Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan
harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.
Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi
(tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat ,maka ia
mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan
agama (Islam).
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17
rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi
muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat –
shalat sunah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Pengertian shalat
2. Makna shalat bagi seorang muslim
3. Landasan syari pelaksanaan Shalat
4. Shalat berjamaah dan tata cara pelaksanaanya
5. Tata cara shalat jamak dan qasar

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya Makalah ini adalah selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam, juga untuk memaparkan Materi mengenai
peran shalat dalam kehidupan sehari-hari juga tata cara pelaksanaan shalat berjamaah dan
shalat jamak dan qasar.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Shalat

Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology/istilah, para ahli fiqih
mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita
beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88)
Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya
dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau “mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada
Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya”
(Hasbi Asy-Syidiqi, 59).
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun
dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan
diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’
(Imam Bashari Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan
ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan denga perbuatan yang diawali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga
shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah
dan memohon ridho-Nya.

2.2 Makna Shalat Sesungguhnya

Makna shalat  sesungguhnya berdasarkan firman Allah QS. Al-Ankabut:45

‫صاَل ةَ تَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ أَ ْكبَ ُر ۗ َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما‬ َّ ‫ب َوأَقِ ِم ال‬
َّ ‫صاَل ةَ ۖ إِ َّن ال‬ َ ‫ا ْت ُل َما أُو ِح َي إِلَ ْي‬
ِ ‫ك ِمنَ ْال ِكتَا‬
َ‫تَصْ نَعُون‬

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (QS. Al-Ankabut:45)

"Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar"

         Dari ayat tersebut sangatlah jelas, bahwa orang yang mendirikan shalat akan jauh
dari perbuatan keji dan munkar, sahabat tau kan apa itu perbuatan keji dan mungkar.
Kalau belum tau, saya akan jelaskan sedikit, keji menurut bahasa artinya perbuatan atau
kejahatan yan menimbulkan aib besar, sedangkan menurut istilah, keji ialah suatu
perbuatan yang melanggar susila. Adapun kata munkar ialah sesuatu yang disyariat
mengingkarinya, karena bertentangan dengan fitrah dan maslahah. Munkar secara bahasa
berarti tidak terkenali atau asing, karena tidak diakui buruk. Al-Quran menekankan
kepada Nabi dan kaum muslimin agar terus menerus untuk menyuruh kepada perbuatan
yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Oke saya rasa sahabat sudah paham apa itu
keji dan munkar.

2
        Mungkin ada terlintas di benak sahabat, kenapa orang yang tidak pernah
meninggalkan shalat sewaktu pun masih ada gambaran sifat keji dan munkar, seperti
diatas. Itu karena shalatnya belum di terima Allah swt, lantas kenapa shalatnya belum di
terima Allah swt? Itu karena shalatnya belum memenuhi syarat dan rukun. Jadi percuma
saja kalau ada orang yang shalatnya belum memenuhi syarat dan rukun, karena dia akan
sia-sia lantaran shalatnya tidak bermakna apa-apa.

Syarat dan rukun shalat sebagai berikut :

A. Syarat-Syarat Sahnya Shalat


1. Islam
2. Berakal
3. Tamyiz
4. Baligh.
5. Suci badannya dari dua hadats, yaitu hadats besar dan hadats kecil.
6. Bersih pakaian dan tempatnya dari najis.
7. Menutup aurat, bagi laki-laki antara pusat daan lutut dan bagi wanita seluruh
badannya kecuali muka dan dua telapak tangan.
8. Sudah masuk waktu shalat.
9. Menghadap kiblat.
10. Merdeka

B. Rukun Shalat
1. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan shalat.
2. Berdiri, bagi orang yang kuasa.
3. Takbiratul Ihram
4. Membaca Surat Fatihah
5. Ruku’.
6. I’tidal.
7. Sujud dua kali.
8. Duduk antara dua sujud.
9. Duduk untuk tasyahud pertama. 
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat atas Nabi.
12. Mengucap salam yang pertama
13. Tertib

2.3 Dalil Tentang Kewajiban Shalat


A. Sejarah Tentang Diwajibkan Shalat
Perintah tentang diwajibkannya mendirikan shalat tidak seperti Allah mewajibkan zakat
dan lainnya. Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang
dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj, dimana proses ini
tidak dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus secara keimanan sehingga
dalam sejarah digambarkan setelahnya Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj, umat Islam
ketika itu terbagi tiga golongan yaitu, yang secara terang – terangan menolak
kebenarannya itu, yang setengah – tengahnya dan yang yakin sekali kebenarannya.
Dilihat dari prosesnya yang luar biasa maka shalat merupakan kewajiban yang utama,

