Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTOMA OVARII

1.1 Pengertian
Ovarium adalah salah satu organ reproduksi pada wanita yang berfungsi
menghasilkan ovum (sel telur). Tempat pematangan sel telur juga terjadi di bagian
ovarium. Ovarium juga mensekresikan hormon–hormon penting, seperti estrogen dan
progesteron yang berperan dalam pengaturan siklus menstruasi. Ovarium merupakan
salah satu bagian dari alat reproduksi wanita yang terdiri dari dua buah yaitu ovarium
kanan dan ovarium kiri. Ovarium kearah uterus tergantung pada ligamentum
infundibulopelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Ovarium
terdiri dari 2 bagian :
a. Korteks ovarii
Mengandung folikel primordial, tempat terjadinya berbagai fase pertumbuhan folikel
menuju folikel De Graff, terdapat korpus luteum dan albikantes.
b. Medulla ovarii
Terdapat pembuluh darah dan limfe, terdapat serat saraf.
(Manuaba, 1998)
Kelainan alat reproduksi yang sering dialami oleh wanita selain yang menyerang
rahim dan leher rahim salah satunya adalah kista yang tumbuh pada indung telur kanan
ataupun kiriatau keduannya. Ovarium memppunyai kemungkinan untuk berkembang
menjadi tumor jinak maupun tumor ganas. (Manuaba,1998)
Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik
atau padat, jinak atau ganas (Winkjosastro,1999) Kista ovarium sering terjadi pada wanita
di masa reproduksinya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa kista ovarium
dapat terbentuk kapan saja, antara masa pubertas sampai menopause, bahkan selama
kehamilan.
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di
mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan
ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium (http://asuhan-
keperawatan-yuli.blogspot.com).

1
1.2 Etiologi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu : (Ignativicus,1991)
1.2.1 Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone
diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam
korteks
b. Kista fungsional
a) Kista folikel
Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat
ovulasi bilamana ada rangsangan LH (Luteinizing Hormone). Pengeluaran
hormon ini diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya
berjalan lancar, sel telur akan dilepaskan dan mulai perjalannya ke saluran
telur (tuba falopii) untuk dibuahi. Kista folikuler terbentuk jika lonjakan LH
tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai, sehingga folikel tidak
pecah atau melepaskan sel telur, dan bahkan folikel tumbuh terus hingga
menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang
menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus
haid. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
(http:// shella.blog.uns.ac.id)
b) Kista korpus luteum
Terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi. Bilamana
lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain dimulai.
Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk
pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi,
kadangkala setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan
jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum
membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri
dalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm)
diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau
mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista

2
ini berisi darah, kista dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan
nyeri tajam yang tiba-tiba. (http:// shella.blog.uns.ac.id)
c) Kista tuba lutein
Kista tuba lutein timbul karena adanya peningkatan gonadotropik korionik.
Kista ini terjadi pada pasien dengan penyakit molahidatidosa,
koriokarsinoma maupun pada pasien yang mendapat terapi gonadotropin
korionik dan klomefin sitrat. Sacara histology, kista ini terdiri dari sel-sel
tuba yang mengalami proses lutenisasi maupun yang tidak. Kista ini
biasanya bilateral dan berisi cairan berwarna jernih. Keluhan abdominal
tidak begitu nyata, meskipun terkadang dijumpai keluhan nyeri panggul.
Rupture kista sering terjadi sehingga menyeabkan perdarahan
intraperitoneal. Kista ini dapat sembuh secara spontan setelah terapi
kehamilan mola ataupun setelah penghentian pengobatan yang menyebabkan
terjadinya kista ini. Prosedur pembedahan dilakukan pada kista yang
mengalami komplikasi seperti torsi maupun rupture.(Hadibroto,2005)
d) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.

