Anda di halaman 1dari 13

1.

Terangkan mekanisme toksikokinetik d-allethrin yang diinduksikan per inhalasi


pada tubuh mencit sampai ke sistem reproduksi!

Allethrin merupakan salah satu golongan pyrethroid yang memiliki rumus kimia
C19H26O3. Allethrin merupakan zat aktif yang merupakan senyawa turunan dari
pyrethroid dalam obat nyamuk bakar. Zat ini banyak digunakan dalam racun pembasmi
nyamuk yang memiliki resiko merusak kesehatan. Zat tersebut dapat masuk ke dalam
tubuh melalui tiga cara, yaitu: termakan atau terminum bersama makanan atau minuman,
dihirup dalam bentuk gas dan uap, langsung menuju paru-paru lalu masuk ke dalam
aliran darah. Atau terserap melalui kulit dengan tanpa terlebih dahulu menyebabkan luka
pada kulit.
Allethrin masuk ke dalam tubuh secara inhalasi melalui saluran pernapasan, lalu
masuk ke dalam peredaran darah. Allethrin yang masuk ke dalam peredaran darah akan
dimetabolisme di dalam hepar melalui proses hidrolisis yang melibatkan sitokrom P450.
Allethrin menyebabkan terjadinya penghambatan enzim mikrosom sel hepar dan
menyebabkan peroksidasi lipid hepar. Peroksidasi lipid membran dan sitosol
mengakibatkan terjadinya serangkaian reduksi asam lemak sehingga terjadi kerusakan
membran dan organel sel.
Allethrin jika terakumulasi di dalam tubuh dapat membentuk radikal bebas.
Allethrin yang terhirup akan masuk ke dalam aliran darah lalu menuju ke hati, mengalami
detoksifikasi dan menghasilkan metabolit yang berperan sebagai radikal bebas.
Selanjutnya radikal bebas tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah kembali dan
menuju ke seluruh tubuh termasuk testis. Radikal bebas dapat menimbulkan berbagai
masalah kesehatan termasuk gangguan dalam proses spermatogenesis. Penelitian yang
dilakukan oleh Azab and Sakr, allethrin dapat mengganggu proses spermatogenesis
secara tidak langsung dengan mengurangi diameter tubulus seminiferus dan menurunkan
berat testis pada tikus yang mengakibatkan penurunan produksi sperma tikus yang dapat
dianalogikan pada manusia.
Source : Adnan dan Pagarra, Halifah.2010. Struktur Hewan. Makassar:Jurusan
Biologi.FMIPA UNM.
Ammikhalid. 2010. Analisis Tingkat Peroksidasi Lipid dengan MDA. Available
at: http://analisis_tingkat_peroksidasi_lipid_wordpress.com.Opened :20.02.2012

2. Terangkan Bagaimana d-allethrin dapat memicu munculnya radikan bebas,


bagaimana reaksi tubuh secara umum bila menjumpai peningkatan radikal bebas?
Radikal bebas merupakan elektron yang masuk tanpa pasangan pada orbital
terluar, misalnya seperti pada O2.

Pada keadaan normal, fosforilasi oksidatif di matriks mitokondria dalam


fungsinya dalam membuat ATP, terdapat membrane yang disebut scytokrom c oxidase
yang mengoksidasi O2 dengan melepas elektron dan mentransfer H+ ke luar membrane.
Karena adanya beda potensial pada ruang antar membrane, H+ kembali masuk ke dalam
melalui ATP sintase, tenaga yang dihasilkan ini kemudian digunakan untuk membentuk
ATP. H+ yang masuk ini selanjutnya akan berikatan dengan O 2 yang telah teroksidasi
sehingga menghasilkan H2O.
Ketika oksigen mengalami penambahan elektron, maka strukturnya berubah
menjadi radikal bebas. Radikal bebas yang masuk dalam tubuh sangat reaktif sehingga
mencoba untuk menstabilkan senyawanya dengan mengambil elektron dari struktur lain.
Pada membrane lipid, radikal bebas akan mengambil elektron dari membrane lipid,
selanjutnya membrane lipid yang tidak stabil akan mencoba menstabilkan diri untuk
mengambil elektron dari struktur disampingnya. Terjadilah reaksi berantai yang
menyebabkan kerusakan membrane lipid yang disebut cham reaction.
Pada tahap awal reaksi terjadi pelepasan hidrogen dari asam lemak tidak jenuh
secara homolitik sehingga terbentuk radikal alkil yang terjadi karena adanya inisiator
(panas, oksigen aktif, logam atau cahaya). Pada keadaan normal radikal alkil cepat
bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi dimana radikal peroksi ini bereaksi
lebih lanjut dengan asam lemak tidak jenuh membentuk hidroproksida dengan radikal
alkil, kemudian radikal alkil yang terbentuk ini bereaksi dengan oksigen. Dengan
demikian reaksi otoksidasi adalah reaksi berantai radikal bebas. Oleh karena membran sel
mitokondria kaya akan lipid yang peka tehadap serangan radikal bebas. Hal ini yang
menyebabkan penurunan jumlah motilitas spermatozoa. Energi untuk motilitas
spermatozoa disuplai dalam bentuk adenosine trifosfat yang disintesis oleh mitokondria
pada bagian ekor.Sehingga apabila terjadi kerusakan pada membrane mitokondria akan
dapat mengganggu motilitas spermatozoa (Faranita 2009). Stress oksidatif berperan
sebagai mediator kerusakan pada membrane plasma, sehingga mengurangifungsi
spermatozoa. D- alletrin akan menyebabkan timbulnya radikal bebas yang akan memicu
terjadinya stress oksidatif, sehingga akan menyebabkan kerusakan membrane
mitokondria.

