UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA Jl. Raden Patah No.100 Ledug Kec.Kembaran Kab. Banyumas Jawa Tengah 53132 Web : www.shb.ac.id Telp.(0231) 534345 TRAUMA URETRA A. DEFINISI Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis) B. ETIOLOGI Etiologi Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul, genetalia eksterna maupun perineum. Cedera eksternal: Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea. Trauma selangkangan : ruptur uretra pars bulbosa. Iatrogenik : pemasangan kateter folley yang salah. Persalinan lama. Ruptur yang spontan C. KLASIFIKAIS Klasifikasi Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam : 1. Ruptur uretra anterior : Paling sering pada bulbosa disebut Straddle Injury, dimana robekan uretra terjadi antara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya. Terdapat daerah memar atau hematoma pada penis dan scrotum (kemungkinan ekstravasasi urine Penyebab tersering : straddle injury ( cedera selangkangan ) Jenis kerusakan : Kontusio dinding uretra. Ruptur parsial. Ruptur total. 2. Ruptur uretra posterior : Paling sering pada membranacea. Ruptur utertra pars prostato-membranasea Terdapat tanda patah tulang pelvis. Terbanyak disebabkan oleh fraktur tulang pelvis. Robeknya ligamen pubo-prostatikum. Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas, hematom dan nyeri tekan. Bila disertai ruptur kandung kemih bisa ditemukan tanda rangsangan peritoneum. Klasifikasi rupture uretra menurut Collapinto & Mc Collum : 1. Stretching/teregang. Tidak ada ekstrvasasi. 2. Uretra putus diatas prostato membranasea. Diafragma urogenital utuh. Ekstravasasi terbatas pada diafragma urogenital. 3. Uretra posterior, diafragma uretra, dan uretra pars bulbosa proksimal rusak, ekstravasasi sampai perineum. D. RUPTUR URETRA TOTAL Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi ruda paksa. Nyeri perut bagian bawah dan daerah supra pubic. Pada perabaan mungkin dijumpai kandung kemih yang penuh E. PATOFISIOLOGI Ruptur uretra sering terjadi bila seorang penderita patah tulang panggul karena jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi menjadi 2 yaitu ; rupture uretra posterior dan anterior.Ruptur uretran posterior hampir selalu disertai fraktur pelvis. Akibat fraktur tulang pelvis terjadi robekan pars membranaseae karena prostat dan uretra prostatika tertarik ke cranial bersama fragmen fraktur. Sedangkan uretra membranaseae terikat di diafragma urogenital. Ruptur uretra posterior dapat terjadi total atau inkomplit. Pada rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan ligamentum puboprostatikum robek, sehingga buli-buli dan prostat terlepas ke cranial.Rupture uretra anterior atau cedera uretra bulbosa terjadi akibat jatuh terduduk atau terkangkangsehingga uretra terjepit antara objek yang keras seperti batu, kayu atau palang sepeda dengan tulang simpisis. Cedera uretra anterior selain oleh cedera kangkang juga dapat di sebabkan olehinstrumentasi urologic seperti pemasangan kateter, businasi dan bedah endoskopi. Akibatnya dapat terjadi kontusio dan laserasi uretra karena straddle injury yang berat dan menyebabkan robeknya uretra dan terjadi ekstravasasi urine yang biasa meluas ke skrotum, sepanjang penis dan ke dinding abdomen yang bila tidak ditangani dengan baik terjadi infeksi atau sepsis. F. MANIFESTASI KLINIS Perdarahan per-uretra post trauma. Retensi urine. Merupakan kontraindikasi pemasangan kateter. Lebih khusus: Pada Posterior dan Anterior . Pada posterior : Perdarahan per uretra Retensi urine. Pemeriksaan Rektal Tuse : Floating Prostat. Ureterografi: ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis. Pada Anterior Perdarahan per-uretra/ hematuri. Sleeve Hematom/butterfly hematom. Kadang terjadiretensi urine. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan radiologic Tampak adanya defek uretra anterior daerah bulbus dengan ekstravasasi bahan kontras uretografi retrograd. H. KOMPLIKASI 1. Komplikasi dini setelah rekonstruksi uretra Infeksi Hematoma Abses periuretral Fistel uretrokutan Epididimitis 2. Komplikasi lanjut Striktura uretra Khusus pada ruptur uretra posterior dapat timbul : Impotensi Inkontinensia I. PENATALAKSANAAN 1. Pada ruptur anterior Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter dan melakukan drainase bila ada. ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan penyambungan dengan membuat end-to-end, anastomosis dan suprapubic cystostomy. Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi ulang. sistosomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura sache jika timbul stiktura uretra. Debridement dan insisi hematom untuk mencegah infeksi 2. Pada ruptur uretra posterior Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu. Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang douwer kateter. Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur. ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA URETRA A. Pengkajian Biodata : Riwayat kesehatan pasien : Riwayat penyakit dahulu : - Riwayat penyakit sekarang : Nyeri tekan , memar atau hematum , hematuri Bila terjadi ruptur total urethra anuria Pemeriksaan fisik 1. adanya trauma didaerah perineum 2. adanya perdarahan per urethra 3. adanya nyeri tekan pada daerah supra pubik dan abdomen bagian bawah 4. adanya jejas pada daerah supra pubik dan abdomen bagian bawah 5. adanya fraktur tulang pelvis 6. adanya Retensi urine. 7. Pemeriksaan Rektal Tuse : Floating Prostat. Pemeriksaan penunjang Radiologi tampak adanya defek urethra anterior daerah bulbus dengan ektra vasasi bahan kontras uretrografi retrograde. Pada rupture posterior: Ureterografi : ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis.
