Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Macam Gelombang Arus Listrik


Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran. Ada
dua aspek kelistrikan dan magnetis dalam bidang kedokteran yaitu listrik dan
magnet yang timbul dalam tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet
pada permukaan tubuh manusia.
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari
pergerakan elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik
tiap satuan waktu. Arus listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau
Ampere. Arus listrik merupakan satu dari tujuh satuan pokok dalam satuan
internasional. Satuan internasional untuk arus listrik adalah Ampere (A).
Secara formal satuan Ampere didefinisikan sebagai arus konstan yang, bila
dipertahankan, akan menghasilkan gaya sebesar 2 x 10-7 Newton/meter di
antara dua penghantar lurus sejajar, dengan luas penampang yang dapat
diabaikan, berjarak 1 meter satu sama lain dalam ruang hampa udara.
Pengetahuan tentang gelombang arus listrik penting, oleh karena
dalam banyak hal berkaitan erat dengan penggunaan arus listrik untuk
merangsang syaraf motoris atau saraf  sensoris. Macam-macam gelombang
gelombang arus listrik :
1. Arus bolak balik/sinusoidal
2. Arus setengah gelombang {telah di arahkan}
3. Arus searah penuh tapi masi mengandung riple/desir
4. Arus searah murni
5. Faradik
6. Surged faradik/sentakan faradic
7. Surged sinusoidal/sentakan sinusoidal
8. Gulvanik yang interuptus
9. Arus gigi gergaji

3
4

B. Macam Gelombang Potensial Aksi


Potensial aksi merupakan fenomena keseluruhan atau tidak sama sekali
(all or none) yang berarti bahwa begitu nilai ambang tercapai, peningkatan
waktu dan amplitudo dari potensial aksi akan selalu sama, dengan segala
macam intensitas dari rangsangan. Potensial aksi terjadi bila suatu daerah
membran saraf atau otot mendapat rangsangan mencapai nilai ambang.
Potensial aksi memiliki kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel
membran untuk mencapai nilai ambang.
Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot
mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri
mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membran untuk
mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi perambatan potensial
aksi ke segala jurusan sel membran keadaan ini disebut perambatan potensial
aksi atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami
repolarisasi. Proses repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter.
Tingkat refrakter ada dua fase yaitu periode refrakter absolut dan periode
refrakter relatif. Periode refrakter absolut yaitu selama periode ini tidak ada
rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk menghasilkan potensial aksi yang
lain. Periode refrakter relatif yaitu setelah sel membran mendeteksi repolarisasi
seuruhnya maka dari periode refrekter absolut akan menjadi periode refrekter
relatif, dan apabila ada stimulasi/rangsangan yang kuat secara normal akan
menghasilkan potensial aksi yang baru. 
Macam-macam gelombang potensial aksi:
1. Gelombang potensial aksi dari akson
2. Gelombang potensial aksi dari sel otot bergaris
3. Gelombang potensial aksi dari sel otot jantung

C. Isyarat Listrik Tubuh


Isyarat listrik (elektrical signal) tubuh merupakan hasil perlakuan kimia
dari tipe-tipe sel tertentu. Dengan mengukur isyarat listrik tubuh secara selektif
5

sangat berguna untuk memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh. Yang
termasuk dalam isyarat listrik tubuh :
1. EMG (Elektromiogram)
Elektromiogram yaitu pencatatan potensial otot biolistrik selama
pergerakan otot. Ada 25-2.000 serat otot(sel), dihubungkan dengan syaraf
via motor end plate. EMG bisa digunakan untuk mengukur sel otot tunggal
maupun pada beberapa serat otot.  Elektrode permukaan diletakkan pada
permukaan kulit untuk mengukur isyarat listrik dari sejumlah unit motoris.
Elektrode jarum konsentris dimasukkan ke dalam kulit untuk mengukur
aktivitas unit motoris tunggal.
2. ENG (elektroneurogram)
Elektroneurogram bertujuan untuk mengetahui keadaan
lingkungan, untuk mengetahui kecepatan konduksi syaraf motoris dan
sensosris, untuk menentukan penderita miastenia gravis. Kecepatan
normal  konduksi saraf motoris berkisar 40-60 m/detik. Apabila kecepatan
< 10 m/detik merupakan pertanda kelainan saraf.
3. ERG (Elektroretionogram)
Elektroretionogram adalah suatu pencatatan bentuk kompleks
potensial biolistrik yang ada pada retina mata yang di kerjakan melalui
rangsangan cahaya pada retina. Isyarat ERG sangat kompleks, karena
merupakan sumasi efek yang terjadi di dalam mata. Bila gelombang B
tidak tampak pada ERG, berarti retina penderita mengalami retinitis
pigmentosa.
4. EOG (Elektrookulogram)
Elektrookulogram adalah suatu pengukuran/pencatatan berbagai
potensial pada kornea-retina sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan
mata.
5. EGG (Elektrogastrogram)
Elektrogastrogram merupakan EMG yang berkaitan gerakan
peristaltic traktus gastrointestinalis.
6

