Anda di halaman 1dari 23

METODE TAFSIR MAUDU’I DAN METODE TAFSIR MUQURRAN DAN

PANDIDIKAN DALAM ISLAM

Dosen Pembimbing
DECKY SAPUTERA, M. Pd. I

Mata kuliah
TAFSIR DAN HADIS TARBAWI
Disusun
Oleh:
ANNISYA KIRANA PUTRI
11810320544
NADIA ULFA
11810320669

KELAS:AP4C

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.


Puji syukur dengan setulus-tulusnya dipersembahkan kehadirat Allah SWT yang
telah mengutus rasul nya nabi Muhammad SAW membawa agama islam yang dapat
mengantarkan manusia kepada kehidupan bahagia di dunia dan akhirat. Dalam
kesempatan izin kan kami agar dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “METODE TAFSIR MAUDU’I DAN METODE TAFSIR MUQURRAN
DAN PANDIDIKAN DALAM ISLAM”. Shalawat beriring salam tak lupa kita
hadiahkan kepada junjungan alam yakni nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari alam kebodohan hingga menuju kealam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan makalah ini tak luput dari kesalahan, untuk itu kami mohon
maaf atas kesalahan dalam penyusunan makalah, dan demi menghasilkan makalah
yang lebih baik, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya, mudah-mudahan
bisa bermanfaat dalam menambah wawasan pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabaraktuhu.

Pekanbaru,03 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Islam, pendidikan menjadi suatu perhatian utama. Berdasarkan


historisnya, hal ini sesuai Al quran, wahyu yang pertamakali diturunkan Allah
melalui malaikat Jibril kepada nabi Muhammad saw  mengandung perintah
membaca  yang mana membaca itu adalah salah unsur penting dari pendidikan
itu sendiri, seperti yang tercantum dalam ayat 1 – 5 surat Al- Alaq.
Dalam pendidikan semua orang memiliki kapasitas untuk belajar. Hal ini
ditegaskan Allah dalam ayat 2 surat al fatihah. Disini juga menerangkan tentang
peran Allah dalam pendidikan.
Pendidikan memiliki pengertian yang luas sehingga muncullah berbagai
istilah dalam islam tentang pendidikan itu sendiri sehingga muncullah berbagai
istilah dalam kosa kata bahasa arab antara lain tarbiyah, tadris, ta’dib, tahdib,
dan ta’lim. Dari kelima kosa kata di atas yang yang paling popular
diperdebatkan oleh beberapa pemikir islam adalah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Adapun tujuan pembahasan tema ini adalah untuk mengetahui pengertian
tarbiyah, ta’lim, ta’dib. Karena masing- masing memiliki karakteristik yang
yang berbeda dari segi implikasinya. Juga disini akan di bahas tentang apa
konsep tarbiyah, ta’lim dan ta’dib itu sendiri serta analisis perbandingan antara
tarbiyah, ta’lim, tadris dan ta’dib .
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgensi bagi seluruh umat
Islam, karena melalui pendidikan manusia mendapatkan sebuah pengetahuan
baik itu pengetahuan dunia maupun di akhirat. Sebagi umat Islam menuntuk
ilmu merupakan hal yang sangat wajid. Al-Quran merupakan salah stau sumber
pendidikan yang sangat terakurat dan terperinsi. Segala hal terdapat di dalam
makna segala petunjuk kehidupan yang secara langsung turun dari Allah SWT.
Maka dari itu kita juga harus mempelajari segala kandungan yang ada di dalam
Al-Qur’an dan mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa tafsir dari surah Al-Alaq ayat 1-5 dengan metode tafsir maudu’I
(tematik) dan metode muqarran (perbadingan) ?
2. Apa tafsir dari surah Luqman ayat 16-17 dengan metode tafsir maudu’I
(tematik) dan metode muqarran (perbadingan)
3. Pendidikan dalam islam diambil dalam 4 istilah :
a. Apa itu tarbiyah ?
b. Apa itu ta’lim ?
c. Apa itu ta’dib ?
d. Apa iti tadris ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tafsir dari surah Al-Alaq ayat 1-dengan metode tafsir
maudu’I (tematik) dan metode muqarran (perbadingan).
2. Untuk mengetahui tafsir dari surah Luqman ayat 16-17 dengan metode
tafsir maudu’I (tematik) dan metode muqarran (perbadingan).
3. Untuk mengetahui Pendidikan dalam islam diambil dalam 4 istilah :
a. Untuk mengetahui tarbiyah.
b. Untuk mengetahui ta’lim.
c. Untuk mengetahui ta’dib.
d. Untuk mengetahui tadris.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tafsir Surah Al-Alaq Ayat 1-5


