Anda di halaman 1dari 7

Fatchun Naim, Windi Tri Krismawati, Khoironni Devi Maulana.

Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Tikus


PUTIH (Rattus Norvegicus) yang Dipapari Obat Nyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-Allethrin

JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) YANG


DIPAPARI OBAT NYAMUK ELEKTRIK BERBAHAN AKTIF D-ALLETHRIN

Fatchun Naim1, Windi Tri Krismawati2, Khoironni Devi Maulana 3


12
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang, Sekaran Gunungpati, Semarang
3
Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, Sekaran Gunungpati, Semarang
E-mail korespondensi: fatchunnaim@ymail.com

Abstrak: Obat nyamuk merupakan salah satu obat yang digunakan untuk membasmi nyamuk dalam suatu
ruangan. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi dan daya tarik
tersendiri bagi habitat nyamuk. Akibatnya, tidak jarang masyarakat Indonesia menggunakan obat
nyamuk untuk membasmi serangan nyamuk. Saat ini obat nyamuk yang beredar di pasaran sangat
beragam. Misalnya obat nyamuk berbentuk semprot, bakar, oles maupun elektrik. Produk obat
nyamuk umumnya memiliki zat tambahan tertentu misalnya senyawa d-alletrin yang dapat
merugikan kesehatan. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah dan motilitas
spermatozoa tikus jantan galur wistar umur 2-3 bulan yang dipapari obat nyamuk eletrik yang
berbahan aktif d-allethrin dengan durasi waktu yang berbeda. Rancangan penelitian yang
digunakan yaitu post test randomized control design dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
menggunakan 12 ekor tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar berumur 3 bulan yang
terpapar allethrin yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok kotrol, pemaparan 4
jam, 8 jam serta 12 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian waktu pemaparan obat
nyamuk dengan kandungan bahan aktif d-allethrin dapat mempengaruhi terhadap kualitas
spermatozoa dalam hal ini jumlah spermatozoa untuk semua kelompok perlakuan 135, 67, 130,
117.3 dan 101 (juta/ml ejakulat). Sedangkan motilitas spermatozoa tikus dalam bilik hitung
Neurbaeur (%) untuk semua kelompok perlakuan masing masing 77.3, 68, 65.7 dan 49,7.
Semakin lama waktu pemaparan obat nyamuk d-alletrin semakin tinggi pengaruhnya terhadap
jumlah dan motilitas spermatozoa tikus jantan.
Kata Kunci: D-Alletrin, Spermatozoa, Kualitas spermatozoa

PENDAHULUAN khususnya di dalam rumah agar penyakit yang


Indonesia merupakan negara beriklim tropis disebabkan oleh nyamuk seperti malaria dan demam
yang sangat cocok untuk berkembangnya berbagai berdarah tidak berkembang.
flora dan fauna, termasuk vektor yang jumlah dan Saat ini obat nyamuk yang beredar di
jenisnya sangat banyak. Akibatnya penyakit menular pasaran sangat beragam. Misalnya obat nyamuk
vektor (Vektor Born Diseases) seperti infeksi bakteri, berbentuk semprot, bakar, oles maupun elektrik.
virus, ricketsia, parasit dan mikroba berlangsung Letak perbedaan pada masing-masing tipe obat
dengan baik karena agen dan vektornya sama-sama nyamuk yaitu terletak pada bentuk kemasan dan
berkembang biak. Malaria adalah penyakit infeksi konsentrasi zat aktif atau racun yang terkandung
parasit utama di dunia yang menyerang hampir 170 didalamnya. Produk obat nyamuk umumnya
juta orang tiap tahunnya. Penyakit ini juga memiliki zat tambahan tertentu berupa pewarna,
menjangkit 103 negara, terutama negara-negara pengawet serta pewangi. Seperti halnya zat aktif, zat
dengan daerah tropik pada ketinggian antara 400 – tambahan tersebut juga dapat merugikan kesehatan.
3.000 meter dari permukaan laut (dpl) dan Gangguan-gangguan yang diakibatkan dapat terjadi
kelembaban udara tidak kurang dari 60%. pada organ tubuh manusia jika pemakaiannya tidak
Obat nyamuk merupakan salah satu obat terkontrol atau dosisnya berlebihan (Marjuki 2009).
yang digunakan untuk membasmi nyamuk dalam Hasil penelitian Sakr & Azab (2001)
suatu ruangan. Indonesia merupakan negara beriklim menunjukkan bahwa d-allethrin dapat menyebabkan
tropis yang memiliki potensi dan daya tarik tersendiri perubahan histologis testis, menurunnya berat testis
bagi habitat nyamuk terutama ketika musim dan berkurangnya diameter tubulus seminiferus. Jika
pancaroba. Akibatnya, tidak jarang masyarakat testis mengalami gangguan akan berakibat
Indonesia menggunakan obat nyamuk untuk terganggunya spermatogenesis sehingga spermatozoa
membasmi serangan nyamuk di dalam ruangan yang dihasilkan juga akan berkurang. Bermula dari
hasil penelitian di atas yang menyebutkan bahwa d- allethrin dapat menyebabkan gangguan pada testis,

Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek 2016 (ISSN: 2557-533X) 1


Fatchun Naim, Windi Tri Krismawati, Khoironni Devi Maulana. Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Tikus
PUTIH (Rattus Norvegicus) yang Dipapari Obat Nyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-Allethrin
membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian Lengkap (RAL) menggunakan 12 ekor tikus yang
lebih lanjut. dibagi menjadi 4 kelompok.
Dari uraian latar belakang dapat dirumuskan
permasalahan terkait pengaruh d-allethrin yang e) Alat dan Bahan Penelitian
terkandung dalam obat nyamuk terhadap jumlah dan Alat yang dipakai dalam penelitian ini
motilitas spermatozoa tikus putih yang dipapari obat adalah kandang tikus berukuran 40 cm x 20 cm x 20
nyamuk dengan durasi waktu yang berbeda. cm, seperangkat alat obat nyamuk, seperangkat alat
Tujuan penelitian ini yaitu untuk bedah, hemocytometer, hand counter, mikroskop,
mengetahui jumlah dan motilitas spermatozoa tikus gelas benda, kaca penutup, petridisk, timbangan
jantan galur wistar umur 2-3 bulan yang dipapari analitik dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah
obat nyamuk eletrik yang berbahan aktif d-allethrin obat nyamuk elektrik cair merk Hit yang berbahan
dengan durasi waktu yang berbeda. aktif d-allethrin, tikus jantan yang berumur 3 bulan,
Manfaat yang dapat diperoleh dari air, pour ayam dewasa.
penelitian ini adalah menjadi sarana dalam f) Prosedur Penelitian
pengaplikasian teori yang telah didapatkan 1. Hewan uji diaklimasi dalam kandang selama
khususnya dibidang ilmu Fisiologi Hewan dan satu minggu
memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat 2. Dua belas ekor tikus dikelompokkan
tentang bahaya zat aktif yang terkandung dalam obat menjadi 4 kelompok secara acak, masing-
nyamuk elektrik terhadap kualitas sperma. masing 3 ekor
3. Memberi perlakuan masing masing
METODE PENELITIAN kelompok yakni pada kelompok A : 0
a) Lokasi dan Waktu Penelitian jam/hari, B : 4 jam/hari, C : 8 jam/hari, D :
Peneltian dilaksanakan di Laboratorium 12 jam/hari
Fisiologi Hewan Jurusan Biologi FMIPA Unnes 4. Selama penelitian tikus diberi makan dan
selama 1 bulan yakni dari bulan Oktober hingga minum ad libitum. Pada akhir perlakuan,
bulan November. tikus dibedah untuk diambil vas defferen-
b) Populasi dan Sampel nya.
Populasi yang digunakan dalam penelitian 5. Membuat larutan stok dengan jalan
ini adalah tikus (Rattus norvegicus) jantan galur meletakkan vas defferen dalam cawan
wistar berumur 3 bulan yang terpapar allethrin. yang berisi NaCl fisiologis 0,9%, kemudian
Sampel penelitian yang digunakan adalah 12 ekor vas defferen diplurut dalam wadah yang
tikus jantan yang diperoleh dari Laboratorium berisi NaCl fisiologis 0,9%, disebut sebagai
Jurusan Biologi Unnes. larutan stok yang digunakan. Untuk
c) Variabel Penelitian mengetahui kualitas spermatozoa seperti di
Variabel yang digunakan dalam penelitian bawah ini (Soehadi & Arsyad 1983).
ini ada 3 yaitu : 6. Menghitung jumlah spermatozoa dengan
1. Variabel bebas : waktu paparan obat cara menghisap larutan stok memakai
nyamuk cair d –allethrin dengan variasi waktu hemositometer sampai tanda 0,5 lalu hisap
pemaparan larutan NaCl fisiologis sampai tanda 101,
Kontrol (K) : pemaparan 0 jam/hari dan pipet dikocok. Buang beberapa tetes
Perlakuan 1( P1): pemaparan 4 pada kertas tisu, kemudian teteskan pada
jam/hari bilik hitung yang sudah ditutup dengan
Perlakuan 2 (P2): pemaparan 8 jam/hari kaca penutup dan sudah disiapkan di
Perlakuan3(P3): pemaparan 12 jam/hari mikroskop, kemudian periksa di mikroskop.
2. Variabel tergantung : kualitas spermatozoa yang Dihitung dengan menggunakan rumus
meliputi jumlah dan motilitas spermatozoa jumlah spermatozoa terhitung (s) x
3. Variable kendali : strain, jenis kelamin, berat 200.000 = juta/ml.
badan dan kandang perlakuan. 7. Menghitung motilitas dengan cara 6 lapang
d) Rancangan Penelitian pandang diperiksa secara berurutan dengan
penelitian yang digunakan yaitu post test menggeser bidang pandang dari kiri ke
randomized control design dengan Rancangan Acak kanan serta dari kanan ke kiri untuk
memperoleh 100 sperma motil yang
dijumpai dan dihitung persentasenya.

