Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK DAN PRODESUR BIMBINGAN KONSELING

MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

BIMBINGAN KONSELING

Dosen Pengampu:

Ibu. Khafidotun Nasikhah, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 04

1. M. Hafidz Romadlon NPM. 190109489

2. Muhammad Efendi S. NPM. 190109482

3. Didik Agustina NPM. 190109479

4. Moh. Afif Wahyudi NPM. 190109491

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

APRIL 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknik dan Prosdur Konseling” tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Praktek Layanan Bimbingan
dan Konseling”.
Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami pengetahuan secara
mendalam tentang teknik dan prosedur bimbingan dan konseling. semoga makalah ini
dapat berguna khususnya untuk kami umumnya untuk mahasiswa. Kami ingin
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Khafidotun Nasikha, M.Pd selaku dosen mata
kuliah Bimbingan dan Konseling, atas bimbingan dan pengarahannya selama
penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada
intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang
lebih baik lagi.

Kediri, 02 April 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... II


DAFTAR ISI ............................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Pengertian Teknik Konseling ............................................................................... 3
B. Proses Konseling................................................................................................... 4
C. Ragam Teknik-Teknik Bimbingan dan Koseling ................................................. 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 11
Kesimpulan ................................................................................................................ 11
Saran .......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apa itu Bimbingan dan Konseling? Membahas bimbingan dan Konseling untuk dunia
pendidikan menjadi menarik. Karena, hal ini berkaitan dengan masa depan generasi
muda yang akan memimpin bangsa ini ke depan. Berbagai masalah di era modern
sekarang ini menurut pihak sekolah untuk meningkatkan profesionalitas konselor,
sehingga mampu memecahkan setiap problem yang dialami siswa, baik pribadi
maupun sosial.
Konseling merupakan aktivitas yang menangani klien yang mempunyai masalah,
namun masih sadar tentang masalahnya. Dalam wawancara ataupun diskusi, klien
masih dapat menjelaskan masalah yang dihadapi secara jelas, masih dapat nyambung
antara konselor dengan klien. Sehingga konselor mampu untuk menggali data yang
banyak dari klien untuk dijadaikan bahan pertimbangan dalam membantu klien
mengatasi masalahnya. Sehingga dengan adanya bimbingan konseling ini diharapkan
mampu untuk meningkatkan dan mengatasi masalah yang dihadapi oleh para peserta
didik.
Disamping penggalian data, konselor harus memiliki teknik dalam membantu klien
dalam menyelesaikan masalah, karena dalam proses konseling teknik yang baik
merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor
harus mampu merespon klien dengan teknik yang benar, sesuai keadaan klien saat itu.
Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan yang dapat menyentuh, merangsang,
dan mendorong sehingga klien mau terbuka untuk menyatakan dengan bebas
perasaan, pikiran, dan pengalamannya.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Pendapat lain
mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses
interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu
memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan
tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif
prilakunya.

1
Bimbingan dan konseling membutuhkan tehnik yang tidak mudah. Diperlukan
pembiasaan terhadap macam-macam tehnik yang ada, supaya konselor mahir dalam
kerja praktiknya. Di samping itu, keberanian dalam mempraktikan macam-macam
tehnik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai tehnik. Selain konselor harus
menguasai tehnik juga harus paham tentang prosedur-prosedur dalam bimbingan dan
konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Teknik dan Prosedur Konseling?
2. Apakah yang dimaksud Perilaku Attending, Rapport, empati dan Refleksi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun maksud penulis dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Teknik Prosedur dan Konseling
2. Untuk Mengtahui apa yang dimaksud Perilaku Attending, Rapport, empati dan
Refleksi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknik-teknik Konseling