)4( ‫ا ْلقَلَ ِم‬Pِ‫) الَّ ِذي َعلَّ َم ب‬3( ‫ َر ُم‬P‫ َر ْأ َو َربُّ َك اأْل َ ْك‬P‫) ا ْق‬2( ‫ق‬P
ٍ َ‫انَ ِمنْ َعل‬P‫س‬
َ ‫ق اإْل ِ ْن‬
َ َ‫) َخل‬1( ‫ق‬ ْ ‫ا ْق َر ْأ ِبا‬
َ َ‫س ِم َربِّ َك الَّ ِذي َخل‬
َ ‫َعلَّ َم اإْل ِ ْن‬
)5( ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq,
telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah
yang menceritakan bahwa permulaan wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah
Saw. berupa mimpi yang benar dalam tidurnya. Dan beliau tidak sekali-kali melihat
suatu mimpi, melainkan datangnya mimpi itu bagaikan sinar pagi hari.
Kemudian dijadikan baginya suka menyendiri, dan beliau sering datang ke Gua
Hira, lalu melakukan ibadah di dalamnya selama beberapa malam yang berbilang
dan untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Kemudian beliau pulang ke
rumah Khadijah (istrinya) dan mengambil bekal lagi untuk melakukan hal yang
sama.1
Pada suatu hari ia dikejutkan dengan datangnya wahyu saat berada di Gua Hira.
Malaikat pembawa wahyu masuk ke dalam gua menemuinya, lalu berkata,
"Bacalah!" Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawabnya, "Aku
bukanlah orang yang pandai membaca." Maka malaikat itu memegangku dan
mendekapku sehingga aku benar-benar kepayahan olehnya, setelah itu ia
melepaskan diriku dan berkata lagi, "Bacalah!" Nabi Saw. menjawab, "Aku
bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk
kedua kalinya hingga benar-benar aku kepayahan, lalu melepaskan aku dan berkata,
"Bacalah!" Aku menjawab, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Malaikat

1
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Kairo: Lentera Hati, 2009), hlm. 392

3
itu kembali mendekapku untuk ketiga kalinya hingga aku benar-benar kepayahan,
lalu dia melepaskan aku dan berkata:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. (Al-'Alaq: 1)
sampai dengan firman-Nya: apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 5)
Maka setelah itu Nabi Saw. pulang dengan hati yang gemetar hingga masuk
menemui Khadijah, lalu bersabda:
»‫« َز ِّملُونِي َز ِّملُونِي‬
Selimutilah aku, selimutilah aku!
Maka mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap. Lalu setelah rasa
takutnya lenyap, Khadijah bertanya, "Mengapa engkau?" Maka Nabi Saw.
menceritakan kepadanya kejadian yang baru dialaminya dan bersabda,
"Sesungguhnya aku merasa takut terhadap (keselamatan) diriku." Khadijah berkata,
"Tidak demikian, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan
mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka
bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang kesusahan, gemar
menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah."
Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal ibnu Asad ibnu
Abdul Uzza ibnu Qusay. Waraqah adalah saudara sepupu Khadijah dari pihak
ayahnya, dan dia adalah seorang yang telah masuk agama Nasrani di masa Jahiliah
dan pandai menulis Arab, lalu ia menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Arab
seperti apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan dia adalah seorang yang telah
lanjut usia dan tuna netra.
Khadijah bertanya, "Hai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak
saudaramu ini." Waraqah bertanya, "Hai anak saudaraku, apakah yang telah engkau
lihat?" Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya apa yang telah dialami dan
dilihatnya. Setelah itu Waraqah berkata, "Dialah Namus (Malaikat Jibril) yang
pernah turun kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku masih muda. Dan aduhai,
sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu."
Rasulullah Saw. memotong pembicaraan, "Apakah benar mereka akan
mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak sekali-kali ada seseorang lelaki yang
mendatangkan hal seperti apa yang engkau sampaikan, melainkan ia pasti dimusuhi.

4
Dan jika aku dapat menjumpai harimu itu, maka aku akan menolongmu dengan
pertolongan yang sekuat-kuatnya." Tidak lama kemudian Waraqah wafat, dan
wahyu pun terhenti untuk sementara waktu hingga Rasulullah Saw. merasa sangat
sedih.
Menurut berita yang sampai kepada kami, karena kesedihannya yang sangat,
maka berulang kali ia mencoba untuk menjatuhkan dirinya dari puncak bukit yang
tinggi. Akan tetapi, setiap kali beliau sampai di puncak bukit untuk menjatuhkan
dirinya dari atasnya, maka Jibril menampakkan dirinya dan berkata kepadanya, "Hai
Muhammad, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah yang sebenarnya," maka
tenanglah hati beliau karena berita itu, lalu kembali pulang ke rumah keluarganya.
Dan manakala wahyu datang terlambat lagi, maka beliau berangkat untuk
melakukan hal yang sama. Tetapi bila telah sampai di puncak bukit, kembali
Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan mengatakan kepadanya hal yang
sama.
Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Az-Zuhri; dan kami
telah membicarakan tentang hadis ini ditinjau dari segi sanad, matan, dan maknanya
pada permulaan kitab syarah kami, yaitu Syarah Bukhari dengan pembahasan yang
lengkap. Maka bagi yang ingin mendapatkan keterangan lebih lanjut, dipersilakan
untuk merujuk kepada kitab itu, semuanya tertulis di sana.
Mula-mula wahyu Al-Qur'an yang diturunkan adalah ayat-ayat ini yang mulia lagi
diberkati, ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat yang diturunkan oleh Allah
karena kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan merupakan nikmat yang mula-
mula diberikan oleh Allah kepada mereka. Di dalam surat ini terkandung peringatan
yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia, yaitu dari 'alaqah.
Dan bahwa di antara kemurahan Allah Swt. ialah Dia telah mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah memuliakan dan
menghormati manusia dengan ilmu. Dan ilmu merupakan bobot tersendiri yang
membedakan antara Abul Basyar (Adam) dengan malaikat. Ilmu itu adakalanya
berada di hati, adakalanya berada di lisan, adakalanya pula berada di dalam tulisan
tangan. Berarti ilmu itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan di tulisan.

