2018
Sebastian, Janifer
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10924
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERBANDINGAN EFEK FARMAKOLOGI MINUMAN KOPI
HITAM DENGAN TEH TERHADAP TIDUR DAN DIURESIS
PADA MAHASISWA/I ANGKATAN 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
JANIFER SEBASTIAN
150100196
SKRIPSI
Oleh:
JANIFER SEBASTIAN
150100196
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan kurnia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana
kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memaparkan landasan
pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang telah dilaksanakan.
Penelitian yang telah dilaksanakan ini berjudul “Perbandingan Efek Farmakologi
Minuman Kopi Hitam Dengan Teh Terhadap Tidur Dan Diuresis Pada
Mahasiswa/i Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Aldy
Safruddin Rambe, Sp.S (K) atas izin penelitian yang telah diberikan.
2. Drs. Admar Djas, Apt. M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu untuk bimbingan dan masukan kepada penulis
dalam proses penyusunan dan penyiapan skripsi ini. .
3. dr. Lita Feriyawati, M.Kes, Sp.PA, selaku ketua penguji dan Dr.dr.
Masitha Dewi Sari, M.Ked (Oph), Sp.M (K), selaku anggota penguji
yang telah memberikan kritikan dan saranan untuk melengkapi skripsi
ini.
4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh responden dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa/i angkatan
2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
meluangkan waktunya untuk turut bekerjasama dalam melakukan
eksperimen dan menjawab seluruh pertanyaannya.
ii
Penulis menyadari kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini
namun penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberi manfaat sebagai
salah satu sumber pengetahuan ataupun referensi untuk penelitian selanjutnya.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa melimpahkan kurnia-Nya kepada kita semua
(JANIFER SEBASTIAN)
(150100196)
iii
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
ABSTRAK ......................................................................................................... xi
ABSTRACT ........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 2
1.4. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti .......................................................... 3
1.5.2. Manfaat Bagi Masyarakat .................................................... 3
1.5.3. Manfaat Bagi Institusi .......................................................... 3
iv
vi
vii
viii
K : Kalium
Na : Natrium
Mg : Magnesium
Ca : Kalsium
F : Fluoride
Zn : Zinc
Mn : Mangan
Cu : Kuprum
Se : Selenium
EKG : Elektrokardiogram
O₂ : Oxygen
H⁺ : Hidrogen
ix
Latar Belakang. Kafein (Trimethylxanthine) adalah senyawa alkaloida bersifat psikoaktif, efeknya
stimulansia terhadap SSP. Kafein terdapat dalam biji kopi, Coffea arabica dan daun teh,
Camellia sinensis. Kafein merupakan zat antagonis reseptor adenosin sentral yang mempengaruhi
SSP, meningkatkan tekanan darah, gangguan tidur dan diuresis. Selain kafein, dalam kopi dan teh
juga terdapat K⁺, flavonoid, dan tannin yang menimbulkan diuresis lemah. Tetapi K⁺ pada teh
lebih tinggi kadarnya sehingga efek diuresis yang ditimbulkan lebih kuat dibandingkan kopi
sehingga dapat mempertahankan tekanan darah normal. Tujuan. Penelitian bertujuan untuk
melihatkan perbandingan efek farmakologi minuman kopi hitam dengan teh terhadap tidur dan
diuresis pada mahasiswa/i. Metode, Penelitian ini bersifat eksperimental dengan desain Pretest -
Postest Control Group. Sampel pada penelitian adalah mahasiswa/i Semester VII angkatan 2015
FK USU yang dipilih secara Consecutive Sampling. Besar sampel digenapkan menjadi 42
mahasiswa/i, subjek penelitian dibagi tiga kelompok dan terdapat 14 orang untuk setiap kelompok
masing-masing. Kemudian, dilakukan penilaian gangguan tidur dan frekuensi diuresis setelah
perlakuan, yaitu pada keesokan harinya. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji chi-
square dan uji Anova untuk menentukan perbedaannya. Hasil. Pada mahasiswa/i yang mengalami
gangguan tidur dengan mengkonsumsi kopi didapatkan 92,9% dan 57,1% pada mahasiswa/i yang
mengkonsumsi teh. Pada analisis data hubungan konsumsi kopi dengan teh terhadap gangguan
tidur (nilai p= 0,077). Pada efek perbandingan konsumsi kopi dan teh terhadap diuresis,
didapatkan peningkatan frekuensi BAK lebih tinggi pada mahasiswa/i yang mengkonsumsi teh
dengan nilai p= 0,0001 dibandingkan kelompok lain. Kesimpulan. Terdapat pengaruh antara
konsumsi kopi dengan gangguan tidur, serta pengaruh antara konsumsi teh dengan diuresis pada
mahasiswa/i.
xi
xii
kopi seseorang cenderung sering mengalami diuresis. Kafein dalam kopi dapat
menyebabkan diuretika lemah karena adanya kandungan K⁺ dan kafein
meningkatkan filtrasi glomerulus serta penurunan reabsorpsi natrium di tubulus
ginjal.
Ternyata teh dapat meningkatkan aktivitas diuresis lebih besar dibandingkan
kopi karena kandungan K⁺ pada teh lebih tinggi dibandingkan dengan kopi yang
berperan sebagai diuretik dan menghambat pengeluaran renin sehingga dapat
mempertahankan tekanan darahnormal (Darwin, 1988 dalam Kim, J.A., 2012).
Itulah sebabnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam
membandingkan efek farmakologi minuman kopi hitam dengan teh terhadap tidur
dan diuresis.