6. EEG (Elektroensefalogram)
Elektroensefalogram yaitu pencatatan isyarat listrik otot.
Pencatatan potensial aksi listrik otak merupakan sumasi dari potensial aksi
sel saraf di dalam otak. Amplitudo dari isyarat EEG merupakan
gelombang denyut demi denyut (peak to peak) dengan jarak antara 10 mV-
100mV pada frekuensi di bawah 1 Hz sampai lebih 100 Hz. Pemeriksaan
EEG bertujuan untuk menggantikan fungsi EKG sebagai alat monitor saat
operasi, mendiagnosis epilepsy dan klasifikasi epilepsy, menunjukkan
tumor otak (aktivitas listrik pada daerah tumor otak akan menurun).
Frekuensi EEG berkisar 8-13 Hz,  pada penderita berjaga memiliki
frekuensi di atas 13 Hz. Ada 4 grup frekuensi normal isyarat listrik EEG,
Delta (lambat ; 0,5-3,5 Hz), Teta (menengah ; 4-7 Hz), Alfa ( normal ; 8-
13 Hz), Beta (cepat ; > 13 Hz).
7. EKG (Elektrokardiogram)
Elektrokardiogram merupakan pencatatan isyarat biolistrik jantung,
di lakukan pada permukaan kulit. Irama jantung diatur oleh isyarat listrik
yang dihasilkan oleh rangsangan spontan pada SA Node.

D. Jenis Alat Kedokteran yang Berkaitan


1. EEG (Elektroensefalograf)

Bila ditempatkan electrode pada kulit kepala dan mengukur kegiatan


elektris, akan ditemukan sinyal elektris kompleks yang lemah. Potensial
listrik dihasilkan melalui proses sinkronisasi berselang-seling yang
7

melibatkan syaraf pada permukaan otak (cortex), dengan kelompok-


kelompok berbeda menjadi sinkron pada waktu singkat yang berbeda.
Rekaman sinyal inilah yang disebut elektroensefalogram.
Alat yang digunakan untuk merekam sinyal ini disebut
Elektroensefalograf. Elektrode yang digunakan berupa disket kecil perak
berklorida, terdiri dari dua macam ; electrode jarum (permukaan kulit) dan
electrode reference yang dipasang pada kedua daun telinga. Elektrode
dipasang di 10-20 saluran (standard internasional), secara rutin hanya 8-16
saluran electrode yang dipakai & dicatat serentak, jarak tiap-tiap electrode
dengan interval 10% dan 20%. Frekuensi sinyal EEG tampak terikat pada
aktivitas mental seseorang.  Amplitudo EEG  meningkat dan frekuensi
menurun seiring seseorang tertidur lebih lelap.
Elektroensefalograf (EEG) yang diambil selama tidur menunjukkan
pola frekuensi tinggi = paradoxical sleep atau  Rapid Eye Movement (REM)
karena mata bergerak selama periode ini. Hal ini timbul berkaitan dengan
mimpi.
2. EKG (Elektrokardiograf)  

Depolarisasi dan repolarisasi otot-otot jantung menyebabkan arus


mengalir ke dalam torso, menyebabkan potensial listrik pada kulit. Rekaman
potensi jantung pada permukaan kulit disebut elektrokardiogram (ECG).
Alat yang digunakan untuk merekam potensial listrik jantung disebut
Elektrokrdiograf.
8

