“ osteoporosis”
DOSEN :
OLEH :
OLEH :
ILMIATI ALI
17.1454
2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
“OSTEOPOROSIS”
A. Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porousberarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma,
Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang
yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan
tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan
resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga massa tulang menurun,
komponen matrik yaitu mineral dan protein berkurang, resorpi terjadi lebih cepat
daripada formasi tulang sehingga tuang menjadi tipis. Pada tulang dengan osteoporosis
terjadi penurunan ketebalan tulang kompakta dan peningkatan diameter rongga
madulary.
B. Etiologi
Perkembangan osteoporosis sangat komplek meliputi faktor-faktor nutrisi, fisik,
hormonal dan genetik. Adapun tiga faktor utama yang mempengaruhi osteoporosis
adalah :
1. Defisiensi kalsium.
Hal ini dikarenakan intake kalsium dalam makanan yang kurang/tidak
adekuat. Menurunnya kalsium ada hubungannya dengan bertambahnya usia yaitu
dengan berkurangnya absorbsi kalsium, tidak adekuatnya intake vitamin D atau
penggunaan obat-obatan (heparin, alkohol, antasida ikatan fosfat,, kortikosteroid,
fenitoin, isoniazid) dalam jangka waktu lama.
2. Kurangnya latihan yang teratur.
Imobilisasi dapat menyebabkan proses menurunnya massa tulang. Olahraga
atau latihan yang teratur dapat mencegah penurunan masssa tulang. Tekanan-
tekanan mekanis pada latihan akan membuat otot-otot berkontraksi yang dapat
merangsang formasi tulang.
3. Perbedaan jenis kelamin.
Hormon-hormon reproduksi mempengaruhi kekuatan tulang. Pada wanita post
menopouse, hormon reproduksi dan timbunan kalsium tulang menurun. Hormnon
yang sangat menurun adalah estrogen. Dengan demikian wanita lebih cepat dan
berisiko mengalami osteoporosis daripada laki-laki. Padda laki-laki osteoporosis
terjadi setelah usia 70 tahun.
J. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien osteoporosis, pada umumnya adalah:
1. Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
2. Nyeri akut b.d adanya fraktur
3. Konstipasi b.d imobilitas
4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
K. Rencana asuhan keperawatan (tujuan, intervensi,rasional)
Diagnosa Keperawatan 1
Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
Tujuan: klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh
Intervensi:
1. Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas bahaya bagi klien.
R/. lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan
mengakibatkan fraktur
2. Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan atau
tongkat.
R/. Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia
3. Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan cegah klien dari pukulan
yang tidak sengaja atau kebetulan.
R/. Benturan yang keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang sudah rapuh,
porus dan kehilangan kalsium.
4. Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan dan tidak
mengangkat beban yang berat.
R/. Gerakan tubuh yang cepat dapat mempermudah fraktur compression vertebral
pada klien dengan osteoporosis
5. Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D) dalam mencegah
osteoporosis lebih lanjut.
R/ Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah kehilangan
kalsium ekstra dalam tulang.
6. Anjurkan klien untuk menguragi kafein dan alkohol.
R/. kafein m berlebihan meningkat pengeluaran kalsium berlebihan dalam urine;
alkohol berlebihan meningkatkan asidosis, meningkatkan reabsorpsi tulang.
7. Ajarkan klien akan efek dari rokok dalam remodeling tulang.
R/. rokok meningkatkan asidosi
Diagnosa Keperawatan. 2
Nyeri berhubungan dengan spasme otot, fraktur
Tujuan : Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri, dan nyeri
berkurang sampai hilang.
Intervensi
1. Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.
R/. menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk mengambil psosisi
terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien
R/. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur
dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
3. Beri kasur padat dan tidak lentur.
R/. Memberikan rasa nyaman bagi klien
4. Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.
R/. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
5. Berikan kompres hangat intermiten dan pijatan punggung.
R/. kompres hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi otot.
6. Ajarkan dan anjurkan klien untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit
dan hindari gerakan memuntir.
R/. Gerakan tubuh memuntir dapat meningkatkan risiko cedera.
7. Bantu klien untuk turun dari tempat tidur.
8. Pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara,
meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh
kebanyakan lansia.
9. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur
perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman
dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
10. Opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri
punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.
Diagnosa keperawatan 3
Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi
Tujuan: Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam seminggu,
konsistensi feces lunak, dan tidak ada kolaps pada T10-L2
Intervensi:
1. Kaji pola elimeinasi bab klien
R/. menentukan intervensi bila ada gangguan pada eliminasi bab
2. Berikan diet tinggi serat.
R/. Tinggi serat membantu proses pengosongan usus dan meminimalkan kostipasi
3. Anjurkan klien minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
R/. Pemenuhan cairan yang adekuat dapat membantu atau meminimalkan
konstipasi.
4. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps
vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.
5. Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja sesuai
ketentuan
R/. Membantu meminimalkan konstipasi
Diagnosa keperawatan 4
Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
Tujuan: meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosis, cara pencegahan dan
program tindakan
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang osteoporosis. Ajarkan pada klien tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup
seperti Pengurangan kafein, rokok dan alkohol.
R/. Hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
4. Anjurkan dan ajarka cara latihan aktivitas fisik sesuai kemampuan klien.
R/. Latihan aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan
kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar
matahari.
R/. Kebutuhan kalsium, vitamin D, terpapar sinar matahari pagi yang memadai
dapat meminimalkan efek oesteoporosis.
6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri
lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada
suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama
makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan
cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC. Jakarta
Lippincott dkk. 2011. Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT Indeks.
