Analisis Kasus Tindak Pidana Penyiraman Air Keras Yang Dilakukan Oleh Anggota Polisi
Analisis Kasus Tindak Pidana Penyiraman Air Keras Yang Dilakukan Oleh Anggota Polisi
Disusun Oleh:
Nama : Aditya Firdaus
NPM : 430200173321
i
DAFTAR TABEL
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan dalam keadaan dan
situasi yang tertentu oleh undang-undang dinyatakan terlarang, yang
karenanya telah terjadi dapat mengakibatkan penghukuman badan dan atau
moral bahkan perampasan sebagian kekayaan bagi pelakunya.
Hukum Pidana di Indonesia menjadi salah satu pedoman yang sangat
penting dalam mewujudkan suatu keadilan. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) adalah dasar yang kuat dalam rangka menentukan perbuatan
yang terlarang dan memiliki sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya.
Ketentuan umum, kejahatan hingga dengan pelanggaran menjadi tiga bagian
penting yang termuat dalam KUHP. Kejahatan merupakan perbuatan yang
menyalahi etika dan moral sehingga dari suatu kejahatan yang dilakukan
seseorang maka tentu perbuatan tersebut memiliki dampak yang sangat
merugikan orang lain selaku subjek hukum.Terdapat berbagai tindak
kejahatan yang dipandang sebagai suatu perbuatan pidana. Meskipun
sebagaian besartindak kejahatan yang telah termuat dan di atur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang secara tegas memiliki
ancaman sanksi pidana, kejahatan menjadi suatu bentuk sikap manusia yang
harus kita kawal bersama dalam membangun kehidupan bermasyarakat yang
tertib dan aman. Salah satu bentuk kejahatan yang seringkali terjadi di sekitar
kita yakni kejahatan dalam bentuk kekerasan seperti penganiyaan. Maraknya
tindakan penganiayaan yang kita lihat dari berbagai sumber menjadi pertanda
bahwa hal tersebut tidak lepas dari perilaku masyarakat yang kurang
terkontrol baik itu yang dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan
pengaruh lingkungan pergaulan yang kurang baik. Perselisihan baik secara
personal ataupun kelompok dapat menjadi suatu faktor yang dapat
mengundang terjadinya tindak kekerasan yang berujung pada penganiayaan.
1
Selain itu, KUHP telah mengklasifikasikan beberapa pasal yang berkaitan
dengan penganiayaan dan
2
juga jenis ataupun bentuk penganiayaan yang tentu memiliki konsekuensi
pemidanaan yang berbeda pula. Dalam KUHP, delik penganiayaan
merupakan suatu bentuk perbuatan yang dapat merugikan orang lain terhadap
fisik bahkan dapat berimbas pada hilangnya nyawa orang lain. Tidak hanya
itu, terdapatnya aturan pidana dari penganiyaan yang dapat menyebabkan
luka berat ataupun menyebabkan hilangnya nyawa orang lain jelas harus
dipandang sebagai suatu perbuatan yang sangat merugikan korbannya selaku
subjek hukum yang patut untuk mendapatkan keadilan. Ketentuan pidana
terhadap tindak pidana atau delikpenganiayaan sendiri telah termuat dalam
KUHP yakni pada Pasal 351 s/d Pasal 358. ( Nurindah Eka Fitriani,2017)
Air keras merupakan larutan asam kuat yang jika mengenai kulit akan
menimbulkan nyeri yang bisaj jadi akan membuat kulit mengalami luka
bakar. Cairan ini berbahan dari hidrogen dan klorida (HCL) atau asam klorida
yang biasa digunakan perindustrian zat–zat warna. Seperti contoh asam sulfat
yang digunakan untuk aki, asam klorida untuk membersihkan permukaan
logam sebelum disoldir, asam nitrat untuk menguji logam mulia, dan asam
fosfat untuk membuat garam fosfat. Dari kandungan ini yang membuat air
keras menjadi sangat berbahaya jika terkena kulit manusia. Zat kimia ini
sebenarnya diperuntukkan bagi kebutuhan industri.
