembelajaran matematika adalah kerangka kerja konseptual

tentang pembelajaran matematika (Hamzah & Muhlisrarini. 2014:154).

Pembelajaran matematika dimaksud yaitu pengajar menjelaskan materi dan

peserta didik belajar matematika serta pengajar menfasilitasi kegiatan proses

pembelajaran. Komponen-komponen dalam model pembelajaran

matematika yaitu 1). Sintaks, 2). System social, 3). Prinsip reaksi, 4).

Sarana, dan 5). Dampak pembelajaran dan pengiring.

Model pembelajaran matematika tidak bisa dilepaskan dari system

pembelajaran yang mempunyai komponen yaitu tujuan, pengalaman belajar,

pengorganisasian pengalaman belajar. Menurut Hamzah & Muhlisrarini

(2014:155) bahya ciri-ciri khusus yang harus dimiliki model pembelajaran

matematika secara umum yaitu 1). Rasional teoritik yang logis yang disusun

oleh para pencipta atau pengembangan, 2). Tujuan pembelajaran yang harus

dicapai, 3). Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat diaksanakan dengan baik dan berhasil, 4). Lingkungan belajar yang

diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai

5. Model Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu proses penciptaan

lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan mahasiswa bekerja

sama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen (Scot dalam Hamzah

& Muhlisrarini. 2014:159).

Pembelajaran kooperatif sebagai lingkungan belajar dimana

mahasiswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang kemampuannya

berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas akademik (Watson dalam Hamzah

& Muhlisrarini. 2014:160).

Pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran dimana

siswa bekerja dalam satu kelompok yang heterogen yang anggotanya terdiri

atas 4-6 orang. Dimana heterogen ditinaju dari jenis kelamin, etnis, prestasi

akademik maupun status social siswa (Slavin dalam Hamzah &

Muhlisrarini. 2014:160)

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dikatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu proses pembelajaran di mana siswa dikelompokkan

menjadi kelompok-kelompok kecil yang setiap anggotanya berbeda dalam

hal tingkat kemampuan pemahaman dengan tujuan untuk meningkatkan

pemahaman siswa mengenai suatu pokok bahasan, yang mengharuskan


siswa untuk belajar dan membantu menjelaskan ke teman kelompok yang

tidak memahami.

Menurut Hamzah & Muhlisrarini terdapat lima unsur dasar sebagai

ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu: 1). Saling ketergantungan positif, 2).

Tanggung jawab perseorangan, 3). Tatap muka, 4). Komunikasi antara

anggota, 5). Evaluasi proses kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tidak selalu berhasil dalam proses

pembelajaran. Sehingga menurut Hamzah & Muhlisrarini (2014) terdapat

kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif.

a. Kelebihan

1) Membiasakan siswa untuk bersikap tegas dan terbuka.

2) Membiasakan siswa untuk menemukan sendiri konsep dan berpikir

kritis dalam menyelesaikan masalah.

3) Menumbuhkan semangat persaingan yang positif karena dalam

kelompok siswa akan lebih giat dan bekerja dengan sungguh-

sungguh.

4) Menciptakan kreativitas siswa dalam belajar sehingga tercipta

suasana belajar yang kondusif.

5) Menanamkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi karena

siswa yang pandai dalam kelompok akan membantu rekannya

yang kurang pandai untuk mempertahankan kelompoknya.


6) Memudahkan guru mencapai tujuan pembelajaran karena langkah-

langkah model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan

dilapangan.

7) Menumbuhkan kreativitas guru dalam membuat alat peraga dan

media pembelajaran yang sederhana dan mudah ditemukan

b. Kelemahan

1) Diperlukan waktu yang lebih lama agar proses diskusi lebih

leluasa.

2) Bila ada siswa yang tidak terbiasa dengan belajar kelompok

sehingga merasa asing dan sulit untuk memahami konsep.

3) Jika terjadi persaingan negative antarsiswa dalam kelompok atau

antarkelompok maka hasilnya akan lebih buruk.

4) Jika ada siswa yang pemalas atau yang ingin berkuasa dalam

kelompok besar kemungkinan akan memengaruhi peranan

kelompok sehingga usaha kelompok menjadi sia-sia.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Turnament (TGT)

Menurut Slavin (2009:163) secara umum model pembelajaran

kooperatif tipe TGT sama saja dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD kecuali satu hal, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT

menggunakan turnamen akademik, yakni menggunakan kuis-kuis dan skor


kemajuan individu dimana siswa berlomba sebagai wakil dari kelompok

mereka dengan anggota kelompok lain yang kinerja akademik sebelumnya

setara seperti mereka.

a. Presentasi Kelas

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi

pertama-tama dikenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini

merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau

diskusi yang dipimpin oleh guru. Presentasi kelas yang dimaksudkan

haruslah berfokus pada unit model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Dengan cara ini siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-

benar memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, karena

dengan demikian akan sangat membantu mereka dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan dalam turnamen, karena skor masing-masing

dari mereka akan menentukan nilai kelompok mereka.

