Anda di halaman 1dari 14

MERGER AND ACQUISTION

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

 ARTIN MARKUS 1710321011


 MELIANI AYU KAYATU
 ERDIANTO

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS FAJAR

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan
penyertaan-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah tentang prinsip-prinsip etika dan bagian-
bagiannya, dan dapat terselesaikan dengan baik pula. Tak lupa juga kami berterima kasih kepada
semua pihak yang turut serta dalam membantu sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan
dengan lancar.
Makalah ini kami susun bertujuan untuk lebih memahami tentang prinsip-prinsip etika
bisnis dan propesi dengan baik dan bagian-bagiannya yang ada.
Kami sebagai penyusun menyadari akan adanya beberapa kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik dalam pengetikan maupun isi dari makalah ini. Untuk itu kami
mohon maaf atas kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun dalam kesempurnaan
makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan semakin ketat. Kondisi demikian
menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau dapat
lebih berkembang. Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar
perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya.

Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan
hukum, perpajakan, atau alasan lainnya. Di Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar
modal, transaksi merger dan akuisisi semakin banyak dilakukan. Bentuk-bentuk penggabungan
usaha antara lain melalui merger dan akuisis. Di Indonesia praktek akuisisi umumnya dilakukan
oleh satu grup (internal acquition) khusus pada perusahaan yang go publik. Merger dan akuisis
ini telah berkembang menjadi tren beberapa perusahaan.

Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adlaah untuk memperoleh sinergi,
strategic opportunities, meningkatkan efektifitas dan mengeksploitasi mis-pricing di pasar
modal. Pada umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisis adalah mendapatkan sinergi dan
nilai tambah. Keputusan untuk merger dan akuisisi bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua
menjadi empat tetapi merger dan akuisis harus menjadikan dua ditambah dua menjadi lima dan
seterusnya.

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian marger dan akuisisi?


2. Apakah jenis-jenis marger dan akuisisi?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian dari merger dan akuisisi?
4. Bagaimana perhitungan EPS perusahaan pasca merger dan akuisisi?

TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu merger dan akuisis


2. Mengetahui jenis-jenis dari merger dan akuisisi
3. Untuk mengetahui apa saja keutungan dan kerugian dari merger dan akuisisi
4. Untuk mengetahui cara perhitungan EPS pada perusahaan pasca merger dan akuisisi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Merger dan Akuisisi

Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger
mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu
perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger
berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di
perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu
sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan
yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan
mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan
yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.640).

Akuisisi

Pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan
tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598)

Pembelian atau pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lain dikenal sebagai Akuisisi.
Akuisisi dapat dilakukan dengan membeli aset perusahaan atau dengan memperoleh kepemilikan
saham suatu perusahaan lebih dari 51%. Contoh sederhananya, PT Angka membeli 52% saham
PT Nominal. Ini berarti PT Angka memiliki kendali atas aktivitas bisnis PT Nominal. Namun,
PT Nominal tetap memiliki eksistensinya dan tetap menjalankan aktivitas bisnisnya.

Dalam istilah Akuisisi, perusahaan yang mengakuisisi perusahaan lain dikenal sebagai
perusahaan pengakuisisi (Acquiring Company). Sedangkan perusahaan yang diakuisisi dikenal
sebagai perusahaan target (Target Company). Perusahaan pengakuisisi cenderung lebih memiliki
kekuatan dalam hal ukuran, struktur, dan kegiatan operasional bisnis.