3
yaitu mengerjakan shalat dapat menentukan amal – amal yang lainnya, dan mendirikan
sholat berarti mendirikan agama dan banyak lagi yang lainnya.
B. Dalil – Dalil Tentang Kewajiban Shalat
a) Al-Baqarah, 43
َ‫صلَىةَ َوآتُوْ ال َّز َكوةَ َوارْ َكعُوْ ا َم َع الرَّا ِك ِع ْين‬َّ ‫َواَقِ ْي ُموْ ال‬
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang –
orang yang ruku
b) Al-Baqarah 110
‫ص ْي ٌر‬ ِ َ‫صلَوْ ةَ َوآتُوْ ال َّز َكوةَ َو َماتُقَ ِّد ُموْ ا َِِالَ† ْنفُ ِس ُك ْم ِّم ْن خَ ي ٍْر تَ ِج ُدوْ هُ ِع ْندُالل ِهط ِا َّن هللاَ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ب‬
َّ ‫َواَقِ ْي ُموْ ال‬
Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa yang kamu
usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi
Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa – apa yang kamu kerjakan
c) Al –Ankabut : 45
‫صلَوةَ تَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك َر‬ َّ ‫صلَوةَ اِ َّن ال‬ َّ ‫َواَقِي ِْم ال‬
Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji
dan munkar.
d) An-Nuur: 56
َ‫صالَةَ َوآتُوْ ال َّز َكوةَ َواَ ِط ْيعُوْ اال َّرسُوْ َل لَ َعلَ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬ َّ ‫َواَقِ ْي ُموْ ال‬
Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar
supaya kalian semua diberi rahmat.
Dari dalil – dalil Al-Qur'an di atas tidak ada kata – kata perintah shalat dengan
perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”.
Dari unsur kata – kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah
sehingga banyak mereka yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih
berbuat keji dan munkar. Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur
lahir juga mengandung unsur batiniah sehingga apabila shalat telah mereka
dirikan, maka mereka tidak akan berbuat jahat.

C. Batas Waktu Shalat Fardlu


a) Shalat Dzuhur
Waktunya: ketika matahari mulai condong ke arah Barat hingga bayangan suatu
benda menjadi sama panjangnya dengan benda tersebut kira – kira pukul 12.00 –
15.00 siang
b) Shalat Ashar
Waktunya: sejak habisnya waktu dhuhur hingga terbenamnya matahari. Kira –
kira – kira pukul 15.00 –18.00 sore.
c) Shalat Magrib
Waktunya: sejak terbenamnya matahari di ufuk barat hingga hilangnya mega
merah di langit. Kira – kira pukul 18.00 – 19.00 sore
d) Shalat Is’ya
Waktunya: sejak hilangnya mega merah di langit hingga terbit fajar. Kira – kira
pukul 19.00 – 04.30 malam
e) Shalat Shubuh
Waktunya : sejak terbitnya fajar (shodiq) hingga terbit matahari. Kira – kira pukul
04.00 – 5.30 pagi.

D. Beberapa Pelajaran Dan Kewajiban Shalat

4
a) Shalat Merupakan Syarat Menjadi Takwa
Taqwa merupakan hal yang penting dalam Islam karena dapat menentukan amal /
tingkah laku manusia, orang – orang yang betul – betul taqwa tidak mungkin
melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan sebaliknya
Salah satu persyaratan orang – orang yang betul betul taqwa ialah diantaranya
mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah.
b) Shalat Merupakan Benteng Kemaksiatan
Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin
efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan
khusu tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu berbuat
zina. Maksiat, merampok dan sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi
sebaliknya kalau ada yang melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu
kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur'an
surat Al-Ankabut: 45.
c) Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur
Dengan mendirikan shalat, maka banyak hal yang didapat, shalat akan mendidik
perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusus. Banyak yang celaka bagi
orang – orang yang shalat yaitu mereka yang lalai shalat
selain mendidik perbuatan baik juga dapat mendidik perbuatan jujur dan tertib.
Mereka yang mendirikan tidak mungkin meninggalkan syarat dan rukunnya,
karena apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak dipenuhi maka shlatnya tidak
sah (batal).
d) Shalat Akan membangun etos kerja
Sebagaimana keterangan – keterangan di atas bahwa pada intinya shalat
merupakan penentu apakah orang – orang itu baik atau buruk, baik dalam
perbuatan sehari – hari maupun ditempat mereka bekerja
Apabila mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi
terhadap etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur dalam
melaksanakan tugas.