Keasaman satuan pH (potential of Hydrogen) merupakan alat ukur untuk
mengetahui derajat keasaman. pH diukur pada skala dari 0 sampai 14. Air
murni netral, pada suhu 25 derajat Celcius, memiliki pH 7,0. Larutan dengan
pH kurang dari 7,0 menunjukkan sifat asam, dan larutan dengan pH lebih dari
7,0 dikatakan bersifat basa atau alkali. Air keras ini memiliki kandungan
kadar asam yang tinggi sehingga mempunyai sifat merusak. Setidaknya ada
empat jenis asam yang ada dalam kandungannya, seperti HCL (asam klorida),
HNO3 (asam nitrat), H3PO4 (asam fosfat), dan H2SO4 (asam sulfat).
Konsentrasi asam HCL biasanya sekitar 38 persen, HNO3 (68 persen),
H3PO4 (70 persen), dan H2SO4 (96 persen). Biasanya asam klorida
digunakan dalam produksi industri pewarna dan umum juga digunakan untuk
membersihkan permukaan logam sebelum disolder, serta menghilangkan
3
karat dan kerak besi baja. Pada dasarnya, asam jenis ini terkandung dalam
tubuh manusia namun kadarnya yang rendah. Cairan ini diproduksi dinding
lambung untuk memproses pencernaan makanan. Selain itu, dinding lambung
juga ada sel goblet yang berfungsi menghasilkan semacam lapisan lendir
untuk melindungi dari HCL. Sehingga HCL tidak merusak lambung.
Jika mengenai kulit, air keras mampu membuat kulit dehidrasi, inilah yang
menyebabkan kulit terasa panas. Air yang mengalir akan mampu
mendinginkan jaringan di sekitar kulit. Bahkan, jika cairan menyentuh mata
maka hendaknya segera siram dengan air hangat selama 20 menit. Dengan
menghirup uapnya saja, harus buru-buru ke tempat dengan sirkulasi udara
segar. Apalagi, hal itu jika sampai terminum, korban jika masih sadar
dianjurkan untuk minum air putih du gelas. Namun setelah itu perlu
dilakukan penindakan medis. Sementara itu, jika larutan ini terhirup, bisa
berakibat sangat toksik, bahkan kematian. Iritasi berat bisa terjadi pada
hidung dan tenggorokan. Gejalanya berupa batuk, napas sesak, dan dada
seperti tertekan. Jika korban masih bisa selamat terkadang mereka harus
menanggung trauma fisik maupun psikologis karena cacat. Pasalnya, larutan
tersebut akan membuat jaringan kulit meleleh sehingga putihnya tulang
terlihat. Jika lukanya cukup dalam, terkadang kulit pun bisa hancur.
Asam sulfat atau sulphuric acid adalah asam mineral kuat tak berwarna
dengan sifat korosif yang tinggi. Asam sulfat dapat larut dalam air dalam
berbagai perbandingan. Asam sulfat sangat berbahaya bila terkena jaringan
kulit karena sifatnya yang korosif, dan dengan sifatnya sebagai penarik air
yang kuat (pendehidrasi) akan menimbulkan luka seperti luka bakar pada
jaringan kulit. Semakin tinggi konsentrasi asam sulfat semakin bertambah
bahayanya. Walaupun asam sulfat tersebut encer, akan tetap mampu
mendehidrasi kertas jika tetesan asam sulfat dibiarkan di kertas dalam waktu
lama. ( Nanda Febrianto, 2019)
Saat ini, berbagai macam tindakan teror telah merambah hingga ke pejabat
publik di Indonesia. Ancaman demi ancaman didapatkan oleh penegak
hukum karena membongkar kasus-kasus tertentu ataupun menetapkan para
4
tersangka lalu mempidanakan orang tersebut, kini menjadi bumerang bagi
penegak hukum ataupun bagi pihak yang mendukung pihak tertentu. Tidak
hanya meneror menggunakan bom rakitan yang dibuat oleh oknum tertentu
yang ditujukan kepada beberapa pihak, tetapi serangan teror melalui aksi