Tujuan dari melakukan strategi akuisisi sebenarnya hampir sama dengan strategi merger.
Sebagian besar perusahaan menggunakan strategi akuisisi untuk mendapatkan pertumbuhan
secara instan, daya saing yang kuat, dan ekspansi bisnis. Sehingga diharapkan perusahaan
pengakuisisi bisa mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas, meningkatkan dan lainnya

B. Jenis-jenis Merger dan Akusisi


Menurut Damodaran 2001, suatu perusahaan dapat diakuisisi perusahaan lain dengan beberapa
cara, yaitu :
a. Merger
Pada merger, para direktur kedua pihak setuju untuk bergabung dengan persetujuan para
pemegang saham. Pada umumnya, penggabungan ini disetujui oleh paling sedikit 50%
shareholder dari target firm dan bidding firm. Pada akhirnya target firm akan menghilang
(dengan atau tanpa proses likuidasi) dan menjadi bagian dari bidding firm.
b.Konsolidasi
Setelah proses merger selesai, sebuah perusahaan baru tercipta dan pemegang saham kedua belah
pihak menerima saham baru di perusahaan ini.
c. Tender offer
Terjadi ketika sebuah perusahaan membeli saham yang beredar perusahaan lain tanpa
persetujuan manajemen target firm, dan disebut tender offer karena merupakan hostile takeover.
Target firm akan tetap bertahan selama tetap ada penolakan terhadap penawaran. Banyak tender
offer yang kemudian berubah menjadi merger karena bidding firm berhasil mengambil alih
kontrol target firm.
d. Acquisistion of assets
Sebuah perusahaan membeli aset perusahaan lain melalui persetujuan pemegang saham target
firm. (p.835). Pembagian akuisisi tersebut berbeda menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe 2002.
Menurut mereka hanya ada tiga cara untuk melakukan akuisisi, yaitu :

e. Merger atau konsolidasi


Merger adalah bergabungnya perusahaan dengan perusahaan lain. Bidding firm tetap berdiri
dengan identitas dan namanya, dan memperoleh semua aset dan kewajiban milik target firm.
Setelah merger target firm berhenti untuk menjadi bagian dari bidding firm. Konsolidasi sama
dengan merger kecuali terbentuknya perusahaan baru. Kedua perusahaan sama-sama
menghilangkan keberadaan perusahaan secara hukum dan menjadi bagian dari perusahaan baru
itu, dan antara perusahaan yang di-merger atau yang me-merger tidak dibedakan.

f. Acquisition of stock
Akuisisi dapat juga dilakukan dengan cara membeli voting stock perusahaan, dapat dengan cara
membeli sacara tunai, saham, atau surat berharga lain. Acquisition of stock dapat dilakukan
dengan mengajukan penawaran dari suatu perusahaan terhadap perusahaan lain, dan pada
beberapa kasus, penawaran diberikan langsung kepada pemilik perusahaan yang menjual. Hal ini
dapat disesuaikan dengan melakukan tender offer. Tender offer adalah penawaran kepada publik
untuk membeli saham target firm, diajukan dari sebuah perusahaan langsung kepada pemilik
perusahaan lain.

g. Acquisition of assets
Perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli semua asetnya. Pada jenis ini,
dibutuhkan suara pemegang saham target firm sehingga tidak terdapat halangan dari pemegang
saham minoritas, seperti yang terdapat pada acquisition of stock (p.817-818).
Sedangkan berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat dibedakan :
a. Horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang industri
yang sama bergabung.
b. Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau
customernya.
c. Congeneric merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak dalam garis
bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya adalah perusahaan dapat
menggunakan penjualan dan distribusi yang sama.
d. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis melakukan
merger. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko. (Gitman, 2003, p.717).

Alasan-alasan Melakukan Merger dan Akuisisi


Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun
akuisisi, yaitu :
a. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun
diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko
adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka
perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
b. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale).
Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang
lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas
ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan
tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.
c. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi
dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut
menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan
peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini
memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.
d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada
manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan
manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat
menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
e. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai
kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan
akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada
kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak
dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi.
Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari
tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
f. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika
perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh
sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
g. Melindungi diri dari pengambilalihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat.
Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang,
karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh
bidding firm yang berminat (Gitman, 2003, p.714-716).

b. Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi Kelebihan Merger


Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan
yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001, p.641)

Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari
para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan
tersebut diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.642)

Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi Kelebihan Akuisisi


Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut:
a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham
sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan
sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan pemegang
saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan
persetujuan manajemen perusahaan.
c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi saham
dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover).
d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara
pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham
minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643-644).