2.4 Tata Cara Sholat Berjamaah

Sholat berjamaah adalah sholat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terdiri
dari imam dan makmum. Satu orang menjadi imam (pemimpin) dan yang lainnya
menjadi makmun. Sehingga dapat dikatakan bila terdapat dua orang yang sedang sholat
dan satunya menjadi imam dan lainya menjadi makmum, maka sudah dikategorikan
berjamaah.

Tata cara sholat berjamaah umummnya sama dengan sholat fardhu maupun sholat
sunnah lainnya yang dikerjakan dengan cara sendiri. Dimulai dengan takbiratul ikhram
dan diakhiri dengan salam. Perbedaan di antara sholat sendiri dan berjamaah adalah
terkait dengan ketentuan dalam menjadi imam dan makmum, maka tulisan di bawah ini
akan bersinggungan langsung dengan permasalahan-permsalahan yang terkait di
dalamnya.

5
A. Hukum Shalat Berjamaah

Hukum shalat berjamaah adalah sunah muakad (sunah yang sangat dianjurkan)
kecuali shalat jumat yang pelaksanaannya berjamaah adalah fardhu. Shalat yang
disunahkan agar dilakukan secara berjamaah ialah:

1. Shalat fardhu lima waktu

2. Shalat dua hari raya. (Idul Fitri dan Idul Adha)

3. Shalat tarawih dan witir di bulan Ramadhan.

4. Shalat meminta hujan

5. Shalat khusufain (gerhana matahari dan bulan).

6. Shalat Jenazah.

Shalat berjamaah lebih utama dilaksanakan di masjid atau di musola. Namun, bisa
juga dilaksanakan di rumah atau kantor. Bagi para suami dilarang menghalangi istri
dan anak perempuan untuk berjamaah di masjid.

B. Syarat-syarat Shalat Jamaah dan Pelaksanaannya.

Adapun beberapa syarat-syarat shalat berjamaah diantarannya sebagai berikut

1. Makmum menyengaja (niat) untuk mengikuti imam.

2. Makmum hendaknya mengikuti imam dalam segala pekerjaan shalat.

3. Sebelum shalat berjamaah dimulai hendaknya imam menganjurkan agar barisan


dirapatkan dan diluruskan.

4. Makmum mengetahui segala gerak-gerik perbuatan imam.

5. Antara imam dan makmum berada pada satu tempat, dimana makmum dapat
mengetahui pergantian gerak-gerik imam yang terkait dengan shalat, baik dengan
suara, atau melihat pergerakan makmum yang lain. Masjid bertingkat terhitung
satu tempat selama ada tangga atau lubang yang menghubungkan imam dan
makmum.

6. Jangan mendahului imam dalam takbir dan jangan mendahului atau melambatkan
diri sampai melibihi dua rukun utama shalat.

7. Tempat berdiri makmum jangan melibihi tempat berdiri imam.

8. Susunan barisan makmum adalah : Laki-laki dewasa berada tepat di belakang


imam, disusul dengan shaf remaja dan laki-laki, kemudian baru shaf perempuan.
Jika masjid berlantai lebih dari satu, maka shaf laki-laki sebaiknya sati ruang
dengan imam (lantai satu), sedangkan shaf perempuan di lantai lain.

6
9. Barisan shaf hendaknya di rapatkan, tidak ada kerengganngan, tetapi jangan
terlalu sempit sehingga membuat gerakan shalat menjadi sulit. ukuran rapat
tersebut bukan berdasarkan kerapatan kaki-kaki antar makmum namun mengacu
pada kerapatan tubuh (bahu) anatar makmum. adapun lebar kaki mengikuti lebar
tubuh para makmum.

10. Imam jangan sampai mengikuti atau terpengaruh oleh makmum.

11. Shalat makmum harus bersesuaian dengan shalat imam, baik jenis atau
peraturannya, misalnya sama-sama mengerjakan shalat Zuhur, mengqasar, atau
menjamak shalat, dan sebagainnya.

