Anda di halaman 1dari 5

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)

BIMBINGAN DAN KONSELING

LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

I. Identitas
a. Satuan pendidikan : SMA Negeri 1 Semarang
b. Tahun ajaran : 2019-2020
c. Sasaran layanan : Kelas XII (dua belas)
d. Pelaksana : Nurrohman Ali
II. Waktu dan Tempat
a. Waktu pelaksanaan : Sesuai jadwal
b. Tempat penyelenggara : Ruang kelas
c. Alokasi waktu : 1 pertemuan x 45 menit
III. Materi/Layanan
a. Tugas perkembangan : Mengembangkan kemampuan pantang
menyerah menghadapi masalah
b. Materi : Adversity Quotient
c. Bidang layanan : Pribadi
d. Jenis layanan : Informasi
e. Fungsi layanan : Pengembangan
f. Tujuan layanan : Agar siswa dapat menumbuhkan sikap pantang
menyerah dalam menghadapi hambatan-hambatan yang akan terjadi dalam
perjalanannya menggapai cita-cita.
IV. Langkah Kegiatan
a. Pendahuluan
1. Guru BK/Konselor mengucapkan salam, dilanjutkan dengan berdo’a,
presensi, mengecek situasi & kondisi kelas.
2. Guru BK/Konselor menyampaikan topik / tema.
3. Guru BK/Konselor memotivasi dengan Ice Breaking: agar siswa senang,
tertarik, bersemangat, siap mengikuti layanan informasi.
4. Guru BK/Konselor menjelaskan tujuan layanan informasi dan tugas
perkembangan yang akan dipahami.
b. Kegiatan Inti
1. Berfikir
- Guru BK/Konselor mengajak berfikir dengan tanya jawab seputar cita-
cita dan hambatan dalam menggapai cita-cita tersebut.
- Guru BK/Konselor mengajak berdiskusi mengenai tema seputar sikap
pantang menyerah dalam menggapai cita-cita.
2. Merasa
- Guru BK/Konselor mengadakan diskusi bersama siswa terkait
perasaan yang mereka hadapi ketika bertemu dengan hambatan-
hambatan dalam meraih cita-cita.
- Guru BK/Konselor memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai hal yang belum dapat dipahami dan memberikan ide atau
gagasan yang ingin disampaikan.
3. Bersikap
- Guru BK/Konselor menanyakan pada siswa apa saja yang telah ia
lakukan untuk menumbuhkan sikap pantang menyerah.
- Guru BK/Konselor memberi kesempatan pada siswa lainnya untuk
menanggapi pertanyaan siswa lainnya.
4. Bertindak
- Guru BK/Konselor menanyakan pada siswa, tindakan apa saja yang
harus dilakukan untuk menghadapi hambatan dalam menggapai cita-
cita.
- Guru BK/Konselor memberikan motivasi pada siswa yang belum
bertindak aktif, positif dalam meningkatkan moral.
5. Bertanggung jawab
- Guru BK/Konselor memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya/berkomentar mengenai hal yang belum dapat dipahami dan
memberikan ide yang ingin disampaikan, untuk mengambil sikap
bertaggung jawab
- Guru BK/Konselor menanyakan pada siswa, tindakan apa saja yang
telah mereka ambil yang dapat dipertanggung jawabkan dalam
memahami sikap pantang menyerah dalam menggapai cita-cita.
-
c. Penutup
1. Guru BK/Konselor bersama-sama dengan siswa menyimpulkan
isi tema yang telah disampaikan.
2. Guru BK/Konselor mendorong siswa agar yang belum berperan aktif
dalam kegitan, supaya berperan aktif
3. Guru BK/Konselor menutup pertemuan dengan berdoa bersama dan
salam.
V. Metode/Teknik
Metode : Berdiskusi, klasikal, Ice breaking, dll
VI. Media dan Alat Perlengkapan
a. Media : Film, powerpoint
b. Alar perlengkapan : LCD dan laptop
VII. Rencana Penilaian
a. Penilaian segera : Guru BK/Konselor melakukan penilaian segera
terhadap proses pelaksanaan layanan informasi format klasikalnya, yaitu
menilai kesungguhan/semangat/antusias siswa.
b. Penilaian hasil : Guru BK/Konselor melakukan penilaian segera terhadap
proses pelaksanaan layanan informasi format klasikalnya, yaitu :
- Pemahaman baru apa yang diperoleh siswa? (Understanding)
- Bagaimana perasaan positif siswa? ( Confort )
- Apa rencana tindakan yang akan dilakukan siswa? (Action)
VIII. Tindak Lanjut
- Konseli yang mengalami KES-T dan membutuhkan bantuan, maka Konselor
atau guru BK segera memberikan layanan sesuai jenis layanan Bimbingan
dan Konseling.