Ada perbedaan efek farmakologi minuman kopi hitam dengan teh terhadap
tidur dan diuresis pada mahasiswa/i angkatan 2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Kopi merupakan jenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji
tanaman kopi.Secara umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu Coffea arabica
dan Coffea robusta (canephora) (Saputra E., 2008). Coffea arabica, merupakan
kopi yang terbaik mutu dan citarasanya. Selain itu, terdapat 6 jenis kopi arabika
Indonesia yaitu: kopi gayo di Aceh, kopi Mandahiling, kopi Brastagi di Sumatera
Utara dan kopi Lampung di Sumatera Selatan, kopi mangkuraja di Bengkulu, kopi
jawa di Jawa, kopi Kintamani di Bali dan kopi Toraja di Sulawesi(Manurung, D.,
2011 dalam Isyanto, 2017).
Sistematika tanaman kopi arabika (Coffea arabica L.) menurut (Rahardjo,
2012 dalam Maulana, 2016) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Familia : Rubiaceae
Genus : Coffea
Species : Coffea arabica L. dan Coffea robusta (canephora)
2.3. KAFEIN
Kafein banyak terdapat pada minuman sehari-hari, obat flu, suplemen dan
permen sebagai stimulan banyak digunakan di dunia (Snel & Lorist, 2011 dalam
Purdiani, 2014). Kafein adalah alkaloida yang terdapat dalam biji kopi, biji
guarana, daun teh (Theine), dan buah cola (Theobroma cacao). Zat ini terkandung
dalam kopi, teh, dan minuman berenergi soda dan coklat. Kafein tersedia secara
luas, banyak dipasaran, dan sudah diterima secara sosial, bahkan dikalangan anak
dan populasi remaja karena dipercaya dapat mempengaruhi performa atau kinerja
dan keadaan mental dengan mengurangi atau menghilangkan tidur (James &
Keane, 2007; James & Roger, 2005).
Setiap jenis kopi memiliki kandungan kafein yang berbeda-beda seperti pada
kopi robusta yang mengandung kafein 2.473% sedangkan kopi arabika
mengandung kafein 1.994% (Elina, 2009 dalam Kristiyanto et al., 2013).
Teh merupakan sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari
kafein yang dikandung dalam kopi. Teh merupakan minuman yang sudah dikenal
dengan luas di Indonesia dan di dunia. Teh juga berperan sebagai antioksidan,
memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh,
mencegah kanker, mencegah penyakit jantung koroner,mengurangi kolesterol
dalam darah, dan melancarkan sirkulasi darah. Hal ini disebabkan karena teh
mengandung beberapa senyawa yang bermanfaat seperti theine, flavonoid,
kalium, tanin, dan beberapa vitamin terutamavitamin B1 (Larasati, 2017).
Minuman berenergi merupakan minuman ringan yang mengandung zat-zat
seperti, fruktosa, glukosa, vitamin B kompleks dan kafein untuk menstimulasi
sistem metabolisme dan sistem saraf pusat. Minuman berenergi bertujuan untuk
meningkatkan energi yang segera melalui kombinasi zat stimulant seperti kafein,
ekstrak herba contohnya guarana, ginseng, dan gingko biloba, vitamin B, asam
amino dan sebagainya (Boyle & Castillo, 2006).
2.3.3. Farmakologi
2.3.4. Farmakokinetik
Kafein diabsorpsi secara cepat pada saluran cerna dan kadar puncak dalam
darah dicapai selama 30 hingga 45 menit (Sukandar dkk dalam Larasati, 2017).
Pada orang dewasasehat jangka waktu penyerapan kafein cepat yaitu 3-4 jam,
sedangkan pada wanita yang memakai kontrasepsi oral waktu penyerapannya
lebih lambat 5-10 jam. Selain itu, pada bayi dan anak jangka waktu penyerapan
lebih panjang yaitu sekitar 30 jam. Kafein dapat melewati plasenta dan blood-
brain barrier dikarenakan sifatnyahidrofobik (Daswin, 2012). Kafein diproses
atau dimetabolisme di hati oleh sistem enzim sitokrom P450 oksidase dan dipecah
menjadi tiga dimethilxanthin metabolik, yaitu (Ananya Mandal, 2014):
a. Paraxanthine (84%), mempunyai efek meningkatkan lipolisis, mendorong
pengeluaran gliserol dan asam lemak bebas di dalam plasma darah.
b. Theobromine (12%), melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan
volume urin. Theobromine merupakan alkaloida utama di dalam kokoa
(coklat).
c. Theophylline (4%), melebarkan otot saluran pernafasan, digunakan pada
pengobatan asma bronchial.
Waktu paruh eliminasi kafein berkisar antara 3-7 jam dan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, meliputi jenis kelamin, usia, berat badan, status kehamilan,
penggunaan kontrasepsi oral, merokok, dan kesehatan hati.