2 Isu-Isu Kontemporer Sains, Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya


Fatchun Naim, Windi Tri Krismawati, Khoironni Devi Maulana. Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Tikus
PUTIH (Rattus Norvegicus) yang Dipapari Obat Nyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-Allethrin

Kategori yang dipakai untuk Data berupa kualitas spermatozoa dianalisis


mengklasifikasi motilitas sperma disebut secara statistik dengan Anava satu jalan pada taraf uji
(a), (b), (c), (d), dan didefinisikan sebagai 5% . Jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan Uji
berikut: Kategori (a) jika sperma bergerak Beda Nyata Terkecil (BNT).
cepat dan lurus ke muka. Kategori (b) jika
geraknya lambat atau sulit maju lurus atau HASIL DAN PEMBAHASAN
bergerak tidak lurus. Kategori (c) jika tidak Hasil pengamatan terhadap pengaruh d-
bergerak maju. Kategori (d) jika sperma allethrin dalam obat nyamuk elektrik cair merk hit
tidak bergerak (Hermawanto 2000). selama 30 hari dengan variasi lamanya waktu
Klasifikasi motil untuk gerakan spermatozoa pemaran terhadap motilitas jumlah spermatozoa tikus
kategori (a) dan klasifikasi non motil untuk antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan
gerakan spermatozoa kategori (b), (c), (d) (lamanya waktu pemaparan 4; 8; 12 jam per hari)
sehingga menghasilkan persentase setiap dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
kategori motil. a. Jumlah Spermatozoa (juta/ml ejakulat)
g) Metode Analisis Data
Tabel 1. Rerata jumlah spermatozoa tikus kelompok
kontrol dan
perlakuan yang
dipapari obat
nyamuk dengan
kandungan bahan
aktif d-allethrin
Pengulangan Jumlah Spermatozoa Tikus dalam bi
P0 P1
1 145 125
2 132 138
3 130 127
Rerata 135,67 130 1