Pengertian Konseling mengalami perubahan. Pada awal perkembangannya di
Indonesia, istilah yang di gunakan adalah “Penyuluhan”. Namun sejak tahun 1980-an
istilah ini dirubah menjadi konseling. Hal tersebut dimaksudkan untuk membedakan
dengan istilah penyuluhan pertanian dan sebagainya.
Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan
masalah kehidupan dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan
keadaaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Individu
yang mengalami masalah tersebut dibantu oleh konselor yang mana diharapkan
mampu untuk mengatasi masalahnya atau mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menamakan teknik konseling, yaitu
ketrampilan konseling, strategi konseling, dan teknik konseling. Semua istilah tersebut
mengandung penngertian yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam
hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu
mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi
lingkungan, yakni nilai-nilai sosial, budaya, dan agama.
Bagi seorang konselor menguasai teknik konseling adalah mutlak. Sebab dalam proses
konseling teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan
konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespon klien dengan teknik
yang benar. Sesuai keadaan klien saat itu. Respon yang baik adalah pertanyaan-
pertanyaan verbal dan nonverbal yang dapat menyentuh, merangsang dan mendorong
sehingga klien terbuka menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan
pengalamannya. Selanjutnya klien harus terlibat dalam mendiskusikan mengenai
dirinya bersama konselor.
Respon konselor terhadap klien mencakup dua sasaran yaitu (1) perilaku verbal, dan;
(2) perilaku nonverbal. Perilaku verbal mencakup semua pertanyaan baik itu kalimat-
kalimat yang panjang, singkat, maupun kalimat yang terpotong-potog seperti oh, aduh,
yah, dan sebagainya. Sedangkan perlaku noverbal adalah semua perilaku bahasa tubuh

3
berupa isyarat, posisi tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, letak tangan, anggukan
kepala, jarak duduk, dan posisi kaki.
Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk
membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar
menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil
sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau
bertatap muka.

B. Prosedur Konseling
Proses konseling akan menempuh beberapa langkah yaitu : Menentukan masalah,
Pengumpulan data, Analisis data, Diagnosis, Prognosis, Terapi, Evaluasi dan follow
up.
1. Menentukan Masalah
Menentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
melalukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh klien
(siswa) misalnya seorang siswa sebut saja namanya putra berdasarkan fenomena dan
perilaku sehari hari yang ditunjukan oleh siswa tersebut dapat di identifikasi bahwa
masalahnya yang sedang dialaminya adalah:
a. sering terlambat masuk kelas (tidak disiplin)
b. sering bolos sekolah
c. sering menggangu teman dalam belajar (suka usil)
d. sulit berkonsentrasi dalam belajar agama islam
e. prestasi belajar terus menurun
f. merokok secara sembunyi sembunyi (ketagihan rokok)
g. dikucilkan dari pergaulan teman teman disekolah atau madrasah
h. sering rebut dengan orang tua terutama ayah dan lain lain.
Berdasarkan identifikasi diatas dapat diketahui bahwa putra memiliki delapan
masalah. untuk menentukan masalah yang mana untuk dipecahkan harus
menggunakan prinsip skala prioritas. Penetapan skala prioritas ditentukan atau dasar
akibat atau dampak yang lebih besar terjadi bila masalah diatas misalnya pembimbing
(konselor) menetapkan masalah
“prestasi belajar yang menurun” untuk diprioritaskan dipecahkan melalui layanan
konseling alasannya karena putra statusnya sebagai pelajar. Apabila tidak segera