Kekurangan Akuisisi
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan
tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan
paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
b.Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama
sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643)

c. Perhitungan EPS perusahaan pasca marger dan akuisisi


Motif Merger Dan Akuisisi
Isu yang sering banyak dipertanyakan oleh banyak kalangan adalah “ mengapa perusahaan
bergabung dengan perusahaan lain, atau membeli perusahaan lain ( akuisisi ) ? “
Alasan utama yang harus dipertimbangkan adalah bahwa dalam kegiatan penggabungan atau
pembelian ( akuisisi ) perusahaan ini adalah bahwa kedua belah pihak merasa diuntungkan.
Artinya menguntungkan bagi pemilik perusahaan yang dijual, dan juga pemilik perusahaan yang
membelinya. Kondisi yang saling menguntungkan ini akan terjadi kalau dari peristiwa akuisisi
atau merger tersebut diperoleh “ synergy “.
Istilah synergy berarti bahwa nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar dari
penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Timbulnya synergy ini dapat
disebabkan karena alasan operating economies of scale, tingkat pertumbuhan ( growth rate )
yang lebih cepat, pemanfaatan penghematan pajak, dan lain sebagainya.
Disamping alasan synergy diatas, kadang-kadang akuisisi dilakukan dengan alasan yang
meragukan ( dubious ), yang antara lain adalah dengan tujuan diversifikasi dan jumlah EPS.
Alasan ini sebenarnya tidak masuk akal, karena diversifikasi tidaklah menimbulkan manfaat,
dimana pasar akan menentukan nilai perusahaan berdasarkan resiko yang tidak bisa dihindari
( systematic risk ). Sedangka mengenai EPS, yang penting adalah dalam hal pertumbuhan EPS
dan bukannya jumlah EPS.
Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi di bawah ini : PT. NAROTAMA akan mengakuisisi
PT. BUNAKEN, dimana data kedua perusahaan seperti disajikan sebagai berikut.

PT. NAROTAMA PT. BUNAKEN

Rp. 2.000 Rp. 2.000


1. EPS Rp. 20.000 Rp. 8.000
2. Harga per lembar saham 10 x 4x
3. PER 10 Juta 10 Juta
4. Jumlah lembar saham Rp. 20 Milyar Rp. 20 Milyar
5. Laba setelah Pajak Rp. 200 Milyar Rp. 80 Milyar
6. Nilai Pasar Equity
Misalkan PT. NAROTAMA dapat membeli PT. BUNAKEN dengan harga yang berlaku saat
ini dengan cara menukar saham, dan dsiharapkan tidak terjadi synergy. Bagaimana EPS, harga
saham, PER, jumlah lembar saham, laba setelah pajak dan nilai equity setelah merger
Dari data kedua perusahaan diatas, apabila dilakukan merger, maka data peruahaan setelah
penggabungan ( merger ) adalah :
a. Laba setelah pajak = Rp. 20 milyar + Rp. 20 milyar = Rp. 40 milyar
b. Nilai pasar equity = Rp. 200 milyar + Rp. 80 milyar = Rp. 280 milyar
c. Jumlah lembar saham
= 10 juta + (Rp. 80 milyar / Rp. 20.000) = 14 juta lembar

PT.
PT. PT. NAROTAMA
NAROTAMA BUNAKEN (setelah
merger )

Rp. 2.000 Rp. 2.000 Rp. 2.875


1. EPS Rp. 20.000 Rp. 8.000 Rp. 20.000
2. Harga per lembar saham 10 x 4x 7x
3. PER 10 Juta 10 Juta 14 juta
4. Jumlah lembar saham Rp. 20 Mily Rp. 20 Mily Rp. 40 Mily
5. Laba setelah pajak Rp.200 Mily Rp. 80 Mily Rp. 280 Mily
6. Nilai pasar equity