1.2.2 Kista Neoplasma (Winjosastro.1999)


a. Kistoma ovarii simpleks
Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kista dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis. Terjadi karena jaringan
dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan
seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan
biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah
(http://wawanjokamblog.blogspot.com/2009). Kista Dermoid merupakan tumor
yang berasal dari diferensiasi ectodermal dari sel yang totipoten. Kista dermoid
sering diderita pada wanita selama masa reproduksi dengan keluhan benjolan di
regio iliaca dekstra sebesar telur angsa, mobile, kenyal, dan tidak nyeri.
(http://catatanmahasiswafk.dr.Meru.blogspot.com/)

3
c. Kista Cokelat. (Edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan
terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi
melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid,
lapisan tersebut menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun
dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama
yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
d. PCOS (Polikistik Ovarium Sindrom)
Ovarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel yang
menyebabkan ovarium menebal. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom
polikistik ovarium yang disebabkan oleh gangguan hormonal, terutama hormon
androgen yang berlebihan. Kista ini membuat ovarium membesar dan
menciptakan lapisan luar tebal yang dapat menghalangi terjadinya ovulasi,
sehingga sering menimbulkan masalah infertilitas (http:// shella.blog.uns.ac.id).
e. Kistadenoma.
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis
ini juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul
biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat
menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama
pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
Contoh Kistadenoma;
1) Kistodenoma ovarii musinoum
Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari teratoma,
pendapat lain mengemukakan kista ini berasal dari epitel germinatifum atau
mempunyai asal yang sama dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler,
biasanya unilatelar dapat tumbuh menjadi sangat bersar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif
sehingga timbul pelekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum
parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin
yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa pungsi terlebih dahulu
dengan atau tanpa salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista
(http://wawanjokamblog.blogspot.com/2009).

4
2) Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium). Bentuk umunya
unilokuler, bila multilokuler perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini
dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum. Gambaran klinis
pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal, dapat timbul
asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti Kistadenoma ovarii
musinosum. (http://wawanjokamblog.blogspot.com/2009).

Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi Gaya hidup tidak sehat, diantaranya;
1. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
2. Zat tambahan pada makanan
3. Kurang olah raga
4. Merokok dan konsumsi alcohol
5. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
6. Sering stress
Selain itu terdapat faktor genetic yang dapat seagai pemicu timbulnya kista pada
ovairum dimana, dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker,
yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena
makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena
radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

1.3 Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8
cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum,
yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila
tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista
fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
5
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple
dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan
LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam
ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari
semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari
epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak
yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari
ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal
dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal,
endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma
ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram (http://asuhan-keperawatan-
yuli.blogspot.com).

1.4 Tanda dan gejala


Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya, terdapat
perubahan hormonal atau penyulit yang terjadi. Tumor jinak ovarium yang diameternya
kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti.
Gejala akibat tumor ovarium dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba,1998):
1.4.1 Gejala akibat pertumbuhan
a. Menimbulkan rasa berat pada abdomen bagian bawah
b. Mengganggu miksi atau defekasi
c. Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada tungkai bawah
1.4.2 Gejala akibat perubahan hormonal
Ovarium merupakan sumber hormone utama pada wanita, sehingga bila menjadi
tumor mneimbulkan gangguan pada patrun menstruasi. Tumor sel granulose dapat
menimbulkan hipermenorea, sedangkan tumor arhenoblastoma menimbulkan
amenorrhea.

6
1.4.3 Gejala klinik akibat komplikasi yang terjadi pada tumor
a. Perdarahan intra tumor
Perdarahan, menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan
memerlukan tindakan yang cepat.
b. Perputaran tangkai
a) Tumor bertangkai sering terjadi perputaran tungkai, secara perlahan
sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri abdomen.
b) Perputaran tangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan
segera memerlukan tindakan medis
c. Terjadi infeksi pada tumor
Karena suatu hal terjadi infeksi kista ovarium sehingga menimbulkan gejala
infeksi, yaitu badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktivitas sehari-
hari.
d. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista
tumpah ke dalam ruangan abdomen.
e. Degenerasi ganas kista ovarium
Keganasan kista ovarium sering terjadi dijumpai:
a) Kista pada usia sebelum menarche
b) Kista pada usia diatas 45 tahun
1.4.4 Sindrom Meigs
Sindroma yang ditemukan oleh Meigs menyebutkan terdapat fibroma ovarii,
asites, dan hidrotoraks. Dengan tindakan operasi fibroma ovarii, maka syndrome
akan menghilang dengan sendirinya (Manuaba,1998)

