Anda di halaman 1dari 3

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit

keganasan atau neoplasma yang terjadi di daerah leher rahim atau mulut rahim

pada bagian terendah dari rahim yang menonjol kepuncak liang sanggama

(vagina). Penyebab penyakit ini merupakan virus HPV (Human Papiloma Virus)

tipe onkogenik dan banyak diderita oleh wanita yang telah menikah atau aktif

dalam melakukan aktifitas seksual Fitrisia et al., 2019. Berdasarkan data

Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya

peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000

penduduk pada tahun 2018. Kanker terbanyak di Indonesia, yaitu kanker serviks.

Kanker serviks di Indonesia merupakan kanker yang paling umum terjadi dengan

tingkat kejadian 23,4 per 100.000 penduduk dengan kematian 13,9 per 100.000

penduduk. Kondisi ini membuat kanker serviks disebut sebagai penyakit

pembunuh wanita nomor satu di Indonesia. Tingkat kematian yang tinggi dari

kanker serviks secara global dapat dikurangi melalui pendekatan komprehensif

yang mencakup pencegahan, diagnosis dini, skrining yang efektif dan program

pengobatan (WHO, 2018). Dampak yang timbul jika perempuan tidak melakukan

deteksi dini kanker leher Rahim biasanya kanker serviks terdeteksi sudah stadium

lanjut (Suprapti I, 2017).

Kanker serviks dapat diketahui dengan melakukan deteksi dini. Beberapa

deteksi dini yang bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan kanker serviks

adalah Pap Smear, Pap net, servikografi, tes inspeksi visual asam asetat (IVA), tes

high-risk type (HPV), kolposkopi, dan sitologi berbasis cairan. Dari beberapa

macam metode dalam deteksi dini kanker serviks, tes IVA menjadi metode yang

saat ini menjadi program pemerintah di seluruh puskesmas di Indonesia, yaitu


dengan gerakan pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia.

Kegiatan ini merupakan bagian dalam mewujudkan masyarakat hidup sehat dan

berkualitas, hal ini sesuai dengan tercapainya Nawacita kelima yaitu

meningkatkan kualitas hidup manusia Fauza et al., 2019.

Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) merupakan program yang

tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

796/MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman teknis pengendalian kanker serviks

dan payudara. Banyak wanita yang masih belum mengetahui pengetahuan dan

mau melakukan pemeriksaan IVA diketahui dari data yang ada di Puskesmas yang

belum memenuhi target. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor penyebab

perilaku ibu usia subur dalam melakukan pemeriksaan IVA diantaranya Tingkat

pengetahuan ibu, sikap, akses informasi, dan dukungan suami berhubungan

dengan keikutsertaan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA Fauza

et al., 2019.

Fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya pada wanita usia subur

yaitu adanya rasa malu dan takut untuk melakuan pemeriksaan IVA (Inspeksi

Visual Asam asetat). Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan

informasi pada ibu (wanita usia subur) mengenai kanker serviks dan proses

pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) yang berakibat pada rendahnya

kunjungan klien dalam pemeriksaan IVA (Vaulya, 2015).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berminat untuk mengetahui

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang IVA Dengan Keikutsertaan IVA Pada PUS

di Desa Simorejo Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

Anda mungkin juga menyukai