Radikal bebas dapat merusak integritas DNA pada nukleus spermatozoa.


Kerusakan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) ini pada akhirnya akan menginduksi
terjadinya apoptosis sel yang pada akhirnya menyebabkan turunnya jumlah spermatozoa,
kualitas spermatozoa, kualitas spermatozoa erat kaitannya dengan fertilitas, karena
dengan spermatozoa yang berkualitas, proses pembuahan sel telur dapat berjalan dengan
baik.

Source : [Youtube] Osmosis. Oxygen Free Radicals & Cellular Injury – Causes
Symphtoms. https://youtu.be/Q7AZiX6x56l. Diakses pada 4 Desember 2018 Pukul
12.15.

3. Hasil penelitian saudara menunjukkan bahwa paparan radiasi d-allethrin


mempengaruhi sistem reproduksi. Jelaskan bagaimana mekanismenya!
Allethrin yang terhirup oleh mencit akan terakumulasi dalam paru-paru dan diikat
oleh alveolus. Selanjutnya ikut beredar bersama peredaran darah sampai ke hati. Allethrin
masuk ke dalam tubuh secara inhalasi melalui saluran pernapasan, lalu masuk ke dalam
peredaran darah. Allethrin yang masuk ke dalam peredaran darah akan dimetabolisme di
dalam hepar melalui proses hidrolisis yang melibatkan sitokrom P450. Allethrin
menyebabkan terjadinya penghambatan enzim mikrosom sel hepar dan menyebabkan
peroksidasi lipid hepar. Peroksidasi lipid membran dan sitosol mengakibatkan terjadinya
serangkaian reduksi asam lemak sehingga terjadi kerusakan membran dan organel sel.
Allethrin jika terakumulasi di dalam tubuh dapat membentuk radikal bebas.
Allethrin yang terhirup akan masuk ke dalam aliran darah lalu menuju ke hati, mengalami
detoksifikasi dan menghasilkan metabolit yang berperan sebagai radikal bebas.
Selanjutnya radikal bebas tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah kembali dan
menuju ke seluruh tubuh termasuk testis.
Radikal bebas dapat menurunkan frekuensi gerakan flagel sehingga motilitas
spermatozoa akan menurun. Hal ini diduga karena produksi ATP mitokondria rendah.
Selain itu dengan terbentuknya peroksida lipid pada membran spermatozoa dapat
menyebabkan kerusakan membran spermatozoa. Peroksida lipid tersebut berasal dari
reaksi berantai antara radikal bebas dengan asam lemak tak jenuh jamak yang banyak
terdapat pada membran spermatozoa. Kerusakan peroksidasi pada spermatozoa dapat
terjadi karena enzim pertahanan, seperti superoksida dismutase dan glutation peroksidase
dalam sitoplasma spermatozoa tidak banyak. Diketahui bahwa spermatozoa hanya
mengandung sedikit sitoplasma sehingga jumlah enzim yang dibutuhkan untuk
menghambat terbentuknya oksigen reaktif tidak cukup efektif. Jika konsentrasi radikal
bebas di sekitar spermatozoa cukup banyak, maka lambat laun spermatozoa akan mati.
Penurunan motilitas spermatozoa diduga karena radikal bebas menghambat proses
fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif merupakan proses pembentukan energi yang
melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada membran bagian dalam mitokondria
(Armeinachevana, 2012). Mitokondria spermatozoa terletak pada bagian tengah
spermatozoa, sedangkan bagian leher dan ekor berfungsi dalam pergerakan spermatozoa.
Setelah disintesa di dalam mitokondria, ATP ditransportasikan ke aksonem pada bagian
ekor spermatozoa, selanjutnya dikonversikan oleh dinein pada aksonem yang akan
menguraikan ATP menjadi energi untuk pergerakan spermatozoa. Terhambatnya
pelepasan ATP ke bagian aksonem mengakibatkan tidak terpenuhinya atau berkurangnya
kebutuhan energi untuk menggerakkan ekor, selanjutnya mengakibatkan spermatozoa
tidak dapat bergerak cepat atau tidak bergerak sama sekali.