Pada rupture anterior:
Radiologis :
Kontusio : tidak ada ekstravasasi.
Ruptur : adaekstravasasi bahkan sampai bulbosa. B. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b-d adanya trauma urethra Anxietas b-d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnyaPotensial infeksi b d efek pemasangan DK 2. Gangguan eliminasi urine ( retensio urine ) b-d adanya hematoma dan ekstravasasi 3. Potensial infeksi b-d efek pemasangan DK C. Intervensi no diagnose keperawatan tujuan perencanaan 1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b-d adanya trauma urethra Anxietas b-d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnyaPotensial infeksi b d efek pemasangan DK Tujuan : menyatakan atau menunjukkan nyeri hilang Kaji nyeri meliputi lokasi , karakteristik , lokasi, intensitas ( skala 0-10 ) membantu evaluasi derajat ketidak nyamanan dan deteksi dini terjadinya komplikasi. Perhatikan aliran dan karakteristik urine penurunan aliran menunjukkan retensi urine ( s-d edema ), urine keruh mungkin normal ( adanya mukus ) atau mengindikasikan proses infeksi. Dorong dan ajarkan tehnik relaksasi mengembalikan perhatian dan meningkatkan rasa control Kolaborasi medis dalam pemberian analgesik menghilangkan nyeri Lakukan persiapan pasien dalam pelaksanaan tindakan medis pemasangan DK drainase cistostomy persiapan secara matang akan mendukung palaksanaan tindakan dengan baik 2. Gangguan eliminasi urine ( retensio urine ) b-d adanya hematoma dan ekstravasasi Tujuan :menunjukkan penurunan anxietas dan menyatakan pemahaman tentang proses penyakitnya Ajarkan tentang proses penyakit dan penyebab penyakitdengan pengajaran meningkatkan pengetahuan pasien , menurunkan kecemasan pasien Anjurkan pasien dan orang terdekat untuk mengungkapkan tentang rasa takut , berikan privasi tanpa gangguan , sediakan waktu bersama mereka untuk mengembangkan hubunganpasien yang merasa nyaman berbicara dengan perawat , mereka sering dapat memahami dan memasukkan perubahan kebutuhan dalam praktek dengan sedikit kesulitan. Beri informasi dan diskusikan prosedur dan pentingnya prosedur medis dan perawatan informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan koopereratif pasien Orientasikan pasien terhadap lingkungan , obat-obatan , dosis , tujuan , jadwal dan efek samping , diet , prosedur diagnostik pengorientasian meningkatkan pengetahuan pasien 3. Potensial infeksi b-d efek pemasangan DK Tujuan :menurunkan atau mencegah terjadinya infeksi Pertahankan tehnik steril dalam pemasangan kateter , berikan perawatan kateter steril dalam manipulasi selang mencegah pemasukan bakteri dan kontaminasi yang menyebabkan infeksi Gunakan tehnik mencuci tangan yang baik dan ajarkan serta anjurkan pasien melakukan hal yang sama mengurangi kontaminasi yang menyebabkan infeksi Observasi tanda-tanda infeksi deteksi dini adanya infeksi dan menentukan tindakan selanjutnya Perhatikan karakter , warna , bau , dari drainase dari sekitar sisi kateter drainase purulent pada sisi insersi menunjukkan adanya infeksi lokal Intruksikan pasien untuk menghindari menyentuh insisi , balutan dan drainase mencegah kontaminasi penyebab penyakit Kolaborasi dalam pemberian anti biotika sesuai indikasi mengatasi infeksi dan mencegah sepsis