Permukaan electrode untuk mendapatkan gambaran EKG (terdiri


dari 12 lead), diletakkan di :
a.    Lengan kiri (LA)
b.    Lengan kanan (RA)
c.    Kaki kiri (LL)
d.    V1 (Ruang iga IV pada garis sternal kanan)
e.    V2 (Ruang iga IV pada garis sternal kiri)
f.    V3 (Terletak di tengah antara V2 dan V4)
g.    V4 ( Ruang iga V garis tengah Klavikula Kiri)
h.    V5 ( Ruang iga V garis aksilla depan kiri)
i.    V6 (Ruang iga V garis aksilla tengah kiri)
Masing- masing pencatatan EKG, memetakan proyeksi vector kutub
elektris atau aktifitas elektris jantung, melalui setiap bagian lingkarnya.
Kegiatan elektris utama untuk siklus jantung yang normal antara lain :
a. Depolarisasi serambi jantung yang memproduksi gelombang
b. Polarisasi ulang serambi jantung yang jarang terlihat dan tidak berlabel
c. Depolarisasi bilik jantung yang memproduksi kesatuan QRS
d. Polarisasi ulang bilik jantung yang memproduksi gelombang T
PR segment menunjukkan berhentinya impuls pada AV Node (Tidak
ada transmisi impuls di AV Node) ST Segment menunjukkan tidak adanya
transmisi impuls disebabkan adanya periode refrakter di sel miokardium
Bentuk gelombang EKG ada yang positif dan negative tergantung pada arah
kutub vector elektris dan polaritas serta posisi elektroda dari alat pengukur.

E. Ultrasonik
1. Daya Ultrasonik
Frekuensi dan daya ultrasonik yang dipakai dalam dibidang
kedokteran disesuaikan menurut kebutuhan : “F sebesar 1 – 5 MHz dengan
daya 0,01 W/cm dipakai untuk diagnostik. Apabila daya ditingkatkan
sampai 1 W/cm dipakai dalam pengobatan sedangkan untuk merusak
jaringan kanker dipakai daya 10 W/cm.”
9

Efek gelombang ultrasonik:


a. Mekanik
Yaitu menimbulkan disintegrasi beberapa benda padat, dipakai untuk
menentukan lokasi batu empedu.
b. Panas
Pada jaringan bisa terjadi pembentukan rongga dengan intensitas yang
tinggi.
c. Kimia
Menyebabkan proses oksidasi dan hidrolisis pada ikatan tertentu.
d. Biologis
Gabungan dari berbagai efek :
1) Pelebaran pembuluh darah
2) peningkatan permeabilitas membran sel darah.
3) peningkatan aktifitas sel.
4) Otot mengalami paralyse, bakteri dan virus mengalami kehancuran.
5) Keletihan apabila daya ditingkatkan.
2. Prinsip Penggunaan Ultrasonik
Gelombang ultrasonik adalah gelombang dengan besar frekuensi
diatas frekuensi gelombang suara yaitu lebih dari 20 KHz. Seperti telah
disebutkan bahwa sensor ultrasonik terdiri dari rangkaian pemancar
ultrasonik yang disebut transmitter dan rangkaian penerima ultrasonik yang
disebut receiver. Sinyal ultrasonik yang dibangkitkan akan dipancarkan dari
transmitter ultrasonik. Ketika sinyal mengenai benda penghalang, maka
sinyal ini dipantulkan, dan diterima oleh receiver ultrasonik. Sinyal yang
diterima oleh rangkaian receiver dikirimkan ke rangkaian mikrokontroler
untuk selanjutnya diolah untuk menghitung jarak terhadap benda di
depannya (bidang pantul).
Prinsip kerja dari sensor ultrasonik dapat ditunjukkan dalam
gambar dibawah ini :
10

Prinsip Kerja Sensor Ultrasonik

Prinsip kerja dari sensor ultrasonik adalah sebagai berikut :


a. Sinyal dipancarkan oleh pemancar ultrasonik. Sinyal tersebut
berfrekuensi diatas 20kHz, biasanya yang digunakan untuk mengukur
jarak benda adalah 40kHz. Sinyal tersebut di bangkitkan oleh rangkaian
pemancar ultrasonik.
b. Sinyal yang dipancarkan tersebut kemudian akan merambat sebagai
sinyal / gelombang bunyi dengan kecepatan bunyi yang berkisar 340
m/s. Sinyal tersebut kemudian akan dipantulkan dan akan diterima
kembali oleh bagian penerima Ultrasonik.
c. Setelah sinyal tersebut sampai di penerima ultrasonik, kemudian sinyal
tersebut akan diproses untuk menghitung jaraknya. Jarak dihitung
berdasarkan rumus :
S = 340.t/2
Dimana S adalah jarak antara sensor ultrasonik dengan bidang pantul, dan t
adalah selisih waktu antara pemancaran gelombang ultrasonik sampai
diterima kembali oleh bagian penerima ultrasonik.
a. Pemancar Ultrasonik (Transmitter)
Pemancar Ultrasonik ini berupa rangkaian yang memancarkan
sinyal sinusoidal berfrekuensi di atas 20 KHz menggunakan sebuah
11

