Anda di halaman 1dari 12

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

BAB VI
INTREGASI KLHS KE DALAM
REVISI RTRW KOTA BANDAR
LAMPUNG

Integrasi KLHS ke dalam RTRW Kota Bandar Lampung 2017-2037 maksud dan
tujuannya yaitu untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam RTRW Kota Bandar Lampung 2017-2037, serta
meningkatkan kualitas penyusunan RTRW 2017-2038 sebagai upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang menjadi dasar
pelaksanaan KLHS merupakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang menjadi dasar
pelaksanaan KLHS merupakan prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan untuk mencapai kondisi keutuhan lingkungan
hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup manusia, yang meliputi
sekurang-kurangnya prinsip saling ketergantungan, prinsip keseimbangan, dan prinsip keadilan.

Revisi RTRW Kota Bandar Lampung 2011-2031 telah disesuaikan dengan dinamika-
dinamika perubahan internal maupun eksternal Kota Bandar Lampung. Adapun tujuan Revisi
penataan ruang Kota Bandar Lampung 2011-2031 adalah :

“Terwujudnya Kota Bandar Lampung yang dinamis, cerdas, dan berkelanjutan sebagai kota
perdagangan dan jasa”.

Tujuan penataan ruang Kota Bandar Lampung mengamanatkan pembangunan


berkelanjutan, maka dari itu KLHS merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam
mewujudkan tujuan penataan ruang dinamis, cerdas, dan berkelanjutan sebagai kota
perdagangan dan jasa.

Rancangan RTRW berisi program-program pembangunan memuat tujuan, kebijakan


dan strategis, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, rencana kawasan strategis, arahan
pemanfaatan, indikasi program dan arahan pengendalian. Terdapat 3 jenis pendekatan integrase
KLHS ke dalam RTRW, yang pertama secara pararel yang berarti penyusunan KLHS dan

Laporan Akhir VI-1


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

dokumen RTRW dilaksanakan secara bersamaan, yang kedua penyusunan KLHS dilaksanakan
sebelum penyusunan dokumen RTRW dan yang ketiga adalah penyusunan KLHS dilaksanakan
setelah penyusunan dokumen RTRW. Jenis pendekatan yang ketiga ini adalah yang dilakukan
di Kota Bandar Lampung.

Pelaksanaan KLHS dimulai dengan membentuk tim penyusunan dokumen KLHS untuk
RTRW Kota Bandar Lampung. Hasil penyelenggaraan digunakan oleh tim penyusun RTRW
untuk menyempurnakan dokumen RTRW. Integrasi substansi muatan KLHS ke dalam muatan
kebijakan, rencana dan/atau program adalah hasil langsung dari integrasi proses
penyusunannya. Bentuk dari integrasi muatan KLHS ke dalam muatan KRP adalah dokumen
tertulis masukan-masukan KLHS dalam butir-butir substansi kebijakan, rencana, dan/atau
program. Oleh sebab itu, teknis pelaksanaannya ditentukan oleh ketentuan cara dan sistematika
penulisan serta cara penjaminan kualitas.

Tabel 6.1 Integrasi Hasil KLHS ke Dalam Kebijakan/Rencana dan/atau Program RTRW
Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
eningkatan fungsi Memerlukan rekomendasi a. Ruas jalan yang terdapat pada kawasan lindung Akan Suda
an perluasan sebagai bentuk preventif diharuskan untuk mendapatkan izin pinjam pakai diintegrasikan
ringan Jalan Arteri terhadap resiko kemacetan kawasan hutan dengan kompensasi lahan dengan ke KRP
ekunder, Kolektor dan alih fungsi lahan. rasio 1:2, dan untuk mengurangi resiko longsor pada
imer lahan cut and fill kemiringan yang dibuat untuk batu
embangunan jalan masif memiliki rasio 1:1 dan tanah biasa memiliki
rasio 1:2 seperti pada jalan menuju OAL.
yang (Fly Over)
b. Ruas jalan utama disediakan sempadan jalan di
embangunan
masing-masing tepi kanan dan kiri jalan, kemudian
nder dilakukan penanaman pohon (penerapan green
ass/Terowongan roads) untuk mengurangi pencemaran iklim akibat
polusi yang ditimbulkan oleh kendaraan serta
menjaga keselamatan masyarakat.
c. Sebagai bentuk mitigasi kerentanan banjir dan
gengangan air disediakan drainase pada tepi kanan
dan kiri jalan, serta perancangan jalan di atas 1 m
dari ketinggian muka air banjir.
d. Membatasi alih fungsi lahan di sekitar jalan.
e. Jalan pada tutupan lahan rawa harus menggunakan
teknologi penimbunan dan menyediakan drainase
vertikal.
f. Jalan Arteri Primer :
 Lebar badan jalan minimal 11 meter.
 Kecepatan rencana minimal 60 km/jam