Source: ( Kurniati Reni, Retno Ariani, Liyawati. Pengaruh Pemaparan Pralahir Obat
Nyamuk Elektrik Yang Berbahanaktif D-Allethrin Terhadap Fetus Mencit (Mus
musculus L.). Mulawarman scientifie. Vol 11. Nomer 2, 2012

4. Jelaskan spermatogenesis normal yang dikendalikan hormone reproduksi!

Regulasi Hormonal pada Reproduksi Pria dan Proses Spermatogenesis

Ada banyak hormone yang menstimulasi sistem reproduksi. Dimulai pada


hormone reproduksi pria di otak, hypotamalus. Di hipotalamus terdapat kelenjar pituitary
pada bagian anterior dan posterior. Pada anterior pituitary merupakan tempat sekresi
hormone reproduksi pada pria. pada anterior pituitary terdapat blood vessel yang
terhubung dengan hipotalamus. Hipotalamus mensekresikan GnRH hormone yang masuk
ke dalam blood vessel dan menstimulasi pituitary anterior untuk mensekresikan hormone
LH dan FSH.
Selanjutnya, LH dan FSH bergerak menuju testis melalui blood vessel. Di testis
terdapat organ tubulus seminiferous yang jika diperbesar terdapat interstitial space pada
tubulus seminiferus. Pada interstitial space terdapat pembuluh darah yang didalamnya
terdapat hormone LH dan FSH. Selain itu, sel leydig juga terdapat pada interstitial space.
Hormone LH menargetkan sel leydig untuk menstimulasi sekresi testosterone. Hormone
testosterone ini berperan dalam efek peripheral dan penstimulasi sel sertoli bersama
dengan hormone FSH untuk mensekresikan ABP (Androgen Binding Protein) yang
berperan dalam penutrisi proses spermatogenesis. Kelebihan testosterone akan
menciptakan negative feedback untuk menghentikan produksi LH pada pituitary anterior.
Hal ini juga terjadi apabila produksi ABP mengalami kelebihan.
Source: [Youtube] Armando Hasudungan. https://youtu.be/Sr4recOxmNc. Diakses pada 4
Desember 2018 Pukul 11.40
5. Mekanisme spermiogenesis di dalam sel sertoli!

Spermiogenesis terjadi dalam empat fase: Fase golgi, fase cap, formasi ekor, dan tahap
pematangan. Itu polaritas spermatid simetris radialis meningkat dalam fase Golgi.
Salah satu ujungnya spermatid menjadi wilayah kepala. Golgi peralatan
menghasilkan enzim dalam acrosome. Aksonem juga diproduksi dari distal
centriole selama itu Golgi tahap. Saya t aku s Sebuah pertemuan dari
mitokondria . Itu kondensasi dari DNA menghasilkan secara transkripsi non-
aktif kromatin . Selama itu topi tahap, itu acrosomal topi aku s diproduksi
oleh itu melampirkan dari itu nukleus oleh Golgi aparat. Elongasi dari satu
dari centrioles di sel menghasilkan ekor dari spermatozoa. Itu ekor dari
itu spermatozoa titik menuju itu pusat dari itu lumen. Kemudian,
kelebihan sitoplasma aku s phagocytized oleh Sertoli ' sel s selama pematangan dari
spermatozoa. Spermiasi adalah pelepasan dewasa spermatozoa ke dalam lumen
dari tubulus seminiferus. Itu spermatozoa matang adalah disebut juga sperma
sel. Sejak ekor mereka terdiri dari flagela panjang, spermatozoa adalah motil.