Catatan :
Earning Per Share ( EPS ) = Laba setelah pajak / jumlah lembar saham
Price Earning Ratio = Nilai pasar equity / Laba setelah pajak

Dari ilustrasi perhitungan diatas, dapatlah kita perhatikan bahwa harga saham PT.
NAROTAMA tetap setelah dilakukan merger, hanya saja yang terjadi perubahan adalah pada sisi
EPS yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum adanya merger.

Menaksir Biaya Dan Manfaat Akuisisi


Asumsi dasar yang dipakai dalam mengadakan penilaian / menaksir biaya dan manfaat
akuisis adalah bahwa pasar modal bersifat efisien. Dengan demikian harga saham yang
tercantum di bursa merupakan harga yang wajar.
Misalkan, jumlah lembar saham PT. DAMAR 10 juta lembar dengan harga saat ini sebesar
Rp. 8.000,- per lembar. Dengan demikian nilai equity ( PVd ) PT. DAMAR adalah Rp. 80
milyar. Andaikan sekarang PT. DAMAR akan dibeli oleh PT. NAROTAMA, maka
kemungkinan sekali pemegang saham PT. DAMAR akan meminta harga lebih tinggi
dari Rp. 8.000,- per lembar saham. Mengapa demikian ? Hal ini karena kalau harga yang
ditawarkan oleh PT. NAROTAMA hanya sebesar Rp. 8.000,- maka PT. DAMAR tidak
akan menerima manfaat apa-apa. Artinya sama saja kondisinya apabila PT. DAMAR menjual
sahamnya di pasar bursa.
Akan tetapi apabila PT. NAROTAMA menawar dengan harga Rp. 9.000,- per lembar saham,
maka biaya akuisisi yang akan dikeluarkan oleh PT. NAROTAMA sebesar :

10.000.000 x ( Rp. 9.000,- - Rp. 8.000,- ) = Rp. 10 milyar.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah apakah biaya sebesar Rp. 10 milyar ini
adalah layak dalam peristiwa akuisisi ? Jawabannya ya, apabila biaya akuisisi ini akan
mendatangkan manfaat bagi PT. NAROTAMA berupa synergy.
Andaikan PT. NAROTAMA adalah perusahaan industri makanan dan minuman, sedangkan
PT. DAMAR adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan dari peristiwa akuisisi ini
PT. NAROTAMA akan dapat melakukan penghematan biaya distribusi sebesar Rp. 1 milyar
tahun depan dan diharapkan pertumbuhan dalam penghematan ini meningkat sebesar 10% per
tahun. Adapun keuntungan yang dipandang layak sebesar 17%.
Dengan demikian besarnya manfaat akuisisi adalah sebesar

Manfaat = 1.000.000.000 / ( ( 0,17 – 0,10 )


= Rp. 14,3 milyar
Andaikan kemudian jumlah lembar saham PT. NAROTAMA sebanyak 50 juta lembar @ Rp.
12.000,- Dengan demikian, nilai equity ( PVn ) = 50 juta x Rp. 12.000,- = Rp. 600 milyar.
Hasil merger antara PT. DAMAR dengan PT. NAROTAMA setelah memperoleh synergy,
akan mempunyai nilai equity ( PVnd ) sebesar :

PVnd = ( Rp. 600 milyar + Rp. 14,3 milyar + Rp. 80 milyar )


= Rp. 694,3 milyar

Nilai manfaat bisa juga dicari dengan cara berikut :

Manfaat = PVnd - ( PVn + PVd )


= Rp. 694,3 milyar - ( Rp. 600 milyar + Rp. 80 milyar )
= Rp. 14,3 milyar

Nilai manfaat bersih ( Net Presen Value ), adalah :