Laporan Akhir VI-2


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
Kapasitas lebih besar dan pada volume lalu lintas
ulang-alik, latu lintas lokal dan kegiatan lokal
 Jalan masuk dibatasi secara efisien
 Jalan persimpangan dengan pengaturan (tertentu
tidak mengurangi kecepatan rencana dan
kapasitas jalan
 Tidak terputus walaupun memasuki kota
 Persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh
Menteri
g. Jalan Kolektor Primer :
 Kecepatan rencana minimal 40 km/jam
 Lebar badan jalan minimal 9 meter
 Kapasitas sama dengan atau lcbih bcsar daripada
volume lalu lintas rata-rata.
 Jalan masuk (dibatasi, direncanakan sehirnga
tidak mengurangi kecepatan rencana dan
kapasitas jalan)
 Tidak terputus walaupun masuk kota
h. Jalan Arteri Sekunder :
 Rencana minimal 30 km/jam
 Lebar badan jalan minimal 1 meter
 Kapasitas sama atau lebih besar dan
 Volume lalu lintas rata-rata
 Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu
lintas lambat
 Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak
mengurangi kecepatan dan kapasitas jalan
i. Jalan Kolektor Sekunder :
 Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh)
kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 (sembilan) meter.
 Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas
yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-
rata.
 Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat
tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat .
 Persimpangan sebidang pada jalan kolektor
sekunder dengan pengaturan tertentu
j. Jalan Lokal Sekunder :
 Kecepatan rencana minimal 20 km/jam
 Lebar minimal 7,5 meter
Tidak terputus walaupun melalui kelurahan
Pemeliharaan dan o Diprioritaskan untuk a. Pengembangan infrastruktur pengendali banjir.
pengembangan b. Pembangunan dan peningkatan infrastruktur Sudah
wilayah yang sering Suda
saluran drainase transportasi jalan hendaknya tidak mengganggu diintegrasikan
kota (saluran terjadi genangan air lahan pertanian produktif/beririgasi, untuk menjaga