transducer transmitter ultrasonic. Prinsip kerja dari rangkaian


pemancar gelombang ultrasonik tersebut adlah sebagai berikut :
1) Sinyal 40 kHz dibangkitkan melalui mikrokontroler.
2) Sinyal tersebut dilewatkan pada sebuah resistor sebesar 3kOhm
untuk pengaman ketika sinyal tersebut membias maju rangkaian
dioda dan transistor.
3) Kemudian sinyal tersebut dimasukkan ke rangkaian penguat arus
yang merupakan kombinasi dari 2 buah dioda dan 2 buah transistor.
4) Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (+5V) maka arus akan
melewati dioda D1 (D1 on), kemudian arus tersebut akan membias
transistor T1, sehingga arus yang akan mengalir pada kolektotr T1
akan besar sesuai dari penguatan dari transistor.
5) Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (0V) maka arus akan
melewati dioda D2 (D2 on), kemudian arus tersebut akan membias
transistor T2, sehingga arus yang akan mengalir pada kolektotr T2
akan besar sesuai dari penguatan dari transistor.
6) Resistor R4 dan R6 berfungsi untuk membagi tengangan menjadi
2,5 V. Sehingga pemancar ultrasonik akan menerima tegangan
bolak – balik dengan Vpeak-peak adalah 5V (+2,5 V s.d -2,5 V).
b. Penerima Ultrasonik (Receiver)
Penerima Ultrasonik ini akan menerima sinyal ultrasonik yang
dipancarkan oleh pemancar ultrasonik dengan karakteristik frekuensi
yang sesuai. Sinyal yang diterima tersebut akan melalui proses
filterisasi frekuensi dengan menggunakan rangkaian band pass filter
(penyaring pelewat pita), dengan nilai frekuensi yang dilewatkan telah
ditentukan. Kemudian sinyal keluarannya akan dikuatkan dan
dilewatkan ke rangkaian komparator (pembanding) dengan tegangan
referensi ditentukan berdasarkan  tegangan keluaran penguat pada saat
jarak antara sensor kendaraan mini dengan sekat/dinding pembatas
mencapai jarak minimum untuk berbelok arah. Dapat dianggap
keluaran komparator pada kondisi ini adalah high (logika ‘1’)
12

sedangkan jarak yang lebih jauh adalah low (logika’0’). Logika-logika


biner ini kemudian diteruskan ke rangkaian pengendali
(mikrokontroler).
Prinsip kerja dari rangkaian pemancar gelombang ultrasonik
tersebut adalah  sebagai berikut :
1) Pertama – tama sinyal yang diterima akan dikuatkan terlebih
dahulu oleh rangkaian transistor penguat Q2.
2) Kemudian sinyal tersebut akan di filter menggunakan High pass
filter pada frekuensi > 40kHz oleh rangkaian transistor Q1.
3) Setelah sinyal tersebut dikuatkan dan di filter, kemudian sinyal
tersebut akan disearahkan oleh rangkaian dioda D1 dan D2.
4) Kemudian sinyal tersebut melalui rangkaian filter low pass filter
pada frekuensi < 40kHz melalui rangkaian filter C4 dan R4.
5) Setelah itu sinyal akan melalui komparator Op-Amp pada U3.
6) Jadi ketika ada sinyal ultrasonik yang masuk ke rangkaian, maka
pada komparator akan mengeluarkan logika rendah (0V) yang
kemudian akan diproses oleh mikrokontroler untuk menghitung
jaraknya.
3. Hal yang didiagnosis dengan Ultrasonik
Sesuai dengan metode skanning yang dipakai, maka ultra sonik dapat
dipergunakan untuk diagnosis :
a. A Skanning :
Mendiagnosis tumor otak, memberi informasi tentang penyakit –
penyakit mata, daerah atau lokasi yang dalam dari bola mata, tumor
retina.
b. B Skanning
1) Untuk memeperoleh informasi struktur dalam dari tubuh manusia.
Misalnya hati, lambung, usus, mata, payudara, jantung janin.
2) Untuk mendeteksi kehamilan sekitar 6 minggu, kelainan dari uterus
dan kasus – kasus perdarahan yang abnormal, serta abortus.
13