Tabel 3. Rerata motilitas spermatozoa tikus kelompok


kontrol dan
perlakuan yang
dipapari obat
nyamuk
dengan
kandungan
bahan aktif d-
alletrin
Pengulangan Motilitas Spermatozoa Tikus dalam bilik
P0 P1
Motil Non Motil Non Motil
1 78 22 66 34 70
2 75 25 70 30 68
3 79 21 68 32 59
Rerata 77,3 22,67 68 32 65,7
Dari Tabel 1 nyamuk P1, P2, P3: tikus
dapat dilihat bahwa diberi perlakuan
jumlah spermatozoa pemaparan obat nyamuk
setelah perlakuan untuk yang mengandung bahan
masing-masing aktif d-allethrin 0,01 g/l
kelompok P0 : tikus dengan lama pemaparan
tanpa pemaparan obat berturut-turut 4; 8; 12
Fatchun Naim, Windi Tri Krismawati, Khoironni Devi Maulana. Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Tikus
PUTIH (Rattus Norvegicus) yang Dipapari Obat Nyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-Allethrin
jam per hari dengan dengan harga F b. Motilitas jumlah gerak
menunjukan hasil yang hitung(18,27) lebih Spermatozoa spermatozoa yang motil,
berbeda- beda. Tiap besar dari F tabel Dari Tabel 3 maka data diuji secara
kelompok menunjukan (3,59). Selanjutnya dapat dilihat bahwa statistik dengan uji
penurunan jumlah untuk mengetahui motilitas spermatozoa Anava satu jalan pada
spermatozoa seiring kelompok yang setelah perlakuan untuk taraf uji 5%.
dengan lama berbeda, maka masing-masing Berdasarkan hasil
pemaparannya. Dari dilakukan uji BNT kelompok P0 : tikus analisis anava dapat
tabel tersebut dengan taraf uji 5 % tanpa pemaparan obat diketahui bahwa
menunjukan bahwa yang hasilnya dapat nyamuk P1, P2, P3: hipotesis diterima, yaitu
semakin lamanya dilihat pada Tabel 2 tikus diberi perlakuan terdapat pengaruh waktu
waktu pemaparan obat pemaparan obat nyamuk pemaparan obat nyamuk
nyamuk dengan Tabel 2. Uji BNT yang mengandung dengan kandungan
kandungan bahan aktif Jumlah bahan aktif d-allethrin bahan aktif d-allethrin
d-allethrin maka Spermatozoa
0,01 g/l dengan lama pada masing-masing
semakin menurunkan Kelompok Rerata P0
pemaparan berturut- tiap kelompok perlakuan
jumlah spermatozoa P0 135,6
turut 4; 8; 12 jam per .Hal ini ditunjukkan
pada tikus putih jantan P1 130 5,6*
hari menunjukan hasil dengan harga F hitung
galur wistar. Perlakuan P2 117,3 18,3*
yang berbeda- beda. (30,56) lebih besar dari
12 jam waktu P3 102 33,6*
Tiap kelompok F tabel (3,59). Untuk
pemaparan obat Keterangan:*
menunjukan mengetahui
nyamuk dengan Berbeda
Nyata peningkatan jumlah pengaruh waktu
kandungan bahan aktif pada gerak spermatozoa pemaparan obat nyamuk
d-allethrin yang nonmotil dan dengan kandungan
Setelah
menunjukan pengaruh
dilakukan uji lanjut penurunan jumlah pada bahan aktif d-allethrin
yang lebih tinggi
dengan uji BNT 5% gerak spermatozoa yang terhadap jumlah gerak
