Anda di halaman 1dari 10

RESUME KIMIA FARMASI II

“ALKALOID KINA DAN ALKALOID XANTIN”

Disusun oleh: KELOMPOK 5

Agriola Pratiwi
Nira Dhea Agassi
Nurhayani
Sopianingsih

Kelas: D3 RK B

PROGRAM D3 FARMASI REGULER KHUSUS


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2020
ALKALOID KINA

Alkaloid kina diperoleh dari kulit akar, kulit batang, dan kulit cabang tanaman Chinchona
Succirubra, Cinchona Ledgeriana, dan Cinchona calisaya. Alkaloid utama kulit kina adalah,
kinin, kinidin, sinkonin, dan sinkonidin dengan kadar bervariasi tergantung spesies, umur,
dan tempat tubuh, dengan kadar kinin 5-15%, kadar kinidin 0-0,5%, sinkonin 0,1-1%, dan
sinkonidin 0,1-1%. Keempat alkaloid ini mempunyai hubunga struktur yang sangat dekat
dan mempunyai 4 atom C asimetris.

METODE PENETAPAN KADAR ALKALOID KINA

1. Metode penetapan kadar alkaloid total

Metode ini merupakan cara pendekatan atau mengetahui kadar alkaloid jumlah
yang dihitung sebagai kinin dalam kulit kina. Semua alkaloid akan masuk kedalam
penyari pelarut organik setelah sebelumnya alkaloid dipecah ikatannya dengan asam.
Jumlah penyari yang ditambahkan harus terukur secara kuantitatif dan cara yang
paling mudah adalah menimbang berat botol sebelum dan sesudah penambahan
penyari. Penambahan tragakan dimaksudkan untuk menghilangkan kemungkinan
terbentuknya emulsi. Ambil sebanyak mungkin penyari dan timbang. Selisih bertat
pada penambahan penyari dengan berat penyari yang diperoleh kembali akan masuk
dalam perhitugan. Alkaloid ini sukar sukar larut dalam air karenanya perlu dilarutkan
dalam alkohol 50% dan dititrasi dengan asam dengan asam sampai titik terakhir yang
belum mencapai titik ekuivalen. Setelah ditambah air, warna titik akhir hilang. Hal ini
disebabkan derajat disosiasi alkaloid dalam alkohol 50% lebih rendah dari pada air.

Cara penetapan kadar alkaloid dalam total: lebih kurang 2,5 gr serbuk yang
ditimbang seksama dicampur dengan 1 ml asam format dan 18 ml air, lalu dipanaskan
diatas penangas air dalam botol 200ml selama 30 menit, dengan di dinginkan.
Campuran ditambah 80gr eter, 40ml kloroform, dan 10ml natrium hidroksida 30%
lalu di kocok 30 menit. Campuran ditambahkan 4gr serbuk tragakan, dan dikocok
kuat-kuat. Filtrat disaring sebanyak mungkin kedalam labu yang telat ditara, lalu
ditimbang. Campran disuling hingga sisa beberapa ml dan dipanaskan secara perlahan
dengan pertolongan aliran udara hingga pelarut abis. Sisa dilarutkan dalam 10 ml
etanol netral, ditambah 10ml air bebas karbon dioksida. Larutan dititrasi dengan asam
klorida 0,1 N meggunakan indikator 2 atau 3 tetes merah metil hingga warna menjadi
merah. Larutan diencerkan dengan 50 ml air bebas karbon dioksida hingga warna
kuning tepat berubah. Tiap ml asam klorida 0,1 N setara dengan 32,41 mg alkaloid
jumlah, dihitung sebgai kinin.

2. Metode penetapan kadar masing-masing alkaloid penyusun

a. Metode Kromatografi Lapis Tipis


Dengan menggunakan berbagai macam eluen, misalnya campuran kloroform-
dietileamin, atau kloroform-etiasetat-isopropanolol-dietilamin. Untuk menaikan
daya pisah dari suatu sistem dapat dicoba dengan pengeringan antara selama 10
menit dengan mengalirkan udara dingin dan kemudian dielusi lagi. Cara lain
dengan menggunakan sistem 2 dimensi dengan menggunakan dua macam eluen
yang berbeda, misalnya; eluen I campuran sikloheksanol-sikloheksana-n-heksana
ditambah dietilamin 5% dan eluen II kloroform-metanl-dietilamin.
Deteksi bercak dapat dilakukan dengan menyemprotkan larutan asam sulfat
10% dalam etanol atau diuapi dengan asam format, kemudian dilihat di bawah
lampu ultraviolet dengan panjang gelombang 365 nm sehingga akan terlihat
berfluoresensi. Dilakukan KLT Densitometri.
Cara analisis kinin dengan KLT-Densitometri; lempeng silika gel GF234
dipanaskan pada suhu 105 derajat selama 30menit. Sebanyak 1-10 mikroliter sari
kasar dan larutan baku ditotolkan 2cm dari tepi bawah lempeng. Pelarut dibiarkan
menguap. Keadalam bejana pengembang dilapisi kertas saring dan diisi dengan
eluen,dibiarkan selama 30 menit. Lempeng yang berisi sampel dan baku
dimasukkan kedalam bejana dan eluen dibiarkan naik. Lempeng dikeringkan pada
suhu 100 derajat celcius selama 10 menit untuk menghilangkan aminanya.
Lempeng disemprot dengan asam sulfat-etanol dan bercak dilihat pada sinar
ultraviolet 365 nm.

b. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi


Penggunaan kromatografi fase terbalik dapat memisahkan masing-
masingalkaloid utama dan metabolitnya. Pemisahan dengan ini dipengaruhi oleh
kadar asam asetat dalam fase gerak atau penambahan asam alkilsulfonat pada
sistem yang mengandung asam asetat 1% akan menaikan resolusi.
Apabila sari kasar kina dipisahkan pada kolom mikro Bondapak C18 dnegan
fase gerak metanol-air ditambah 1% asam heptasulfonat dan 0,15%
butilfosfat,senyawa yang keluar berturut-turut adalah sinkonidin, sinkonin, kiniidn,
dan terakhir kinin.
c. Spektrofotometri UV
Dalam keadaan tidak saling tercampur masing-masing alkaloid ditetapkan
kadarnya secara spektro UV karena adanya gugus kromofor pada alkaloid ini yang
mampu menyerap di daerah sinar UV.

3. Modifikasi metode Comelin


Pada metode ini , serbuk kina dibasakan dengan kalsium hidroksida dan
natrium hidroksida kemudian disari secara kontinyu dengan Soxhlet dengan pelarut
benzen. Kinin dan sinkonidin diukur dalam bentuk garam tartratnya dengan
polarimeter, setelah sebelumnya diendapkan sebagai garam tartat. Kinidin dan
sinkonin yang terlarut diendapkan secara bertahap berdasarkan kelarutannya. Fakta ini
digunakan sebagai dasar pengendapan sinkonin terlebih dahulu. Sementara itu,
kinidin diendapkan sebagi hidroiodat. Analisis dengan metode ini memrlukan waktu
3-4 hari.

ALKALOID XANTIN

Xantin merupakan turunan alamiah purina. Seyawa xantin merupakan basa lemah dengan
pKb antara 13-14. Senyawa xantin yang banyak digunakan adalah kafein, teobromin, dan
teofilin.Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pKa 8,6 dan 9,9. Kafein tidak
bersifat asam karena tidak punya atom hidrogen untuk di lepaskan

Struktur kimia Struktur kimia


Struktur kimia Struktur kimia xantin
teobromin
kafein Teofilin
METODE PENETAPAN KADAR ALKALOID TURUNAN XANTIN

1. Metode Argentometri
Teobromin dan teofillin dengan perak nitrat membentuk endapan dalam
suasana basa. Sementara itu, kafein tidak bereaksi dengan perak karena
tidakmempunyai atom hidrogen yang dapat dilepas. teobromin biasanya terdapat
sebagai garam natrium atau kalsium dan dikombinasikan dengan salisilalat atau asetat.
Asamnya senyawa tersebut perlu dipertimbangkan dalam analisis. Prinsip
argentometri adalah titrasi berdasarkan reaksi penggaraman/ pengendapan antara
senyawa turunan tiourea, santin, asam barbiturat dan sulfa-sulfa dengan argentum
nitrat. Merupakan reaksi penggaramanyang kadang-kadang diikuti dengan
pengendapan. Pada turunat tiourea dan santin reaksi penggaraman melepaskan asam
nitrat yang dapat dititrasi dengan NaOH (alkalimetri), pada turunan sulfa-sulfa
terbentuk endapan garam perak dimana endapan dipisahkan dalamkelebihan argentum
nitrat dititrasi dengan amonium tiosianat (metode Volhand), sementara turunan asam
barbiturat dititrasi dalam suasana alkalis (natrim karbonat), terbentuknya endapan
perak karbonat merupakan titik akhir titrasi

2. Metode Iodometri
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-
iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada
iodometri, sampel bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan
akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat.
Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang
dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel.
Cara penetapan kadar cafein :

