Tugas A. Shynta Pristiani
Tugas A. Shynta Pristiani
A.SHYNTA PRISTIANI
M.17.02.002
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah plastik adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau
pemakaian barang atau cacat selama manufaktur atau materi berkelebihan atau
buangan (Kamus Lingkungan, 1994). Seiring dengan semakin meningkatnya
laju pertumbuhan penduduk baik di desa, terlebih lagi di kotakota besar, maka
persoalan sampah menjadi semakin komplek. Pengelolaan sampah meliputi
berbagai sarana dan prasarana yang tidak murah, selain itu sampah berpotensi
menimbulkan berbagai penyakit yang merugikan kesehatan masyarakat.
Pengelolaan sampah selama ini akan semakin meningkat beban proses
pengangkutan dan penampungan, pemusnahan atau lokasi penimbunan
sampah yang memadai (Taqim, 2010).
dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai
mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai,
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari
kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi
yang bukan biologis (karena human waste tidak termasuk di dalamnya) dan
umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk di dalamnya)
(Wahyono & Sudarno, 2012).
1
perkiraan Bank Dunia, jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton pada tahun
2025. Selama lebih dari 50 tahun, produksi dan komsumsi plastic global terus
meningkat. Diperkirakan 299 juta ton plastic diproduksi pada 2013. Ini
menghasilkan masalah lingkungan hidup yang sangat serius bagi kita. Angka
tersebut menegaskan kecenderungan volume sampah dari plastic dalam
beberapa tahun terakhir, sebagaimana dilaporkan studi Worldwatch Institute.
Pemakaian produk plastic global di seluruh dunia di perkirakan mencapai 260
juta ton pada tahun 2008. Menurut laporan Global Industri Analysis tahun
2012, pemakaian produk plastik di dunia mencapai sekitar 297 juta ton pada
akhir 2015. Plastik juga menjadi salah satu penyebab pencemaran tanah di
perkotaan. Produk plastic di seluruh dunia telah berkembang sebagai bahan
yang tahan lama. Terutama berbasis minyak bumi. Plastic secara bertahap
menggantikan bahan-bahan seperti kaca dan logam. Menurut Program
Lingkungan PBB (UNEP), antara 22 persen hingga 43 persen plastic yang
digunakan di seluruh dunia di buang ke tempat pembuangan sampah.
2
upaya pencarian alternatif penanganan persampahan dengan tidak
mengandalkan pendanaan dari Pemerintah. Melihat kondisi tersebut,
penanganan sampah tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja,
namun idealnya masalah penanganan sampah juga menjadi tanggungjawab
masyarakat itu sendiri dan masingmasing individu sebagai penghasil sampah
(Krisnani et al., 2017). Menurut Badan Lingkungan di Indonesia, rata-rata
setiap orang menghasilkan 0,4 kilogram sampah setiap hari khususnya
sampah anorganik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
menyebutkan bahwa total sampah di Indonesia mencapai 187,2 juta ton per
tahun. Meningkatnya angka kepadatan penduduk serta keterbatasan lahan
untuk menampung sisa konsumsi menjadi salah satu faktor penyebab volume
sampah yang terus meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sampah di
indonesia semakin meningkat (Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan
Republik Indonesia,2016).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah yang diteliti
tentang “Hubungan Pengetahuan Sikap, dan Tindakan Ibu Rumah Tangga
Dalam Minimalisasi Sampah Plastik Dengan Upaya 3R (Reuse, Reduce, dan
Recycle) di Malangke Barat Tahun 2020”.
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap, dan tindakan
ibu rumah tangga dalam minimalisasi sampah plastik dengan upaya 3R
(reuse, reduce, dan recycle) di Malangke Barat tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dan tindakan dalam
minimalisasi sampah plastik dengan upaya 3R (reuce, reduce, dan
recycle) di Malangke Barat 2020.
b. Untuk mengetahui hubungan antara Sikap, dan Tindakan Ibu Rumah
Tangga Dalam Minimalisasi Sampah Plastik Dengan Upaya 3R
(Reuse, Reduce, dan Recycle) di Malangke Barat Tahun 2020.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmiah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya keputusan ilmu
kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan lingkungan
mengenai minimalisasi sampah plastic dengan upaya 3R dan merupakan
salah satu bahan rujukan atau bacaan bagi penelitian selanjutnya.
a. Bagi praktisi
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi
Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKES Mega Buana Palopo.
b. Bagi pemerintah
4
Sebagai bahan acuan pemerintah untuk menyusun program ke
depan dalam minimalisasi sampah plastic dengan upaya 3R.
c. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu studi
pendahuluan bagi penelitian selanjutnya dan juga sebagai rujukan
dalam menyusun atau melanjutkan penelitian tentang hubungan dalam
minimalisasi sampah plastik dalam upaya 3R.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
sampah plastic itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat
terdegradasi secara sempurna (A. Guruh Permasi, 2011).
Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah rumah tangga yang
punya peran besar dalam perusakan lingkunga. Sampah plastic yang kita
buang akhirnya akan menumpuk di tempat pembuangan sampah atau
terkubur di dalam tanah. Akibatnya struktur dan kesuburan tanah akan
terganggu, apalagi kalau sampai mencemari aliran sungai (Mien R. Uno
dan Siti Gretiani, 2011).
Menurut Buntoro, “perkembangan industry di Indonesia dimulai
sekitar tahun 1963. Perkembangan ini disebabkan oleh kegunaan plastic
yang sangat luas, baik untuk rumah tangga maupun untuk industry dan
alat-alat lainnya (Etrizal Suar, 1996).
2. Minimalisasi Sampah Plastik dalam Upaya 3R
Sampah plastik yang belum diminati pasar pada akhirnya akan
menumpuk di lingkungan sekitar kita, badan sungai, serta tempat
pembuangan akhir. Upaya daur ulang untuk jenis plastik yang masih
kurang diminati masih perlu digalakkan dan dibuka peluang pasarnya.
Plastik styrofoamatau polystyrene foam yang berkode 6 hingga saat ini
masih menimbulkan permasalahan dan masih jarang yang mendaur ulang.
Sampah plastik jenis ini termasuk jenis plastik yang tidak hancur di
lingkungan. Tetapi mengingat jenis plastik ini masih termasuk dalam
plastik jenis thermoplastic maka P3TL BPPT sedang melakukan uji coba
mendaur ulang sampah plastik tersebut dan akan dimanfaatkan menjadi
bahan baku plastik daur ulang melalui proses blending dengan plastik
(HIPS)high impact polystyrene.
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam rangka meminimalisasi
limbah plastik adalah dengan cara substitusi parsial terhadap bahan baku
plastik terhadap bahan baku plastik dengan menggunakan bahan yang
mudah diperbarui (renewable). Upaya ini sudah dilakukan beberapa
negara seperti Italy, India, Jepang, Korea dan lain-lain yang dikenal
dengan nama plastik mampu urai secara hayati (environmentally
6
degradable plastics/EDPs). Permasalahan yang timbul dengan
diperkenalkannya plastik jenis baru ini adalah masalah harga jualnya yang
diperkirakan 2 hingga 3 kali lebih tinggi dari plastik konvensional.
Selain upaya substitusi parsial material plastik tersebut, masih dapat
upaya-upaya lain yang dapat diterapkan dalam rangka mengurangi
dampak sampah plastik terhadap lingkungan. Dekomposisi plastik dengan
menggunakan air superkritis misalnya dapat mengurangi plastik menjadi
senyawa penyusun asalnya yakni monomer yang selanjutnya monomer
tersebut dapat digunakan kembali sebagai bahan baku plastik melalui
proses polimerisasi (Sucipto, 2012)
Dalam upaya 3R dimana untuk kegiatan pengelolaan sampah
dilakukan untuk memproduksi jumlah sampah yang dibuang ke TPA
melalui kegiatan 3R. pengelolaan sampah dengan 3R merupakan paradigm
pengelolaan sampah dengan menghargai sampah sebagai barang yang
bernilai ekonomi sehingga dapat dimanfaatkan. Efektifitas bank sampah
dalam mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA memerlukan
analisa kesetimbangan massa sampah untuk mengetahui jumlah sampah
yang dapat direduksi baik secara guna ulang (Reuse), daur ulang
(Recycle), maupun composting sehingga sampah residu yang dibuang ke
TPA dapat diestimasi. Efisiensi reduksi sampah merupakan suatu ukuran
keberhasilan kegiatan 3R dalam sistem pengelolaan sampah di bank
sampah. Kegiatan Reduksi sampah dilakukan oleh setiap bank sampah
dalam pengelolaan sampah bervariasi, sehingga dalam analisa
kesetimbangan sampah pada suatu bank sampah dipengaruhi oleh jenis-
jenis kegiatan yang terlibat dalam guna ulang (Reuse), dan daur ulang
(Recycle) pada setiap bank sampah.