terhadap penurunan
dapat dilihat bahwa motil seiring lamamya spermatozoa yang
jumlah spermatozoa
kelompok PO berbeda waktu pemaparan. nonmotil diuji juga
tikus putih jantan galur Perlakuan secara statistik dengan
dengan kelompok P1,
wistar.
P2 dan P3. Antara 12 jam waktu uji Anava satu jalan
Untuk
kelompok P1 dengan pemaparan obat nyamuk pada taraf uji 5%.
mengetahui apakah
kelompok P2 dan P3 dengan kandungan Berdasarkan hasil
waktu pemaparan obat bahan aktif d-allethrin analisis anava dapat
berbeda nyata.
nyamuk dengan menunjukan pengaruh diketahui bahwa
Kelompok P2 berbeda
kandungan bahan aktif
nyata dengan kelompok yang lebih tinggi hipotesis diterima, yaitu
d-allethrin pada tiap terhadap penurunan terdapat pengaruh waktu
P3. Hal ini
kelompok tersebut
memperlihatkan bahwa jumlah yang motil serta pemaparan obat
berpengaruh atau tidak,
dengan pemberian peningkatan jumlah nyamuk dengan
maka data diuji secara yang nonmotil pada kandungan bahan aktif
salah perlakuan
statistik dengan uji gerak spermatozoa tikus d- allethrin pada
pemaparan obat
Anava satu jalan pada
nyamuk d alletrin 4,8 putih jantan galur masing-masing tiap
taraf uji 5%. wistar. kelompok perlakuan.
serta 12 jam/hari
Berdasarkan hasil Untuk Hal ini ditunjukkan
selama 30 hari dapat
analisis anava dapat mengetahui dengan harga F hitung
menurunkan jumlah
diketahui bahwa apakah (30,50) lebih besar dari F
spermatozoa tikus
hipotesis diterima, waktu tabel (3,59).
jantan galur wistar.
yaitu terdapat pengaruh pemaparan obat nyamuk Selanjutnya
waktu pemaparan obat dengan kandungan untuk mengetahui
nyamuk dengan bahan aktif d-allethrin kelompok yang berbeda,
kandungan bahan aktif pada tiap kelompok maka dilakukan uji BNT
d-allethrin pada tersebut berpengaruh dengan taraf uji 5 %
masing-masing tiap atau tidak terhadap yang hasilnya dapat
kelompok perlakuan. dilihat pada Tabel 4.
Hal ini ditunjukkan
Tabel 4. Uji
Fatchun Naim, Windi Tri Krismawati, Khoironni Devi Maulana. Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Tikus
PUTIH (Rattus Norvegicus) yang Dipapari Obat Nyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-Allethrin
BNT pemaparan 4,8,12 berkurangnya diameter Allethrin dalam
Kelompok Rerata P0 jam/hari selama 30 hari tubulus seminiferus. obat nyamuk dapat
P0 77,3 pada masing-masing Kurniati (2012) menyebabkan
P1 68 9,3* kelompok perlakuan menjelaskan bahwa pembentukan radikal
P2 65,6 11,7*mempengaruhi jumlah pemaparan pralahir obat bebas. Apabila radikal
P3 49,6 27,7*dan motilitas nyamuk elektrik yang bebas tidak dihentikan
spermatozoa. Hal ini berbahan aktif d- maka akan merusak
Keterangan:* menunjukkan bahwa allethrin dapat membran sel