12. Makmum hendaknya memperhatikan dengan tenang bacaan imam.

13. Perempuan tidak boleh menjadi imam bagi kaum laki-laki,

14. Seorang imam berurutan dipiih berdasarkan:

a) banyaknya hafalan Al-Qur'an dan yang suarannya lebih baik; b) paling


mengetahui suna-sunah Rasulullah; c) diutamakan yang lebih tua usia; d) warga
kampun orang setempat lebih berhak menjadi imam dibandingkan seorang
musafir, begitu pula seorang tuan rumah lebih utama menjadi imam dibandingkan
dari tamunya.

 Janganlah dijadikan imam seorang yang diketahui batal shalatnya, dan yang
diketahui sebagai ahli berbuat dosa.
 Seorang imam bukanlah orang yang dibenci oleh kebanyakan makmum dengan
alasan keagamaan.
 Selesai shalat berjamaah hendaknya imam menghadap ke arah makmum atau ke
arah kanan saat berzikir, maka tidak mengapa imam menghadap kiblat kembali.

C. Urutan-urutan Imam dan Makmum

1. Laki-laki Makmum kepada laki-laki


2. Perempuan Makmum kepada Laki-laki.
3. Permpuan Makmum kepada Perempuan.
4. Waria Makmum kepada Laki-laki
5. Perempuan Makmum kepada Waria.
D. Makmum yang Terlambat Datang (Masbuq)

Makmum Masbuq adalah makmum yang sudah ketinggalan dari shalat imamnya,


tidak sempat membaca surat Al-Fatihah beserta imam pada rakaat pertama.

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh makmum masbuq adalah sebagai berikut :

1. Jika makmum masbuq bertakbir ketika imam belum melakukan rukuk,


hendaknya ia membaca surat Al-Fatihah bila imam sudah rukuk maka hendaknya
ia langsung rukuk mengikuti imam.

7
2. Jika seorng makmu masbuq mendapati imam sudah melakukan rukuk
hendaknya ia ikut rukuk walaupun tidak sempat membaca surat Al-Fatihah,

3. Jika menjadi masbuq mengikuti imam sudah rukuk, maka ia harus


mengulangi rakaat itu nanti dikarenakan rakaat yang ia lakukan itu tidak
sempurna dan tidak termasuk hitungan satu rakaat

4. Jika mamkum mabuq mendapati imam sudah melakukan tasyahud


akhir, maka ia harus langsung melakukan tasyahud akhir tersebut. Namun
tasyahud tersebut tidak termasuk satu bilangan rakaat.

E. Hal-hal yang Membolehkan Tidak Shalat Berjamaah

Adapu hal-hal yang membolehkan seseorang tidak melakukan shalat berjamaah


adalah sebagai berikut:

1. Karena hujan yang menyusahkan untuk pergi ke masjid atau tempat shalat
berjamaah.

2. Karena badai atau angin kencang.

3. Kondisi sakit yang membuat susah berjalan ke tempat shalat berjamaah.

4. Karena lapar dan haus, sementara hidangan sudah tersedia. Demikian juga bagi
mereka yang sangat ingin buang air besar atau kecil.

5. Karena baru memakan makanan yang sangat berbau, yang baunya sangat sukar
dihilangkan, seperti bawang, petai, dan sebagainya (HR. Bukhari dan Muslim)

6. Adanya sesuatu yang membawa masyaqat (kesuliatan) untuk menjalankan shalat


berjamaah. Namun jika masih bisa dirumah, hendaklah tetap melaksanakan shalat
berjamaah di rumah.

2.5 Tata Cara Shalat Jamak dan Qasar


Salat jamak adalah salat yang digabungkan, maksudnya menggabungkan dua salat fardu
yang dilaksanakan pada satu waktu. Misalnya menggabungkan salat Duhur dan Asar
dikerjakan pada waktu Duhur atau pada waktu Asar. Atau menggabungkan salat magrib
dan ‘Isya dikerjakan pada waktu magrib atau pada waktu ‘Isya. Sedangkan salat Subuh
tetap pada waktunya tidak boleh digabungkan dengan salat lain.
Hukum mengerjakan salat Jamak adalah mubah (boleh) bagi orang-orang yang
memenuhi persyaratan.
“Rasulullah apabila ia bepergian sebelum matahari tergelincir, maka ia mengakhirkan
salat duhur sampai waktu asar, kemudian ia berhenti lalu menjamak antara dua salat
tersebut, tetapi apabila matahari telah tergelincir (sudah masuk waktu duhur) sebelum ia
pergi, maka ia melakukan salat duhur (dahulu) kemudian beliau naik kendaraan
(berangkat), (H.R. Bukhari dan Muslim).