NPV = Rp. 14,3 milyar - Rp. 10 milyar


= Rp. 4,30 milyar
Contoh mengenai synergy seperti diilustrikasikan diatas, disebut sebagai “ operating
synergy “ yakni synergy yang dinikmati oleh perusahaan karena adanya kombinasi dari beberapa
operasi sehingga diharapkan akan dapat menekan biaya dan / atau meningkatkan penghasilan.
Dengan demikian operating synergy dapat dilakukan apabila perusahaan melakukan ekspansi
pada bisnis yang sama atau melakukan diversifikasi yang berkaitan ( Related Differsification ).
Jenis lain dari synergy yang biasa kita jumpai selain operating synergy adalah “ financial
synergy “, yakni synergy yang berasal adanya penghematan yang dinikmati perusahaan dari
sumber pendanaan. Financial Synergy, ini umumnya terjadi apabila perusahaan melakukan
ekspansi dengan pola diversifikasi yang tidak berkaitan/berhubungan ( Unrelated
Differsification ).

Menaksir Biaya Apabila Akuisisi Dilakukan Dengan Cara Pertukaran Saham


Sekarang andaikan bahwa saham PT. DAMAR sebanyak 10 juta lembar dihargai hanya sebesar
Rp. 9.000,- oleh PT. NAROTAMA, maka PT. NAROTAMA perlu menggantinya
dengan dengan sebanyak :
10 juta x Rp. 9.000,- ) / Rp. 12.000,- = 7.500.000 lembar saham

Dengan demikian maka jumlah lembar saham yang baru setelah adanya merger antara PT.
DAMAR dengan PT. NAROTAMA adalah sebanyak :
50 juta + 7,5 juta = 57,5 juta lembar saham.
Nilai perusahaan setelah merger ( PVnd ) adalah sebesar Rp. 694,3 milyar, dan harga per lembar
saham setelah merger adalah sebesar :
Rp. 694,3 milyar / 57,5 juta lembar = Rp. 12.075,-
Pertanyaan yang kemudian timbul adalah apakah dengan adanya merger tersebut akan
menguntungkan bagi kedua perusahaan ? Jawabannya adalah ya ! Mengapa demikian ? Hal ini
disebabkan karena setelah adanya merger pemegang saham kedua perusahaan memperoleh
tambahan kemakmuran sebesar Rp. 75,- per lembar sahamnya ( Rp. 12.075,- - Rp. 12.000,- ).
Atau total keuntungan bagi pemegang saham adalah sebesar :
50 juta lembar x Rp. 75,- = Rp. 3,75 milyar
Tambahan kemakmuran pemegang saham baru ( bekas PT. DAMAR ) adalah sebesar :
( 7,5 juta lembar x Rp. 12.075,- ) - Rp. 80 milyar = Rp. 10.562.500.000,-
Apablia dibandingkan dengan cara akuisisi secara tunai, maka cara akuisisi dengan pertukaran
saham ini akan lebih menguntungkan dengan syarat bahwa NPV akuisisi tersebut mempunyai
nilai yang positip. Artinya akuisisi ini akan membawa manfaat bagi bekas pemegang saham PT.
DAMAR. Sebaliknya apabila NPV akuisisi ini mempunyai nilai yang negatif, maka akuisisi
yang terjadi akan tidak membawa manfaat sama sekali bagi bekas pemegang saham PT.
DAMAR.