Berbeda allethrin dalam obat mempengaruhi fetus mitokondria. Dalam hal
Nyata nyamuk yang termasuk mencit (Mus musculus ini sel mitokondria
* kelompok pyrethroid I, l.). Dalam jurnal
* adalah penghasil ATP
dapat menyebabkan tersebut yang diperlukan untuk
Ti
d penurunan jumlah serta pemaparan 4,8,12 konversi testosteron
a motilitas spermatozoa. jam/hari selama 30 hari dalam sel leydig dalam
k Zat aktif yang memyebabkan reabsorbsi proses spermatogenesis.
B terkandung di dalam dan kematian fetus Bila mitokondria
er obat nyamuk mencit. terganggu atau rusak
b bermacam-macam
e maka proses
seperti dichlorvos, spermatogenesis akan
d
a propoxur, pyrethroid mengalami gangguan.
N dan diethyltoluamide Hal ini sesuai dengan
y (DEET)serta bahan Shu (2007) yang
at kombinasinya. mengatakan radikal
a Kebanyakan obat bebas dari pyrethroid
nyamuk di Indonesia dapat menyebabkan
Setelah mengandung d- kerusakan membran
dilakukan uji lanjut allethrin, transfultrin, mitokondria sel Leydig,
dengan uji BNT 5% bioallethrin, d- kerusakannya berupa
dapat dilihat bahwa phenithrin, membran sel
antara kelompok P0 proallethrin,cypenothri mitokondria yang tidak
dengan kelompok P1, n atau esbiothrin, yang berpasangan. Selain itu
P2 dan P3 berbeda. merupakan turunan Shu (2007) juga
Kelompok P1 tidak pyrethroid. Pyrethroid mengatakan bahwa
berbeda nyata dengan dikelompokkan ke radikal bebas dari
kelompok P2 dalam racun pyrethroid mengganggu
sedangkan kelompok insektisida kelas biosintesis testosteron
P2 berbeda nyata menengah yang dapat dengan cara mengurangi
dengan kelompok P3. menyebabkan iritasi pengiriman kolesterol ke
Hal ini kulit, mata dan asma. mitokondria oleh
memperlihatkan bahwa D-allethrin dapat Peripheral
Perlakuan yang masuk ke dalam tubuh Benzodiazepine
membawa pengaruh secara inhalasi dalam Receptor (PBR) dan
lebih besar terhadap waktu yang lama dan Steroidogenic Acute
motilitas spermatozoa dapat menyebabkan Regulatory protein
adalah kelompok P2 gangguan paru-paru (StAR) serta
dan P3dengan dan hati (Iswara 2009). menurunkan konversi
pemberian salah satu. Penelitian kolesterol menjadi
Dari Sakr & Azab (2001) pregnenolone yang
penelitian yang telah menunjukkan bahwa d- dikatalisis oleh
dilakukan ternyata allethrin dapat cytochrome P450
paparan obat nyamuk menyebabkan sidechain cleavage
dengan kandungan perubahan histologi (P450scc) yang
bahan aktif d-allethrin testis, menurunnya menyebabkan
dengan waktu berat testis dan menurunnya produksi
Fatchun Naim, Windi Tri Krismawati, Khoironni Devi Maulana. Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Tikus
PUTIH (Rattus Norvegicus) yang Dipapari Obat Nyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-Allethrin