8
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah pernah menjamak salat karena
ada suatu sebab yaitu bepergian. Hal menunjukkan bahwa menggabungkan dua salat
diperbolehkan dalam Islam namun harus ada sebab tertentu.
Salat jamak boleh dilaksanakan karena beberapa alasan (halangan), yakni:
1. Dalam perjalanan jauh minimal 81 km (menurut kesepakatan sebagian besar imam
madzhab)
2. Perjalanan itu tidak bertujuan untuk maksiat.
3. Dalam keadaan sangat ketakukan atau khawatir misalnya perang, sakit, hujan lebat,
angin topan dan bencana alam.
Salat fardu dalam sehari semalam yang boleh dijamak adalah pasangan salat duhur
dengan asar dan salat magrib dengan ‘isya. Sedangkan salat subuh tidak boleh dijamak.
Demikian pula orang tidak boleh menjamak salat asar dengan magrib.
Salat jamak dapat dilaksanakan dengan dua cara:
1. Jamak Takdim (jamak yang didahulukan), yakni menjamak dua salat yang
dilaksanakan pada waktu yang pertama. Misalnya menjamak salat duhur dengan asar,
dikerjakan pada waktu duhur ( 4 rakaat salat duhur dan 4 rakaat salat asar) atau
menjamak salat magrib dengan ‘isya dilaksanakan pada waktu magrib (3 rakaat salat
magrib dan 4 rakaat salat ‘isya).
2. Jamak Ta’khir (jamak yang diakhirkan), yakni menjamak dua salat yang
dilaksanakan pada waktu yang kedua. Misalnya menjamak salat duhur dengan asar,
dikerjakan pada waktu asar atau menjamak salat magrib dengan ‘isya dilaksanakan
pada waktu ‘isya.
Dalam melaksanakan salat jamak takdim maka harus berniat menjamak salat kedua pada
waktu yang pertama, mendahulukan salat pertama dan dilaksanakan berurutan, tidak
diselingi perbuatan atau perkataan lain. Adapun saat melaksanakan jamak ta’khir maka
harus berniat menjamak dan berurutan. Tidak disyaratkan harus mendahulukan salat
pertama. Boleh mendahulukan salat pertama baru melakukan salat kedua atau
sebaliknya.
A. Salat Jamak
1. Cara Melaksanakan Salat Jamak Takdim
Misalnya salat duhur dengan asar: salat duhur dahulu empat rakaat kemudian salat
asar empat rakaat, dilaksanakan pada waktu duhur.
Tata caranya sebagai berikut:
1) Berniat salat duhur dengan jamak takdim. Bila dilafalkan yaitu:

ٍ ‫ض الظُه ِْر اَرْ بَ َع َر َك َعا‬


‫ت َج ْمعًا تَ ْق ِد ْي ًما َم َع ال َعصْ ِر فَرْ ضًا هللِ تَ َعالى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّى فَر‬
“Saya niat salat salat duhur empat rakaat digabungkan dengan salat asar
dengan jamak takdim karena Allah Ta’ala”
2) Takbiratul ihram
3) Salat duhur empat rakaat seperti biasa.
4) Salam.