4
dibantu dikhawatirkan ia tidak lulus. Mudah mudahan dengan terpecahkan masalah
“prestasi menurun” masalah-masalah yang lain juga menjadi berkurang.
2. Pengumpulan Data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling selanjutnya adalah
mengumpulkan data siswa yang bersangkutan harus secara komprenhensif
(menyeluruh) yangmeliputi: data diri, data orang tua (ayah ibu) data pendidikan, data
kesehatan dan data lingkungan .
Data diri biasanya mencakup: nama lengkap, nama panggilan, nama kesayangan, jenis
kelamin, anak keberapa, status anak dalam keluarga misalnya anak kandung, tiri, atau
angkat, tempat tanggal lahir, agama, hobi, atau cita cita, ciri-ciri tubuh, alamat dan lain
sebagainya. Data orang tua dapat mencakup: nama ayah, tempat dan tanggal lahir,
agama, pekerjaan, penghasilan setiap bulan, alamat dan nama ibu tempat, tanggal
lahir, agama, pekerjaan, penghasilan, alamat dan lain lain. Data pendidikan dapat
mencakup tingkat pendidikan, status sekolah, lokasi sekolah, sekolah sebelumnya,
kelas berapa dan lain lain.
Data kesehatan dapat mencakup: riwayat penyakit yang pernah diderita, pernah atau
tidak dirawat dirumah sakit dan gangguan kesehatan lain yang bias mempengaruhi
fisik dan psikis ssiswa yang bersangkutan. Data lingkungan dapat mencakup: dimana
siswa tinggal, dengan siapa ia tinggal, bagaimana pola asuh keluarga dalam
lingkungan seperti apa dan lain sebagainya.
Data-data siswa (putra) diatas dapat dikumpulkan dengan cara tes dan nontes
Pengumpulan data siswa dengan tes dapat mencakup : tes kecerdasan (IQ), tes hasil
belajar, tes bakat minat dan lain sebagainya. Pengumpulan data siswa dengan cara
non tes seperti: observasi atau pengamatan, angket atau daftar isian (Untuk orang tua
dan siswa), wawancara sosiometri, biografi atau catatan harian, pemeriksaan fisik atau
kesehatan, studi kasus, kunjungan rumah dan lain sebagainya.

3. Analisis Data
Data-data siswa yang telah dikumpulin selanjutnya dianalisis. Data hasil tes bisa
dianalisis secara kuantitatif dan data hasil dapat dianalisis secara kualitatif. Misal nya
hasil tes belajar putra pada setiap mata pelajaran memperoleh nilai lima dan rata rata
dibawah lima. Berdasarkan data tersebut bisa dinyatakan bahwa presentasi belajar
putra lebih rendah dan seterusnya untuk data yang diperoleh melalui non test

5
(misalnya sosiometri) dari 40 orang teman sekelas putra hanya lima orang yang
memilih suka berteman dengan putra. berdasarkan kan data tersebut, analisisnya
adalah bahwa putra cenderung tidak disukai oleh teman temannya (fenomena adalah
putra dari pergaulan oleh teman teman disekolah) seterusnya dari analisis data akan
diketahui siapa putra ? dan apa sesungguhnya masalah yang dialami oleh putra ?

4. Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor) menetapkan latar belakang
masalah atau factor factor penyebab timbulnya masalah pada siswa (klien). Pada
contoh diatas adalah pembimbing (konselor) mencari factor factor penyebab
timbulnya masalah pada putra yakni faktor-faktor penyebab presesntasi belajar putra
yang rendah dan di kucilkan dari pergaulan oleh teman teman disekolah dan
madrasah.
5. Prognosis
Setelah diketahui factor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (dalam contoh
diatas adalah masalah pada putra) selanjutnya pembimbing atau konselor menetapkan
langkah langkah bantuan yang akan diambil. jenis bantuan apa bisa diberikan sesuai
dengan masalah yang dihadapi oleh siswa (putra). Berdasarkan masalah putra di atas
diberikan bimbingan belajar misalnya pengajaram remedial, les tambahan dan lain lain
yang sesuai dengan bimbingan social yang tujuannya agar putra memperoleh
penyesuaian social teman temannya disekolah.
6. Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan selanjutnya adalah
melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan. Dalam contoh diatas pembimbing
atau konselor melaksanakan bantuan belajar atau bantuan social yang telah ditetapkan
untuk memecahkan masalah putra.
7. Evaluasi atau Follow Up
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberiakan
memperoleh hasil atau tidak dalam contoh diatas apakah pelaksanakan pemberian
bimbingan belajar dan social kepada putra telah memberikan hasil di mana prestasi
belajar putra meningkat atau perilaku putra berubah sehingga mulai disenangi oleh
teman temannya atau belum. Apabila sudah diberikan hasil apa langkah langkah
selajutnya yang perlu diambil. Begitu juga sebaliknya apabila belum berhasil.