1.5 Diagnosa dan Pemeriksaan Penunjang


Pembesaran pada abdomen bagian bawah merupakan salah satu keluhan yang
mendorong wanita untuk melakukan pemeriksaan. Tumor ovarium dapat dibedakan saat
melakukan pemeriksaan dalam. Menghadapi tumor jinak ovarium perlu dilakukan
pemeriksaan tentang konsistensi, besar permukaannya dan sebagainya. Disamping itu
perlu juga dilakukan diagnosis banding dengan kehamilan (terlambat bulan, gejala hamil
muda, terasa gerakan janin atau balotemen, hasil pemeriksaan laboratorium mendukung
kehamilan) dan subserosa mioma uteri bertangkai (sulit dibedakan dengan tumor padat
ovarium) (Manuaba,1998).
7
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1.5.1 Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim
dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus
bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor.
Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan
keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material
padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
1.5.2 Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan
dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsy (http://
shella.blog.uns.ac.id).
Bila bidan dalam tugasnya dapat menegakkan kemungkinan tumor di bagian bawah
abdomen segera melakukan konsultasi atau merujuk ke puskesmas atau langsung ke dokter
ahli kandungan. Tumor ovarium memerlukan tindakan yang spesialistis. Bidan bertugas
untuk memberikan komunikasi, informasi, edukasi dan motivasi(KIEM) tentang pengobatan
tumor dengan pengobatan modern dan tindakan operasi (Manuaba,1998)

1.6 Penanganan
Pengobatan yang dilakukan bergantung pada umur, jenis dan ukuran kista dan gejala-
gejala yang diderita. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan:
1.6.1 Pendekatan wait and see
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur, tanpa gejala,
dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan
pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara
periodik (selang 2-3 siklus haid) untuk melihat apakah ukuran kista membesar.
Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita pascamenopause jika kista berisi
cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
1.6.2 Pil kontrasepsi
Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan
ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan
kista.
8
1.6.3 Pembedahan
Jika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap selama 2-3 siklus haid,
atau kista yang berbentuk iregular, menyebabkan nyeri atau gejala-gejala berat,
maka kista dapat dihilangkan dengan pembedahan. Jika kista tersebut bukan kanker,
dapat dilakukan tindakan miomektomi untuk menghilangkan kista dengan ovarium
masih pada tempatnya. Jika kista tersebut merupakan kanker, dokter akan
menyarankan tindakan histerektomi untuk pengangkatan ovarium (http://
shella.blog.uns.ac.id).
Pola aktifitas klien di rumah setelah pemulangan (long, 1996) :
a. Berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu dirumah, tetapi tidak boleh
mengendarai / menyetir untuk 3-4 minggu.
b. Hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat
menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis.
c. Aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi.(Long, 1996)

9
LANDASAN ASUHAN KEBIDANAN

Proses menejemen kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah yang harus di
laksanakan secara berurutan sesuai dengan permasalahan pada kistoma ovarii. Penerapan 7
langkah varney yang memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan kistoma ovarii.

1. Pengumpulan data
Mengumpulkan data subyektif dan data obyektif berupa data fokus yang dibutuhkan
untuk menilai keadaan ibu sesuai kondisinya menggunakan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan laboratorium.

Jenis data yang dikumpulkan :

a. Data subyektif
1) Biodata ibu dan suami
a) Nama ibu
Untuk mengetahui siapa yang akan kita beri asuhan dan lebih mudah untuk
berkomunikasi, serta agar antara bidan dan klien lebih akrab.

b) Nama suami
Untuk mengetahui siapa penanggung jawab saat pemberian asuhan.

c) Umur ibu
Untuk mengetahui faktor resiko yang menyebabkan terjadinya kistoma
ovarii. Umumnya kistoma ovarii menyerang wanita usia reproduktif.

d) Agama ibu dan suami


Untuk mengetahui apakah ada kepercayaan dalam agamanya sehubungan
dengan pengobatan kistoma ovarii.

e) Suku bangsa ibu


Untuk mengetahui dari mana asal ibu berkaitan dengan bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi dan kebiasaan-kebiasaan yang dianut.

f) Pendidikan ibu dan suami


Untuk mengetahui tingkat pengetahuaan ibu dan suami sehingga
memudahkan dalam pemberian informasi dan konseling mengenai penyakit
yang diderita ibu.

10
g) Pekerjaan ibu dan suami
Untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dilakukan oleh ibu dan suami dan
pengaruhnya terhadap ekonomi keluarga sehingga memudahkan dalam
penanganan kistoma ovarii yang sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga
ibu.

h) Alamat ibu dan suami


Untuk mengetahui tempat tinggal ibu dan suami serta lingkungan di sekitar
tempat tinggal ibu.