9
5) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (asar), jika dilafalkan sebagai berikut;
‫ت َج ْمعًا تَ ْق ِد ْي ًما َم َع الظُه ِْر فَرْ ضًا هللِ تَ َعالى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّى فَر‬
ٍ ‫ض ال َعصْ ِر اَرْ بَ َع َر َك َعا‬
“Saya niat salat asar empat rakaat digabungkan dengan salat duhur dengan
jamak takdim karena Allah ta’ala.”
6) Takbiratul Ihram
7) Salat asar empat rakaat seperti biasa.
8) Salam.
Catatan: Setelah salam pada salat yang pertama harus langsung berdiri,tidak
boleh diselingi perbuatan atau perkataan misalnya zikir, berdo’a, bercakap-
cakap dan lain-lain).
2. Cara Melaksanakan Salat Jamak Ta’khir.
Misalnya salat magrib dengan ‘isya: boleh salat magrib dulu tiga rakaat kemudian
salat ‘isya empat rakaat, dilaksanakan pada waktu ‘isya.
Tata caranya sebagai berikut:
1) Berniat menjamak salat magrib dengan jamak ta’khir. Bila dilafalkanyaitu:
  ‫ت َج ْمعًا تَأ ِخ ْيرًا َم َع ال ِع َشا ِء فَرْ ضًا هللِ تَ َعالَى‬ ِ ‫ض ال َم ْغ ِر‬
َ َ‫ب ثَال‬
ٍ ‫ث َر َك َعا‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِى فَر‬
“ Saya niat salat salat magrib tiga rakaat digabungkan dengan salat ‘isya
dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala”
2) Takbiratul ihram
3) Salat magrib tiga rakaat seperti biasa.
4) Salam.
5) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (‘isya), jika dilafalkan sebagai
berikut;
‫ب فَرْ ضًا هللِ تَ َعالَى‬
ِ ‫ت َج ْمعًا تَأ ِخ ْيرًا َم َع ال َم ْغ ِر‬ َ ْ‫صلّى فَر‬
ٍ ‫ض ال ِع َسا ِء اَرْ بَ َع َر َك َعا‬ َ ُ‫ا‬
“ Saya berniat salat ‘isya empat rakaat digabungkan dengan salat magrib dengan
jamak ta’khir karena Allah Ta’ala.”
6) Takbiratul Ihram
7) Salat ‘isya empat rakaat seperti biasa.
8) Salam.
Catatan: Ketentuan setelah salam pada salat yang pertama sama seperti salat
jamak takdim. Untuk menghormati datangnya waktu salat, hendaknya ketika
waktu salat pertama sudah tiba, maka orang yang akan menjamak ta’khir, sudah
berniat untuk menjamak ta’khir salatnya, walaupun salatnya dilaksanakan pada
waktu yang kedua.
Jika telah memenuhi syarat sah sebagai rukhsah, selain di jamak salat fardu juga
dapat di qasar maupun jamak qasar asalkan memenuhi syarat. Hal ini merupakan
rukhsah (keringanan) yang diberikan Allah agar manusia tidak meninggalkan

10
salat fardu walau dalam keadaan apapun, sebab Allah tidak menghendaki
kesukaran pada hambaNya.
B. Salat Qasar
Salat qasar adalah salat yang dipendekkan (diringkas), yaitu melakukan salat fardu
dengan cara meringkas dari empat rakaat menjadi dua rakaat. Salat fardu yang boleh
diringkas adalah salat yang jumlah rakaatnya ada empat yaitu duhur, asar dan ‘isya.
Hukum melaksanakan salat qasar adalah mubah (diperbolehkan) jika syaratnya
terpenuhi.
Allah berfirman dalam al Qur’an surat An Nisa ayat 101 yang artinya: “Dan apabila
kamu beprgian di muka bumi, maka tidak mengapa kamu menqasar salatmu, jika
kamu takut diserang orang-orang kafir, sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh
yang nyata bagimu,” Q.S.(An Nisa: 101)
Syarat-syarat salat qasar sama dengan syarat salat jamak hanya ditambah persyaratan
bahwa salat yang dapat diqasar adalah salat yang jumlah rakaatnya empat.
1. Tata caranya Salat Qasar :
Ambil contoh salat qasar duhur, dengan cara sebagai berikut:
1) Berniat salat dengan cara qasar. Jika dilafalkan sebagai berikut:

َ ْ‫صلّى فَر‬
‫ض الظُه ِْر َر ْك َعتَ ْي ِن قَصْ رًا هللِ تَ َعالى‬ َ ُ‫ا‬
Artinya: “ saya berniat salat duhur dua rakaat diqasar karena Alla Ta’ala”
2) Takbiratul ihrom.
3) Salat dua rakaat
4) Salam.