2.3.5. Farmakodinamik
Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos, terutama otot polos bronchus,
merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. (Syarif
et al., 2007 dalam Rachmawati, 2013).
b. Jantung
Kadar kafein yang rendah dalam plasma akan menurunkan denyut jantung
yang mungkin menyebabkan perangsangan nervus vagus di medula
oblongata. Sedangkan kadar kafein yang tinggi akan menyebabkan
takikardi, pada individu yang sensitif akan menyebabkan aritmia, misalnya
kontraksi ventrikel yang prematur, aritmia ini akan dialami oleh orang
yang mengkonsumsi kafein secara berlebihan (Syarif et al., 2007).
c. Pembuluh darah
Kafein dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah, termasuk pembuluh
darah koroner dan pulmonal karena adanya efek langsung pada otot
pembuluh darah (Syarif et al., 2007).
d. Sirkulasi otak
Resistensi pembuluh darah otak akan naik dan disertai adanya
pengurangan aliran darah dan PO₂ di otak. Hal ini diduga merupakan
refleksi adanya hambatan adenosin oleh xantin, dan pentingnya adenosin
dalam pengaturan sirkulasi otak (Syarif et al., 2007).
e. Sirkulasi koroner
Secara eksperimental terbukti bahwa xantin dapat menyebabkan
vasodilatasi arteri koroner dan bertambahnya aliran darah koroner, akan
tetapi xantin juga dapat meningkatkan kerja jantung (Syarif et al., 2007).
f. Diuresis
Kafein dapat menyebabkan diuresis dengan cara meningkatkan produksi
urin atau menghambat reabsorbsi elektrolit di tubulus proksimal. Akan
tetapi efek yang ditimbulkan adalahlemah pada minuman kopi dibanding
dengan minuman teh (Syarif et al., 2007).
2.4. KALIUM
Kalium (K⁺), merupakan suatu kation selular yang penting, dimana lebih
banyak terdapat di dalam sel (cairan intraselular) daripada di dalam pembuluh
darah (cairan intravascular, atau plasma). Kalium merupakan suatu senyawa yang
penting untuk transmisi dan konduksi impuls-impuls saraf, dan untuk kontraksi
otot-otot rangka, jantung, dan otot-otot polos. Kalium juga diperlukan untuk kerja
enzim dalam mengubah karbohidrat menjadi energi (glikolisis) dan asam amino
menjadi protein. Kalium meningkatkan penyimpanan glikogen (energi) dalam sel-
sel hati. Selain itu, kalium juga mengatur osmolalitas (konsentrasi solut) dari
cairan selular (Kee & Hayes, 1996).
2.4.3. Farmakokinetik
Kalium yang cair oral dapat diserap lebih cepat daripada dalam bentuk tablet
atau kapsul dan kalium intravena segera diabsorpsi dalam cairan intravascular.
Antara 80-90% kalium dalam cairan tubuh dieskresikan ke dalam urin; 8%
diekskresikan ke dalam feses.
Selain itu, asupan garam Na⁺ menyebabkan retensi air sehingga memperbesar
volume darah, meningkatkan noradrenalin, dengan demikian meningkatkan
vasokonstriksi, sehingga jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong
volume darah yang meningkat melalui ruang yang makin sempit yang akibatnya
adalah hipertensi. Sehubungan dengan itu, kalium yang memiliki sifat diuretik
bekerja mengurangi dengan memompa Na⁺ keluar melalui pertukaran ion Na⁺
dengan K⁺. Reabsorpsi air terutama berlangsung di saluran pengumpul (duktus
koligens), dan di sini bekerja hormon antidiuretik (vasopresin) sehingga dapat
menurunkan tekanan darah menjadi normal (Kimin et al., 2014).
2.4.4. Farmakodinamik
EKG juga perlu dipantau ketat jika diberikan dalam dosis yang besar. Selain
itu, kalium berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotik dan menjaga
keseimbangan asam-basa di dalam tubuh serta berperan dalam transmisi impuls
saraf dan pelepasan insulin dari pancreas dan bersama dengan magnesium kalium
bertindak terhadap muscle relaxant (Kee & Hayes, 1996).
Kalium merupakan mineral yang memiliki beberapa manfaat bagi tubuh kita.
Antaranya adalah menjaga fungsi otak yang optimal dengan membantu
mengirimkan O₂ lebih banyak, sehingga memungkinkan bagi otak untuk
melakukan tugasnya dengan baik. Kalium juga berperan sebagai pengatur cairan
intrasel sehingga mencegah penumpukan cairan dan natrium dalam sel yang
mampu meningkatkan tekanan darah (Susanti, M.R., 2017). Selain itu, kalium
berfungsi sebagai diuretik dan menghambat sekresi pengeluaran renin sehingga
mempertahankan tekanan darahnormal tubuh. Kalium dalam tubuh manusia
penting dalam penyampaian impuls-impuls saraf ke serat-serat otot dan juga
dalam kemampuan otot untuk berkontraksi (Darwin 1988 dalam Kim, J.A., 2012).
kalium serum > 7 mEq/L, kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan pada
sistem jantung dan pembuluh darah serta sistem saraf yang signifikan, sedangkan
jika kadar mencapai > 8,5mEq/L, kondisi tersebut dapat menyebabkan henti nafas
atau henti jantung dan berakhir dengan kematian. Pada kasus ringan, gejala yang
dapat timbul berupa kelemahan dan kelumpuhan, sesak nafas, jantung berdebar,
nyeri dada, mual dan muntah, dan sensasi terbakar atau parestesia (Gerrits, R.V.,
2017).
Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya
menuju glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen
relatif cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga
keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus
akan masuk menuju tubulus ginjal, dari tubulus masuk ke dalam ansa Henle,
tubulus distal, duktus koligens, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan akhirnya
keluar berupa urin. Membran glomerulus mempunyai ciri khasberbeda dengan
lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler,
membrane basalis, lapisan epitel yang melapisi permukaan kapsula Bowman.
Permiabilitas membrane glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan
dengan permiabilitas kapiler pada jaringan lain.
