Agriola Pratiwi
Nira Dhea Agassi
Nurhayani
Sopianingsih
Kelas: D3 RK B
Alkaloid kina diperoleh dari kulit akar, kulit batang, dan kulit cabang tanaman Chinchona
Succirubra, Cinchona Ledgeriana, dan Cinchona calisaya. Alkaloid utama kulit kina adalah,
kinin, kinidin, sinkonin, dan sinkonidin dengan kadar bervariasi tergantung spesies, umur,
dan tempat tubuh, dengan kadar kinin 5-15%, kadar kinidin 0-0,5%, sinkonin 0,1-1%, dan
sinkonidin 0,1-1%. Keempat alkaloid ini mempunyai hubunga struktur yang sangat dekat
dan mempunyai 4 atom C asimetris.
Metode ini merupakan cara pendekatan atau mengetahui kadar alkaloid jumlah
yang dihitung sebagai kinin dalam kulit kina. Semua alkaloid akan masuk kedalam
penyari pelarut organik setelah sebelumnya alkaloid dipecah ikatannya dengan asam.
Jumlah penyari yang ditambahkan harus terukur secara kuantitatif dan cara yang
paling mudah adalah menimbang berat botol sebelum dan sesudah penambahan
penyari. Penambahan tragakan dimaksudkan untuk menghilangkan kemungkinan
terbentuknya emulsi. Ambil sebanyak mungkin penyari dan timbang. Selisih bertat
pada penambahan penyari dengan berat penyari yang diperoleh kembali akan masuk
dalam perhitugan. Alkaloid ini sukar sukar larut dalam air karenanya perlu dilarutkan
dalam alkohol 50% dan dititrasi dengan asam dengan asam sampai titik terakhir yang
belum mencapai titik ekuivalen. Setelah ditambah air, warna titik akhir hilang. Hal ini
disebabkan derajat disosiasi alkaloid dalam alkohol 50% lebih rendah dari pada air.
Cara penetapan kadar alkaloid dalam total: lebih kurang 2,5 gr serbuk yang
ditimbang seksama dicampur dengan 1 ml asam format dan 18 ml air, lalu dipanaskan
diatas penangas air dalam botol 200ml selama 30 menit, dengan di dinginkan.
Campuran ditambah 80gr eter, 40ml kloroform, dan 10ml natrium hidroksida 30%
lalu di kocok 30 menit. Campuran ditambahkan 4gr serbuk tragakan, dan dikocok
kuat-kuat. Filtrat disaring sebanyak mungkin kedalam labu yang telat ditara, lalu
ditimbang. Campran disuling hingga sisa beberapa ml dan dipanaskan secara perlahan
dengan pertolongan aliran udara hingga pelarut abis. Sisa dilarutkan dalam 10 ml
etanol netral, ditambah 10ml air bebas karbon dioksida. Larutan dititrasi dengan asam
klorida 0,1 N meggunakan indikator 2 atau 3 tetes merah metil hingga warna menjadi
merah. Larutan diencerkan dengan 50 ml air bebas karbon dioksida hingga warna
kuning tepat berubah. Tiap ml asam klorida 0,1 N setara dengan 32,41 mg alkaloid
jumlah, dihitung sebgai kinin.
ALKALOID XANTIN
Xantin merupakan turunan alamiah purina. Seyawa xantin merupakan basa lemah dengan
pKb antara 13-14. Senyawa xantin yang banyak digunakan adalah kafein, teobromin, dan
teofilin.Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pKa 8,6 dan 9,9. Kafein tidak
bersifat asam karena tidak punya atom hidrogen untuk di lepaskan
1. Metode Argentometri
Teobromin dan teofillin dengan perak nitrat membentuk endapan dalam
suasana basa. Sementara itu, kafein tidak bereaksi dengan perak karena
tidakmempunyai atom hidrogen yang dapat dilepas. teobromin biasanya terdapat
sebagai garam natrium atau kalsium dan dikombinasikan dengan salisilalat atau asetat.