2. Salat Jamak Qasar


Salat jamak qasar adalah menggabungkan dua salat fardu dalam satu waktu
sekaligus meringkas (qasar).
Hukum dan syaratnya sama dengan salat jamak dan salat qasar. Salat jamak qasar
dapat dilaksanakan secara takdim maupun ta’khir.
Praktik Salat Jamak Qasar
Salat Jamak Qasar: misalnya salat duhur dengan asar. Tata caranya sebagai
berikut:
1) Berniat menjamak qasar salat duhur dengan jamak takdim. Jika dilafalkan
sebagai berikut:

َ ْ‫صلّى فَر‬
‫ض الظُه ِْر َر ْك َعتَ ْي ِن قَصْ رًا َمجْ ُموْ عًا اِلَ ْي ِه ال َعصْ ُر َج ْم َع تَ ْق ِد ْي ًما هللِ تَ َعالَى‬ َ ُ‫ا‬
“ Saya berniat salat duhur dua rakaat digabungkan dengan salat asar dengan
jamak takdim, diqasar karena Allah Ta’ala”
2) Takbiratul ihram.

11
3) Salat duhur dua rakaat (diringkas)
4) Salam.
5) Berdiri dan niat salat asar, jika dilafalkan sebagai berikut:

َ ْ‫صلّى فَر‬
‫ض ال َعصْ ِر َر ْك َعتَ ْي ِن قَصْ رًا َمجْ ُموْ عًا اِلَِى الظُه ِْر َج ْم َع تَ ْق ِد ْي ًما هللِ تَ َعالَى‬ َ ُ‫ا‬
“ Saya berniat salat asar dua rakaat digabungkan dengan salat duhur dengan
jamak takdim, diqasar karena Allah Ta’ala”
6) Takbiratul ihram.
7) Salat asar dua rakaat (diringkas). Wallahu a’lam.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang agama,
dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Sholat
mempunyai dua unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah
yang menyangkut perilaku berdasar pada gerakan sholat itu sendiri, sedangkan
unsur yang bersifat batiniyah adalah sifatnya tersembunyi dalam hati karena hanya
Allah-lah yang dapat menilainya.
2. Shalat merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa
kecuali.
3. Hikmah mendidirkan shalat yaitu:
a. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alloh dan mengingatNya, sperti surat
At-thaha ayat 14
b. Mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar seperti surat al-angkabut ayat
45
c. Mendekatkan diri kepada Alloh seperti surat al-Alaq ayat 19
d. Penyerahan diri manusia kepada Alloh secara tulusn ikhlas sperti surat al-
Bayyinah ayat 5
e. Meningkatkan disiplin, sabar, dan khusuk sperti surat al-Mukminum ayat 1-3
f. Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa raga seperti surat asy-Syams ayat 9-10
g. Meningkatkan sifat toleransi terhadap sesama manusia sperti surat al-Isra’ ayat
110.
4. Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
secara bersama sama dan salah satu diantara mereka diikuti oleh orang lain.
Orang yang diikuti dinamakan imam. Orang yang ,mengikuti dinamakan
makmum.
5. Adapun hikmah dari shalat berjamaah antara lain adalah:
a. Persatuan umat.
b. Mensyiarkan syiar Islam.
c. Merealisasikan penghambaan kepada Allah Tuhan semesta alam.
d. Membakar kemarahan musuh-musuh Islam.
e. Bersegera mengerjakan kebaikan dan melipatgandakan pahalanya.
f. Menghilangkan perbedaan status sosial.
g. Memantau keadaan umat Islam dan merealisasikan ukhuwah Islamiyah.
h. Belajar masalah-masalah agama yang tidak di ketahui
6. Shalat jamak adalah mengumpulkan shalat Dzuhur dan shalat Ashar atau
shalat Maghrib dan shalat Isya’ di waktu shalat yang pertama yang disebut
jamak taqdim atau di waktu shalat kedua yang disebut jamak ta’khir.
Sedangkan shalat Qashar adalah melaksanakan shalat Dzuhur, Ashar atau
Isya’ dengan dua rakaat oleh seorang musafir

3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca terutama pada dosen mata kuiah ini, agar dapat
pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan saranya, penulis
ucapkan terima kasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/amp/s/www.islampos.com/amp/ini-tata-cara-shalat-jamak-
dan-qasar-92724/
http://www.sarjanaku.com/2011/07/pengertian-shalat.html?m=1
http://aul-al-ghifary.blogspot.com/2013/10/makna-shalat-sesungguhnya.html?m=1
https://www.tongkronganislami.net/tata-cara-sholat-berjamaah/
https://jagad.id/pengertian-sholat-dalil-tujuan-dan-dasar-hukum/

14

Anda mungkin juga menyukai