Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

“ osteoporosis”

DOSEN :

Ns. Yodang, S.Kep, M.Pall Care

OLEH :

OLEH :

ILMIATI ALI
17.1454

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
“OSTEOPOROSIS”

A. Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porousberarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma,
Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang
yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan
tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan
resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga massa tulang menurun,
komponen matrik yaitu mineral dan protein berkurang, resorpi terjadi lebih cepat
daripada formasi tulang sehingga tuang menjadi tipis. Pada tulang dengan osteoporosis
terjadi penurunan ketebalan tulang kompakta dan peningkatan diameter rongga
madulary.
B. Etiologi
Perkembangan osteoporosis sangat komplek meliputi faktor-faktor nutrisi, fisik,
hormonal dan genetik. Adapun tiga faktor utama yang mempengaruhi osteoporosis
adalah :
1. Defisiensi kalsium.
Hal ini dikarenakan intake kalsium dalam makanan yang kurang/tidak
adekuat. Menurunnya kalsium ada hubungannya dengan bertambahnya usia yaitu
dengan berkurangnya absorbsi kalsium, tidak adekuatnya intake vitamin D atau
penggunaan obat-obatan (heparin, alkohol, antasida ikatan fosfat,, kortikosteroid,
fenitoin, isoniazid) dalam jangka waktu lama.
2. Kurangnya latihan yang teratur.
Imobilisasi dapat menyebabkan proses menurunnya massa tulang. Olahraga
atau latihan yang teratur dapat mencegah penurunan masssa tulang. Tekanan-
tekanan mekanis pada latihan akan membuat otot-otot berkontraksi yang dapat
merangsang formasi tulang.
3. Perbedaan jenis kelamin.
Hormon-hormon reproduksi mempengaruhi kekuatan tulang. Pada wanita post
menopouse, hormon reproduksi dan timbunan kalsium tulang menurun. Hormnon
yang sangat menurun adalah estrogen. Dengan demikian wanita lebih cepat dan
berisiko mengalami osteoporosis daripada laki-laki. Padda laki-laki osteoporosis
terjadi setelah usia 70 tahun.

Selain tiga hal tersebut di atas, gangguan kelenjar endokrin dapat


menyebabkan osteoporosis yaitu penyakit chusing, thyrotoxicosis atau hipersekresi
kelenjar adrenal.
Faktor risiko terjadinya osteoporosis antarra lain : kurang terkena sinar
matahari, alkoholisme, banyak mengkonsumsi nikotin (perokok) dan kafein, kurang
aktivitas fisik, ada riwayat keluarga dengan osteoporosis.
C. Patofisiologi
Patogenesis osteoporosis promr mempunyai faktor etiologi multipel sebagai akibat
bertambanya usia, yang merupakan perpaduan antara turunnya pembentukan tulang ddan
peningkatan reapsorpsi tung yang hasil akhirnya ialah hilangnya massa tulang. Beberapa
hipotesis yang diajukan antara lain : kegagalan relatif osteoblast, defisit vitamin D dan
kalsium akibat perubahan diet. Penurunan efisiensi absorpsi kalsium di usus ddan
efisiensi kalsium di ginjal, penurunan kadar kalsitonin dan estrogen dan kenaikan kadar
PTH.
D. Tanda dan gejala
1. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
2. Nyeri timbul secara mendadadak
3. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
4. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari atau
karena pergerakan yang salah
5. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
6. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra
7. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
8. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur
E. Klasifikasi
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca
menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan perbandingan 68:1
pada usia rata-rata 53-57 tahun.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang
F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang bisa ditimbulkan dari osteoporosis ialah sebagai berikut :
1. Fraktur tulang panggul
2. Fraktur pergelangan tangan.
3. Fraktur columna vertebaralis dan paha.
4. Fraktur tulang iga.
5. Fraktur radius.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi
demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra
kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi
bikonkaf.
2. Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase alkalu,
ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju endap darah),
dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain
(missal ; osteomalasia, hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya
kehilangan tulang.
3. Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada
tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual
energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi
menganai massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk
mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.
H. Pengkajian sistem yang berhubungan dengan penyakit
a. Riwayat Keperawatan
Perawat perlu menanyakan adanaya :
 Rasa sakit/nyeri pada tulang punggung (bagian bawah), nyeri leher,
merasakan berat badan menurun. Umur dan jenis kelamin biasanya diataas
usia 50 tahun dan sering pada wanita, kurangnya aktifitas atau Imobilisasi.
keadaan nutrisi misal kurang vitamin D, C dan kalsium. Mengkonsumsi
alkohol dan kafein, merokok.
 Adanya penyakit endokrin : Diabetes melitus, Hipertiroidisme,
hiperparatiroidisme, chusing’s syndom, acromegali, hypogonadism.
b. Pemeriksaan fisik
Lakukan penekanan pada tulang punggung apakah terdapat nyeteka, nyeri
pergerakan. Periksa mobilitas amati posisi pasien yang nampak membungkuk.
c. Riwayat psikososial
Penyakit ini terjadi pada usia tua dan lebih banyak pada wanita. Biasanya sering
timbul kecemasan, takut melakukan aktifitas, dan perubahan konsep diri.
I. Pathway

J. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien osteoporosis, pada umumnya adalah:
1. Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
2. Nyeri akut b.d adanya fraktur
3. Konstipasi b.d imobilitas
4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
K. Rencana asuhan keperawatan (tujuan, intervensi,rasional)
Diagnosa Keperawatan 1
Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
Tujuan: klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh
Intervensi:
1. Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas bahaya bagi klien.
R/. lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan
mengakibatkan fraktur
2. Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan atau
tongkat.
R/. Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia
3. Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan cegah klien dari pukulan
yang tidak sengaja atau kebetulan.
R/. Benturan yang keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang sudah rapuh,
porus dan kehilangan kalsium.
4. Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan dan tidak
mengangkat beban yang berat.
R/. Gerakan tubuh yang cepat dapat mempermudah fraktur compression vertebral
pada klien dengan osteoporosis
5. Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D) dalam mencegah
osteoporosis lebih lanjut.
R/ Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah kehilangan
kalsium ekstra dalam tulang.
6. Anjurkan klien untuk menguragi kafein dan alkohol.
R/. kafein m berlebihan meningkat pengeluaran kalsium berlebihan dalam urine;
alkohol berlebihan meningkatkan asidosis, meningkatkan reabsorpsi tulang.
7. Ajarkan klien akan efek dari rokok dalam remodeling tulang.
R/. rokok meningkatkan asidosi
Diagnosa Keperawatan. 2
Nyeri berhubungan dengan spasme otot, fraktur
Tujuan : Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri, dan nyeri
berkurang sampai hilang.
Intervensi
1. Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.
R/. menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk mengambil psosisi
terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien
R/. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur
dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
3. Beri kasur padat dan tidak lentur.
R/. Memberikan rasa nyaman bagi klien
4. Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.
R/. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
5. Berikan kompres hangat intermiten dan pijatan punggung.
R/. kompres hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi otot.
6. Ajarkan dan anjurkan klien untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit
dan hindari gerakan memuntir.
R/. Gerakan tubuh memuntir dapat meningkatkan risiko cedera.
7. Bantu klien untuk turun dari tempat tidur.
8. Pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara,
meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh
kebanyakan lansia.
9. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur
perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman
dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
10. Opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri
punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.

Diagnosa keperawatan 3
Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi
Tujuan: Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam seminggu,
konsistensi feces lunak, dan tidak ada kolaps pada T10-L2
Intervensi:
1. Kaji pola elimeinasi bab klien
R/. menentukan intervensi bila ada gangguan pada eliminasi bab
2. Berikan diet tinggi serat.
R/. Tinggi serat membantu proses pengosongan usus dan meminimalkan kostipasi
3. Anjurkan klien minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
R/. Pemenuhan cairan yang adekuat dapat membantu atau meminimalkan
konstipasi.
4. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps
vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.
5. Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja sesuai
ketentuan
R/. Membantu meminimalkan konstipasi
Diagnosa keperawatan 4
Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
Tujuan: meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosis, cara pencegahan dan
program tindakan
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang osteoporosis. Ajarkan pada klien tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup
seperti Pengurangan kafein, rokok dan alkohol.
R/. Hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
4. Anjurkan dan ajarka cara latihan aktivitas fisik sesuai kemampuan klien.
R/. Latihan aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan
kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar
matahari.
R/. Kebutuhan kalsium, vitamin D, terpapar sinar matahari pagi yang memadai
dapat meminimalkan efek oesteoporosis.
6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri
lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada
suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama
makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan
cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
Daftar Pustaka

Corwin, Elizabet. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta

Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC. Jakarta

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000

Lippincott dkk. 2011. Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT Indeks.

Swearingen. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.