b. Tim

Setiap tim atau kelompok terdiri dari 4 – 5 orang siswa yang

heterogen. Setiap anggota kelompok harus memastikan semua anggota

kelompoknya benar-benar belajar dan mempersiapkan semua

anggotanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik.

c. Game
Game disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan

dan didesain untuk menguji pengetahuan siswa dari penyajian materi

dan latihan kelompok. Game dimainkan oleh tiga siswa pada sebuah

meja, dan masing-masing siswa mewakili kelompok yang berbeda

yang dipilih secara acak. Kebanyakan game berupa sejumlah

pertanyaan bernomor pada lembar-lembar khusus. Siswa mengambil

kartu bernomor dan berusaha menjawab pertanyaan yang bersesuaian

dengan nomor tersebut.

d. Turnamen

Turnamen merupakan struktur game yang dimainkan. Biasanya

diselenggarakan pada akhir pekan atau unit, setelah guru

melaksanakan penyajian materi dan tim telah berlatih dengan lembar

kerja. Turnamen 1, guru menempatkan siswa ke meja turnamen, tiga

siswa terbaik pada hasil belajar yang lalu pada meja 1, tiga siswa

berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang sama ini

memungkinkan siswa dari semua tingkat pada hasil belajar yang lalu

memberi kontribusi pada


Gambar 2.1 Penempatan meja pada tournament

Keterangan:

A-1, B-1, dan C-1 : Siswa berkemampuan tinggi

A-2, A-3, B-2, B-3, C-2, dan C-3 : Siswa berkemampuan sedang

A-4, B-4, C-4 : Siswa berkemampuan rendah

Gambar diatas menunjukkan penempatan meja turnamen jika satu

kelompok terdiri dari 4 orang. Sedangkan jika satu kelompok terdiri dari 5

orang, maka A-4, B-4 dan C-4 adalah siswa berkemampuan sedang dan

siswa berkemampuan rendah adalah A-5, B-5 dan C-5.

Setelah terbentuk kelompok pada turnamen dilakukan suatu permainan

dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang didesain dalam sebuah soal


untuk dijawab setiap siswa dalam kelompoknya. Tiap siswa dalam kelompok

akan mendapatkan tugas yang berbeda, setelah itu diadakan tahap selanjutnya

(kompetisi dilakukan secara individu). Pembagian kelompok kompetisi ini

diperoleh berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada soal permainan

sebelumnya. Berikut perhitungan poin turnamen untuk 3 pemain:

Pemain Tidak Ada Seri Nilai Seri Nilai Seri Nilai 3-


yang Seri Tertinggi Terendah macam
Peraih skor 60 Poin 50 60 40
tertinggi
Peraih skor 40 Poin 50 30 40
tengah
Peraih skor 20 Poin 20 30 40
terendah
Tabel 2.1 Poin Turnamen untuk 3 Pemain

Sumber : Slavin (2009)

Tabel tersebut menunjukkan, apabila pada saat turnamen tiga orang siswa

memperoleh skor tertinggi, tengah dan terendah, maka yang tertinggi

mendapat poin 60, tengah mendapat poin 40 dan terendah mendapat poin 20.

Apabila pada saat turnamen dua orang siswa memperoleh nilai tertinggi seri

(sama) dan satu siswa memperoleh nilai terendah, maka yang tertinggi

mendapat nilai 50 dan terendah 20. Apabila pada saat turnamen seorang siswa

memperoleh nilai tertinggi dan dua orang siswa memperoleh nilai terendah

(seri), maka yang tertinggi mendapat nilai 60 dan terendah 30. Apabila pada

saat turnamen tiga orang siswa memperoleh nilai seri (sama), maka ketiga

orang siswa tersebut mendapat nilai 40

e. Rekognisi Tim
Tim atau kelompok akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-

rata mereka mencapai table tertentu. Kriteria penghargaan kelompok seperti

table 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Tingkatan Penghargaan Tim Pada TGT

Rata-rata Tim Penghargaan


30 – 40 Tim Baik
40 – 45 Tim Sangat Baik
45 - ke atas Tim Super
Sumber : Trianto (2012:87)

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group to Group Exchange

(GGE)

GGE adalah memberikan tugas berbeda kepada para kelompok peserta

yang kemudian setiap kelompok “mengerjakan” apa yang dipelajari kepada

semua kelompok peserta (Silberman. 2010: 176). Dalam model ini siswa

dituntut aktif untuk saling mengajar antara siswa sehingga membuat proses

pembelajaran menjadi aktif. Selain itu, GGE adalah Suatu format diskusi

yang memberikan tugas-tugas yang berbeda diberikan kepada kelompok

siswa yang berbeda. Metode GGE menuntut siswa untuk berfikir tentang

apa yang siswa pelajari memberi kesempatan berdiskusi atau bersosialisasi

dengan teman, bertanya dan berbagi pengetahuan kepada teman lainnya.