Laporan Akhir VI-3


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
dan banjir.
o Diprioritaskan untuk
wilayah yang
kekurangan air. ketahanan pangan.
primer, sekunder,
 c.  Pengembangan jaringan utilitas (drainase)
tersier).
Diprioritaskan untuk memperhatikan SNI dan peraturan yang ada.
penyediaan air baku
bagi pertanian,
perikanan
e. Pemanfaatan kapasitas tak termanfaatkan (iddle
capacity), dengan mengembangkan jaringan unit
a. Pengembangan air distribusi dan unit pelayanan serta peningkatan
minum harus mampu kapasitas pelayanan.
menjangkau semua f. Pengurangan kebocoran teknis dan non teknis dengan
daerah kawasan melakukan perbaikan dan peremajaan sarana
permukiman perkotaan, prasarana perpipaan milik PDAM Way Rilau serta
khususnya daerah rawan pembuatan sistem pengotrolan otomatis yang dapat
Mengembangkan air serta mampu mendeteksi kebocoran.
jaringan unit menjangkau seluruh g. Penambahan kapasitas, termasuk dukungan
distribusi dan unit lapisan masyarakat, pengembangan air baku PDAM yang meliputi Mata
pelayanan serta terutama masyarakat Air Egaharap, Mata Air Tanjung Aman, Batu Putih,
peningkatan berpenghasilan rendah. Way Kuripan, khususnya yang bersumber dari air
kapasitas b. Memperhatikan permukaan.
pelayanan kuantitas dari air tanah h. Penyediaan air minum di daerah rawan air di Sudah
Suda
(Seluruh wilayah yang digunakan sebagai Kecamatan Panjang, Bumi Waras, Teluk Betung diintegrasikan
pelayanan). sumber air baku Selatan, Teluk Betung Barat, Teluk Betung Timur,
Rencana terutama pada saat Kemiling, Langkapura, Tanjung Karang Barat dan
Pengembangan musim kemarau. Kedaton melalui pemanfaatan air permukaan maupun
SPAM c. Menggunakan sumber pemasangan jaringan induk dan transmisi PDAM
memanfaatkan air baku yang ada namun Way Rilau.
Way Kuripan. tetap memperhatikan i. Pengembangan sistem Kerjasama Pemerintah Badan
kondisi lingkungan Usaha (KPBU) dalam penyediaan air minum yang
hidup. memanfaatkan air Way Sekampung untuk melayani
d. Menyesuaikan dengan wilayah utara dan timur kota seperti Kecamatan
laju pertumbuhan Rajabasa, Tanjung Senang, Labuhan Ratu,
penduduk. Sukarame, Way Halim, Sukabumi, dan Kedaton.
j. Membuka peluang swasta dalam penyediaan dan
pengelolaan air minum.

Sudah
Suda
diintegrasikan
Penyediaan a. Mengubah paradigma bahwa TPS sebagai tempat
prasarana sarana Memperhatikan kesehatan pembuangan sampah menjadi Tempat Pengolahan
Akan
persampahan masyarakat dan kesehatan Sampah Terpadu (TPST), dan TPA sebagai Tempat
diintegrasikan Suda
(seluruh wilayah lingkungan serta menjadikan Pemrosesan Akhir.
ke KRP
kota). sampah sebagai sumber daya b. Melalukan peremajaan sarana prasarana
Revitalisasi dan persampahan termasuk TPA Bakung dan

Laporan Akhir VI-4


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
pengembangan TPST di setiap subpusat pelayanan
kota.
c. Mencukupi sarana pengangkutan sampah mulai dari
unit lingkungan permukiman terkecil hingga skala
pelayanan kota sesuai dengan kebutuhan.
d. Menerapkan pola 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dalam
pengelolaan persampahan untuk mencapai zero
Waste dan penggunaan sistem sanitary landfill.
peremajaan TPA e. Membangun Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
(TPA Bakung). Regional yang bekerjasama dengan Pemerintah
Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Lampung
Selatan di
f. Kecamatan Negeri Katon (Pesawaran) atau di
Kecamatan Katibung (Lampung Selatan).
g. Menerapkan peraturan zonasi kawasan sekitar
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang akan diatur
lebih detail dalan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) dan rencana turunan RTRW lain.
Rencana a. Pengembangan serta a. Perlu ditetapkan rencana pengelolaan terpadu yang Akan Suda
Pengembangan pengelolaan pariwisata dihubungkan dengan pelestarian lingkungan diintegrasikan
dan penataan harus mementingkan khususnya pada wisata TAHURA WAR. ke KRP
kawasan Wisata aspek keselamatan serta b. Pengembangan lahan terbangun dengan koefisien
alam di kawasan pelestarian lingkungan dasar bangunan (KDB) kecil (<40%) bagi wisata
Batuputu, dan melibatkan man made di kawasan lindung Kota Bandar
Sukadanaham dan masyarakat. Lampung.
Taman Hutan b. Pengembangan kawasan c. Mengembangkan industri kreatif pendukung kegiatan
Rakyat Wan wisata Kota Bandar wisata. Diperlukan studi khusus untuk
Abdurahman Lampung akan berupaya mengembangkan industri kreatif di Bandar Lampung
(TAHURA mengoptimalkan potensi
WAR). yang dimiliki dengan
Rencana tetap berpedoman pada
Pembangunan dan kelestarian lingkungan
pengembangan hidup
kawasan wisata
hiburan malam di
kawasan Bumi
Waras dan
Panjang di
sepanjang Jalan
Yos Sudarso.
Rencana Penataan
dan
pengembangan
kawasan wisata
bahari di
sepanjang pesisir
Kota Bandar
Lampung,