( Sumber : (PDF) Perbedaan Antara Spermatogenesis dan Spermiogenesis. Available


from: https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.co.id&sl=en&sp=nmt4&u=https://ww
w.researchgate.net/publication/320413584_Difference_Between_Spermatogenesis_and_Sp
ermiogenesis&xid=17259,15700022,15700124,15700149,15700186,15700191,15700201,
15700237&usg=ALkJrhhSc2RGbE8CIwiogwkywfZE6mePiA [accessed Dec 04 2018].

6. Cari info mengenai berbagai kelainan atau penyakit berkaitan dengan proses reproduksi
beserta gambarnya!

Kelainan / Gangguan pada Sperma

Berikut ini beberapa kelainan sperma yang biasanya dialami oleh para pria yang dianggap
menjadi pemicu infertilitas atau kemandulan seorang pria.

1. Sperma Kosong Atau Azoospermia

Azoospermia dapat diartikan sebagai tidak adanya benih dalam cairan sperma sehingga sering
disebut sebagai sperma kosong. Pada normalnya seorang pria akan memproduksi cairan semen
(air mani) dan sel sperma sebagai benih untuk pembuahan sel telur tetapi pada penderita
Azoospermia tidak ditemukan sel sperma tersebut.

Azoospermia adalah efek samping yang dilaporkan dari obat androgen karena mereka
menekan pelepasan hipotalamus dari GnRH dan oleh karena itu FSH. Hal ini menyebabkan
azoospermia pada pria dan amenore pada wanita.Azoospermia dapat menjadi kongenital, di
mana ia dapat menjadi manifestasi dari cystic fibrosis karena agenesis vas deferens, di antara
kondisi genetik lainnya.

Sumber : Jurnal :DETEKSI DELESI GEN DAZ (Deleted in AZoospermia) PADA PRIA
AZOOSPERMIA DENGAN METODE PCR (Polymerase Chain Reaction)
2. Oligospermia Atau Sperma Sedikit

Oligospermia adalah masalah kesuburan pria didefinisikan sebagai konsentrasi sperma rendah
ketika ejakulasi . Konsentrasi sperma rendah adalah jumlah sperma dalam ejakulasi biasanya
mililiter atau mL. Seperti yang didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) pada
tahun 1999 , jumlah sperma rendah adalah kurang dari 20 juta sperma / mL .

Faktor pemicu kasus oligospermia mencakup paparan panas seperti mandi dengan air sangat
panas, sauna, bekerja di suhu tinggi, demam, pakaian sangat ketat (pakaian dalam), merokok,
minum alkohol, paparan logam, dll. Beberapa peneliti juga percaya bahwa kelebihan penggunaan
laptop (di pangkuan) juga dapat menyebabkan testis panas yang pada akhirnya mengurangi
jumlah sperma dan juga menurunkan kualitas sperma.

Sumber : jurnal : Ekspresi Gen Family Bcl-2 dan Ekspresi Gen Protein Kanal Ion Vdac1 pada
Oligozoospermia

3.Teratozoospermia
Teratozoospermia adalah suatu kondisi yang ditandai oleh adanya sperma dengan morfologi
normal <30% hal ini dapat mempengaruhi kesuburan pada laki-laki. Sperma normal memiliki
bentuk kepala oval beraturan dengan ekor lurus panjang di tengahnya. Sperma yang bentuknya
tidak normal (disebut teratozoospermia) seperti kepala bulat, kepala pipih, kepala terlalu besar,
kepala ganda, tidak berekor, dll, adalah sperma abnormal dan tidak dapat membuahi telur. Hanya
sperma yang bentuknya sempurna yang disebut normal. Pria normal memproduksi paling tidak
30% sperma berbentuk normal.

Sumber : Kajian Infertilitas Priadan Usaha Penanganannya

4. Asthenospermia

Nama lain dari penyakit ini ialah Asthenozoospermia yang diartikan sebagai
mobilitas sperma yang lambat. Terdapat ratusan juta sel sperma ketika seorang pria
ejakulasi dan hanya sejumlah sperma saja yang memiliki kecepatan berenang yang
normal dan pada akhirnya hanya satu sel sperma saja yang akan membuahi sel telur
wanita.

Sumber : PENGARUH JUS BIT (Beta vulgaris) TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA


TIKUS WISTAR YANG DIPAPAR ASAP ROKOK. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine.

Anda mungkin juga menyukai