5
Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek
lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:
َ ‫{ا ْق َر ْأ َو َربُّ َك األ ْك َر ُم الَّ ِذي َعلَّ َم بِا ْلقَلَ ِم َعلَّ َم اإل ْن‬
}‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Penmrah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (Al-'Alaq: 3-5)
Di dalam sebuah asar disebutkan, "Ikatlah ilmu dengan tulisan." Dan masih
disebutkan pula dalam asar, bahwa barang siapa yang mengamalkan ilmu yang
dikuasainya, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum
diketahuinya.
1. Tafsir dengan metode maudu’i (tematik)
Metode Maudu’i adalah salah stau metode penafsiran Al-Qur’an dengan
menghimpun ayat baik dari satu surat maupun beberapa surat yang berbicara
tentang topic tertentu, untuk kemuian mengaitkan antara satu dengan
lainnya. Kemudian mengambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah
tersebut menurut penjelasan.
Dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 Allah memberikan gambaran dasar tentang
nilai-nilai kependidikan tentang embaca, menuis, meneliti, megkaji,
menelaah sesuatu yang belum diketahui, dan pekerjaan-pekerjaan tersebut
harus senantiasa diawali dengan menyertakan nama Tuhan (bismillah). Ayat
ini lebih menyorot pada dalil pendidikan yang mengandung makna secara
intrinsic dan ekstrinsik tentang pentingnya pendidikan Islam. Dengan
pemikiran bahwa Al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber ilmu, maka
alangkah baiiknya sebagai kaum intelektual dan calon pendidik menyoroti
asal mula pendidikan yang dimulai dari surat yang turun pertama yaitu QS.
Al-Alaq (96) : 1-5.2

2
Departemen Agama RepublikIndonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Tanggerang : PT
Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), hlm. 904.

6
2. Tafsir dengan metode muqurran (perbandingan)
tafsir muqaran adalah suatu metode mencari kandungan Al-
Qur’an dengan cara membandingkan ayat dengan ayat lainnya, yaitu
ayat-ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua masalah atau
kasus yang berbeda untuk masalah yang sama atau diduga sama atau
membandingkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadits Nabi yang
tampak bertentangan serta membandingkan pendapat-pendapat para
ulama tafsr menyangkut penafsiran Al-Qur’an.
Pada Qs. Al-Alaq ayat 1-5 membuktikan Islam sangat
memperhatikan pada aspek ilmu pengetahuan. Faktor kebodohan serta
kerusakan budi pekerti menjadi pennyebab umat Islam mudah sekali
dikelanuhi atau diombang ambing . dari ayat ini dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan sebuah urgensi bagi kehidupan manusia.
Disamping itu belajar pada hakekatnya merupakan aktualisasi dari ajaran
Islam. 3

B. Tafsir Surah Luqman Ayat 16-17


Ayat ke enam belas Artinya :“ (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya
jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.”
(Luqman:16)
    Berikut pendapat para Mufassir mengenai ayat di atas:  
Di dalam tafsir Qurtuby, ayat di atas menggambarkan percakapan antara
Luqman al Hakim dengan anaknya. Luqman al Hakim menjelaskan kepada
anaknya bagaimana kemampuan kudratullah / kadar kekuasaan Allah SWT.
Selanjutnya Luqman al Hakim juga mencoba memberi pemahaman bahwa
setitik debu tersebut tidak merasa dapat memberikan sumbangsih beban dalam

3
M. Quraish Shihab, “Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan
Masyarakat (Bandung : Mizan, 2009), hal 180.