I. IDENTITAS
1. Nama Pasien : ny. P
2. Umur : 58 tahun
3. Suku/ Bangsa : bugis
4. Agama : islam
5. Pendidikan :SMP
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat : Jl. makmur
8. Sumber Biaya : BPJS
P : pasien mengatakan nyeri hebat pada tulang belakang karena terjatuh 3 bulan yang
lalu
Q : pasien mengatakan nyeri terasa seperti tertekan
R : nyeri terasa di tulang belakang
S : skala 7
T : nyeri dirasakan ketika beraktifitas
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Pernah dirawat : tidak pernah
2. Riwayat penyakit kronik dan menular : tidak ada
Riwayat kontrol : tidak pernah
Riwayat pengunaan obat : tidak ada
3. Riwayat alergi : tidak ada
4. Riwayat operasi
- Kapan : tidak pernah
- Jenis operasi : tidak ada
5. Dll : tidak ada
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
- penyakit menular dan heredite : tidak ada
- Jenis : tidak ada
- Genogram
V. PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi : tidak ada
Olah
VI. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda tanda vital
S : 36OC N : 88x/menit TD : 150/100 mmHg RR : 20x/menit
Kesadaran : Compos Mentis
2. Pola kebutuhan dasar (data Bio-sosio-psiko-kultural-spiritual)
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
- Pemeriksaan kesehatan rutin : tidak pernah
- Pendapat klien tentang keadaan kesehatannya saat ini : tidak dikaji
- Persepsi tentang tingkat kesembuhan : tidak dikaji
- Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan : mengikuti semua anjuran
yang diberikan perawat maupun dokter
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Item Sebelum MRS Setelah MRS
a.Frekuensi makan 1 piring 1 piring
b.Komposisi makanan Nasi, ikan, sayur Nasi, ikan, sayur, buah
c. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
d. Frekuensi minum 7 gelas 7 gelas
e. Jenis minuman Air putih Air putih
f. Suplemen yang Tidak ada Tidak ada
dikonsumsi
g. Fluktuasi BB Tidak ada Tidak ada
h.Balance cairan Tidak ada Tidak ada
c. Pola eliminasi
Item Sebelum MRS Setelah MRS
a. Frekuensi BAB Tidak dikaji
b. Konsistensi Tidak dikaji
c. Frekuensi BAK Tidak dikaji
d. Warna Tidak dikaji
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum Setelah
Aktivitas
MRS
0 1 2 3 4 0MRS
1 2 3 4
Mandi O O
Berpakaian O O
Eliminasi O O
Mobilitas ditempat tidur O O
Berpindah O O
Berjalan O O
Naik tangga O O
Olahraga O
ROM O
0 : mampu merawat diri sendiri secara penuh
1 : memerlukan penggunaan alat bantú
2 : memerlukan bantuan / pengawasan orang lain
3 : memerlukan bantuan / pengawasan orang lain dan peralatan
4 : sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
e. Tidur dan istirahat
- Frekuensi : 2x sehari
- Durasi : 7 jam
- Insomnia : tidak ada
f. Pola kognitif
- Komunikasi : baik
- Sensori : baik
- Memori : baik
g. Konsep diri
- Identitas diri : tidak dikaji
- Gambaran diri : tidak dikaji
- Ideal diri : tidak dikaji
- Harga diri : tidak dikaji
- Peran diri : klien seorang ibu rumah tangga, seorang istri dan seorang
ibu dari kelima anaknya
i. Pola seksual / Reproduksi : pasien sudah tidak menstruasi sejak 3 tahun yang lalu
k. Pola keyakinan dan nilai :klien melaksanakan sholat dan berdoa kepada tuhan
agar penyakitnya bisa sembuh
3. Head to Toe
a. Kepala
- Inspeksi : tidak terdapat benjolan dikepala
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mata
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan
c. Telinga
- Inspeksi : tidak ada gangguan pendengaran
d. Hidung
- Inspeksi : tidak ada pendarahan, tidak ada sumbatan jalan nafas
e. Mulut
- Inspeksi : mukosa bibir lembab, mulut bersih
f. Leher
- Inspeksi : tidak ada pembengkakan kelenjar
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Dada
- Inspeksi : bentuk normal, warna kulit sawo matang
- Palpasi : vocal fremitus tidak teraba
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : suara nafas vesikuler
h. Abdomen
- Inspeksi :
- Palpasi : tidak ada massa atau nyeri tekan
- Perkusi : tympani (-)
i. Genitalia
- Inspeksi : tidak dikaji
- Palpasi : tidak dikaji
j. Eksttremitas
Atas
- Inspeksi : tidak dikaji
- Palpasi : tidak dikaji
- Perkusi : tidak dikaji
Bawah
- Inspeksi : tidak dikaji
- Palpasi : ada nyeri tekan di tulang belakang
- Perkusi : tidak dikaji
k. Kulit
- Inspeksi : tidak dikaji
- Palpasi : tidak dikaji
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Berbuhungan Dengan agen pencedera fisiologis
INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan agen pencedera tindakan keperawatan frekuensi, kualitas dan intentitas
fisiologis selama 1x24 jam, nyeri nyeri
dapat teratasi. Kriteria 2. Identifikasi faktor yang
hasil: memperberat dan memperingan
1. Mengambarkan nyeri
faktor penyebab 3. Berikan teknik nonfarmakologi
nyeri untuk mengurangi rasa nyeri :
2. Mengunakan kompres hangat/dingin
tindakan 4. Jelaskan strategi meredakan
pengurangan nyeri nyeri
tanpa analgesik 5. Jelaskan penyebap, periode, dan
3. Melaporkan nyeri pemicu nyeri
yang terkontrol