LATAR BELAKANG
Pada awal pemenuhan kebutuhannya, manusia hanya mengambil dari alam sekitar
tanpa kegiatan budidaya (farming), dengan demikian belum memerlukan sarana produksi
pertanian. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, alam tidak dapat menyediakan
semua kebutuhan itu sehingga manusia mulai membudidayakan (farming) secara ekstensif
berbagai tanaman, hewan dan ikan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap ini kegiatan
budidaya mulai menggunakan sarana produksi, dilakukan dalarn pertanian itu sendiri (on
farm) dan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri (home consumption).
Tahap selanjutnya, ditandai dengan adanya spesialisasi dalam kegiatan budidaya
sebagai akibat pengaruh perkembangan diluar sektor pertanian dan adanya perbedaan potensi
sumberdaya alam (natural endowment) antar daerah, perbedaan ketrampilan (skill) dalam
masyarakat serta terbukanya hubungan lalulintas antar daerah. Pada tahap ini, selain
dikonsumsi sendiri, hasil-hasil pertanian mulai dipasarkan dan diolah secara sederhana
sebelum dijual.
Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan teknologi yang
sangat pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan transportasi. Pertanian menjadi
semakin maju dan kompleks dengan ciri produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat
penggunaan sarana produksi pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida).
Kegiatan pertanian semakin terspesialisasi menurut komoditi dan kegiatannya. Namun,
petani hanya melakukan kegiatan budidaya saja, sementara pengadaan sarana produksi
pertanian didominasi oleh sektor industri.
Dipihak lain karena proses pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai keperluan
membutuhkan teknologi yang semakin canggih dan skala yang besar agar ekonomis, maka
kegiatan ini pun didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui proses pengolahan,
produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan dan pemasarannyapun menjadi
lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat diekspor. Pada tahap ini pembagian
kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi semakin jelas, yaitu: kegiatan
budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian dalam arti sempit, kegiatan produksi sarana
pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu dan kegiatan pengolahan komoditi pertanian
sebagai industri hilir. Spesialisasi fungsional dalam kegiatan pertanian seperti yang telah
dikemukakan diatas meliputi seluruh kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun
tidak langsung dengan pertanian dan keseluruhannya disebut sistem "Agribisnis'. Namun
pada pelaksanaannya diperlukan strategi atau cara-cara yang bisa membantu dalm
pengembangannya.
TUJUAN :
1. Mengetahui cara atau strategi yang dapat dilakukan yang dapat meningkatkan dan
mengembangkan kegiatan dan konsep agribisnis.
RUMUSAN MASALAH :
Dalam arti yang sempit pertanian adalah usaha atau kegiatan bercocok tanam. Sedangkan
dalam arti luas pertanian adalah segala kegiatan manusia yang meliputi kegiatan bercocok
tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan. cocok tanam perikanan
Terkait dengan pertanian, maka dikenal istilah petani (farmer) dan usaha
tani (farming). Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani,
sebagai contoh “petani tembakau” atau “petani ikan”. Usaha Tani (farming) adalah
sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun hewan). Cakupan
obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Ruang Lingkup Pertanian
Agribisnis itu adalah suatu sistem yang utuh mulai sub-sistem penyediaan sarana produksi
dan peralatan pertanian; sub-sistem usahatani; sub-sistem pengolahan atau agroindustri dan
sub-sistem pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik maka diperlukan dukungan
sub-sistem kelembagaan sarana dan prasarana serta sub-sistem penunjang dan pembinaan.
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa
agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan
interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis
diantaranya :
Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini
hanya pada peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan
permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara
efisien..
3. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan
harmonis.
Untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang berkaitan
dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN dan
swasta serta perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem
Agribisnis.
KESIMPULAN