7
sebuah timbangan. Selanjutnya, jika manusia diberi rizki oleh Allah SWT
walaupun seberat biji sawi / sebutir pasir / atom, di tempat-tempat yang telah
ditentukanNya, pasti Allah SWT akan memberinya/tidak mendustainya. Dan
janganlah kita terlalu memaksakan atau menjadi makhluk yang sangat ambisius
dalam mencari rizki yang membuat kita lalai terhadap kewajiban-kewajiban kita
kepada Allah SWT.  
    Sedangkan Ibn Katsir menulis bahwa ayat di atas merupakan wasiat yang
berupa cerita yang sangat bermanfaat yang terdapat dalam Al Qur’an melalui
kisah Luqman al Hakim. Selanjutnya, ayat tersebut juga menceritakan ketika
kita melakukan kezholiman atau kesalahan, walaupun itu hanya sebesar zarrah
(atom) maka itu akan dihadirkan oleh Allah SWT pada hari kiamat dan
diletakkan dalam timbangan keadilan. Dan Allah SWT akan membalas setiap
kebaikan dengan kebaikan, begitupun sebaliknnya, Allah SWT akan membalas
setiap perbuatan buruk yang dilakukan manusia dengan keburukan pula.
Sebagaimana Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Anbiya’ ayat 47 yang
berbunyi:
Artinya:
“ Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka Tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan  jika (amalan itu) hanya seberat biji
sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai
Pembuat perhitungan.” (Al Anbiya’ : 47)
Selanjutnya Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Zalzalah ayat 7 dan 8
yangberbunyi:Artinya:
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al Zalzalah : 7-8)
    Lebih lanjut, Ibn Katsir juga berkata bahwa jikalau zarrah tersebut berada
dalam sebuah penjagaan atau tertutup dan sekalipun berada di tengah padang
pasir nan luas, atau hilang di langit atau di bumi. Maka sesungguhnya Allah
SWT pasti akan mendatangkannya. Karena tidak ada yang mampu sembunyi
dari ilmuNya yang Mahahalus dan Mahatahu dan meliputi segala sesuatu.

8
Sehingga seekor semut yang melata di malam yang gelap gulita-pun tak akan
luput dari penglihatan-Nya.
    Syaikh Wahbah al Zuhaili menjelaskan bahwa seandainya kebaikan atau
keburukan dan kedzholiman yang dilakukan menyamai sebutir pasir atau sebesar
biji sawi, bahkan lebih kecil dari itu, dan terletak jauh atau sangat tinggi
melebihi langit, atau sangat rendah melebihi perut bumi, maka Allah SWT akan
hadirkan perbuatan tersebut pada hari kiamat di antara timbangan  timbangan
amal manusia. Sebagaimana Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Anbiya’
ayat ke 47 :
Artinya:
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka Tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat biji
sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai
Pembuat perhitungan.” (Al Anbiya’ : 47).
    Sementara itu Syaikh Nawawi al Bantani dalam kitabnya Marah Labid li
Kasyfi Ma’na Qur’anil Majiid menjelaskan bahwa segala sesuatu yang yang
dilakukan manusia dan sekecil apapun itu, serta dimanapun kita melakukan
perbuatan itu, apakah di bumi atau di langit maka Allah SWT akan
menghadirkannya dan menghitungnya. Sungguh ilmu Allah SWT meliputi
segala sesuatu.
    Ayat keenambelas pada surah Luqman juga menjelaskan pemahaman
mengenai sifat-sifat Allah SWT. di antaranya Allah SWT Mahakaya, Mahatahu
dan Mahahalus, keyakinan terhadap sifat-sifat Allah SWT akan menjadikan anak
memiliki dorongan yang kuat untuk menaati segala perintah Allah SWT.
Kekuatan akidah merupakan landasan untuk menaati semua perintah Allah SWT
berupa taklif hukum yang harus dijalankan sebagai konsekuensi keimanan. Oleh
karena itu, perlu motivasi yang kuat, ketekunan yang sungguh-sungguh, serta
kreativitas yang tinggi dari para orangtua terhadap upaya penanaman akidah
yang kuat kepada anak.
    Dari berbagai penafsiran mengenai ayat di atas, para mufassir umumnya
memiliki pandangan yang sama. Kesamaan pandangan seperti segala perbuatan

9
yang dilakukan manusia walaupun perbuatan itu tak lebih besar dari sebutir biji
pasir atau sebutir biji sawi maka, maka Allah SWT akan menghadirkannya pada
hari perhitungan amal, dan Allah SWT tidak akan merugikan hambanya
sedikitpun. Ini menunjukkan sifat Mahakaya dan Mahateliti Allah SWT. Serta
Allah SWT Mahamengetahui mengenai apa saja yang dilakukan oleh hambanya,
baik itu di langit, di dalam sebuah batu atau di dalam bumi, maka Allah SWT
akan membalas perbuatan hamba-hamba Nya pada hari kiamat kelak. Sungguh,
ilmu Allah SWT meliputi segala sesuatu. Tak ada satu makhlukpun yang
mampu bersembunyi dari pandangan-Nya, ketika seekor semut berjalan di atas
batu yang hitam pada malam yang kelam, maka hal tersebut tak luput dari
pandangan Allah SWT.   