BAB II
LAPORAN KASUS

Tanggal MRS : 20 juni 2020 jam masuk : 12.20


Tanggal pengkajian : 21 juni 2020 No. RM : 1807882
Jam pengkajian : 10.00 Diagnosa medis : Osteoporosis
Hari rawat ke :2

I. IDENTITAS
1. Nama Pasien : ny. P
2. Umur : 58 tahun
3. Suku/ Bangsa : bugis
4. Agama : islam
5. Pendidikan :SMP
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat : Jl. makmur
8. Sumber Biaya : BPJS

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Alasan masuk Rumah Sakit:
Pasien masuk dengan keluhan nyeri hebat pada tulang belakang, nyeri terasa hebat
namun berkurang saat pasien beristirahat. 3 bulan yang lalu pasien terjatuh dan mengalami
cedera tulang paha
2. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada tulang belakang
3. Riwayat keluhan utama:

P : pasien mengatakan nyeri hebat pada tulang belakang karena terjatuh 3 bulan yang
lalu
Q : pasien mengatakan nyeri terasa seperti tertekan
R : nyeri terasa di tulang belakang
S : skala 7
T : nyeri dirasakan ketika beraktifitas
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Pernah dirawat : tidak pernah
2. Riwayat penyakit kronik dan menular : tidak ada
Riwayat kontrol : tidak pernah
Riwayat pengunaan obat : tidak ada
3. Riwayat alergi : tidak ada
4. Riwayat operasi
- Kapan : tidak pernah
- Jenis operasi : tidak ada
5. Dll : tidak ada
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
- penyakit menular dan heredite : tidak ada
- Jenis : tidak ada
- Genogram
V. PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi : tidak ada

Olah
VI. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda tanda vital
S : 36OC N : 88x/menit TD : 150/100 mmHg RR : 20x/menit
Kesadaran : Compos Mentis
2. Pola kebutuhan dasar (data Bio-sosio-psiko-kultural-spiritual)
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
- Pemeriksaan kesehatan rutin : tidak pernah
- Pendapat klien tentang keadaan kesehatannya saat ini : tidak dikaji
- Persepsi tentang tingkat kesembuhan : tidak dikaji
- Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan : mengikuti semua anjuran
yang diberikan perawat maupun dokter
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Item Sebelum MRS Setelah MRS
a.Frekuensi makan 1 piring 1 piring
b.Komposisi makanan Nasi, ikan, sayur Nasi, ikan, sayur, buah
c. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
d. Frekuensi minum 7 gelas 7 gelas
e. Jenis minuman Air putih Air putih
f. Suplemen yang Tidak ada Tidak ada
dikonsumsi
g. Fluktuasi BB Tidak ada Tidak ada
h.Balance cairan Tidak ada Tidak ada

c. Pola eliminasi
Item Sebelum MRS Setelah MRS
a. Frekuensi BAB Tidak dikaji
b. Konsistensi Tidak dikaji
c. Frekuensi BAK Tidak dikaji
d. Warna Tidak dikaji
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum Setelah
Aktivitas
MRS
0 1 2 3 4 0MRS
1 2 3 4
Mandi O O
Berpakaian O O
Eliminasi O O
Mobilitas ditempat tidur O O
Berpindah O O
Berjalan O O
Naik tangga O O
Olahraga O
ROM O
0 : mampu merawat diri sendiri secara penuh
1 : memerlukan penggunaan alat bantú
2 : memerlukan bantuan / pengawasan orang lain
3 : memerlukan bantuan / pengawasan orang lain dan peralatan
4 : sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
e. Tidur dan istirahat
- Frekuensi : 2x sehari
- Durasi : 7 jam
- Insomnia : tidak ada

f. Pola kognitif
- Komunikasi : baik
- Sensori : baik
- Memori : baik

g. Konsep diri
- Identitas diri : tidak dikaji
- Gambaran diri : tidak dikaji
- Ideal diri : tidak dikaji
- Harga diri : tidak dikaji
- Peran diri : klien seorang ibu rumah tangga, seorang istri dan seorang
ibu dari kelima anaknya

h. Pola peran / hubungan


- Hubungan dengan anggota keluarga : klien mengatakan hubungan dengan keluarga
baik
- Hubungan dalam masyarakat : baik

i. Pola seksual / Reproduksi : pasien sudah tidak menstruasi sejak 3 tahun yang lalu

j. Pola Koping : ti dak di kaj i

k. Pola keyakinan dan nilai :klien melaksanakan sholat dan berdoa kepada tuhan
agar penyakitnya bisa sembuh