Laporan Akhir VI-5


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
khususnya di
sekitar Gunung
Kunyit, Pantai
Puri Gading, Duta
Wisata, dan Pulau
Kubur di
Kecamatan Teluk
Betung Timur
(sesuai dengan
rencana zonasi
pesisir Kota
Bandar Lampung).
Rencana Penataan
dan
pengembangan
kawasan wisata
belanja di sekitar
pusat kota, Jalan
Ahmad Yani,
Jalan Batu
Sangkar, Jalan
Kotaraja ,Jalan
Raden Intan,Jalan
Kartini, dan
kawasan Teluk
Betung.
Rencana Penataan
dan
pengembangan
kawasan wisata
budaya di
kawasan cagar
budaya Situr
Keratuan Balau,
Negeri Olok
Gading, museum
lampung, dan
lainnya.
P Rencana Pengembangan kawasan a. Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan Akan Suda
Penataan Kawasan perumahan diberikan permukiman harus sesuai dengan daya dukung tanah diintegrasikan
Permukiman arahan dalam setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan ke KRP
Kepadatan tinggi pemanfaatan ruang yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat
dan Sedang kawasan budi daya memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi
(tersebar di untuk penataan pengembangan masyarakat, dengan tetap
Bandar Lampung). lingkungan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
Rencana b. Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki
Pengembangan prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi
dan pembangunan umum;

Laporan Akhir VI-6


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
rumah susun baru c. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan
(Rajabasa, permukiman harus didukung oleh ketersediaan
Tanjung Senang, prasarana sarana dan utilitas (pasar, pusat
Kemiling, perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih,
Tanjung Karang persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan
Barat, Tanjung fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama);
Karang Pusat, d. Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;
Teluk Betung e. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan
Barat, Sukabumi, sumber daya alam; dan
Tanjung Karang f. Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan
Timur). lingkungan siap bangun (lisiba), penetapan lokasi
dan penyediaan tanah, penyelenggaraan pengelolaan,
dan pembinaannya diatur di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan
Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang
Berdiri Sendiri.
g. Dapat menerapkan beberapa konsep pengembangan
permukiman dan perumahan seperti :
- Konsep Ekstensif, yaitu setiap rumah
mempunyai lahan sendiri.
- Konsep Intensif (Rumah Susun)
h. Konsep pandangan rumah yang membelakangi
sungai diarahkan dibalik menjadi menghadap sungai
dengan cara pembuatan jalan sepanjang kanan-kiri
sungai dilengkapi dengan fasilitas lainnya.
i. Komponen–komponen program revitalisasi,
rehabilitasi, renovasi, rekonstruksi dan atau
preservasi dapat berupa perbaikan sarana dan
prasarana, seperti halnya perbaikan sanitasi, drainase,
listrik dan air bersih dengan metode atau teknologi
yang khusus.
j. Pengaturan jalan akses dan tata letak bangunan
rumah melalui Program Perbaikan Kampung (KIP).
k. Pembuatan jalan inspeksi disepanjang bantaran
sungai yang dapat difungsikan sebagai buffer area.
l. Penghijauan kawasan sekitar sungai, serta
menetapkan kawasan Garis Sempadan Sungai (GSS)
sebagai kawasan konservasi.
m. Pembangunan permukiman di daerah lereng bukit
tidak dianjurkan karena melihat adanya potensi
bahaya tanah longsor
n. Peningkatan kualitas perbaikan permukiman melalui
penerapan konsep Medium Density Development.
o. RTH (Ruang terbuka hijau) diutamakan pada daerah
berdaya dukung lahan minimal terhadap bangunan
p. Tiap kavling pembangunan bnagunan tidak menutupi
keseluruhan kavling