6
C. Macam-macam Teknik Konseling
Bimbingan dan Konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan
pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam
kerja praktik. Di samping itu, diperlukan keberanian dalam memperaktikkan macam-
macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai teknik. Terkadang, ada
seseorang yang ketika enjoy dengan satu teknik, dia tidak mau mencoba teknik lain.
Mental status quo semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan
observasi terus-menerus untuk mengembangkan teknik konseling sebagai jawaban
terhadap kompleksitas problem di era modernisasi dan informasi sekarang ini.
Banyak tehnik konseling yang dapat digunakan oleh konselor untuk menangani
kliennya, yaitu:
1. Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup
komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik
adalah merupakan kombinasi ketiga komponen tersebut sehingga memudahkan
konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Attending yang baik
dapat:
a. Meningkatkan harga diri klien; sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan
konselor menghampiri klien. Karena dia dihargai, maka merasa harga diri ada atau
meningkat.
b. Menciptakan suasana yang aman; dengan perilaku ini klien merasa aman, karena
klien merasa ada orang yang bisa dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa
terlindungi secara emosional.
c. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas; memberikan keyakinan
kepada klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi
hati dan perasaannya. Berikut akan dikemukakan contoh perilaku attending yang baik
:
1) Kepala; melakukan anggukan jika setuju.
2) Ekspresi wajah; tenang, ceria, senyum.
3) Posisi tubuh; agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak
dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
4) Tangan; variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan
tangan sebagai isyarat, menggunakan gerakan tangan untuk menekankan ucapan.

7
5) Mendengarkan; aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai,
diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Adapun contoh perilaku attending yang tidak baik :
1) Kepala; kaku
2) Muka; kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien
sedang bicara, mata melotot.
3) Posisi tubuh; tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh,
duduk kurang akrab dan berpaling.
4) Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi
kesempatan klien berfikir dan berbicara.
5) Perhatian; terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
2. Rapport
Rapport adalah suatu hubungan (relationship) yang ditandai dengan keharmonisan,
kesesuaian, kecocokan dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan persetujuan,
kesejajaran, kesukaan dan persamaan. Jika sudah terjadi persetujuan dan persamaan,
timbul kesukaan terhadap satu sama lain.
Didalam kehidupan sehari-hari ada dua cara kita melihat orang lain. Pertama, melihat
perbedaan. Cara melihat ini diwarnai dengan perasaan egosentrisme, yakni melihat
orang lain dari kelemahannya, kesalahannya, atau keburukannya. Dan menganggap
diri sendiri adalah yang paling hebat, pandai, terhormat, mulia dan sebagainya.
Akibatnya orang ini hanya melihat perbedaan, sehingga menjurus kepada
individualistik. Kedua, memandang orang lain dari persamaan. Pandangan ini
melahirkan sikap ingin berbagi (sharing) dengan orang lain. Islam mengajarkan bahwa
“sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah perselisihan
diantara saudara-saudaramu”(Q.S.Al Hujurat:100)
Didalam konseling, seorang konselor harus mampu menciptakan rapport. Bagaimana
caranya?
a. Pribadi konselor harus empat, merasakan apa yang dirasakan kliennya. Dia juga
harus terbuka, menerima tanpa syarat, dan mempunyai rasa hormat dan menghargai.
b. Konselor harus mampu membaca perilaku nonverbal klien. Terutama yang
berhubungan dengan bahasa lisannya.
c. Adanya rasa kebersamaan, intim, akrab, dan minat membantu tanpa pamrih.
Artinya ada keikhlasan, kerelaan dan kejujuran pada diri konselor.

8
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan
mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani
hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam
terhadap klien dan masalahnya.
Melalui teknik ini maka akan tercipta hubungan yang akrab antara konselor dan klien
yang ditandai dengan saling mempercayai. Implementasi teknik rapport dalam
konseling yaitu: pemberian salam yang menyenangkan, menetapkan topic
pembicaraan yang sesuai, susunan ruang konseling yang menyenangkan, sikap yang
ditandai dengan kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, dan menjamin
kerahasiaan klien; serta kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.

3. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa
dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan
sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Ada dua macam empati, yaitu :
a. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan,
pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.
Contoh ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”.
” Saya dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
b. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan,
pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena
konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien
tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan,
pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi
: Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan
pengalaman Anda itu”.
Kehidupan dunia dalam klien merupaka rahasia yang sulit untuk ditembus. Bahkan
keadaannya begitu berlapis. Klien yang kita hadapi sering tampil hanya dipermukaan
saja, dan jarang menampilkan dunia dalam mereka. Kecuali berhadapan dengan orang
yang dipercayai.
Orang yang dipercayai oleh klien adalah yang memahami dan dapat merasakan
perasaan, pengalaman, serta pikiran klien. Konselor yang empati mudah memasuki

9
dunia dalam klien sehingga klien tersentuh dengan sikap konselor. Akhirnya klien
akan terbuka dengan jujur terhadap konselor.

4. Refleksi
Refleksi adalah suatu jenis teknik konseling yang penting dalam hubungan konseing.
Yaitu sebagai upaya untuk menangkap perasaan, pikiran dan pengalaman klien,
kemudian merefleksikannya kepada klien kembali. Hal ini harus dilakukan konselor
sebab sering klien tidak menyadari akan perasaan, pikiran dan pengalamannya yang
mungkin menguntungkan atau merugikannya.
Jika dia menyadari akan perasaannya, maka klien mungkin akan segera mengubah
perilakuknya kearah positif. Namun tidaklah mudah bagi seorang calon konselor
untuk menangkap dan memahami perasaan, pikiran dan pengalaman, serta
mengungkapkannya kembali kepada klien dengan bahasa konselor sendiri.
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan,
pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non
verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu: (
a. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan
perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal
klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ….” (2)
b. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh :
”Tampaknya yang Anda katakan…”
c. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman
klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh
: ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…”

5. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal
ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri,
atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan terus terang. Barang kali dia
hadir dalam keadaan terpaksa, sehingga enggan mengemukakan perasaan dan
pikirannya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa
takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis
dalam teknik eksplorasi, yaitu :

10
a. Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang
tersimpan. Konselor dapat menggunakan kalimat-kalimat ini untuk memulai
keterampilan eksplorasi perasaan. Contoh: ” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan
bingung yang dimaksudkan ….”
b. Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.
Contoh: ” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah
sambil bekerja?”.
c. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali
pengalaman-pengalaman klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang
Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan
pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk
membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar
menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil
sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau
bertatap muka.
Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil dua
pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance) dan pendekatan
secara individual (Individual Guidance Counseling).
Bimbingan dan Konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan
pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam
kerja praktik. Di samping itu, diperlukan keberanian dalam memperaktikkan macam-
macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai teknik. Ragam Teknik-
teknik Konselor yaitu, Perilaku Attending, Rapport, Empati dan Refleksi.
B. Saran

11
Setelah penulis menguraikan masalah tersebut banyak sekali kekurangannya. Untuk
itu kami harapkan kepada Bapak Dosen khususnya dan kepada para rekan pembaca
pada umumnya untuk meneliti dan mengkaji kembali hal-hal yang berhubungan
dengan masalah ini, supaya para pembaca mendapat wawasan yang lebih luas, dan
kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya untuk perbaikan kami dalam
penyusunan makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sofyan S. Willis., Konseling Individual, Teori dan Praktek, Alfabeta , Bandung, 2014.
Safinaoktrn. (2014) Teknik Bimbingan dan Konseling. Diperoleh Oktober 09.22, dari
http://alqatiry.blogspot.com/teknik-bimbingan-konseling-islam.html
Prayitno, Amti Erman.. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. PT. Rineka Cipta
Jakarta. 1999.

13

Anda mungkin juga menyukai