Sehingga berdasarkan dua pendapat tersebut penulis dapat

menyimpulkan GGE merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang

dimana siswa terbagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok


mendapat materi atau tugas yang berbeda sehingga aka nada interaksi antara

kelompok untuk saling mengajarkan materi yang dikuasainya. Tujuan

penggunaan metode GGE adalah memungkinkan siswa belajar lebih aktif

serta melatih tanggung jawab dan kepemimpinan pada diri siswa, siswa juga

akan termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar dan semua siswa akan

memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman (Prayogo & Ayu

Silviani. 2010: 435).

Langkah-langkah metode GGE menurut Silberman (dalam Raisul

Muttaqien, 2013: 178-179) adalah sebagai berikut:

a. Pilihlah sebuah topik yang mencakup ide atau gagasan, kejadian,

pendapat, konsep, pendekatan untuk ditugaskan. Sebelum

pembelajaran dimulai, tentukanlah topik dan jumlah topik yang dapat

digunakan oleh siswa untuk saling berdiskusi dan bertukar informasi.

Sebelum memulai pembelajaran, hendaknya ditentukan terlebih dahulu

topik atau materi yang dapat membuat siswa saling bertukar informasi.

b. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah

topik/tugas. Berikan waktu yang cukup kepada tiap kelompok untuk

menyiapkan cara mereka mengerjakan topik yang ditugaskan.

c. Setelah tahap persiapan telah selesai, mintalah kelompok untuk

memilih satu juru bicara. Undang tiap juru bicara untuk

menyampaikan hasil diskusi kepada kelompok lain.


d. Setelah presentasi singkat selesai, doronglah peserta didik untuk

bertanya kepada juru bicara atau memberikan pandangan mereka

sendiri. Anggota kelompok lain dari kelompok juru bicara diberikan

kesempatan untuk menjawab.

e. Lanjutkan sisa presentasi untuk kelompok lainnya agar setiap

kelompok memberikan informasi dan merespon pertanyaan juga

komentar dari peserta lain.

f. Lakukanlah evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran secara

keseluruhan terutama terhadap materi atau topik pembelajaran yang

dipelajari.

Selain itu ada juga pandangan lain mengenai tahapan-tahapan model

pembelajaran kooperatif tipe GGE (Rosmaini dkk. 2011:2-3)

1) Guru menyampaikan informasi secara singkat

2) Siswa diminta untuk duduk dalam kelompok masing-masing

3) Guru memerintahkan pada setiap perwakilan kelompok untuk

mengambil LKS tentang topik yang akan dikerjakan sesuai dengan

jumlah anggota kelompoknya

4) Siswa mempelajari dan mengerjakan soal-soal dalam LKS dengan

kelompok masing-masing sesuai pembagian tugas yang telah diberikan

guru. 2 kelompok membahas tentang topik I, 2 kelompok membahas

topik II, 2 kelompok lainnya membahas topik III. Guru membimbing


dan mengarahkan siswa tiap-tiap kelompok dalam menyelesaikan

topic yang akan dipresentasikan

5) Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan LKS, anggota dari 2

kelompok yang membahas topik I, kelompok dengan topik II dan

kelompok yang membahas topik III akan di undi oleh guru untuk

menentukan siapa yang akan menjadi juru bicara dari masing-masing

topic yang berbeda

B. Kerangka Berpikir

Kualitas Belajar Matematika Siswa


Kelas X

Pembelajaran Matematika
Perbandingan Kualitas Belajar Siswa
Menggunakan Yang
Model Diajar Dengan Menggunakan
Kooperatif
Model Pembelajaran
Aktivitas Kooperatif Tipe GGE Dan
Siswa Selama Model
Aktivitas Pembelajaran
Siswa Selama
Kooperatif Tipe TGT
Proses Pembelajara Proses Pembelajara
Model Pembelajaran Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT Kooperatif Tipe GGE
1. Mengajar 1. Mengajar
2. Belajar Tim 2. Pemberian Tugas
3. Tournament Kelompok
4. Rekognisi Tim 3. Berdiskusi Kelompok
4. Presentase

Kemampuan Kognitif Kemampuan Kognitif


Siswa Meningkat (Hasil Siswa Meningkat (Hasil
Belajar Belajar

C. Hipotesis Penelitian

Pada Penelitan ini, hipotesis penelitiannya adalah rata-rata Prestasi belajar

matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GGE lebih


dari rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model

pembelajaran tipe TGT di kelas X.

Berdasarkan hipotesis penelitian tersebut, maka dibuat hipotesis statistikanya

sebagai berikut:

= Rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe GGE sama dengan rata-rata prestasi belajar

matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT.

= Rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe GGE lebih dari rata-rata prestasi belajar

matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT.

Keterangan:

= Rata-rata prestasi belajar matematika siswa menggunakan model


pembelajaran kooperatif tipe GGE

= Rata-rata prestasi belajar matematika siswa menggunakan model


pembelajaran kooperatif tipe TGT

Anda mungkin juga menyukai