Anda di halaman 1dari 6

METODE PENELITIAN KUALITATIF

“APLIKASI PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF”

Dosen Pengampu :
Dr. Mara Samin Lubis, S.Ag, M.Ed

Disusun Oleh :
Kelompok 1/ PMM-3
Semester VI
Nama Nim
Lara Febria sari 0305171038
Masriah Nasution 0305171046
Nur Hazriyati 0305171010
Rafiqa Awalimahfuzoh 0305173189
Siti Anisa Sitanggang 0305171067
Umi Kalsum Berasa 0305173151

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Aplikasi Paradigma Kualitatif

Contoh penelitian Kualitatif ( Skripsi ) berjudul :

ANALISIS KESULITAN MEMAHAMI KONSEP MATEMATIS DITIJAU


DARI KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA Oleh: NURDIAH NOVIYANA

Sebelumnya sudah dipaparkan fungsi teori dalam paradgima penelitian kualitatif, teori
dipakai sebagai bahan pisau analisis untuk memahami persoalan yang diteliti. Dengan teori,
peneliti akan memperoleh inspirasi untuk bisa memaknai persoalan. Memang teori bukan
satu-satunya alat atau bahan untuk melihat persoalan yang diteliti.

Pengalaman atau pengetahuan peneliti sebelumnya yang diperoleh lewat pembacaan


literatur, mengikuti diskusi ilmiah, seminar atau konferensi, ceramah dan sebagainya bisa
dipakai sebagai bahan tambahan untuk memahami persoalan secara lebih mendalam. Teori
dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang diteliti
secara lebih utuh.

1. Aplikasi Fungsi teori


Dalam skripsi kualitatif yang kami ambil, peneliti memaparkan beberapa teori
yang berkaitan dengan judul yang sudah ada. Pertama disini peneliti memberikan
penjelasan tentang pemahaman konsep matematis, seperti yang kita ketahui pada
umumnya yang ada difikiran peserta didik bahwa Matematika dianggap pelajaran yang
sangat sulit sehingga sering terjadi peserta didik membandingkan matematika dengan
mata pelajaran yang lain, pelajaran yang lebih mudah dibandingkan matematika.
Maka dari itu perlunya seorang guru dapat menyajikan proses pembelajaran
dengan metode-metode serta strategi pembelajaran yang lebih menyenangkan dan tidak
monoton tentunya ini sangat berpenagruh besar terhadap pemahaman peserta didik yang
diharapkan agar peserta didik memahami dengan mudah dalam memecahkan setiap
permasalahan matematika, tentunya dengan mengetahui konsep matematis tersebut,
sehingga pikiran-pikiran peserta didik yang menganggap sebuah mata pelajaran yang
sulit akan berubah menjadi mudah memahaminya. Sedangkan peneliti menggunakan
pendapat Purwanto (dalam teori konsep matematis), pemahaman adalah tingkat
kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta
fakta yang diketahuinya.
Kedua peneliti memberikan penjelasan tentang metakognisi, Metakognisi sendiri
diperkenalkan oleh John Flavell, didefinisikan sebagai pemikiran (thinking about
thinking) atau pengetahuan seseorang tentang proses berfikirnya, menurutnya
metakognisi adalah kemampuan berfikir dimana yang menjadi objek berfikirnya adalah
proses berfikir yang terjadi pada diri sendiri.
Disini tujuan peneliti ingin mengetahui bagaimana para peserta didik yang
menghadapi kesulitan belajar mereka, dalam memahami konsep matematis yang ditinjau
dari kemampuan berfikir. Peneliti menitik beratkan para siswa sebagai objek penelitian
untuk menganalisi kesulitan mereka memecahkan persoalan masalah matematika dari
proses pembelajaran dengan menggunakan kemampuan kognitif mereka masing-masing.
Peneliti disini sangat fokus dalam penekanan metakognisi para peserta didik karena
metakognisi sendiri sangat membantu para peserta didik dalam memcahkan segala
sesuaatu pemasalahan matematis dengan potensi yang ia miliki.
Selanjutnya untuk mengetahui metakognisi para peserta didik, peneliti
membagikan angket kepada paraa siswa setelah itu akan dipisahkan metakognisi dari
tingkat tinggi sampai ke rendah, angket matakognisi sendiri bertujuan untuk
mengkategorikan metakognisi peserta didik dari tingkat yang tinggi sampai ke rendah.