Ayat Ketujuhbelas
Artinya:
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman : 17)
Pendapat Sebagian Mufassir mengenai ayat di atas:
Dalam ayat ketujuhbelas, Allah SWT melalui kisah Luqman al Hakim
menggambarkan perintah yang seharusnya dilakukan oleh para orangtua dalam
mendidik anaknya agar mendapat keselamatan di dunia dan di akhirat. Ibn Katsir
dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pertama, perintah melaksanakan sholat yang
terdapat dalam ayat ketujuhbelas surah Luqman mencakup ketentuan-ketentuan,
syarat-syarat dan ketepatan waktunya. Kedua, perintah amr ma’ruf nahy munkar
berarti perintah melakukan kebajikan dan melarang dari setiap  perbuatan buruk.
Ketiga, bersabar atas segala gangguan dan rintangan yang datang menghadang
pada saat kita hendak melaksanakan amr ma’ruf nahy munkar. Karena menurut
beliau, setiap orang yang hendak mengerjakan amr ma’ruf nahy munkar pasti
akan mendapat rintangan, cobaan atau halangan, dan pada saat itulah dibutuhkan
kesabaran.

10
Imam Mujahid dalam tafsirnya menjelaskan yang dimaksud dengan amr ma’ruf
nahy munkar pada ayat ini adalah siapa yang mengajak orang untuk beriman
kepada Allah SWT dan mencegah orang untuk menyembah kepada selain-Nya,
maka itu dinamakan amr ma’ruf nahy munkar.
    Sedangkan Syaikh Wahbah Al Zuhaili mencoba menjelaskan ayat tersebut,
pertama, yaitu setelah manusia terlepas dari segala sesuatu yang menyekutukan-
Nya, dan takut akan ilmu dan ketentuan-Nya, dilanjutkan dengan mengerjakan
perbuatan sholih seperti melazimkan untuk senantiasa meng-esa kan-Nya
dengan jalan melaksanakan sholat dan ibadah lainnya hanya semata-mata karena
Allah SWT dan penuh keikhlasan. Kedua, mendirikan sholat dengan sempurna
yaitu senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan, syarat-syarat dan
waktunya, karena sholat itu adalah tiang agama. Ketiga, dengan keimanan dan
keyakinan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai sumber
dari segala kebenaran. Sebagaimana membantu dalam menjauhkan diri dari
perbuatan buruk dan kemunkaran, serta senantiasa mensucikan diri.
    Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa pekerjaan amr ma’ruf adalah perintah
yang lain kepada jiwa agar mengerjakan kebaikan sesuai syariat dan akal
pikiran. Untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia, berbudi pekerti yang
luhur serta melatih jiwa. Serta mengajak orang lain untuk mengamalkannya
(mengerjakan kebaikan) sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (As Syams:9-10)
    Selanjutnya, nahy munkar adalah mencegah jiwa dan yang lainnya dari
berbagai macam kemaksiatan dan kemungkaran yang diharamkan oleh syariat
dan dan dianggap jelek oleh akal pikiran. Dikarenakan hal tersebut dibenci oleh
Allah SWT dan wajib mendapat adzab. Setelah itu manusia diminta untuk
senantiasa bersabar atas segala rintangan yang datang menghampiri serta
bersabar untuk senantiasa istiqomah dalam mengerjakan kebaikan. Pada
akhirnya, tuntutan kepada manusia agar senantiasa bersabar adalah sebuah
modal utama untuk menggapai keridhoan Allah SWT. sebagaimana perintah

11
sholat yang dijadikan dasar dalam Islam. Allah SWT berfirman dalam hal ini:
Artinya:
“ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” (Al
Baqarah : 45)
    Imam Abu Bakar Al Jazairi dalam tafsirnya Aysar Tafaasir al Jazairi
menjelaskan hikmah ayat ketujuhbelas dalam surah Luqman di antaranya adalah
pertama, kewajiban untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kedua, kewajban untuk melaksanakan perintah sholat dan mengerjakan amr
ma’ruf nahy munkar serta diiringi sifat sabar.
    Sedangkan Syaikh Nawawi al Bantani berpendapat bahwa ayat tersebut
menjelaskan tentang wasiat Luqman al Hakim kepada anaknya agar senantiasa
mengerjakan sholat sesuai dengan ketentuan-ketentuannya, senantiasa berbuat
baik dan mencegah dari perbuatan-perbuatan munkar seperti perkataan dan
perbuatan yang tercela. Serta mengiringi hidupnya dengan sifat sabar atas segala
masalah dan rintangan yang menghadang, dan janganlah berputus asa dalam
menegakkan amr ma’ruf nahy munkar.
Sayyid Quthb mengemukakan mengenai ayat ketujuhbelas dari surah Luqman
ini adalah, setelah Luqman al Hakim menanamkan ke dalam anaknya aqidah
yang kuat, yaitu beriman kepada Allah SWT dan tanpa sekutu bagi-Nya, setelah
itu yakin adanya hari akhirat, dan percaya kepada keadilan balasan Allah SWT
yang tidak terlepas dari-Nya walaupun sebesar sebiji sawi. Ia membawa anaknya
kepada langkah yang kedua yaitu ber-tawajjuh kepada Allah SWT dengan
ibadah sholat dan menghadapi manusia dengan berdawah kepada Allah SWT
serta sabar memikul tugas-tugas da’wah dan kesulitannya yang pasti dihadapi.
lnilah jalan aqidah yang tersusun iaitu mentauhidkan Allah SWT, menyedari
wujudnya pengawasan Allah SWT, meletakkan harapan pada balasan yang
disediakan di sisi Allah SWT, percaya kepada keadilan Allah SWT dan takut
kepada balasan Allah SWT, kemudian berpindah pula kepada kegiatan
berda’wah, yaitu menyeru manusia memperbaiki keadaan diri mereka,
menyuruh mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka berbuat kemungkaran.