Semarang, 19 November 2019

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Bimbingan dan Konseling


.................................. Nurrohman Ali

ADVERSITY QUOTIENT

Daniel Goleman (1995) berkata: IQ (Intelligent Quotient) seorang mungkin hanya


menentukan 20% keberhasilan hidupnya.Sisanya (80%) ditentukan oleh hal-hal lain. Ia
menyatakan bahwa EQ memegang peranan yang lebih penting daripada IQ untuk
menentukan keberhasilan tetapi masih saja ada orang-orang yang memiliki IQ tinggi dan
segala aspek kecerdasan emosional (EQ tinggi) tetapi tetap tidak mencapai potensinya.

Paul G. Stoltz (1997) melihat adanya sebuah faktor lain yang mempunyai sumbangan besar
bagi keberhasilan seorang dalam hidup dan karirnya.Ia kemudian memikirkan sebuah konsep
tentang kemampuan seorang untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya, yaitu Adversity
Quotient (AQ).

Adversity Quotient adalah kemampuan seseorang untuk mengubah hambatan menjadi


peluang. Adversity Quotient ikut dalam 80% faktor-faktor lain yang diperkirakan Goleman
menentukan keberhasilan. Tambah tinggi AQ seorang, tambah baik kemampuannya untuk
menghadapi kesulitan yang dijumpainya. Sebaliknya tambah rendah AQnya, tambah buruk
kemampuan orang tersebut mengatasi kesulitan.

Berdasarkan AQ tersebut, Paul membagi orang menjadi 3 bagian:

1. Quitters
Ciri-ciri:
- Cenderung meninggalkan impian-impian
- Orang yang pada akhirnya hanya dapat berandai-andai “Seandainya dulu..”
- Lebih suka menyalahkan orang di sekelilingnya
- Mudah mencari pelarian untuk menenangkan hati dan pikiran dengan minum-minuman
beralkohol, merokok, mengkonsumsi narkoba atau menonton tv secara berlebihan
- Dalam membina hubungan, ia tidak kesulitan menemukan teman sehingga persahabatan
sejati jarang terbentuk
- Cenderung menolak perubahan, menghindari setiap peluang keberhasilan secara aktif
- Sering menggunakan kata-kata yang membatasi diri seperti tidak dapat, tidak mau,
mustahil, saya sudah terlalu tua, saya tidak mau dsb
2. Campers
Ciri-ciri:
- Cukup senang dengan sesuatu yang telah diusahakannya dan mengorbankan
kemungkinan untuk melihat atau mengalami apa yang masih mungkin terjadi
- Melepaskan kesempatan untuk maju yang sebenarnya masih dapat dicapai jika energi
sumber dayanya diarahkan dengan semestinya
- Tidak mau mencari peluang dan merasa puas dengan apa yang telah diperoleh
- Biasanya mau mengambil cara yang tidak terlalu beresiko tinggi
- Motivasinya didasarkan pada perasaan takut berubah dan mempertahankan kenyamanan
atas apa yang telah dihasilkan
- Biasa menggunakan kata-kata: ini cukup bagus, kita hanya perlu sampai di sini, dsb

3. Climbers
Ciri-ciri:
- Percaya diri
- Memahami tujuan hidupnya
- Meyakini setiap langkah kecil akan ada imbalannya dalam jangka panjang dan membawa
kemajuan di masa mendatang
- Mau belajar seumur hidup
- Mampu memotivasi diri untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya.
- Cenderung membuat segala sesuatu terwujud
- Menyukai tantangan perubahan
- Dapat diandalkan untuk membuat suatu perubahan
- Biasa menggunakan kata-kata: selalu ada jalan, ayo..kita kerjakan, sekarang saatnya
untuk bertindak, dsb

Anda mungkin juga menyukai