2. Aplikasi Formulasi Teori


Defenisi formulasi teori secara umum adalah menetapkan masalah hingga
melakukan penelitian. Dalam hal ini ketika peneliti ingin melakukan penelitian, maka
penelitian harus mempunyai sebuah teori untuk pijakan. Hal ini bertujuan untuk pijakan
atau dasar awal penelitian. Formulasi teori sangat dibutuhkan pada saat melakukan
penelitian. Hal ini karena, formulasi teori bersifat wajib, dalam melakukan sebuah
penelitian. Formulasi teori ada pada penelitian, hanya saja berbeda pada prosesnya. Pada
penelitian kualitatif, formulasi teori dilakukan secara formal karena sudah matang dan
dicantumkan dalam proposal penelitiannya.
Didalam sebuah skripsi formulasi teori dapat diaplikasikan berdasarkan tema.
Contohnya didalam skripsi yang berjudul Analisis Kesulitan Memahami Konsep
Matematis Ditinjau Dari Kemampuan Metakognisi Siswa.
 Teori awal
a. Pemahaman konsep matematis
Menurut Purwanto, pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan
siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya
b. Indikator Pemahaman Konsep
Menurut Heruman, indikator dari pemahaman konsep adalah sebagai berikut:
a) Menyatakan ulang sebuah konsep yang telah dipelajari.
b) Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang membentuk konsep tersebut.
c) Menerapkan konsep secara algoritma.
d) Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang telah dipelajari.
e) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representatif matematika.
f) Mengaitkan berbagai konsep matematika.
g) Mengembangkan syarat perlu dan cukup suatu konsep
c. Metakognisi
Menurut Salso secara umum menyatakan bahwa metakognisi merupakan bagian
dar kemampuan monitor d iri terhadap pengetahuan pribadi (self knowledge-
monitoring) selanjutnya Salso menjelaskan bahwa metakognisi memiliki dampak
pada pengawasan dan pengendalian proses-proses pengambilan informasi dan
proses-proses inferensi yang berlangsung dalam sistem memori. Sedangkan
monitoring mengacu pada cara kita mengevaluasi apa yang telah kita ketahui
atau yang tidak kita ketahui. Maksud dari pendapat yang telah diungkapkan di
atas bahwa pada hakekatnya memberikan penekanan pada pengetahuan dan
kesadaran seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Metakognisi ini
memiliki arti yang sangat penting, karena pengetahuan tentang proses kognisi
sendiri dapat memandu kita dalam menata suasana dan menyeleksi strategi untuk
meningkatkan kemampuan kognitif kita dimasa datang. Jhon Flavell
mendefinisikan metakognisi sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking
about thinking) atau pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya.
Metakognisi, menurutnya adalah kemampuan berpikir di mana yang menjadi
objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri.

3. Aplikasi Verifikasi Teori

Verifikasi dilakukan jika sebuah teori dapat menjelaskan segala sesuatu yang
terjadi, apa pun itu, teori tersebut haruslah berarti bahwa semua observasi yang dilakukan
secara empiris mendukung atau membuktikan kebenaran tersebut.
Jika suatu teori tidak dapat bertahan pada proses verifikasi, maka teori yang lama
harus diganti dengan teori yang lebih baik. Teori ilmiah memberikan kepastian dalam hal
pengharapan atau ramalan tertentu tentang fenomena. Jika fenomena yang diperkirakan
terjadi, maka teori tersebut dikatakan sesuai atau berlaku. Sebaliknya, jika fenomena tidak
terjadi, maka muncullah anomali, yang berarti harus dicari teori baru atau perlunya
modifikasi atau teori yang lama. Tujuan dilakukannya penyusunan teori baru dan
modifikasi atas teori lama adalah sebagai upaya untuk mengubah anomali menjadi
kecocokan (anggapan fenomena yang terjadi sesuai dengan kenyataannyaPemahaman.

Contoh Pengaplikasian Verifikasi Teori Penelitian Kualitatif


konsep matematis di MTs PK Tafiqul Jannah dengan kategori kemampuan
metakognisi tinggi siswa dapat memenuhi semua indikator secara lengkap. Pemahaman
konsep matematis di MTs PK Tafiqul Jannah dengan kategori kemampuan metakognisi
sedang siswa hanya dapat memenuhi tiga indikator secara lengkap yaitu menyatakan
ulang sebuah konsep yang telah dipelajari, mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan
dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut, dan menerapkan
konsep secara algoritma. Pemahaman konsep matematis di MTs PK Tafiqul Jannah
dengan kategori kemampuan metakognisi rendah siswa hanya dapat memenuhi dua
indikator yaitu menyatakan ulang sebuah konsep yang telah dipelajari dan
mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan Yang
membentuk konsep tersebut.

4. Aplikasi Persoalan etik dan emik

Persoalan etik merupakan sebagai pandangan orang luar atau pendapat yang
didapatkan setelah wawancara dan observasi.Persoalan emik adalah pendapat, buah pikir
atau kesimpulan peneliti yang didapat dari hasil wawancara.

a. Pengaplikasian Persoalan Etik pada Skripsi :


Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, belum lagi
halnya ketika pembelajaran berlangsung, terlihat ada siswa yang asyik mengobrol
dengan teman sebangkunya, ada siswa yang sibuk sendiri atau kurang
memperhatikan, sehingga pengelolaan kelas cukup terganggu. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya minat belajar siswa, pandangan negatif
para siswa terhadap mata pelajaran matematika, kurangnya motivasi belajar siswa
dan lain sebagainya.
Selain itu kebanyakan siswa mengaku tidak menyukai mata pelajaran matematika
karena pelajaran tersebut sangat sulit, mereka mengatakan pada proses pembelajaran
berlangsung siswa sering merasa bosan ketika guru menjelaskan materi dan kesulitan
belajar matematika yang siswa alami terutama dalam mengerjakan soal-soal dan
mengaplikasikan rumus-rumus matematika kedalam bentuk soal. Hal ini
menunjukkan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa. Peran guru berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah
laku dan perkembangan siswa.
b. Pengaplikasian Persoalan Emik pada Skripsi :
Terlihat bagaimana siswa dalam menjawab soal yang diberikan, sebagian siswa dapat
menyelesaikan soalnya dengan baik, tetapi ada sebagian siswa yang masih salah
dalam menjawab soal yang diberikan, dikarenakan belum tahu mengaplikasikan
rumusnya, belum lagi ada siswa yang tidak perduli dengan tugas yang diberikan,
sehingga akhirnya hanya mengandalkan teman sekelompoknya yang serius
mengerjakan tugas.
Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang
diberikan sehingga kesalahan dalam menyelesaikan soal pun tidak dapat
dihindari.Kesalahan inilah yang menyebabkan rendahnya nilai yang diperoleh
siswa.Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian siswa belum dapat menguasai materi
pelajaran yang diberikan oleh guru.

Anda mungkin juga menyukai