pengeroyokan, penembakan, penusukan, penyiraman air keras bahkan teror
melalui teknologi seperti Short Message Service (SMS), bahkan melalui
media sosialpun kini telah merambah kepada aksi teror. Semua ini dilakukan
oleh oknum yang tidak bertanggungjawab dan ingin mencelakakan seseorang
yang merugikan dirinya ataupun ada indikasi untuk melemahkan penegakan
hukum yang sedang berlangsung di Indonesia. Di pertengahan semester
pertama tahun 2017, yaitu pada Hari Selasa, 11 April 2017 tepatnya ba’da
shalat shubuh, Novel Baswedan, seorang pejabat publik dibidang penegakan
hukum yang menjabat sebagai salah satu Penyidik Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) yang resmi menjadi penyidik tetap pada tahun 2014, telah
menjadi korban aksi teror yang dilakukan oleh Orang Tak Dikenal (OTK)
dengan cara disiram oleh air keras yang diketahui berjenis Asam Sulfat
(H2SO4). Novel Baswedan, pria kelahiran Semarang pada 22 Juni 1977 ini
merupakan lulusan dari Akademi Kepolisian pada tahun 1998. Setahun
kemudian beliau bertugas di Bengkulu hingga tahun 2005, dimana pada tahun
2004 ia menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Bengkulu yang berpangkat
Komisaris. Dari situlah, Novel ditarik ke Bareskrim Mabes Polri. Kemudian,
pada Januari 2007 ia ditugaskan sebagai penyidik untuk KPK. Lalu, pada
tahun 2014, Novel resmi diangkat menjadi penyidik tetap oleh KPK. Sepak
terjang Novel Baswedan sebagai seorang Penyidik KPK sudah tidak
diragukan lagi, berbagai aktivitas korupsi maupun suap yang dilakukan oleh
pejabat publik berhasil ia tuntaskan, serta berhasilnya tim KPK melakukan
Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap pejabat publik yang menerima
suap.
Beberapa kasus besar yang berhasil diungkap oleh Novel ialah, pada tahun
2009, Novel memimpin penyergapan terhadap Bupati Buol yang saat itu
5
terjerat kasus suap proses perizinan kebun sawit. Selanjutnya, ia juga berhasil
mengungkap kasus korupsi Wisma Atlet Hambalang yang terjadi pada tahun
6
2. Apakah hukuman pidana tersebut sesuai dengan Undang-Undang yang
telah ditetapkan?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penjatuhan pidana yang diberikan terhadap pelaku
teror menggunakan air keras terhadap Novel Baswedan dan kesesuaian
hukuman pidana tersebut dengan Undang-Undang yang berlaku.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dari segi teoritis, dapat memberikan sumbangan teoritis bagi
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, dalam hal ini
perkembangan dan kemajuan Ilmu Hukum Pidana. Diharapkan penulisan
ini dapat dijadikan referensi tambahanbagi para akademisi, penulis, dan
para kalangan yang berminat dalam kajian bidang yang sama.
Karya akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu dalam Kriminologi karena berusaha untuk menjelaskan suatu
penghukuman yang salah yang diberlakukan oleh pemerintah dalam
upaya mengurangi angka kejahatan terhadap lasus teror dengan
penganiayaan.
2. Sumbangan praktis
Dari segi praktis, dapat dijadikan masukan dan sumber informasi
bagi pemerintah dan lembaga yang terkait, terutama bagi para aparat
penegak hukum dalam rangka penerapan supremasi hukum. Juga dapat
dijadikan sumber informasi dan referensi bagi para pengambil kebijakan
guna mengambil langkah strategis dalam pelaksanaan penerapan hukum.