Dalam keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus
difiltrasi dengan tekanan filtrasi 10 mmHg dan menghasilkan 180L filtrat
glomerulus setiap hari untuk GFR rata-rata 125 ml/menit pada pria dan 160L
filtrat per hari dengan GFR 115 ml/menit untuk wanita (Guyton & Hall, 2011).
Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita
lebih rendah dibandingkan dengan pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya GFR antara lain ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler,
tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang terdapat di dalam
ataudiluar lumenkapiler.
Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan
sebagai berikut (Guyton & Hall, 2011):
a. Tekanan hidrostatik glomerulus 60 mmHg
b. Tekanan pada kapsula Bowman 18mmHg
c. Tekanan osmotic koloid plasma 32mmHg
Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi.
Semakin tinggi tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi
dan sebaliknya semakin tinggi tekanan pada kapsula Bowman, serta tekanan
osmotic koloid plasma akan menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang terjadi
pada glomerulus.
distal. Sekitar 5% dari kalium yang terfiltrasi akan disekresikan dalam urin dan
kontrol ion K⁺ tersebut diatur oleh hormone antidiuretik (ADH).
2.6. DIURETIK
2.7. TIDUR
Sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM yang berlangsung 5 sampai
30 menit biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit. Bila seseorang sangat
mengantuk, setiap tidur REM berlangsung singkat dan bahkan mungkin tidak ada.
Sebaliknya, saat seseorang menjadi semakin nyenyak sepanjang malam hari,
durasi tidur REM juga semakin lama.
Tidur REM mempunyai beberapa karakteristik penting sebagai berikut
(Guyton & Hall, 2011):
a. Tidur REM merupakan bentuk aktif yang biasanya disertai mimpi dan
pergerakan otot tubuh yang aktif.
b. Seseorang lebih sukar dibangunkan oleh rangsangan sensorik selama tidur
gelombang lambat, namun orang-orang terbangun secara spontan di pagi
hari saat episode tidur REM.
c. Tonus otot di seluruh tubuh sangat berkurang, dan ini menunjukkan
adanya hambatan yang kuat pada area pengendalian otot di spinal.
d. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan biasanya menjadi tidak teratur,
dan ini merupakan sifat dari keadaan tidur dengan mimpi.
e. Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot-otot perifer, masih
timbul gerakan otot yang tidak teratur. Keadaan ini khususnya mencakup
gerakan mata yang cepat.
f. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif, dan metabolisme di seluruh
otak meningkat sebanyak 20 persen. Tidur tipe ini disebut juga tidur
paradoksal karena hal ini bersifat paradox, yaitu seseorang dapat tetap
tertidur walaupun aktivitas otaknya meningkat.
DIURESIS
Kualitas tidur meliputi aspek kualitas dan kuantitas tidur, seperti lamanya
tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek
subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Daniel et al, 1998; Buysse,
1998). Sehubungan dengan itu, kafein merupakan bahan kimiasecara umum dapat
ditemukan pada kopi dan teh khususnya, kafein dapat mempercepat respon otak
agar tetap lebih waspada. Alasan yang mungkin untuk efek kafein pada tidur
berasal dari peran adenosin. Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja utama
kafein yaitu menghambat reseptor adenosin (Allsbrok, 2008 dalam Saliimah &
Maryam Balqis, 2016). Kafein tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf atau
otak sebaliknya menghalangi adesonin untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak
meningkat dan mengakibatkan hormon epinefrin merembes. Hormon tersebut
akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah
penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ
dalam, dan mengeluarkan glukosa dari hati. Penambahan, kafein juga menaikkan
permukaan neurotransmitter dopamin di otak. Adenosin menurunkan pelepasan
neuron dan menghambat transmisi sinaptik dan pelepasan neurotransmitter.
Reseptor A1 dan adenosin A2A adalah subtipe utama yang terlibat dalam
efek kafein, sedangkan A2B dan A3 reseptor hanya memainkan peran kecil.
Reseptor A1 dihubungkan negatif terhadap adenyl adenilat, sedangkan reseptor
A2A dihubungkan positif terhadap enzim ini. Reseptor adenosin A1
didistribusikan luas ke seluruh otak, di hipokampus, korteks serebral, serebelar,
dan thalamus. Sebaliknya, reseptor A2A terletak hampir secara eksklusif di
striatum, nucleus accumbens, dan tuberkel olfaktorius. Di daerah yang terakhir,
reseptor A2A yang coexpressed dengan enkephalin dan reseptor dopamin D2
dalam neuron striatal. Telah terbukti bahwa terdapat interaksi fungsional antara
pusat A2A adenosin dan reseptor dopamin D2. Pemberian agonis reseptor
adenosin A2A menurunkan afinitas dopamin untuk berikatan dengan reseptor D2
di membran striatal. Interaksi antara reseptor adenosin A2A dan reseptor dopamin
D2 di striatum mungkin mendasari beberapa efek dari methylxanthines. Dengan
pertentangan dengan efek modulatory negatif dari reseptor adenosin pada reseptor
dopamin, kafein menyebabkan hambatan dan blokade reseptor adenosin A2,
menyebabkan potensiasi dari neurotransmisi dopaminergik. Interaksi yang
terakhir mungkin menjelaskan peningkatan reseptor antagonis diinduksi adenosin
dalam perilaku yang berkaitan dengan dopamin (Chawla, 2011 dalam Daswin,
2013).