3) Lebih banyak memberi informasi dari pada X – ray dan sedikit resiko
yang terjadi.
c. M Skanning :
Memberi informasi tentang jantung, katup jantung, pericardial effusion.
M Skanning mempunyai kelebihan yaitu dapat dikerjakan sembari
pengobatan berlangsung untuk mengetahui kemajuan dari pengobatan.
4. Penggunaan Ultrasonik dalam Pengobatan
Ultrasonik dapat digunakan dalm pengobatan diantaranya adalah :
a. Sebagai diatermi ( intensitas 1 – 10 W/ cm  , f : 1 MHz, A : 10 W/cm.
b. Dapat dipakai untuk menghancurkan jaringan kanker.
c. Dapat dipakai untuk pengobatan penyakit parkinson dan penyakit
Mienere.
Adapun skema cara kerja dari USG yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik adalah sebagai berikut :
a. Transducer
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian
tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus
besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang
digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh
transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang
akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk
mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat
dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk
gambar.
b. Monitor
Monitor yang digunakan dalam USG
c. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk
mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG
adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-
14

komponen yang sama seperti pada CPU pada PC cara USG merubah
gelombang menjadi gambar.
d. Evidence based Ultrasonografi (USG)
Menurut penelitian Rahadiyan Hadinata, Elvie Loho dan Joan F. J.
Timban tentang Gambaran Ultrasonografi Hepar yaitu ultrasonografi
hepar merupakan modalitas pencitraan yang akurat untuk penyakit hati
fokal atau difus, menentukan staging tumor primer, gambaran
ultrasonografi hepar mendeteksi deposit sekunder, pemeriksaan
penunjang untuk kalkulus dan jaundice, dan sebagai bantuan pada biopsi
hati atau prosedur intervensional. Didapatkan hasil penelitian gambaran
USG hepar berdasarkan diagnosis klinis terbanyak adalah Fatty Liver
dengan 29 gambaran (37,7%), diikuti dengan Sirosis Hepar dengan 20
gambaran (26,0%), Hepatomegali 12 gambaran (15,6%), Hepatoma 6
gambaran (7,8%), Hepatitis 5 Gambaran (6,5%), Metastase Hati 3
gambaran (3,9%), Kista Hepar 1 gambaran (1,3%), Abses Hepar 1
gambaran (1,3%). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa, USG dapat memberi gambaran yang jelas tentang Fatty Liver,
Sirosis Hepar, Hepatomegali, Hepatitis, Abses Hepar, Hepatoma dan
Kista Hepar.
Menurut hasil riset Ana Majdawat tentang pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) ginjal merupakan pemeriksaan yang dalam
dasawarsa terakhir ini banyak dikerjakan karena beberapa alasan:
merupakan pemeriksaan yang non invasif, murah, mudah, dapat
dikerjakan dimana saja dan aman karena tidak mempunyai efek radiasi
(David, 2005). Sensitifitas dan spesifisitas USG terhadap fungsi ginjal
cukup tinggi, yaitu berturut-turut 91,7% dan 88,5% (Majdawati, 2008).
Pemeriksaan USG ginjal adalah pemeriksaan untuk mengetahui
gambaran anatomi ginjal yang meliputi cortex, medulla, pyramid,
sistema pyelocalices dan ureter bagian proksimal. Pemeriksaan USG
ginjal, meliputi: 1. ukuran ginjal, pada dewasa: panjang 95-110 mm,
lebar 50-60 mm. ukuran ginjal dipengaruhi umur, berat badan, area
15

permukaan tubuh, posisi tubuh, ketrampilan pemeriksa; 2. ekostruktur


ginjal solid homogen sedikit hypoechoic dibanding hepar, tebal cortex.
3. Batas cortex medulla; 4. Sistema pyelocalices (SPC) dan 5. kelainan-
kelainan pada ginjal seperti: batu, hydronefrosis, kista, massa (Higashi
et al., 1991; Pickuth, 1993; Cosgrove et al., 1993). Hasil dari penelitian
ini menunjukkan pemeriksaan USG Ginjal yang mencakup ukuran,
ekostruktur, batas cortex-medulla dan sistema pelvicalices ginjal secara
statistik menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap nilai laju
filtrasi glomerulus (GFR), yaitu p< 0,05, sedang adanya kelainan
(batu/massa) menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan nilai
p= 0,670.

Anda mungkin juga menyukai