1. Sejumlah sampel yang setara dengan kurang lebih 500 mg kafein di timbang, lalu di
larutkan dengan air sampai 100 ml, jika perlu disaring.
2. Larutan diencerkan dengan air 100 ml, jika perlu disaring.
3. Sebanyak 5 ml larutan dipipet dan dimasukan dalam erlenmeyer bertutup kaca,
ditambah 10 ml larutan iodat iodida 0,1 N dan 5 ml asam klorida 3,5%, lalu ditutup
segera di gojog.
4. Larutan didiamkan selama 20 menit (terlindung dari cahaya matahari) pada suhu 20
derajat celsius.
5. Larutan dipindahkan ke dalam tabung sentrifungal dan dipungsikan selama 3-5 menit
dengan 2000 putaran permenit.
6. Pada 10 ml larutan yang jernih dititrasi dengan natrium tiosinat 0,1 N menggunakan
indikator larutan kanji.
7. Kadar cafein ditetapkan dengan kurva antara volume natrium tiosinat terhadap satu
seri larutan baku cafein.
8. Kondisi pereaksi yang harus sama digunakan terhadap sampel dan baku benzoat dan
salisilat tidak mengganggu.

3. Metode Titrasi Bebas Air


Titrasi bebas air adalah titrasi yang tidak menggunakan air sebagai pelarut,
tetapi digunakan pelarut organik. Titrasi ini digunakan untuk menetapkan kadar asam
dan basa bersifat lemah seperti halnya asam-asam organik atau alkaloida-alkaloida,
senyawa-senyawa ini tidak dapat dilakukan titrasi dalam lingkungan berair karena
disamping sukar larut dalam air juga kurang reaktif dalam air, seperti misalnya
garam-garam amina.
 Cafein, teobromin dan theofilin dapat dititrasi sebagai basa pada pelarut bebas air.

Cara penetapan kadar cafein dengan metode TBA :

1. Sampel ditimbang kurang lebih 200 mg


2. Dilarutkan dalam 10 ml anhidrida asam asetat dan 20 ml benzen.
3. Larutan dititrasi secara potensiometri dengan asam perklorat 0,1 N setara
dengan 19,42 mg cafein.
 Aminofilin merupakan campuran theofilin dan etilediamin.
Cara penetapan kadar etilendiamin :
1. Sejumlah sampel yang setara dengan kurang lebih 500 mg etilediamin
ditimbang.
2. Lalu dilarutka dengan air sebanyak 30 ml.
3. Larutan ditirasi dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator brom biru
fenol.
4. Tiap ml asam klorida 0,1 N setara dengan 3,005 mg etilendiamin.

IV. METODE SPEKTROFOTOMETRI


Turunan xantin menyerap kuat terhadap cahaya ultraviolet. Pada pH 6, kafein,
teobromin, dan teofilin menunjukan absorbansi maksimum pada panjang
gelombang antara 272 sampai 273 nm.

Cara penetapan kadar teofilin dalam aminofilin

1. sejumlah sampel yang setara dengan lebih kurang 500mg teofilin ditimbang seksama,

2. dilarutkan, dalam air dan diencerkan dengan air sampai 1 liter.

3. Larutan disaring dan sebanyak 50,0 ml filtrat pertama dibuang,

4. Pada 10ml filtrat ditambah 5,0ml asam klorida pekat dan diencerkan dengan air
sampai 500 ml.

5. Larutan diukur absorbansinya pada 270 nm terhadap blangko pelarut. Kurva baku
dibuat dengan larutan teofilin yang telah diketahui kadarnya

V. Metode Gravimetri
Teofilin dalam aminofilin dalam larutan asam dapat disari dengan pelarut yang
mengandung 3 volume kloroform dan 1 volume isopropanol. Walaupun kelarutan
teofilin dalam masing-masing pelarut rendah, tetapi campuan tersebut menaikkan
kelarutannya sangat besar. Teofilin juga mengendap dengan perak amonium
klorida. Kelebihan perak ditetapkan dengan mengasamkan filtrat dan ditimbang
sebagai perak klorida.
Teobromin dapat disari dan ditimbang atau diendapkan dengan asam
silikotungstat.
Kafein mengendap dengan asam silikotungstat, setelah endapan dibakar, dapat
ditimbang untuk menetapkan kadar kafeinnya.

VI. METODE KROMATOGRAFI


Pada sampel makanan pemisahan dilakukan dengan kolom Lichrosorb RP-C8
pada suhu 45C degan menggunakan fase gerak campuran methanol
Terada dan sakabe telah menggunakan metode KCKT untuk menetapkan
kadar alkaloid xantin ( kafein,teofilin,dan teobromin ) dalam sampel makanan.
Pemisahan dilakukan dengan kolom Lichrosorb RP-C8 pada suhu 45C dengan
menggunakan fase gerak campuran metanol-air-bufer fosfat 0,2 M pH 5,0 dengan
perbandingan 9:36:5. Bufer fosfat disiapkan dari kalium dihidrogen fosfat 0,2M
yang dititrasi dengan asam fosfat 0,2M atau dengan kalium monohidrogen fosfat
0,2 M hingga Ph 5,0. Detektor yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis
yang dioperasikan pada panjang gelombang 275nm.