Friendly Merger atau Hostile Takeover


Akuisisi dapat dilakukan secara “ bersahabat “ ataupun dengan cara “ hostile takeover “.
Umumnya penolakan akuisisi berasal dari pihak manajemen perusahaan yang akan diakuisisi.
Hal ini dapat dimengerti, karena merekalah yang kemungkinan besar akan kehilangan posisi
mereka. Untuk mengatasi kemungkinan ini, mereka mungkin menggunakan berbagai taktik
mempertahankan diri seperti golden parachute, white knight, dan poisson pill.
Dalam peristiwa akuisisi, pihak yang seringkali tidak setuju adalah manajemen dari perusahaan
yang akan dibeli ( acquired company ). Hal ini disebabkan karena adanya ketakutan dari pihak
manajemen perusahaan yang akan dibeli akan terancam posisi apakah digeser, diganti atau
mungkin dihilangkan posisi jabatan yang ada sebelumnya.
Apabila merger dapat dilakukan secara bersahabat ( friendly merger ), maka manajemen kedua
perusahaan akan melakukan perundingan yang berkaitan dengan harga yang wajar, pembayaran
akuisisi dan lain sebagainya yang akan diusulkan kepada pemilik perusahaan. Akan tetapi
apabila manajemen perusahaan yang akan diakuisisi tidak setuju dengan usulan-usulan yang
diajukan oleh perusahaan yang akan mengakuisisi, maka proses akuisisi ini akan dilakukan
dengan cara hostile takeover.
Hostile takeover berarti cara akuisisi yang dilakukan dengan tidak mengajak berunding
perusahaan yang akan diakuisisi ( acquired company ), perusahaan yang akan mengakuisisi
mungkin akan memberikan tawaran yang cukup menarik agar acquired company mau menjual
perusahaannya, misalnya dengan menawarkan harga saham yang lebih tinggi dari harga pasar.
Dalam hal ini, pihak manajemen perusahaan yang akan diakuisisi, kemungkinan akan
melakukan berbagai macam taktik untuk mempertahankan diri ( defense tactics ) yang intinya
bertujuan agar supaya akuisisi yang akan dilakukan tidak terjadi. Dengan demikian posisi yang
mereka duduki selama ini di dalam manajemen perusahaan tidak akan terancam. Beberapa taktik
yang kemungkinan dilakukan antara lain :
a.       Golden Parachute
Taktik yang dinyatakan dalam kontrak kerja, yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan
akan memperoleh kompensasi yang sangat besar apabila mereka kehilangan jabatan karena
perusahaan dimana mereka bekerja telah diakuisisi oleh perusahaan lain.
b.       Poisson Pill
Taktik yang ditempuh oleh manajemen perusahaan yang akan diakuisisi dengan cara
menerbitkan obligasi yang disertai warrant yang dapat ditukar dengan saham perusahaan dengan
harga yang sangat rendah.
c.       White Knight
Merupakan adalah cara yang akan ditempuh oleh manajemen perusahaan yang akan diakuisisi
untuk mencari perusahaan lain sebagai calon pembeli baru yang menyatakan bahwa manajemen
perusahaan yang akan diakuisisi tidak akan dirubah.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Dalam melakukan merger dan
akuisisi banyak kendala yang harus diatasi oleh perusahaan, yaitu modal, tenaga kerja, maupun
budaya perusahaan. Untuk menyatukan kedua perusahaan dengan budaya yang berbeda, tentunya
sangat sulit dan ini harus dipilih salah satu budaya mana yang sekiranya cocok untuk tetap
dipergunakan dalam melaksanakan merger dan akuisisi. Sebelum melakukan merger dan akuisisi
kedua perusahaan ini, harus berkoordinasi dengan perwakilan karyawan dari masing-masing
perusahaan tentang langkah atau kebijakan yang akan diambil perusahaan nantinya setelah
merger dan akuisisi. Karena budaya perusahaan merupakan hal yang sangat sulit untuk dirubah,
sehingga dalam melakukan perubahan ini perlu diakukan secara bertahap.

SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,kedepannya penulis akan lebih fokus
dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentu dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/merger-dan-akuisisi-pengertian-jenis.html

https://www.jurnal.id/id/blog/definisi-dan-perbedaan-utama-dari-merger-dan-akuisisi/

http://indocheckin.blogspot.com/2013/12/merger-dan-akuisisi.html

Anda mungkin juga menyukai