Asamnya senyawa tersebut perlu dipertimbangkan dalam analisis. Prinsip
argentometri adalah titrasi berdasarkan reaksi penggaraman/ pengendapan antara
senyawa turunan tiourea, santin, asam barbiturat dan sulfa-sulfa dengan argentum
nitrat. Merupakan reaksi penggaramanyang kadang-kadang diikuti dengan
pengendapan. Pada turunat tiourea dan santin reaksi penggaraman melepaskan asam
nitrat yang dapat dititrasi dengan NaOH (alkalimetri), pada turunan sulfa-sulfa
terbentuk endapan garam perak dimana endapan dipisahkan dalamkelebihan argentum
nitrat dititrasi dengan amonium tiosianat (metode Volhand), sementara turunan asam
barbiturat dititrasi dalam suasana alkalis (natrim karbonat), terbentuknya endapan
perak karbonat merupakan titik akhir titrasi
2. Metode Iodometri
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-
iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada
iodometri, sampel bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan
akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat.
Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang
dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel.
Cara penetapan kadar cafein :
1. Sejumlah sampel yang setara dengan kurang lebih 500 mg kafein di timbang, lalu di
larutkan dengan air sampai 100 ml, jika perlu disaring.
2. Larutan diencerkan dengan air 100 ml, jika perlu disaring.
3. Sebanyak 5 ml larutan dipipet dan dimasukan dalam erlenmeyer bertutup kaca,
ditambah 10 ml larutan iodat iodida 0,1 N dan 5 ml asam klorida 3,5%, lalu ditutup
segera di gojog.
4. Larutan didiamkan selama 20 menit (terlindung dari cahaya matahari) pada suhu 20
derajat celsius.
5. Larutan dipindahkan ke dalam tabung sentrifungal dan dipungsikan selama 3-5 menit
dengan 2000 putaran permenit.
6. Pada 10 ml larutan yang jernih dititrasi dengan natrium tiosinat 0,1 N menggunakan
indikator larutan kanji.
7. Kadar cafein ditetapkan dengan kurva antara volume natrium tiosinat terhadap satu
seri larutan baku cafein.
8. Kondisi pereaksi yang harus sama digunakan terhadap sampel dan baku benzoat dan
salisilat tidak mengganggu.
1. sejumlah sampel yang setara dengan lebih kurang 500mg teofilin ditimbang seksama,
4. Pada 10ml filtrat ditambah 5,0ml asam klorida pekat dan diencerkan dengan air
sampai 500 ml.
5. Larutan diukur absorbansinya pada 270 nm terhadap blangko pelarut. Kurva baku
dibuat dengan larutan teofilin yang telah diketahui kadarnya
V. Metode Gravimetri
Teofilin dalam aminofilin dalam larutan asam dapat disari dengan pelarut yang
mengandung 3 volume kloroform dan 1 volume isopropanol. Walaupun kelarutan
teofilin dalam masing-masing pelarut rendah, tetapi campuan tersebut menaikkan
kelarutannya sangat besar. Teofilin juga mengendap dengan perak amonium
klorida. Kelebihan perak ditetapkan dengan mengasamkan filtrat dan ditimbang
sebagai perak klorida.
Teobromin dapat disari dan ditimbang atau diendapkan dengan asam
silikotungstat.
Kafein mengendap dengan asam silikotungstat, setelah endapan dibakar, dapat
ditimbang untuk menetapkan kadar kafeinnya.
3. Ditambahkan 10ml bufer fosfat pH 4,0 dan di tambahkan air sampai tanda batas.
5. Sebanyak 10,0ml filtrat dituang kedalam cartridge Sep-Pak C18 dengan kecepatan
2ml/menit.
6. Resin dalam cartridge dicuci dengan 20ml metanol dan 20ml air sebelum di gunakan.
8. Senyawa metil xantin dielusi dengan 10ml campuran metanol-air-bufer fosfat 0,2 M
pH 5,0 dengan perbandingan 5:13:2.
PROSEDUR SAMPEL
1. Timbang sampel sebanyak 10mg kemudian dimasukkan kedalam labu takar 10ml.
2. Ditambahkan 5ml air kemudian larutan di panaskan pada suhu 90C selama 25
menit,didinginkan pada sushu kamar dan volumenya dibuat sampai batas tanda
dengan air bidistilata