3. Head to Toe
a. Kepala
- Inspeksi : tidak terdapat benjolan dikepala
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mata
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan
c. Telinga
- Inspeksi : tidak ada gangguan pendengaran
d. Hidung
- Inspeksi : tidak ada pendarahan, tidak ada sumbatan jalan nafas
e. Mulut
- Inspeksi : mukosa bibir lembab, mulut bersih
f. Leher
- Inspeksi : tidak ada pembengkakan kelenjar
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Dada
- Inspeksi : bentuk normal, warna kulit sawo matang
- Palpasi : vocal fremitus tidak teraba
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : suara nafas vesikuler
h. Abdomen
- Inspeksi :
- Palpasi : tidak ada massa atau nyeri tekan
- Perkusi : tympani (-)

i. Genitalia
- Inspeksi : tidak dikaji
- Palpasi : tidak dikaji
j. Eksttremitas
 Atas
- Inspeksi : tidak dikaji
- Palpasi : tidak dikaji
- Perkusi : tidak dikaji
 Bawah
- Inspeksi : tidak dikaji
- Palpasi : ada nyeri tekan di tulang belakang
- Perkusi : tidak dikaji
k. Kulit
- Inspeksi : tidak dikaji
- Palpasi : tidak dikaji

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


VIII. TERAPI MEDIS
KLASIFIKASI DATA
Kategori dan sub kategori Sign dan symptoms
Kategori fisiologis
Sub kategori = respirasi Ds :
Do : - P : 20x/menit

Sub kategori = sirkulasi Ds : tidak ada keluhan


Do : - nadi 88x/menit
- TD : 150/100 mmHg
Sub kategori = nutrisi dan cairan Ds : klien mengatakan tidak ada masalah
nutrisi
Do : -
Sub kategori = eliminasi Do :
sub kategori = aktivitas dan istirahat Ds :
Do :
Sub kategori = neurosensory Ds: - pasien mengatakan 3 bulan yang lalu
terjatuh dan mengalami cedera tulang paha
Do :
Sub kategori = reproduksi dan seksualitas Ds :
Do : - pasien sudah tidak menstruasi sejak 3
tahun yang lalu
Kategori priskologis
Sub kategori = nyeri dan kenyamanan Ds : - pasien mengatakan nyeri hebat pada
tulang belakang
- Nyeri terasa seperti tertekan
Do : - S : skala 7
- Klien tampak menahan nyeri
Sub kategori = integritas ego -
Sub kategori = pertumbuhan dan -
perkembangan
Kotegori perilaku
Sub kategori = kebersihan diri -
Sub kategori = penyuluhan dan pembelajaran Ds :- pasien mengatakan pendidikan tamat
SMP
Kotegori relasional
Sub kategori = interaksi sisoal -
Kategori lingkungan
Sub kategori = keamanan dan proteks -
ANALISA DATA
Kategori dan sub kategori Sign dan symptoms Diagnosa keperawatan
Kategori fisiologis
Sub kategori = respirasi Ds :
Do : - P : 20x/menit

Sub kategori = sirkulasi Ds : tidak ada keluhan


Do : - nadi 88x/menit
- TD : 150/100
mmHg
Sub kategori = nutrisi dan Ds : klien mengatakan tidak
cairan ada masalah nutrisi
Do : -

Sub kategori = eliminasi Do :


sub kategori = aktivitas dan Ds :
istirahat Do :

Sub kategori = neurosensori Ds: - pasien mengatakan 3


bulan yang lalu terjatuh dan
mengalami cedera tulang
paha
Do :
Sub kategori = reproduksi Ds :
dan seksualitas Do : - pasien sudah tidak
menstruasi sejak 3 tahun
yang lalu
Kategori priskologis
Sub kategori = nyeri dan Ds : - pasien mengatakan
kenyamanan nyeri hebat pada tulang NYERI AKUT
belakang
- Nyeri terasa
seperti tertekan
Do : - S : skala 7
- Klien tampak
menahan nyeri
Sub kategori = integritas ego -
Sub kategori = pertumbuhan -
dan perkembangan
Kotegori perilaku
Sub kategori = kebersihan -
diri
Sub kategori = penyuluhan Ds :- pasien mengatakan
dan pembelajaran pendidikan tamat SMP
Kotegori relasional
Sub kategori = interaksi -
sisoal
Kategori lingkungan
Sub kategori = keamanan dan -
proteks

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Berbuhungan Dengan agen pencedera fisiologis

INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan agen pencedera tindakan keperawatan frekuensi, kualitas dan intentitas
fisiologis selama 1x24 jam, nyeri nyeri
dapat teratasi. Kriteria 2. Identifikasi faktor yang
hasil: memperberat dan memperingan
1. Mengambarkan nyeri
faktor penyebab 3. Berikan teknik nonfarmakologi
nyeri untuk mengurangi rasa nyeri :
2. Mengunakan kompres hangat/dingin
tindakan 4. Jelaskan strategi meredakan
pengurangan nyeri nyeri
tanpa analgesik 5. Jelaskan penyebap, periode, dan
3. Melaporkan nyeri pemicu nyeri
yang terkontrol

Anda mungkin juga menyukai