Reduksi sampah dalam pengelolaan sampah dilakukan melalui
beberapa kegiatan diantara adalah :
a. Daur ulang sampah kertas dan sampah plastik
7
b. Penjualan sampah kertas dan sampah plastik, sampah logam dan
sampah kacake pabrik-pabrik besar (Jukung jurnal teknik lingkungan.
2017)
4. Jenis-jenis Sampah
a. Sampah menurut jenisnya dibagi dua yaitu (Djohan & Halim, 2013).
1) Sampah organik
Sampah organik merupakan sampah yang mudah membusuk
dan bersifat biodegradable yaitu sampah yang dapat di didegradasi
atau diuraikan secara sempurna melalui proses bioogi baik secara
8
aerob maupun anaerob. Sampah organik pada umumnya berasal
dari dampah dapur, sisa-sisa hewan, serta sampah dari pertanian
dan perkebunan.
2) Sampah anorganik
Sampah anorganik merupakan sampah yang tidak mudah
membusuk dan bersifat non-biodegradabe yaitu sampah yang tidak
dapat didegradasi atau diuraian secara sempurna melalui proses
biologi, baik secara aerob maupun secara anaerob. Sampah
anorganik yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai ekonomis, seperti plastik wadah pembungkus
makanan, kertas Koran, HVS, karton, plastic minuman, botol,
gelas minuman, kaleng, kayu, kaca dan sebagainya. Sampah ini
dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual
untuk dijadikan produk lainnya.
9
6) Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatan yang mati
karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.
7) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil,
sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.
8) Sampah pembangunan (construction wastes), yaitu sampah dari
proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yaitu berupa
puing-puing, potongan-potongan kayu, besi beton, bambu, dan
sebagainya.
10
pemerinta yang lain. Tempat ini biasanya menghasilkan sampah
khusus dan sampah kering.
d. Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan
minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat
pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainya, baik
yang bersifat distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah
yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah
kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.
e. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian
seperti kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah beruba
bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian,
pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
6. Pengelolaan sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari
sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab (bakteri
patoogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar
penyakit (vektor). Oleh sebab itu, sampah harus dikelolah dengan baik
sampai sekecil mungkin agar tidak mengganggu atau mengancam
kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk
kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang
dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah meliputi
pengumpulan, pengangkutan sampai dengan pemusnahan atau
pengelolaan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengelolaan
sampah antara lain (Notoatmodjo, 2014):
a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab
masingmasing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah.
11
Oleh sebab itu, mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat
khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing
tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ketempat
penampungan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat
penampungan akhir (TPA). Mekanisme, sistem, atau cara
pengangkutannya untuk di daerah perkotaan adalah tanggung jawab
pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi
masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan.
Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat
dikelolah oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS
maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya
didaur ulang menjadi pupuk.
b. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
Pemusnahan dan pengelolaan sampah padat ini dapat dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain (Notoatmodjo, 2014):
1) Ditanam (landfili), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat
lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun
dengan tanah.
2) Dibakar (inceneration), yaitu pemusnahan sampah dengan jalan
membakar didalam tungku pembakaran (incenerator).
3) Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengelolaan sampah menjadi
pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organic daun-daunan,
sisa makanan dan sampah lain yang bisa membusuk. Di daerah
pedesaan hal ini sudah biasa, sedangkan di daerah perkotaan ini
perlu dibudidayakan. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan
untuk memisahkan sampah organik dan anorganik, kemudian
sampah organik diolah menajdi pupuk tanaman dapat dijual atau
dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dibuang, dan akan
segerah dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian masalah
sampah akan berkurang.
12
B. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is
justified true belief).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru,
orang tua, suku, dan media massa (WHO, 1992).
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekrjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari pada kenal, sabar, insaf, mengerti
dan pandai (Salam, 2008).