2) Alasan datang dan keluhan utama


Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu yang dapat menunjang diagnosa
kistoma ovarii. Pada kasus kistoma ovarii, biasanya yang dikeluhkan oleh
penderita yaitu salah satu adanya gangguan menstruaasi, terasa berat pada
abdomen bagian bawah, nyeri abdomen mendadak, mengeluh gangguan miksi dan
konstipasi,

3) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan pasien menarche, apakah siklus menstruasi ibu teratur
atau tidak, mengetahui lama haid dan banyaknya pengeluaran darah saat haid,
serta apakah ibu pernah mengalami dismenorhea atau tidak.

Pada penderita kistoma ovarii, biasanya mengalami menarche lebih dini dan
mengalami gangguan menstruasi.HPHT.

4) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, lama perkawinan, umur ibu saat
menikah serta apakah ibu sudah mempunyai anak atau belum.

5) Riwayat obstetri terdahulu


Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki, umur kahamilan saat lahir, apakah
ada penyulit saat hamil, tempat bersalin, penolong persalinan, berat badan bayi
saat lahir jenis kelamin anak, jenis persalinan, apakah ada penyulit saat nifas,
keadaan anak sekarang serta umur anak sekarang.

11
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui alat kontrasepsi apa saja yang pernah digunakan ibu dan
apakah selama penggunaan alat kontrasepsi tersebaut ibu mengalami keluhan
yang berarti.

7) Riwayat Laktasi
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menyusui atau tidak, berapa lama ibu
menyusui, serta apakah pernah mengalami kesulitan saat menyusui

8) Riwayat ginekology
Untuk mengetahui apakah ibu pernah atau sedang mengalami masalah dengan
organ reproduksinya serta sejak kapan masalah dirasakan. Riwayat penyakit /
kelainan gynecology serta pengobatannya dapat memberikan keterangan penting,
terutama operasi yang pernah dialami. Apabila penderita pernah diperiksa oleh
doktern tanyakan juga hasil-hasil pemeriksaan dan pendapat dokter itu.

9) Riwayat penyakit ibu


Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, apakah ibu
mempunyai riwayat penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan alat
reproduksi maupun penyakit lain yang mungkin dapat memicu terjadinya kistoma
ovarii, serta bisa menjadi pertimbangan untuk keperluan terapi atau pengobatan
lebih lanjut seperti gangguan hormone, kanker, tumor PMS dll.

Dalam hal ini perlu ditanyakan apakah penderita pernah menderita penyakit berat,
penyakit TBC, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit darah, DM. pada
penderita kistoma ovarii, biasanya terjadi pada wanita yang sebelumnya pernah
mengalami hidrotoraks atau efusi pleura.

10) Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui apakah pernah menderita tumor atau
kelainan pada alat reproduksinya atau menderita kistoma ovarii. Karena faktor
turunan mempunyai peranan terhadap penyakit ini. Bilamana terdapat wanita lain
dalam keluarga yang mempunyai riwayat pernah mengalami kistoma ovarii,
kemungkinan anggota keluarga lainnya memiliki resiko untuk terkena kistoma
ovarii.

12
11) Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
a) Biologis
(1) Bernafas
Untuk mengetahui apakah ibu ada keluhan saat bernafas atau tidak.
Umumnya pada penderita kistoma ovarii yang sudah berupa keganasan
dan pecah sehingga cairannya keluar dari rongga abdomen, maka
penderita akan mengalami gangguan pada pernapasan.

(2) Pola nutrisi

Untuk mengetahui status gizi ibu dan riwayat nutrisinya, pola nutrisi, jenis
dan porsi makan ibu. Pada wanita yang sering mengkonsumsi makanan
cepat saji, berlemak dan mengandung bahan pengawet dapat merangsang
pertumbuhan kistoma ovarii.

(3) Eliminasi
Untuk mengetahui apakah ada keluhan atau masalah dengan pola BAK
maupun BAB karena pasien dengan kistoma ovarii biasanya mengalami
gangguan miksi dan konstipasi

(4) Istirahat dan tidur


Untuk mengetahui adakah gangguan pada pola tidur dan istirahat akibat
keluhan yang dialami.