Laporan Akhir VI-7


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
q. Wilayah lereng bukit yang tidak diperkenankan
untuk dibangun adalah lkemiringan lereng diatas 140
lebih, erosi lahan /kepadatan tanah rendah, sehingga
tidak memungkinkqn menunjang berdirinya pondasi
bangunan, dan Fungsi resapan lahan besar
r. Sistem perkerasan untuk jalan lingkungan
s. Konsep pandangan rumah yang membelakangi Rel
Kereta API diarahkan dibalik menjadi menghadap
Rel Kereta API dengan cara pembuatan jalan
sepanjang kanan-kiri Rel Kereta API dilengkapi
dengan fasilitas lainnya.
t. Pengaturan jalan akses dan tata letak bangunan
rumah melalui Program Perbaikan Kampung (KIP).
u. Pembuatan jalan inspeksi disepanjang bantaran Rel
Kereta API yang dapat difungsikan sebagai buffer
area.
v. Penghijauan kawasan sekitar Rel Kereta Api, serta
menetapkan kawasan Garis Sempadan Rel Kereta
API
w. Daerah berbahaya yang memiliki tegangan listrik
maupun gelombang elektromagnetik yang dihasilkan
oleh kabel tegangan tinggi, sebaiknya kawasan ini
direlokasi/dipindahkan kepada kawasan lain yang
tidak berbahaya di wilayah sekitarnya.
x. Secara umum penanganan permukiman kumuh di
pesisir ini dapat dilakukan melalui program
rehabilitasi dan renovasi, yaitu mengendalikan
kondisi komponen fisik kawasan yang mengalami
degradasi serta melakukan pernbahan beberapa
komponen pembentukan permukiman yang ada
sehingga mampu beradaptasi dengan fungsi–fungsi
baru.
y. Komponen – komponen kegiatan dari pendekatan ini
dapat berupa perbaikan berupa perbaikan sarana dan
prasarana seperti air bersih, sanitasi dan drainase.
Pembuatan talud untuk menghindari rob dan
mencegah banjir.
z. Pembuatan bangunan penahan gelombang misalnya
break water dan groin serta penanaman mangrove
untuk melindungi kawasan pantai dan mencegah
terjadinya abrasi.
aa. Penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman
nelayan melalui Program Perbaikan Kampung
Nelayan (KIP) Plus.
bb. Pengembangan Sanitasi Lingkungan Saluran
Drainase, dan mandi cuci kakus (MCK) melalui
PNPM;

Laporan Akhir VI-8


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
cc. Pengembangan septic tank komunal yang sekaligus
dapat dimanfaatkan sebagai Ruang terbuka hijau di
atasnya;
dd. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau dengan pot-pot
drum/ drum bekas;
ee. NUSSP/ Neighborhood Upgrading Shelter and
Sector Project dengan pembentukan Tim Penggerak
Masyarakat (TPM) melalui program Community
Action Plan yang dapat memperbaiki kondisi
kekumuhan masing-masing wilayah.