12
Dan sebelum menghadapi perjuangan menentang kejahatan itu, seseorang harus
memiliki bekal utama yaitu bekal ibadah kepada Allah SWT, ber-tawajjuh
kepada Allah SWT dengan sholat dan sabar menanggung kesulitan yang dialami
oleh setiap penda’wah kepada agama Allah SWT, yaitu kesulitan akibat
penyelewengan hati manusia, kesulitan akibat dan kelancangan lidah dan dari
kejahatan tindak-tanduk manusia, juga kesulitan akibat dan kesukaran materi
dan pengorbanan jiwa ketika diperlukan keadaan “Sesungguhnya yang demikian
ُ
ِ ‫ اأْل ُم‬ialah
itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” Maksud dari ‫ور ع َْز ِم‬
memotong jalan ragu-ragu setelah ditetapkan azam dan dikuatkan tekad.
    Beberapa pendapat mufassir mengenai ayat ketujuh belas dalam surah
Luqman memiliki kesepakatan pandangan, mereka umumnya berpendapat,
ketika aqidah sudah ditanamkan kepada seorang anak agar senantiasa meyakini
keesaan dan kekuasaan Allah SWT dan menjauhkan diri dari sifat syirik, maka
dilanjutkan dengan mengetahui beberapa sifat Allah SWT seperti Mahakaya,
Mahakuasa dan Mahatahu atas segala tindak-tanduk amal perbuatan manusia.
Dilanjutkan dengan proses mendekatkan diri kepada-Nya, yaitu dengan
melaksanakan sholat, hal ini merupakan perkara yang sangat penting, karena
sholat merupakan dasar dari agama Islam, lebih lanjut, sholat merupakan amal
perbuatan pertama yang akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak,
jika baik sholatnya, maka insya Allah baik pula amal perbuatan lainnya.
    Ada sebuah pendapat menarik yang diucapkan Syaikh Ibnul Qayyim al
Jauziyyah mengenai sholat. Menurutnya, melalui sholat, Allah SWT ingin
menunjukkan kepada manusia, siapa yang menciptkannya dan menunjukinya
kepada jalan menuju Allah SWT. Sholat adalah  hadiah dari Allah SWT untuk
manusia melalui tangan Rasulullah Saw -manusia yang jujur lagi dapat
dipercaya- sebagai rahmat untuk memuliakan manusia agar kembali kepada
ketinggian derajat, kehormatan dan nilai kemanusiaannya. Sholat juga berfungsi
sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., bukan karena
Allah SWT. membutuhkan kita, namun karena kita membutuhkannya. Dengan
sholat pula, Allah SWT. ingin menunjukkan kepada manusia tentang Tuhannya.
Sementara itu, anggota tubuh dan hati secara bersamaan diajarkan untuk tunduk

13
dan menyembah kepada penciptanya.
    Menurut Dr. Mukhotim el Moekry, sholat akan membentuk tingkah laku anak
menjadi matang. Karena sholat yang diwajibkan Allah SWT sebagai benteng
untuk mencegah kenakalan moral. Karena itu, menegakkan sholat memiliki
muatan ia mengerjakan amal ibadah sholat sebagaimana yang dicontohkan
Rasulullah Saw. Akan tetapi , ia juga menegakkan apa yang ada di dalam doa
sholat. Sholat adalah sebuah Iqror “sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan
matiku hanya untuk Allah Robbul ‘Alamiin” ini memiliki arti bahwa dengan
sholat adalah sebuah kepatuhan hukum Allah SWT (syariah Islam) dalam tata
kehidupan.
    Setelah perintah mengerjakan sholat. Luqman al Hakim memerintahkan
anaknya anaknya agar menyeru kepada kebaikan dan cegahlah keburukan.
Secara langsung Luqman al Hakim memerintahkan kepada anaknya agar
berdakwah di jalan Allah SWT. sebuah perintah mulia yang diminta sang ayah
kepada anaknya guna mendapat keridhoan-Nya. Perintah berdakwah itu diiringi
oleh nasihat agar sang anak senantiasa bersabar dalam berdakwah. Menurut M.
Quraish Shihab, semakin bertakwa seseorang, maka semakin besar dan semakin
panjang pula tingkat kesabarannya, sehingga yang bersangkutan dapat mencapai
satu tingkat kesabaran yang bagaikan tidak terbatas. Sebaliknya, seseorang yang
kurang atau tidak bertakwa akan hilang kesabarannya bila ditimpa sedikit
bencana, sehingga jangankan kesabaran terbatas, sedikit kesabaran pun tidak
dimilikinya.Kesabaran dapat ditumbuhkan sehingga mencapai suatu batas yang
mendekati “tidak terbatas”, antara lain dengan menyadari bahwa ujian atau
petaka yang sedang dihadapi dapat terjadi dalam bentuk yang lebih besar. Jika
ini disadari, ketika itu akan muncul dari lubuk hati yang terdalam rasa syukur
atas nikmat-nikmat lain yang selama ini diperoleh sehingga saat itu juga
kesabaran bagaikan tidak perlu diperankan lagi.
    Kesabaran yang diperintahkan oleh Luqman al Hakim kepada anaknya agar
senantiasa istiqomah dalam menyerukan kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran seolah menyadarkan bahwa dalam mengemban tugas dakwah,
rintangan dan halangan seolah menjadi santapan bagi orang yang menyeru ke

