Referat Osteogenesis Imperfecta FIX Banget Deh
Referat Osteogenesis Imperfecta FIX Banget Deh
PENDAHULUAN
pembentukan jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan ikat tubuh serta pada
umumnya diturunkan secara autosomal dominan.1,2 Kelainan ini disebut juga brittle
bone disease,2 ditandai dengan kerapuhan massa tulang serta kecenderungan mengalami
sekitar 1 : 20.000 kelahiran hidup serta tidak berhubungan dengan jenis kelamin
sintesis kolagen tipe I serta yang lebih jarang terjadi melalui mutasi resesif gen LEPRE1
associated protein).1,2,4 Mutasi genetik yang terjadi tidak hanya bermanifestasi sebagai
kerapuhan tulang, tetapi juga berupa penipisan kulit, deviasi struktur tulang,
menjadi beberapa tipe berdasarkan manifestasi klinis dan histologis yang ditemukan
serta mekanisme pewarisan mutasi genetik, secara autosomal dominan atau autosomal
resesif.1,2
akan menghadapi berbagai masalah yang kompleks terkait kelainan ini, di antaranya
1
masalah anatomis, medis, keterbatasan gerak, dan sosial. Tidak semua masalah tersebut
tetapi beberapa modalitas terapi paliatif dapat diberikan untuk memperbaiki keadaan
klinis penderita.1 Oleh karena itu, perlu dilakukan pengenalan dini manifestasi klinis
dapat menilai fraktur tulang kortikal, kompresi vertebra, dan kelainan osifikasi tulang
keadaan klinis untuk menentukan tipe dan tingkat keparahan osteogenesis imperfecta. 1,4
tomography (CT scan), magnetic resonance imaging (MRI), dan bone mass
pembahasan referat ini yaitu peranan radiologi diagnostik pada kasus osteogenesis
imperfecta.
2
Referat ini disusun sebagai pemenuhan tugas kepaniteraan klinik di Bagian
mengenai peranan radiologi diagnostik pada kasus osteogenesis imperfecta. Selain itu,
juga dapat digunakan sebagai rujukan demi kemajuan pelayanan radiologi, khususnya di
Dalam penulisan referat ini menggunakan kajian literatur dan hasil penelitian.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
umum pada jaringan ikat, yaitu kolagen tipe I, yang secara klasik ditandai dengan
kerapuhan tulang menyeluruh serta fraktur multipel tulang kortikal, dan kompresi
vertebra akibat trauma ringan. Osteogenesis imperfecta memiliki spektrum klinis yang
luas, dari bentuk nonletal dengan perawakan normal, tanpa deformitas, dan jarang
mengalami fraktur sampai bentuk letal yang teridentifikasi pada masa perinatal.1,2
(collagen 1 alpha 1) dan COL1α2 (collagen 1 alpha 2) yang mengkode sintesis kolagen
tipe I. Mutasi ini diturunkan secara autosomal dominan. 1,2,4 Sementara itu, sebagian
kecil osteogenesis imperfecta diturunkan secara autosomal resesif akibat mutasi gen
associated protein).1,2
2.3 Epidemologi
20.000 kelahiran hidup. Tidak ada perbedaan menurut ras dan jenis kelamin. Usia
penderita saat gejala muncul, terutama gejala mudah patahnya tulang, sangat bervariasi.