Bagi masyarakat luar, penulisan ini dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan referensi untuk menambah pengetahuan.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemahaman terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya mengenai
kasus teror dengan penganiayaan. Serta memberikan ancaman pada
7
masyarakat luas bahwa kasus teror dengan penganiayaan harus
dihilangkan dari Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
delictum. Sedangkan perkataan ”feit” itu sendiri di dalam bahasa
Belanda berarti ”sebagian dari kenyataan” atau ” een gedeelte van
werkelijkheid” sedangkan ”strafbaar” berarti ” dapat dihukum”,
sehingga secara harfiah perkataan ”strafbaar feit” itu dapat
9
10
teori ini disebut teori absolut Pidana merupakan tuntutan mutlak, bukan
hanya sesuatu yang perlu dijatuhkan tetapi menjadi keharusan. Hakikat
suatu pidana menurut teori ialah pembalasanPenganut dari teori ini
ialah Immanuel Kant dan Leo Polak. Teori ini mengatakan bahwa
kejahatan sendirilah yang memuat anasir-anasir yang menuntut pidana
dan yang membenarkan pidana dijatuhkan. Kant mengatakan bahwa
konsekuensi tersebut adalah suatu akibat logis yang menyusul tiap
kejahatan. ( Pipin Syarifin, 2008)
Menurut rasio praktis, maka tiap kejahatan harus disusul oleh
suatu pidana. Oleh karena menjatuhkan pidana itu sesuatu yang
menurut rasio praktis, dengan sendirinya menyusul suatu kejahatan
yang terlebih dahulu dilakukan, maka menjatuhkan pidana tersebut
adalah sesuatu yang dituntut oleh keadilan etis. ( Djoko Prakoso dan
Nurwachid, 2016)
Menjatuhkan pidana itu suatu syarat etika, sehingga teori Kant
menggambarkan pidana sebagai suatu pembalasan subjektif belaka.
2. Teori Relatif atau Teori Tujuan
Teori ini muncul sebagai reaksi keberatan terhadap teori absolut.
Menurut teori ini, memidana bukanlah untuk memuaskan tuntutan
absolut dari keadilan.Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai,
tetapi hanya sebagai sarana untuk melindungi kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu sebagaimana yang telah dikutip dari J. Andenles, dapat
disebut sebagai “teori perlindungan masyarakat” (the theory of social
defense). ( Marlina,2011)
Bertitik tolak pada dasar pemikiran bahwa tujuan utama pidana
adalah alat untuk menyelenggarakan, menegakkan dan
mempertahankan serta melindungi kepentingan pribadi maupun
publik dan mempertahankan tata tertib hukum dan tertib sosial dalam
masyarakat (rechtsorde; social orde) untuk prevensi terjadinya
kejahatan. Maka dari itu untuk merealisasikannya diperlukan
23
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan
yuridis empiris.
1. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan
cara mempelajari teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan
dengan masalah. Pendekatan normatif atau pendekatan kepustakaan
adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. (Soerjono
Soekanto, 2009)
2. Pendekatan yuridis empiris atau penelitian sosiologi hukum, yaitu
pendekatan yang mempelajari hukum dalam kenyataan baik berupa
sikap, penilaian, perilaku, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
dan yang dilakukan dengan cara melakukan penelitian dilapangan.
Pendekatan Empiris tidak bertolak belakang dari hukum positif tertulis
(perundang-undangan) sebagai data sekunder, tetapi dari perilaku nyata
sebagai data primer yang diperoleh dari lokasi penelitian lapangan (field
researh). (Abdulkadir Muhammad, 2011)
B. Sumber dan Jenis Data
Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara
data yang diperoleh langsung dari lapangan data yang diperoleh dari bahan
pustaka. Sumber data yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi
ini, adalah sebagai berikut : ( Soerjono Soekanto, 1986)
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari masyarakat.
Dengan demikian, data primer merupakan data yang diperoleh dari
studi lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penulisan.
25
26
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari
peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, dan dokumen yang
berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Bahan hukum primer yaitu data yang diambil dari sumber aslinya
yang berupa undang-undang yang memiliki otoritas tinggi yang
bersifat mengikat untuk penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat. Dalam penelitian ini bahan hukum primer terdiri
dari:
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 juncto Undang-Undang
Nomor 73 Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP).