14
jalan kebaikan. Syaikh Muhammad al Ghozali menjelaskan, hal itu dikarenakan
oleh banyaknya rintangan dari orang-orang yang melemahkan semangat dan
gangguan orang-orang yang membenci dan mencaci. Sejak empat belas abad
yang lalu, di tanah Arab telah lahir Muhammad ibn Abdullah Saw. Para
pemimpin agama Yahudi dan Nasrani sebenarnya telah mengetahui beritanya,
mereka datang menjumpai beliau untuk meyakini kebenaran dakwah dan
risalahnya. Mereka tidak memerlukan penjajagan yang bertele-tele, karena
dengan segera begitu berjumpa dengan beliau, mereka sudah dapat memastikan
bahwa mereka memang benar berhadapan dengan utusan dari Tuhan semesta
alam, yang wajib mereka percayai dan bergabung dengannya. Namun mereka
menutup jiwa mereka terhadap kebenaran ini, mereka tidak suka dengan pura-
pura bodoh, bukan karena bodoh menyebut-nyebutnya, apalagi menyiarkannya.
    Jadi, setelah menanamkan aqidah yang kokoh terhadap anak, maka
dilanjutkan dengan mengenalkan kepada mereka mengenai sifat dan kekuasaan
Allah SWT. dilanjutkan dengan perintah untuk senantiasa menjalankan sholat
sesuai dengan ketentuan-ketentuannya. Setelah itu, Allah SWT memerintahkan
agar senantiasa menyeru kepada manusia agar selalu mengerjakan kebaikan,
baik itu berupa ucapan maupun perbuatan, serta diiringi sifat sabar serta
konsisten dalam menjalankan amr ma’ruf nahy munkar dikarenakan banyaknya
cobaan dan rintangan yang akan datang menghadang.

1. Tafsir dengan metode maudu’I (tematik


Setiap anak diperintahkan unutk berbakti, menurut apa yang diajarkan dan
dikatakan orangtua, namun bila orangtua mengajak anak untuk
menyekutukan tuhan dnegan sesuatu yang tidak ia ketahui, anak dilarang
untuk mengikuti ajakan tersebut. tetapi anak diharuskan masih menghormati
orang tua, memperlakukannya dengan baik sebagaimana mereka mengasihi
anak diwaktu kecil. Tidak boleh memusuhi orang tua apalagi durhaka
kepadanya. Dan berperilaku baik kepadanya dalam urusan keduniaan saja,
namun jangan sampai mengorbankan kepercayaan (aqidah) kita kepada

15
Allah. Kemudian, merawat apabila mereka telah berusia lanut serta
mendoakan agar orang tua kita mendapat rahmat dari Allah.4
2. Tafsir dengan metode muquran (perbandingan)
Quraish Shihab menyimpulkan bahwa QS. Luqman ayat 16-17, Allah
memberi pelajaran bahwa penghormatan kepada orangtua menempati urutan
kedua setelah taan kepada Allah. Beliau juga menyimpulkan, meskipun
bukan pelajaran dari Luqman bukan berarti ia tidak memberi pelajaran
serupan dengan anaknya. Sedangkan Mahmud Yunus menyimpulkan bahwa
sebagai anak, hendaknya menghormati kedua orang tunaya, hal ini dilakukan
sebagai ungkapan terimakasih atas jasa keduanya dalam merawat anak sejak
dalam kandungan. Penghormatan keduanya harus sama rata tidak ada pilih
kasih antara keduanta, terlebih merawat dan berbuat baik kepada keduanya
setelah sudah usia lanjut.

C. Pendidikan Dalam Islam Di Ambil Dalam 4 Istilah


Di dunia pendidikan Islam tentunya tidak asing dengan istilah talim, tadib,
tarbiyah dan tadris.  Banyak orang berpendapat akan kesamaan istilah-istilah
tersebut.  Namun sangat berbeda jika kita memakai kacamata
pengetahuan.Berikut ini perbedaannya:5
1 Istilah tarbiyah
Dalam Islam, istilah pendidikan disebut dengan tarbiyah.
Menurut ilmu bahasa, tarbiyah berasal dari tiga pengertian kata -robbaba-
robba-yurobbii- yang artinya memperbaiki sesuatu dan meluruskannya.
Sedang arti tarbiyah secara istilah adalah:
a menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan, dimana
bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan
tujuan pembentukannya.
b menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan batas
kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.
4
M. Fauzi Rahman, Islamic Parenting, Erlangga, Jakarta, 2011, h. 46
5
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,Materi Pendidikan dan
Pelatihan Profesi Guru (PLPG).Cet.III (Malang :UIN-Maliki Press,2012),h.16.