 UNTUK SAMPEL CAIR

1. Ditimbang sampel kurang lebih 2gr

2. Dimasukkan kedalam labu takar 100ml

3. Ditambahkan 10ml bufer fosfat pH 4,0 dan di tambahkan air sampai tanda batas.

4. Setelah di gojok kuat,campuran disaring.

5. Sebanyak 10,0ml filtrat dituang kedalam cartridge Sep-Pak C18 dengan kecepatan
2ml/menit.

6. Resin dalam cartridge dicuci dengan 20ml metanol dan 20ml air sebelum di gunakan.

7. Selanjutny 10 ml air dilewatkan melalui cartridge untuk menghilangkan gula dan


senyawa polar.

8. Senyawa metil xantin dielusi dengan 10ml campuran metanol-air-bufer fosfat 0,2 M
pH 5,0 dengan perbandingan 5:13:2.

9. Efluen diencerkan dengan air hingga 20ml.

10. Sebanyak 10 µl alikuot diinjeksikan kedalam sistem kromatografi.

Kuantifikasi dilakukan dengan menggunakan kurva kalibrasi yang diperoleh


dari larutan standar yang perlakukan dengan cartridge Sep-Pak C18 sebagaimana
prosedur diatas.

 PROSEDUR SAMPEL PADAT


1. Ditimbang sampel sebanyak 2gr
2. Lalu dimasukkan kedalam beaker 100ml
3. Ditambahkan 80ml air panas (80C)
4. Kemudian lerutan dipanaskan diatas penangas air selama 60 menit.
5. Larutan disaring melalui penyaring gelas
6. Beaker dicuci dengan air panas (80C) dan larutan yang dihasilkan disaring melalui
penyaring gelas yang sama.
7. Filtrat dikumpulkan lalu didinginkan pada suhu ruangan dan dipindahkan kedlam labu
takar 200ml
8. Sebanyak 20ml bufer fosfat 0,2M pH 4,0 ditambahkan kedalam labu takar dan
tambahkan air sampai batas tanda.
9. Setelah pengojokan kuat,sebanyak 10,0 ml filtrat dituang ke dalam cartridge Sep-Pak
C18 dengan kecepatan 2ml/menit.
10. Dalam kasus yang mana kandungan metil xantin terlalu tinggi maka larutan
diencerkan dengan bufer fosfat 0,2M pH 4,0 sehingga konsentrasinya berada pada
kisaran konsentrasi kurva baku sebelum dilewatkan cartridge Sep-Pak C18.
11. Prosedur selanjutnya sama dengan prosedur dalam sampel cair.

Gambar disamping meupakan jenis


kromatogram yang diperoleh dari suatu
campuran standar kafein,teofilin,dan
teobromin.pemisahan diperoleh dalam
waktu 10 menit dengan menggunakan
elusi secara isokratik,senyawa metil xantin
dalam fase gerak. Dan panjang gelombang
detektor UV yang dipilih adalah 275 nm.

Standar kafein, teofilin, dan teobromin dimurnikan dengan


sublimasi ,dikeringkan dalam vakum, dan dilarutkan dalam air hingga konsentrasi
akhirnya0,1 µg/ml. Larutan baku disimpan dalam refrigerator dan diencerkan sesuai
kebutuhan.

 PROSEDUR SAMPEL

1. Timbang sampel sebanyak 10mg kemudian dimasukkan kedalam labu takar 10ml.

2. Ditambahkan 5ml air kemudian larutan di panaskan pada suhu 90C selama 25
menit,didinginkan pada sushu kamar dan volumenya dibuat sampai batas tanda
dengan air bidistilata

3. Sampel disaring melalui penyaring 0,2 mikron untuk menghilangkan partikulat.


Disamping adalah gambar
kromatogram baku alkaloid xantin
dan sampel yang mengandung
alkaloid xantin.

Kafein (CA),Teofilin(TP),dan Teobromin(TB) bersama sama dengan pemanis buatan


dan pengawet telah dianalisis oleh Chen and Wang dengan menggunakan kolom analitik
penukar anion yang dioperasikan pada suhu 40C dengan waktu 45 menit. Fase gerak yang
digunakan adalah larutan Natrium dihiidrogen fosfat (NaH2PO4) dalam air 5 mm yang
Phnya diatur 8,20 dengan NaOH 1M yang mengandung asetonitril 4% dan dihantarkan secara
isotonik dengan kecepatan 1,0Ml/menit.volume yang diinjeksikan sebanyak 50µl.Detektor
yang digunakan adalah Spektrofotometri UV,pada awalnya panjang gelombang yang
digunakan adalah 205nm lalu dipindah ke 227nm setelah menit ke 12,7, kemudian
dikembalikan lagi ke 205nm pada menit ke 28.

Anda mungkin juga menyukai