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana
3) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
b. Bahan Hukum Sekunder yaitu merupakan bahan hukum yang
memberikan keterangan terhadap bahan hukum primer dan
diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya atau dengan kata
lain dikumpulkan oleh pihak lain, dapat berupa Putusan
Pengadilan. (Peter Mahmud Marzuki, 2005)
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder yang lebih dikenal dengan nama acuan
bidang hukum,misal kamus hukum, indeks majalah hukum, jurnal
penelitian hukum dan penelitian yang berwujud laporan dan buku-
buku hukum. ( Soerjono Soekanto, 1986)
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini
ditempuh prosedur sebagai berikut:
27
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa
bab yang mana pada setiap bab ada pembagian sub bab yang masing-
masing sub bab mempunyai penjelasan masing-masing yaitu:
BAB I: Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfat penelitian.
BAB II: adalah tinjauan pustaka. Pada bab ini memaparkan
mengenai pengertian tinjauan yuridis, pengertian tindak pidana, tinjauan
umum mengenai tindak pidana narkotika, macam-macam sanksi dalam
undang-undang narkotika, teori pemidanaan.
BAB III: adalah pemaparan mengenai metode penelitian yang akan
dilakukan yange berisi pendekatan masalah, sumber dan jenis data,
prosedur pengumpulan dan pengolahan data, analisis data, sistematika
pembahasan, dan jadwal penelitian.
BAB IV: merupakan bab yang menjelaskan mengenai hasil dan
pembahasan mengenai penelitian yang terlah dilakukan.
BAB V: merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.
29
F. Jadwal Penelitian
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
N Kegiatan Periode
o Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan
Outline
2 Penyerahan
Proposal
Penelitian
3 Sidang Proposal
4 Pengumpulan
Data Penelitian
dan Bimbingan
5 Pengumpulan
Hasil Penelitian
6 Sidang Hasil
Penelitian
7 Perbaikan Hasil
Penelitian
8 Pengumpulan
Revisi Hasil
Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Andi ayub Saleh. Tamasya Penemuan Hukum Dalam Law In Book And Law In
Action Menuju Penemuan Hukum , Jakarta, Yarsif Watampone, hlm 76
Amir Ilyas, 2012, Asas-asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta
dan Pukap Indonesia, Yogyakarta, hlm. 18
Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari, 2005, Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, hlm.51
Fadhillah, Ahmad Rizki, 2018, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pengedar
Narkotika Yang Dilakukan Oleh Residivis Dihubungkan Dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Bandung: Fakultas Hukum Unpas.
H.Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (Jakarta: FKUI,
2003), hlm.12.
I Made Widnyana, 2010, Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Fikahati Aneska,
Jakarta, hlm. 57
Mardani. Hukum Aktual. Bogor: Ghalia Indonesia. 2009, hlm. 16-21
Mahmud Mulyadi, “Revitalisasi Alas Filosofis Tujuan Pemidanaan Dalam
Penegakan Hukum Pidana Indonesia” Medan: Repository USU, 2006. Hal. 6.
Marlina, Hukum Penitensier (Bandung: Refika Aditama, 2011). hlm. 27-28.
30
R.Soema Dipradja. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta, Alumni, hlm 6
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, Jakarta: Balai Lektur
Mahasiswa, hal. 56
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum Cet ke-3. Jakarta:UI. Press.
1986, hlm. 125
Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum.Jakarta: Rajawali 1983, hlm.124.
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 13-14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia
Press,1986, hlm. 11.
Soerjono Soekanto.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta.
Raja Grafindo Persada. 1983. hlm.4-5
Soedjono Dirjosisworo, 1990, Hukum Narkotika di Indonesia, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti. Hlm.24
Sudarto, 1990, Hukum Pidana, Purwokerto, Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman, hlm. 23.
Supramono, 2001, Hukum Narkotika Indonesia, Djambatan, Jakarta, hlm. 5
Syamsul Hidayat, 2010, Pidana Mati di Indonesia, Genta Press, Yogyakarta,
hlm.1
Taufik Makarao, 2005, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta, hlm. 17
Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana (Bandung: Nusa Media,
2013). Hlm 87
31