Pada bentuk yang ringan, penderita bisa tidak mengalami patah tulang sampai masa
4
dewasa. Sedangkan pada bentuk yang berat patah tulang dapat dialami sejak dalam
2.4 Patogenesis
Prokolagen tipe I adalah struktur protein utama yang menyusun matriks tulang
dan jaringan fibrous lainnya, seperti kapsul organ, fasia, kornea, sklera, tendon, selaput
otak dan dermis.2,5 Sekitar 30% berat badan manusia terdiri dari prokolagen tipe
rantai proα1(I) (disebut COL1A1, dikode pada kromosom 17) dan 1 rantai proα2(I)
(disebut COL1A2, dikode pada kromosom 7). Masing-masing rantai triple helix itu
dibentuk oleh rangkaian 388 asam amino Gly-X-Y yang berulang. Prolin sering berada
(Gly) merupakan asam amino terkecil yang mempunyai struktur cukup padat dan
berperan penting sebagai poros dari helix sehingga bila terjadi mutasi akan sangat
mengganggu struktur dan produksi helix.1,5 Prokolagen yang abnormal akan membentuk
cetakan yang tak normal sehingga matriks pelekat tulang pun tak normal dan tersusun
tak beraturan. Beberapa protein bukan kolagen dari matriks tulang juga
dan terjadi kerapuhan sehingga meningkatkan angka kepatahan (fraktur).4 Lebih dari
200 mutasi yang berbeda mempengaruhi sintesis atau struktur prokolagen tipe I
ditemukan pada penderita OI.5Jika mutasi tersebut menurunkan sintesis prokolagen tipe
I, maka terjadi OI fenotip ringan (osteogenesis imperfecta tipe I), namun jika mutasi
menyebabkan gangguan struktur prokolagen tipe I maka akan terjadi OI fenotip yang
lebih berat (tipe II, III, dan IV).5 Kelainan struktur itu pada dasarnya terbagi menjadi
dua macam, yaitu 85% karena point mutation akibat glisin digantikan oleh asam amino
5
lain dan sisanya karena kelainan single exon splicing.1 Masing-masing rantai kolagen
Sebagian besar orang dengan OI memiliki mutasi dari satu atau dua gen
COL1A1 atau COL1A2 yang kemudian dikodekan ke tipe I kolagen. Lebih dari 800
mutasi telah ditemukan dalam gen COL1A1 yang terletak pada kromosom 17 dan gen
COL1A2 yang terletak pada kromosom 7. Mutasi pada gen tersebut dapat
disebabkan oleh produksi kolagen yang abnormal. Abnormalitas tersebut bisa secara
ossifikasi. Abnormal tulang pendek diperlihatkan dalam korteks yang tersusun dari
anyaman primitif tulang, kelebihan fibrosis dan susunan kalus pada tempat fraktur.9
Mutasi-mutasi ini bersifat khusus, contoh spesifik untuk sebuah keluarga atau untuk
6
Osteogenesis imperfecta dibedakan menjadi osteogenesis imperfecta kongenita
yang dideteksi pada perinatal dan osteogenesis imperfecta tarda yang dideteksi lebih
manifestasi klinis, dan kesan radiografi. Beberapa tipe tambahan ditemukan berdasarkan
perbedaan histologi.
lambat. Pada tipe ini ditemukan fraktur ringan, sedikit deformitas kaki, dan
kompresi vertebra ringan. Dislokasi sendi bahu dan sendi panggul bisa
dini terjadi pada 30-60% penderita. Tipe I bersama tipe IV dibagi menjadi
imperfecta. Kelainan jaringan ikat lain yang mungkin terjadi yaitu kulit tipis
disebut dengan tipe letal perinatal. Bayi sering mengalami kematian selama
7
Bayi lahir dengan panjang dan berat badan lahir sangat kecil untuk masa
Terdapat multipel fraktur kosta dan ronggga toraks yang sempit sehingga
pelebaran fontanela anterior dan posterior. Sklera berwarna biru atau kelabu
gelap.
Tipe ini merupakan tipe yang paling parah dari bentuk nonletal dan
Fraktur dapat terjadi akibat trauma ringan dan sembuh dengan meninggalkan
deformitas. Costa bagian basal sering rapuh dan bentuk dada mengalami
biru.