testosteron. reaksi berantai radikal dengan kandungan Tik


Radikal bebas. Oleh karena bahan aktif d- us
bebas yang membran sel allethrin pada Wis
ditimbulkan Allethrin mitokondria kaya akan masing-masing tiap tar
juga menyebabkan lipid yang peka kelompokperlakuan 4, Jant
pengaruh terhadap tehadap serangan 8, dan 12 jam /hari an
motilitas spermatozoa. radikal bebas. Hal ini selama 30 hari pada Dia
Saat terdapat radikal yang menyebabkan tikus putih (Rattus bete
bebas, lipid peroksida penurunan jumlah norvegicus) strain s
meningkat karena motilitas spermatozoa. wistar mampu Mel
adanya reaksi antara Energi untuk motilitas mempengaruhi itus
lipid dengan radikal spermatozoa disuplai jumlah serta motilitas .
bebas. Pada tahap dalam bentuk spermatozoa tikus [La
awal reaksi terjadi adenosine trifosfat putih (Rattus por
pelepasan hidrogen yang disintesis oleh norvegicus) jantan an
dari asam lemak tidak mitokondria pada galur wistar. Akh
jenuh secara bagian ekor.Sehungga ir
homolitik sehingga apabila terjadi SIMPULAN, Pen
SARAN, DAN eliti
terbentuk radikal alkil kerusakan pada
REKOMENDASI an
yang terjadi karena membrane
Berdasarkan Kar
adanya inisiator mitokondria akan
hasil penelitian dan ya
(panas, oksigen aktif, dapat mengganggu
pembahasan pada bab Tul
logam atau cahaya). motilitas spermatozoa
sebelumnya, dapat is
Pada keadaan normal (Faranita 2009). Sres
diambil simpulan Ilm
radikal alkil cepat oksidatif berperan
bahwa pemberian iah]
bereaksi dengan sebagai mediator
waktu pemaparan Fak
oksigen membentuk kerusakan pada
obat nyamuk dengan ulta
radikal peroksi membrane
kandungan bahan s
dimana radikal plasma,sehingga
aktif d-allethri dapat Ked
peroksi ini bereaksi mengurangu fungsi
mempengaruhi okt
lebih lanjut dengan spermatozoa. D-
terhadap kualitas era
asam lemak tidak alletrin akan
spermatozoa dalam n
jenuh membentuk menyebabkan
hal ini jumlah dan Uni
hidroproksida dengan timbulnya radikal
motilitas spermatozoa vers
radikal alkil, bebas yang akan
tikus putih strain itas
kemudian radikal alkil memicu terjadinya
wistar. Dip
yang terbentuk ini stress
Perlu dilakukan one
bereaksi dengan oksidatif,sehingga
penelitian lebih lanjut gor
oksigen. Dengan akan menyebabkan
dengan variasi waktu o.
demikian reaksi kerusakan
pemaparan serta Se
otoksidasi adalah
penambahan mar
membrane spermatozoa senyawa- senyawa ang
mitokondria dan serta dari tumbuhan dalam .
menurunnya menyebakan hal mencegah Iswara A. 2009.
motilitas pada kelainan penurunan jumlah dan Pen
spermatozoa. Hal morfologi motilitas spermatozoa gar
ini sesuai dengan spermatozoa. tikus putih. uh
penelitian Iswara Secar
pe
(2009) a keseluruhan DAFTAR PUSTAKA mb
menunjukkan pemberian Faranita OV. 2009. eria
bahwa d allethrin pengaruh Kualitas n
dapat menyebabkan waktu Spermato Ant
penurunan jumlah pemaparan zoa Pada ioks
motilitas, viabilitas obat nyamuk
Fatchun Naim, Windi Tri Krismawati, Khoironni Devi Maulana. Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Tikus
PUTIH (Rattus Norvegicus) yang Dipapari Obat Nyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-Allethrin
idan ad Sciences Kazuyoshi
Vitami iy 4(2) : Taya, Chun-
n C dan ah 498-500 Mei Li, Maiko
E S Miyata, Jun
Terhad ur Shu-Yun Zhang, Yuki Ueyama, Chul-
ap ak Ito, Ho Lee,
Kualita ar Osamu Michihiro
s ta. Yamanos Kamijima dan
Sperma Sakr SA & hita, Tamie
tozoa A Yukie Nakajima.
Tikus za Yanagiba 2007.
Putih b , Miya Permethrin
Terpap A Kobayash May Disrupt
ar E. i, Testosterone
Allethri 20 Biosynthesis
n. 01 via
[Skrips Ef Mitochondrial
i]. fe Membrane
Jurusan ct Damage of
Biologi of Leydig Cells in
FMIPA P Adult Male
Univers yr Mouse.
itas et Journal The
Negeri hr Endocrine
Semara oi Society 148
ng. d (3) : 3941 –
Semara In 3949.
ng. ha
Marjuki M.I. 2009. lat
Daya io
Bunuh n
Bebera on
pa Obat T
Nyamu es
k Bakar tis
Terhad of
ap Al
Kemati bi
an no
Nyamu R
k at
Anophe .
les J
aconitu o
s. ur
[Skripsi n
] al
Fakulta of
s Bi
Farmasi ol
o
Univers gi
itas c
Muham al

Anda mungkin juga menyukai