Di samping itu, konsumsi kopidapat menyebabkan diuresisringan
dibandingkan dengan konsumsi teh. Hal ini disebabkan karena, sebagai simultan
kafein akan meningkatkan aktivitas jantung serta mempercepat aliran darah jika
masuk ke dalam tubuh. Peningkatan aktivitas ini menyebabkan jantung semakin
cepat berdenyut atau berdebar dan meningkatkan tekanan darah malah, termasuk
tekanan darah pada sistem renal, sistem yang mengatur pengeluaran urin dan
mengakibatkan volume darah meningkat. Pada dasarnya, fungsi utama ginjal
adalah menyaring darah serta mengeluarkan kelebihan cairan dalam tubuh. Oleh
karena volume darah yang mengalir pada ginjal meningkat akibat konsumsi
kafein, maka darah yang disaring semakin banyak dan pada akhirnya
menghasilkan cairan urin juga yang banyak. Selain itu, konsumsi kafein yang
terlalu sering ternyata dapat berpengaruhkekuatan otot kandung kemih. Pada
orang yang terlalu sering mengonsumsi kafein, dapat menyebabkan otot kandung
kemih melemah. Hal ini membuat kandung kemih tidak bisa menampung terlalu
banyak cairan di dalamnya, sehingga menyebabkan sering buang air kecil
(diuresis) (Nimas Mita, 2017).
Teh juga memiliki beberapa zat stimulan, antaranya adalah kandungan theine
(Caffeine), theophylline, theobromine,L-theanine dan Thiamine (B1). Kafein
menyebabkan adanya rangsangan pada sistem saraf pusat dan meningkatkan
kewaspadaan serta mengurangi rasa lelah pada tubuh. Namun diketahui bahwa
kafein yang terdapat dalam teh sangat berbeda dengan kafein dalam kopi. Jumlah
kafein yang terdapat dalamlebih sedikit dibandingkan dengan yang terdapat dalam
kopi. Selain itu, kafein dalam teh menimbulkan kewaspadaan otak dengan
Kopi Teh
Membandingkan
Eefek Farmakologi
Sistem
Kardiovaskular
Systole/Diastol
e
Filtrasi
Diuresis Glomerulus Diuresis
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.12. Hipotesis
Hipotesispenelitian ini adalah minuman kopi memiliki onset of action lebih
cepat dibandingkan minuman teh yang menimbulkan efeknya terhadap tidur, lalu
efek meningkatkan aktivitas diuresis minuman teh lebih kuat dibanding dengan
minuman kopi.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2018 sampai bulan Desember
2018.
30
Keterangan:
n1 = jumlah subjek yang dialokasikan ke dalam kelompok yang
konsumsi minuman kopi hitam.
n2 = jumlah subjek yang dialokasikan ke dalam kelompok yang
konsumsi minuman teh.
n3 = jumlah subjek yang dialokasikan ke dalam kelompok control
yang konsumsi air putih.
Keterangan:
n = besar sample penelitian
= 1,96 (ditetapkan oleh peneliti).
= 0,84 (ditetapkan oleh peneliti).
P1 = 0,76 (Artini, 2013)
P2 = 0,2
P = 1/2(0,76 + 0.2) = 0,48
Q = 1- 0,48 = 0,52
P₁₋ P₂ = 0,76 − 0.2 = 0,56
Sampel minimal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut
adalah:
a. Kriteria Inklusi:
1. Mahasiswa/i Semester VII angkatan 2015 FK USU yang bersedia
mengikuti penelitian.
2. Berusia antara 18 tahun hingga 25 tahun.
3. Mahasiswa/i yang kooperatif.
4. Mempunyai kualitas tidur yang baik.
5. Mahasiswa tidak ada gangguan jantung/ penyakit kardiovaskuler.
b. Kriteria Eksklusi:
1. Dalam keadaan mempunyai gangguan kesehatan ginjal.
2. Responden yang memiliki riwayat hipertensi.
3. Responden yang mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi tidur
atau obat-obatan antihipertensi.
4. Responden pecandu kopi dan teh.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk minuman kopi
hitam dan serbuk minuman teh yang sudah siap pakai.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbang takaran serbuk,
espresso coffee machine (Getra made in Spain), handles maintenance.
Data yang telah dikumpulkan, berupa gangguan tidur dan frekuensi diuresis
dari hasil wawancara setelah melakukan intervensi pada sample penelitian. Hasil
pengukuran ditabulasi dan diolah lebih lanjut dengan menggunakan program
Statistic Package for Social Science (SPSS) 22.0 for windows.
Data kemudian dianalisis melalui perhitungan statistik untuk dilakukan uji
hipotesis dengan menggunakan uji chi-squarebagi menentukan perbandingan
gangguan tidur dan uji ANOVA kemudian dianalisis dengan menggunakan Post
Hoc test untuk menentukan perbedaan frekuensi BAK yang dijumpai.
Pencatatan data
Analisa data
38
Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja utama kafein yang terkandung di
dalam minumam kopi yaitu menghambat reseptor adenosin untuk terus terjaga.
Adenosin merupakan mediator proses tidur homeostatik. Adenosin menginduksi
tidur normal sementara kafein yang menghambat reseptor adenosin di otak dapat
membangunkan orang yang mengantuk dengan menghilangkan pengaruh
inhibitorik adenosin (Sherwood, 2009).
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Caroline Drapeau di
Universitas de Montrea Canada, yang meneliti efek penggunaan kafein yang
terdapat di dalam minuman kopi pada kelompok usia muda dan pertengahan.