Alih fungsi lahan tidak
merubah fungsi
Perencanaan pemanfaatan ruang yang Akan
 Perlu ditetapkan rencana pengelolaan terpadu yang
Wilayah Kawasan ada dengan tetap diintegrasikan Suda
dihubungkan dengan pelestarian lingkungan
Lindung memperhatikan ke KRP
pelestarian lingkungan
hidup
Pembangunan dan a. Hasil analisa terhadap a. Mempertahankan dan merevitalisasi ruang terbuka Akan Suda
penataan Taman ketersediaan ruang hijau (RTH) publik maupun privat eksisting; diintegrasikan
Kota (Taman terbuka hijau (RTH) di b. Mencanangkan Gerakan Bandar Lampung ke KRP
Masjid Al-Furqon, Kota Bandar Lampung Menghijau (GELAM) melalui kegiatan penanaman
Lapangan tersebut menunjukan pohon pada lahan milik masyarakat, jalur hijau jalan,
Kalpataru, bahwa Kota Bandar lahan fasilitas umum, dan tempat lainnya;
Lapangan Baruna, Lampung masih c. Mempertahankan kawasan hutan kota di Sukarame
Rajabasa, membutuhkan alokasi seluas 50Hadan menetapkan gunung-gunung sebagai
Kawasan penataan ruang untuk memenuhi Hutan Kota;
pesisir). kebutuhan ruang terbuka d. Melakukan konservasi dan revitalisasi pada kawasan
Pengembangan hijau sesuai dengan lindung kota (Hutan Lindung dengan luas kurang
dan pembelian amanah undang-undang lebih 441 hektar, Gunung, Bukit, serta kawasan
lahan untuk RTH penataan ruang Nomor resapan air di Batuputu, Sukadanaham, Beringin
Taman RT, 26 tahun 2007. Raya, Kedaung Sumber Agung, Keteguhan,
Lingkungan, dan b. secara eksisting Sukamaju, dan Panjang dengan luas kurang lebih
Kecamatan dan kawasan-kawasan yang 3.301,28 hektar);
kota (Kemiling, difungsikan sebagai
Langkapura, hutan kota di Kota
Kedaton, Tanjung Bandar Lampung belum e. Membangun ruang terbuka hijau (RTH) publik baru
Senang, Labuhan berfungsi sebagaimana berupa taman lingkungan,taman kota, hutan kota,
Ratu, Rajabasa). mestinya dan bahkan pemakaman, garis sempadan, dan jalur hijau
Penataan terus dieksploitasi jalanyang meliputi median jalan, tepi jalan dan taman
Pemakaman sehingga berdampak persimpangan;
sebagai RTH pada hilangnya f. Penghijauan pada permukiman padat dapat dilakukan
(seluruh TPU). keseimbangan ekologi dengan media terbatas (pot) dan lahan pekarangan;
Pengembangan kota. g. Mengembangkan taman-taman di atap gedung,
RTH jalur hijau c. Pemenuhan RTH Kota rumah, perkantoran, dan sarana publik lainnya; dan
jalan (Jalan Arteri Bandar Lampung h. Kerjasama dengan masyarakat dan sektor
Sekunder, bertujuan untuk menjaga swasta/dunia usaha dalam upaya pemenuhan ruang

Laporan Akhir VI-9


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
Kolektor Primer, keseimbangan ekosistem terbuka hijau.
Strategis Kota). kota, menjaga dan i. Menciptakan hutan kota untukmemperbaiki dan
meningkatkan kualitas menjaga iklim mikro dan nilai estetika;meresapkan
lingkungan hidup, serta air; menciptakan keseimbangan dan keserasian
sebagai sarana publik lingkungan fisik kota; dan mendukung pelestarian
dengan fungsi sosial dan keanekaragaman hayati Kota Bandar Lampung.
ekonomi. j. RTH Pemakaman :
Rencana pengembangan - Ukuran makam 1 x 2 meter;
ruang terbuka hijau - Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal
(RTH) pemakaman ini 0,5 meter;
ditargetkan dapat - Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan
dilakukan diseluruh penembokan/ perkerasan;
areal pemakaman - Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas
khususnya yang dikelola dan jumlah masing-masing blok disesuaikan
oleh Pemerintah Kota dengan kondisi pemakaman setempat;
- Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian
lebar 150-200 cm dengan deretan pohon
pelindung disalah satu sisinya;
- Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman
atau kombinasi antara pagar buatan dengan pagar
tanaman, atau dengan pohon pelindung; dan
- Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman
tanpa perkerasan minimal 70% dari total area
pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80
% dari luas ruang hijaunya.
k. RTH Pekarangan :
- a) memiliki nilai estetika yang menonjol;
- b) sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak
merusak konstruksi dan bangunan;
- c) tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak
mudah patah, perakaran tidak mengganggu
pondasi;
- d) ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau
dengan variasi warna lain seimbang;
- e) jenis tanaman tahunan atau musiman;
- f) tahan terhadap hama penyakit tanaman;
- g) mampu menjerap dan menyerap cemaran
udara; dan
- h) sedapat mungkin merupakan tanaman yang
mengundang kehadiran burung.
l. RTH taman lingkungan dan taman kota
- Tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah
patah, perakaran tidak mengganggu pondasi;
- Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak
terlalu gelap;
- Ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau
dengan variasi warna lain seimbang;
- Perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;