Menurut ahli lain juga menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan
hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek
melalui indera yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
2. Ciri-ciri pengetahuan
Ciri-ciri pengetahuan menurut The Liang Gie (1987), mempunyai 5
ciri pokok, yakni :
a. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan
percobaan.
b. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai
kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan
tertatur.
c. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka
perseorangan dan kesukaan pribadi.
d. Analistis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok
soalnya kedalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai
sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
13
e. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
3. Jenis-jenis pengetahuan
Pengetahuan itu menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas:
a. Pengetahuan non ilmiah
Pengetahuan non ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh
dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam metode
ilmiah. Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan non ilmiah
adalah segenap hasil pemahaman manusia atas atau mengenai barang
sesuatu atau objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia
yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan
ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah
mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara berfikir
yanh khas, yaitu metodologi ilmiah.
14
Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau
kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lainnya.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap
belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertentu.
2. Tingkat-tingkap sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut (Notoatmodjo, 2014):
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa
hamil (ante natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu
untuk mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care
dilingkungannya.
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi disini dartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu
yang mengikuti penyuluhan ante natal tersebut ditanya atau diminta
menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau
menanggapinya.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan
orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan
orang lain merespon.
d. Bertanggung jawab (responsible)
15
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil
sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil
risiko lain. Contoh tersebut, ibu yang sudah mau mengikuti
penyuluhan ante natal care, ia harus berani untuk mengorbankan
waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya, atau diomeli oleh
mertuanya karena meninggalkan rumah dan sebagainya.
16
dirinya. Tindakan manusia menghasilkan karakter yang berbeda-beda
sebagai hasil dari bentuk proses interaksi dalam dirinya sendiri.
Untuk bertindak seseorang individual harus mengetahui terlebih
dahulu apa yang di inginkan. Seseorang individu harus berusaha
menentukan tujuannya, menggambarkan arah tingkah lakunya,
memperkirakan tindakan orang lain, mengecek dirinya sendiri dan
menggambarkan apa yang dilakukan oleh faktor-faktor lain.
2. Tingkatan Tindakan
Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
a. Persepsi atau perception
Adalah suatu perbuatan atau suatu tindakan yang mengenal dan
memilih berbagai objek yang akan dilakukan.
b. Respon terpimpin
Adalah suatu perbuatan atau tindakan dengan melakukan segala
sesuatu dengan urutan yang benar.
c. Mekanisme
Adalah suatu perbuatan atau tindakan dengan melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis.
d. Adaptasi
Adalah suatu perbuatan atau tindakan yang sudah berkembang dan
dilakukan dengan baik.
E. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Upaya 3R (Reuse, Reduce,
Sikap dan Recycle
17
Tindakan
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
18
Tabel 2.1
Definis operasional dan kriteria objektif
No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur (kriteria Skala
objektif
Variabel Dependen
1 Upaya 3R (Reuse, Upaya 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) Kuesioner Wawancara 1. Baik: jika Nominal
Reduce, dan Recycle) dalam penelitian ini adalah responden
upaya yang dilakukan responden selama menjawab > 50%
masa penelitian 2. Kurang: jika
responden
menjawab ≤ 50%
Variabel Independen
2 Pengetahuan Pengetahuan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Wawancara 1. Baik: jika Ordinal
bagaimana bentuk pemikiran responden responden
terdapat pengetahuan dalam minimlisasi menjawab > 65%
sampah plastik dalam upaya 3R (Reuse, 2. Kurang: jika
Reduce, dan Recycle) responden
menjawab ≤ 65%
17
3 Sikap Sikap dalam penelitian ini adalah Kuesioner Wawancara 1. Baik: jika Ordinal
responden
bagaimana pendapat atau penilaian
menjawab > 65%
responden terhadap upaya 3R (Reuse, 2. Kurang: jika
responden
Reduce, dan Recycle) jika tidak
menjawab ≤ 65%
dilakukan/dikelola dengan baik.
4 Tindakan Tindakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner wawancara 1. Tersedia: jika Nominal
responden
bagaimana pendapat dan tindakan
menjawab > 50%
responden terhadap upaya 3R (Reuse, 2. Tidak tersedia:
jika responden
Reduce, dan Recycle) jika tidak dikelola
menjawab ≤ 50%
dengan baik.
18
G. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis null (H0)
a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan ibu
rumah tangga dalam minimalisasi sampah plastic dengan upaya 3R
(Reuse, Reduce, dan Recycle) di malangke barat tahun 2020
b. Tidak ada hubungan antara Upaya 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle)
dalam minimalisasi sampah plastik di malangke barat tahun 2020.
19