Hasil menunjukan bahwa kafein dalam kopi dapat mempengaruhi gangguan tidur
(p<0,009) (Drapeau dan Hamel-he, 2006). Pada penelitian Liveina (2014), juga
menyebutkan bahwa kesulitan tidur merupakan gejala yang paling sering dialami
oleh peminum kopi, dan 76,1% mahasiswa yang mengkonsumsi kopi mengaku
pernah mengalami efek samping meliputi kesulitan tidur setelah konsumsi kopi.
Selain itu, pada responden kelompok C yang mengkonsumsi teh diketahui
bahwa ada sedikit perubahan terhadap gangguan tidur dibandingkan dengan
responden kelompok kontrol dengan nilai p=0,013 (p<0,05), hal ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara gangguan tidur dengan
mengkonsumsi minuman teh.
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa mekanisme kerja kafein yang
terkandung di dalam minumam teh sangat berbeda dengan kafein dalam kopi.
Jumlah kafein yang terdapat dalam teh sangat jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan yang terdapat dalam kopi. Selain kafein, L-theanine juga terkandung
dalam teh yang dapat meningkatkan produksi gelombang otak α yang mampu
memberikan ketenangan. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan efek teh
berbeda dengan kafein (Tulungnen et al., 2016).
Berdasarkan tabel 4.5 pada penelitian ini dapat diketahui secara keseluruhan
hubungan mengkonsumsi kopi hitam dengan teh terhadap gangguan tidur dengan
lebih jelas. Hasil penelitian setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode chi
square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α =5%) diperoleh nilai p ( p value)
sebesar0,077 (p>0,05), maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan
signifikan antara perbandingan efek farmakologis minuman kopi hitam dengan
teh terhadap tidur.
Tabel 4.5 Hubungan Konsumsi Kopi Hitam dan Teh terhadap Gangguan
Tidur
Hasil
Ada Tidak ada
gangguan gangguan
tidur tidur Total p value
Kelompok Kopi n 13 1 14
Hitam (%) 92.9 7.1 100
Teh n 8 6 14
0.077
(%) 57.1 42.9 100
n 21 7 28
Total (%) 75.0 25.0 100
*Uji chi-square
Berdasarkan dari hasil penelitian didapati bahwa kelompok yang
mengkonsumsi minuman kopi hitam memiliki onset of action terhadap gangguan
tidur lebih cepat dan minuman teh pula memiliki duration of action lebih lama
terhadap gangguan tidur dibandingkan dengan kelompok yang lain tersebut. Hal
ini disebabkan karena, minuman kopi hitam kandungan kafein-nya lebih tinggi
sehingga cepat menpengaruhi gangguan tidur seseorang.
0 1x 2x 3x 4x 5x
n (%) N (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
Kelompok 10 71.4 4 28.6 0 0 0 0 0 0 0 0
A
(Kontrol)
Kelompok 5 35.7 8 57.1 1 7.1 0 0 0 0 0 0
B (Kopi
Hitam)
Kelompok 0 0 2 14.3 8 57.1 2 14.3 1 7.1 1 7.1
C (Teh)
Dapat diketahui bahwa, ada peningkatan frekuensi BAK yang lebih tinggi
pada responden kelompok C yang telah mengkonsumsi teh setelah intervensinya
dibandingkan dengan kelompok yang hanya mengkonsumsi air putih serta kopi
hitam dengan nilai p=0,0001 (p<0.05), hal ini menunjukan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok teh dengan kelompok yang lain
tersebut.
Tabel 4.7 Hubungan Konsumsi Kopi Hitam dan Teh terhadap Diuresis
(Hasil Analisis Post-hoc)
lebih tinggi dibandingkan dengan kopi hitam (Guyton, 2011). Konsumsi kopi juga
dapat menyebabkan diuresis yang ringan dibandingkan dengan konsumsi teh. Hal
ini disebabkan karena, sebagai simultan kafein akan meningkatkan aktivitas
jantung serta mempercepat aliran darah jika masuk ke dalam tubuh.
Peningkatan aktivitas ini menyebabkan jantung semakin cepat berdenyut atau
berdebar dan meningkatkan tekanan darah malah, termasuk tekanan darah pada
sistem renal, sistem yang mengatur pengeluaran urin dan mengakibatkan volume
darah meningkat (Nimas Mita, 2017). Fungsi utama ginjal adalah menyaring
darah serta mengeluarkan kelebihan cairan dalam tubuh. Oleh karena volume
darah yang mengalir pada ginjal meningkat akibat konsumsi kafein, maka darah
yang disaring semakin banyak dan pada akhirnya menghasilkan cairan urin juga
yang banyak (Bolignano et al., 2007).
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. Mahasiswa/i di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang
mengkonsumsi kopi dengan tidak ada gangguan tidur adalah 7,1%,
sedangkan dengan mengalami gangguan tidur adalah sebesar 92,9%.
2. Mahasiswa/i di Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara yang
mengkonsumsi teh dengan tidak mengalami gangguan tidur adalah
sebanyak 42,9% dan yang ada gangguan tidur sebanyak 57,1%.
3. Ada hubungan antara konsumsi kopi dengan teh terhadap gangguan tidur
oleh karena nilai (p<0,05).
4. Minuman kopi hitam memiliki onset of action lebih cepat dibandingkan
dengan teh dan minuman teh memiliki duration of action lebih lama
dibandingkan dengan kopi terhadap gangguan tidur.
5. Mahasiswa/i yang mengkonsumsi kopi didapatkan kebanyakan dengan
tidak ada perbedaan frekuensi diuresis, tetapi mahasiswa/i yang
mengkonsumsi teh mengalami perbedaan frekuensi diuresis lebih tinggi.