Laporan Akhir VI-10


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
- Kecepatan tumbuh sedang;
- Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman
budidaya;
- Jenis tanaman tahunan atau musiman;
- Jarak tanam setengah rapat sehingga
menghasilkan keteduhan yang optimal;
- Tahan terhadap hama penyakit tanaman;
- Mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;
dan
- Sedapat mungkin merupakan tanaman yang
mengundang burung.

m. RTH jalur hijau jalan, taman pulau jalan dan median,


dan RTH jalur pejalan kaki
- Berasal dari biji terseleksi sehat dan bebas
penyakit;
- Memiliki pertumbuhan sempurna baik batang
maupun akar;
- Perbandingan bagian pucuk dan akar seimbang;
- Batang tegak dan keras pada bagian pangkal;
- Tajuk simetris dan padat; dan
- Sistem perakaran padat.
n. Jalur hijau sempadan rel kereta api
- Tumbuh baik pada tanah padat;
- Sistem perakaran masuk kedalam tanah , tidak
merusak konstruksi dan bangunan;
- Fase anakan tumbuh cepat, tetapi tumbuh lambat
pada fase dewasa;
- Ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia;
- Batang dan sistem percabangan kuat;
- f) Batang tegak kuat, tidak mudah patah dan
tidak berbanir;
- Perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
- Daun tidak mudah rontok karena terpaan angin
kencang;
- Buah berukuran kecil dan tidak bisa dimakan
oleh manusia secara langsung;
- Tahan terhadap hama penyakit;
- Berumur panjang.
o. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi
- Merupakan pohon dengan katagori kecil (small
tree);
- Fase anakan tumbuh cepat, tetapi tumbuh lambat
pada fase dewasa;
- Ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia;
- Bukan merupakan pohon yang memiliki bentuk

Laporan Akhir VI-11


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi RTRW

Kota Bandar Lampung

INTEGRASI PENJ
KRP KETERANGAN KLHS REKOMENDASI
KLHS KE KRP KU
tajuk melebar;
- Pola penanaman pemilihan vegetasi
memperhatikan ketinggian yang diizinkan;
- Buah tidak bisa dikonsumsi langsung oleh
manusia;
- Dahan tidak mudah patah, perakaran tidak
mengganggu pondasi.
p. Sabuk hijau dan hutan kota
- Memiliki ketinggian yang bervariasi;
- Sedapat mungkin merupakan tanaman yang
mengundang kehadiran burung;
- Tajuk cukup rindang dan kompak;
- Mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;
- Tahan terhadap hama penyakit;
- Berumur panjang;
- Toleran terhadap keterbatasan sinar matahari dan
air;
- Tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor
dan industri;
- Batang dan sistem percabangan kuat;
- Batang tegak kuat, tidak mudah patah;
- Sistem perakaran yang kuat sehingga mampu
mencegah terjadinya longsor;
q. Seresah yang dihasilkan cukup banyak dan tidak
bersifat alelopati, agar tumbuhan lain dapat tumbuh
baik sebagai penutup tanah.
r. Jenis tanaman yang ditanam termasuk golongan
evergreen bukan dari golongan tanaman yang
menggugurkan daun (decidous).
s. Memiliki perakaran yang dalam.

Laporan Akhir VI-12

Anda mungkin juga menyukai