(5) Aktifitas sehari-hari


Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari, apakah terganggu atau tidak.
Biasanya pada kistoma ovarii dapat mengganggu aktifitas penderita.

(6) Personal hygiene


Untuk mengetahui bagaimana personal hygiene ibu apakah sudah
menerapkan hygiene yang benar atau belum. Apakah dengan adanya
penyakit ini mengganggu ibu untuk menjaga kebersihan dirinya.

b. Psikologi

Untuk mengkaji psikologis klien sehubungan dengan keluhan yang dirasakan.


Apakah penderita dapat menerima keadaannya saat ini, karena hal ini akan
mempengaruhi proses pengobatan nantinya.

13
c. Sosial

Untuk mengetahui interaksi ibu dengan masyarakat di lingkungan yang


dirasakan pandangan masyarakat terhadap kondisi ibu dan ada tidaknya
kebiasaan yang merugikan kesehatan, mengetahui bagaimana pengambilan
keputusan dalam keluarga. Serta untuk mengetahui apakah ibu susah dalam
bersosialisasi karena menderita kistoma ovarii.

d. Spiritual

Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan ibu dalam mendekatkan diri kepada


tuhan serta kepercayaan yang dianut yang berkaitan dengan kesehatan.
Dimana dengan rajinnya ibu mendekatkan diri kepada Tuhan, ibu akan merasa
lebih tenang dalam menghadapi masalah yang dialami.

12) Pengetahuan
Untuk mengkaji pengetahuan ibu tentang hal-hal yang berkaitan dengan
keluhan yang dirasakan, penyebab ibu mengalami keluhan yang dirasakan,
serta pengetahuan ibu tentang cara mengatasi keluhan yang dialami.

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang dirasakan ibu,
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu secara umum.

Dari pemeriksaan umum sering didapatkan keterangan yang menuju ke arah


tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Bentuk konstitusi tubuh mempunyai
korelasi dengan keadaan jiwa penderita.

b) TTV
Untuk mengetahui keadaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi sehubungan
dengan keluhan yang dirasakan ibu.

14
2) Pemeriksaan sistematis dan ginekologi

a) Kepala dan leher

Kepala : Untuk mengetahui bagaimana kebersihan dan struktur rambut

Muka : Untuk mengamati pada muka apakah ada oedema / pucat

Mata : Untuk mengetahui bagaimana warna konjungtiva dan sklera

Mulut :Untuk mengetahui bagaimana keadaan muulut apakah lembab/kering,


kemerahan/pucat

Leher :Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran


kelenjar tiroid maupun pembesaran vena jugularis.

b) Payudara

Pemeriksaan payudara dilakukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya keadaan


patologis lain yang terjadi pada payudara yang dapat mempengaruhi penyakit
ibu.

c) Abdomen

Untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi. Lakukan palpasi untuk
mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak,dan adanya distensi atau tidak.

c) Anogenital
Untuk mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam, varices, dan oedema,
serta tanda-tanda abnormal/kelainan lainnya, seperti tanda-tanda infeksi.

e) Ekstermitas atas bawah

Untuk mengetahui apakah ada oedema, sianosis, pada kaki dan tangan, serta
keadaan kuku apakah kemerahan ataukah pucat.

3) Pemeriksaan penunjang

a) USG

Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk


mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang

15
menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di
layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk
memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung
lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap, biasanya di BPS tidak tersedia fasilitas ini sehingga memerlukan
tindakan rujukan jika kasus ditemukan di BPS.

b) Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap
cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi. Pemeriksaan
ini juga tidak terdapat di BPS dan harus memerlukan tenaga ahli dalam
pengerjaannya sehingga jika kasus ditemukan di BPS maka tindakan yang
disarankan adalah rujukan ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap.

2. Interpretasi data dasar, masalah dan kebutuhan


Untuk merumuskan diagnosa berdasarkan dari pengumpulan data yang diperoleh dari
klien langsung atau dari keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Selain
itu bertujuan untuk menentukan masalah yang dihadapi klien serta segala sesuatu yang
dibutuhkan klien tanpa klien sadari atau klien butuhkan.