6. Ada hubungan antara konsumsi teh dengan frekuensi diuresis lebih tinggi
dibandingkan dengan yang mengkonsumsi kopi dengan nilai p <0,05.
6.2. SARAN
45
2. Bagi masyarakat:
a. Masyarakat pengkopi yang hipertensi supaya lebih berhati-hati karena
duration of action hipertensi yang disebabkan minum kopi dan teh
cukup lama.
American Heart Association 2018, How Potassium Can Help Control High Blood
Pressure, American Heart Association.
Amran, Y., Febrianti & Irawanti, L. 2010, ‘Pengaruh Tambahan Asupan Kalium
dari Diet terhadap Penurunan Hipertensi Sistolik Tingkat Sedang pada Lanjut
Usia’, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, vol. 5, no. 3, pp. 125-130.
Bolignano, D., Coppolino, G., Barilla, A., Campo, S., Criseo, M., Tripodo, D.,
&Buemi, M. 2007, ‘Caffeine and the Kidney: What Evidence Right Now?’,
Journal of Renal Nutrition, vol. 17, issues 4, pp. 225-234.
Caballero, B., Appel, L., Chen, L., Zhang, Z. & Hu, G. 2011, ‘Habitual coffee
consumption and risk of hypertension: a systematic review and meta-analysis
of prospective observational studies’, The American Journal of Clinical
Nutrition, vol. 93, issue 6, pp. 1212–1219.
Daswin, N.B.T. & Samosir, N.E. 2013, Pengaruh Kafein Terhadap Kualitas Tidur
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, vol 1 no. 1,
Universitas Sumatera Utara.
47
Goodman & Gilman. 1996, The Pharmacological Basis of Therapeutics 9th edn,
The McGraw-Hill Companies, Inc., United States of America.
Guyton, C. & Hall, J.E. 2011, Textbook of Medical Physiology 12th edn , Elsevier
Inc, Singapore.
Kimin, S., Indiarto, Santoso, N., Dewi, P., Riyanti, S. & Mulyawan, R. 2004,
‘Buku Farmakologi: Khusus Dipergunakan Untuk Sekolah Menengah
Farmasi’,Kurikulum SMF.
Lavie, C. J., Lucan, C. S., O’Keefe, J. H., Bhatti, S. K. & James, J. 2013, ‘Effects
of Habitual Coffee Consumption on Cardiovascular Disease, Cardiovascular
Health, and All-Cause Mortality’, American College of Cardiology, vol. 62,
issues 12, pp. 1043-1051.
Lewander, W., Church, R. J., & Babu, K. M. 2008, ‘Energy Drinks: The New
Eye-Opener For Adolescents’, Clinical Pediatric Emergency Medicine, vol 9,
issue 1, pp. 35-42.
Nawrot, P., Jordan, S., Eastwood, J., Rotstein, J., Hugenholtz, A., & Feeley, M.
2003, ‘Effects of Caffeine on Human Health’, Food Additives and
Contaminants, vol. 20, no. 1, pp. 1–30. doi: 10.1080/0265203021000007840.
Noguchi, K., Matsuzaki, T., Sakanashi, M., Hamadate, N. & Uchida, T. 2015,
‘Effect of caffeine contained in a cup of coffee on microvascular function in
healthy subjects’, Journal of Pharmacological Sciences, vol. 127, issues. 2,
pp. 217-222. Available at: https://doi.org/10.1016/j.jphs.2015.01.003.
Putri, W. 2013, ‘Kandungan Kafein dan Polifenol pada Biji Kopi Arabika (Coffea
Aracbica L.) dari Kabupaten Enkerang’, Jurnal Alam dan Lingkungan, vol. 4,
no. 7.
Rahayu, E. R., 2008, Studi Kandungan Timbal (Pb) dan Pertumbuhan Pucuk
Daun Teh (Camellia sinensis L.) di Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII
Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Sanchez, S. E., Martinez, C., Orial, R. A., Yanez, D., Castaneda, B.,
ElenaSanchez, Gelaye, B., & Williams, M. A. 2013, ‘Sleep quality, sleep
patterns and consumption of energy drinks and other caffeinated beverages
among Peruvian college students’, Health (Irvine Calif), vol. 5, no. 8b.
doi: 10.4236/health.2013.58a2005.
Sherwood L. 2012, Fisiologi manusia dari sel ke sistem 6th edn. EGC, Jakarta.
Stargrove, M. B., Treasure, J., & McKee, L. D. 2008, Herb, Nutrient, and Drug
Interactions : Clinical Implications and Therapeutic Strategies, Mosby
Elsevier, United States of America.
Towoha, J., & Balittri. 2013, ‘Kandungan senyawa kimia pada daun teh (Camellia
sinensis)’, Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, vol. 19,
no. 3, pp. 12-16.
Walker, B. S., Boyd, C. W., & Asimov, I. 1957, Biochemistry and Human
Metabolism The Williams & Wilkins Company, United States of America.
World Health Organization 2014, Guideline: Potassium intake for adults and
children, Geneva, World Health Organization, Switzerland.