16
c sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh
seorang pendidik.
d sesuatu yang dilakukan secara berkesinambungan, maksudnya
tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada
batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahad. 6
e dijadikan sebagai tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara
individu maupun keseluruhan, yaitu untuk kemashlahatan ummat
dengan asas mencapai keridhaan Allah SWT seperti tersirat dalam
firman Allah:
“Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada
manusia, 'hendaklah kamu menjadi penyembahku, bukan penyembah
Allah'. Akan tetapi(dia berkata),'hendaklah kamu menjadi orang-
orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan
disebabkan kamu tetap mempelajarinya."(Al Imran:79)
2 istilah ta’lim
Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya
Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia,
'hendaklah kamu menjadi penyembahku, bukan penyembah Allah'. Akan
tetapi(dia berkata),'hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena
kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya."(Al Imran:79)
3 istilah ta’dib
Bentuk masdar dari -- yang artinya mengajarkan sopan santun.
Sedangkan secara istilah ialah proses mendidik yang dipusatkan pada
penyempurnaan dan pembinaan budi pekerti peserta didik.7  
4 tadris
tadris adalah upaya menyiapkan murid ( mutadarris ) agar dapat
membaca, mempelajari dan mengkaji sendiri, yang dilakukan dengan
6
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, ( Kairo: Dar al-Manar, 1373 H), juz I, h. 262.
7
Wan Mohd Nor Wan Daud, “Konsep al-Attas tentang Ta’dīb: (Gagasan Pendidikan yang Tepat
dan Komprehensif dalam Islam)”, dalam Islami, Th II No. 6/Juli-September 2005: 77).

17
cara mudarris membacakan, menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran,
menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan makna yang terkandung
di dalamnya sehingga mutadarris mengetahui, mengingat, memahami,
serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan
mencari ridla Allah (definisi secara luas dan formal).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai konsepsi-kosepsi tentang pendidikan islam ini ternyata
memiliki keunikan makna yang terkandung dalam Al-qur’an dan Al-
Hadits, karena Al-qur’an bagaikan cahaya yang terpancar dalam setiap
sudut mutiara yang menunjukan kekayaan makna lafad-lafadz dalam
ayat-ayat al-qur’an.
kata at-tarbiyat, at-ta’lim, at-tadris, at-tahdzib, maupun at-ta’dib
menunjukkan satu konsep pendidikan dalam Islam. Kelima istilah ini
saling melengkapi dan tercakup dalam tujuan pendidikan islam yang
tidak bisa dipisah-pisahkan. Terjadi pada diri manusia dalam arti yang
umum dan mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam
pendidikan, adanya isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya
bertahap dan berkelanjutan, menuntut adab-adab tertentu dan metode
yang mudah diterima dan dilakukan dengan baik dan bijak, adanya
tujuan perolehan pengetahuan/ pembinaan akal, perubahan ke arah yang
lebih baik, melahirkan amal shalih, akhlak yang baik/ pendidikan jiwa,
mewujudkan insan muslim sempurna, untuk taat beribadah memperoleh
ridla Allah s.w.t.
Istilah At-tarbiyah lebih tepat digunakan sebagai kata yang mewakili
pendidikan islam, hal ini memiliki landasdan filosofis : Q.S. Ali Imran ;
79, perintah untuk menjadi insan rabbani.
Metode tafsir dengan maudu’i (tematik) merupakan metode
penafsiran alquran dengan menyimpulakn kandungan isi ayat. Di dalam

18
QS. Al-Alaq ayat 1-5 menyimpulkan bahwa pendidikan sangat urgendi
bagi kita semua sedangkan pada luqman ayat 16-17 menyimpulkan
bahwa kita harus menghormati dan merwat kedua orang tua kita. Metode
tafsir muquran adalah metode tafsir yang menggunakan perbedaan dan
nantinya dianalisis dan mendapatkan kesimpulan dari makna kandungan
suatu ayat di dalam alqur’an.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dalam menjalankan dan mengetik pembahasan
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang dapat di
pertanggungjawabkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Kairo: Lentera Hati, 2009),


Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,Materi Pendidikan
dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG).Cet.III (Malang :UIN-Maliki
Press,2012.
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, ( Kairo: Dar al-Manar, 1373 H), juz I,
Wan Mohd Nor Wan Daud, “Konsep al-Attas tentang Ta’dīb: (Gagasan
Pendidikan yang Tepat dan Komprehensif dalam Islam)”, dalam Islami,
Th II No. 6/Juli-September 2005: 77).

20

Anda mungkin juga menyukai