Di sini kita menentukan diagnosa aktual, masalah, dan kebutuhan.

a. Jika dari hasil pemeriksaan, kistoma ovarii belum dapat ditentukan secara pasti :
Diagnosa actual : Wanita umur …..th dengan ………(gejala: gangguan menstruaasi,
terasa berat pada abdomen bagian bawah, nyeri abdomen
mendadak, mengeluh gangguan miksi dan konstipasi) + mungkin
kelainan ovarium (kistoma ovarii).
Masalah : cemas.

Kebutuhan : dukungan emosional,memberikan informasi tentang penyakit yang


diderita dan kemungkinan jenis-jenis tindakan yang akan dilakukan.

16
b. Jika dari hasil pemeriksaan, kistoma ovarii sudah dapat dipastikan :
Diagnosa actual : wanita umur …..th dengan ……. + kelainan ovarium (kistoma
ovarii).

Masalah : cemas.

Kebutuhan : dukungan emosional, informasi tentang penyakit yang diderita dan


kemungkinan jenis-jenis tindakan yang akan dilakukan.

3. Antisipasi masalah potensial

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kondisi yang lebih parah dari perumusan
diagnosa actual apabila tidak dilakukan intervensi yang jelas. Pada kistoma ovarii,
diagnose/masalah potensial yang dapat ditegakkan adalah: kanker ovarium

4. Identifikasi akan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dan rujukan


Mengidentifikasi berdasarkan diagnosa apakah kondisi klien memerlukan tindakan
segera, konsultasi, kolaborasi maupun rujukan. Tindakan segera yang diperlukan biasanya
seperti melakukan pemeriksaan ultrasonografi dan laparoskopi. Selain itu konsultasi dan
kolaborasi dengan dokter Sp.OG diperlukan guna membantu dalam pengambilan
keputusan yang terbaik untuk ibu. Apabila kasus ditemukan BPS, Puskesmas, Pustu dan
sarana pelayanan kesehatan lain yang tidak memiliki fasilitas yang memadai harus
dilakukan rujukan ke fasilitas yang lebih memadai.

5. Perencanaan

Untuk mengetahui apa saja yang harus direncanakan berdasarkan diagnosa masalah dan
kebutuhan klien.

Pada kistoma ovarii perencanaan yang bisa dibuat antara lain :

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu


Rasionalisasi : Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu,maka ibu
mengetahui kondisi dan memahami kondisinya saat ini. Dengan mengetahui
kondisinya akan memberikan ketenangan dan rasa nyaman yang nantinya akan
mempengaruhi psikologis ibu dan merupakan salah satu hak klien yang harus
dipenuhi.

17
2. Berikan dukungan emosional kepada ibu
Rasionalisasi: Dengan memberikan dukungan emosional kepada ibu,maka
diharapkan ibu tidak cemas.

3. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita dan kemungkinan jenis-


jenis tindakan yang akan dilakukan.
Rasionalisasi : Dengan memberitahukan tentang penyakit yang diderita dan
kemungkinan jenis tindakan yang dilakukan, maka ibu dan keluarga dapat
mengambil keputusan yang tepat.

4. Lakukan informed consent.


Rasionalisasi: Menyepakati kepada ibu dan suami untuk melakukan rujukan.

5. Rujuk ibu ke Rumah Sakit.


Rasionalisasi: Untuk melakukan pemeriksaan dan mendapatkan penanganan
lebih lanjut.

6. Pelaksanaan
Untuk melaksanakan perumusan perencanaan yang telah dibuat magacu pada diagnosa,
masalah dan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi klien saat diberikan asuhan.

7. Evaluasi
Untuk mengetahui hasil dari asuhan yang telah diberikan kepada klien yang mengacu
pada pemecahan masalah dan perbaiki kondisi ibu evaluasi disesuaikan dengan
pelaksanaan yang dilaksanakan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Long. 1996. Keperawatan Medical Bedah, Edisi II. USA: The CV Mousby
Company

Donna, Ignatividus. 1991. Medical Surgical Nursing : Anurse Process Approch. USA : W.B.
Sounders Company

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk


Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Wiknjosastro. 1999. Ilmu kandungan, Edisi II. Jakarta : YBP SP

http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-pendahuluan-kistoma-ovari.html

http://shella.blog.uns.ac.id/2009/04/23/kista-part-ii/

http://wawanjokamblog.blogspot.com/2009/05/askep-kista-ovari-1.html

19

Anda mungkin juga menyukai