Dengan hormat,
Saya, Janifer Sebastian, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan Efek
Farmakologi Minuman Kopi Hitam Dengan Teh Terhadap Tidur Dan
Diuresis Pada Mahasiswa/i Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan efek
farmakologi minuman kopi hitam dengan teh terhadap tidur dan diuresis pada
mahasiswa/i angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Kopi dan teh merupakan minumanpaling terkenal dan digemari masyarakat
Indonesia. Kafein memberikan efek stimulansia terhadap (CNS, SSP) yang
banyak terdapat dalam biji kopi (Familia Rubiacceae) dan daun teh (Camellia
sinensis).Kafein merupakan zat antagonis reseptor adenosin sentral yang dapat
mempengaruhi SSP, dapat meningkatkan tekanan darah, gangguan tidur dan
diuresis. Selain kafein, dalam kopi maupun teh juga terdapat K⁺ yang
menyebabkan diuretika lemah pada minuman kopi, malah pada teh dapat
meningkatkan diuresis lebih kuat karena kandungan K⁺ pada teh lebih tinggi
sehingga dapat mempertahankan tekanan darah normal.
Subjek dalam penelitian akan diberikan minuman mengikut masing-masing
kelompok yang dibagi 3 yaitu, kelompok A mengkonsumsi air putih 200ml
(control), kelompok B minum kopi hitam 1 cangkir dan kelompok C minum teh 1
cangkir yang harus diminum pada jam 7 malam. Pada penelitian ini saya akan
menganjukan beberapa pertanyaan kepada para mahasiswa/i yang berusia antara
Medan, ……………………….2018
Peneliti
( Janifer Sebastian )
Nama :
Umur :
Medan, …………………….2018
Responden
( )
Nama :
Umur :
Jenis kelamin:
Riwayat penyakit:
Riwayat penggunaan obat:
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 12 28.6 28.6 28.6
perempuan 30 71.4 71.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19 3 7.1 7.1 7.1
20 12 28.6 28.6 35.7
21 18 42.9 42.9 78.6
22 9 21.4 21.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
N of Valid Cases 28
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 3.50.
b. Computed only for a 2x2 table
KONTROL
Frequencies
Statistics
perbedaanBAK
N Valid 14
Missing 0
Statistics
perbedaanBAK
N Valid 14
Missing 0
Descriptives
frekuensiBAK
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper Minim Maxim
N Mean Deviation Error Bound Bound um um
Kontrol 14 .29 .469 .125 .02 .56 0 1
frekuensiBAK
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.501 2 39 .017
ANOVA
frekuensiBAK
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between 35.762 2 17.881 34.256 .000
Groups
Within Groups 20.357 39 .522
Total 56.119 41
Multiple Comparisons
Dependent Variable:frekuensiBAK
95% Confidence
Mean Interval
(I) (J) Difference Std. Lower Upper
kelompok kelompok (I-J) Error Sig. Bound Bound
Tukey Kontrol Kopi -.714* .273 .033 -1.38 -.05
HSD Hitam
Teh -2.214* .273 .000 -2.88 -1.55
*
Kopi Kontrol .714 .273 .033 .05 1.38
Hitam Teh -1.500* .273 .000 -2.17 -.83
*
Teh Kontrol 2.214 .273 .000 1.55 2.88
*
Kopi 1.500 .273 .000 .83 2.17
Hitam
Bonferro Kontrol Kopi -.714* .273 .038 -1.40 -.03
ni Hitam
Teh -2.214* .273 .000 -2.90 -1.53
*
Kopi Kontrol .714 .273 .038 .03 1.40
Hitam Teh -1.500 *
.273 .000 -2.18 -.82
*
Teh Kontrol 2.214 .273 .000 1.53 2.90
*
Kopi 1.500 .273 .000 .82 2.18
Hitam
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Nama Gangguan Tidur Frekuen Kontrol (air putih ) Kopi Hitam Teh
si BAK
Tidur Berapa (Normal Tidur Berapa Frekuensi Tidur Berapa Frekuensi Tidur Berapa Frekuensi
(biasany jam dalam (jam jam anda BAK (jam jam anda BAK (jam jam anda BAK
a jam anda sehari) berapa? tidur berapa?) tidur berapa?) tidur
berapa?) tidur ) setiap setiap setiap
setiap malam? malam? malam?
malam?
Agung 12 6 jam 6 12am 6 jam 6 2am 5 jam 6 1am 4 jam 10
Jasen 11 7 jam 4 11pm 7 jam 5 12.30am 6 jam 5 11.30pm 5 jam 6
Gio 11 7 jam 4 11pm 7 jam 4 12.30am 6 jam 5 11pm 5 jam 6
Aqil 12 6 jam 6 11pm 6 jam 6 2am 5 jam 6 12.30am 4 jam 8
Indri. M 10 7 jam 4 10pm 7 jam 5 11.30pm 6 jam 4 10pm 5 jam 6
Novita 10 7 jam 4 10.30p 7 jam 5 1am 5 jam 6 12.30am 5 jam 9
m
Sari 11 7 jam 5 11pm 7 jam 5 2.30am 6 jam 5 11pm 4 jam 7
Jazira 10 7 jam 5 12am 7 jam 5 11.30pm 5 jam 6 11pm 4 jam 8
Aileen 11 7 jam 6 11.30p 7 jam 7 12am 5 jam 7 12am 4 jam 8
m
Fiona 10 7 jam 5 10pm 7 jam 5 11pm 6 jam 5 10.30pm 5 jam 7
Syahrina 11 7 jam 6 11pm 7 jam 7 3am 6 jam 7 11pm 5 jam 7
Ummi 11 8 jam 5 11pm 8 jam 6 1.30am 7 jam 6 12am 5 jam 6
Krisda 11 6 jam 5 11pm 6 jam 5 12am 5 jam 6 11pm 4 jam 7
Hannan 10 7 jam 5 10pm 7 jam 5 12.30am 5 jam 6 10pm 4 jam 8