8
5. Osteogenesis Imperfecta Tipe V (Hiperplasia Kallus), Tipe VI (Defek
Ketiga tipe ini didapatkan melalui biopsi tulang dari tipe IV. Ketiganya tidak
mengalami kelainan pada kolagen tipe I. Tipe V ditandai dengan hiperplasia kalus,
kalsifikasi membran interosesus humeri, dan radiodens garis metafisis. Tipe VII
postnatal harus mencakup pencitraan dari tulang kortikal. Prokolagen tipe I adalah
struktur protein utama yang menyusun matriks tulang dan jaringan fibrous lainnya,
seperti kapsul organ, fasia, kornea, sklera, tendon, selaput otak dan dermis. 2,5 Sekitar
30% berat badan manusia terdiri dari prokolagen tipe I. Secara struktural, molekul
COL1A1, dikode pada kromosom 17) dan 1 rantai proα2(I) (disebut COL1A2, dikode
pada kromosom 7). Masing-masing rantai triple helix itu dibentuk oleh rangkaian 388
asam amino Gly-X-Y yang berulang. Prolin sering berada di posisi X, sedangkan
hidroksiprolin atau hidroksilisin sering berada di posisi Y. Glisin (Gly) merupakan asam
amino terkecil yang mempunyai struktur cukup padat dan berperan penting sebagai
poros dari helix sehingga bila terjadi mutasi akan sangat mengganggu struktur dan
produksi helix.1,5 Prokolagen yang abnormal akan membentuk cetakan yang tak normal
sehingga matriks pelekat tulang pun tak normal dan tersusun tak beraturan. Beberapa
9
protein bukan kolagen dari matriks tulang juga berkurang.1,6 Hal ini menyebabkan
Lebih dari 200 mutasi yang berbeda mempengaruhi sintesis atau struktur
prokolagen tipe I ditemukan pada penderita OI.5 Jika mutasi tersebut menurunkan
sintesis prokolagen tipe I, maka terjadi OI fenotip ringan (osteogenesis imperfecta tipe
I), namun jika mutasi menyebabkan gangguan struktur prokolagen tipe I maka akan
terjadi OI fenotip yang lebih berat (tipe II, III, dan IV). 5 Kelainan struktur itu pada
dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu 85% karena point mutation akibat glisin
digantikan oleh asam amino lain dan sisanya karena kelainan single exon
mineralisasi osteoblas.10
Sebagian besar orang dengan OI memiliki mutasi dari satu atau dua gen
COL1A1 atau COL1A2 yang kemudian dikodekan ke tipe I kolagen. Lebih dari 800
mutasi telah ditemukan dalam gen COL1A1 yang terletak pada kromosom 17 dan gen
COL1A2 yang terletak pada kromosom 7. Mutasi pada gen tersebut dapat menyebabkan
produksi kolagen yang normal, sedangkan OI yang berat disebabkan oleh produksi
kolagen yang abnormal. Abnormalitas tersebut bisa secara dominan diturunkan atau
10
Defek pada kolagen menghasilkan defek pada produksi osteoid dan
ossifikasi. Abnormal tulang pendek diperlihatkan dalam korteks yang tersusun dari
anyaman primitif tulang, kelebihan fibrosis dan susunan kalus pada tempat fraktur.9
Mutasi-mutasi ini bersifat khusus, contoh spesifik untuk sebuah keluarga atau
untuk seorang individu ketika mereka terjadi de novo.12 tengkorak, dada, panggul, dan
dari kedua kerangka aksial dan apendikular. Kondisi tulang tipis, overtubulasi dengan
korteks tipis.6 Tampak adanya reaksi periosteal, gambaran osteopenia, dan sklerosis
metafisis.9
dengan overtubulasi dari jari-jari, fraktur ulnaris yang sembuh, dan pembentukan kalus
11
di atas humerus distal. Pertumbuhan garis pemulihan tampak pada radius distal.
imperfecta menunjukkan sklerosis metafisis distal femur. (Sumber: Paterson CR, 2003.)
Bentuk yang lebih parah dari osteogenesis imperfecta, seperti tipe II dan III,
osteoporotik pada tulang panjang dengan fraktur multipel.3 Fraktur yang terjadi dapat
berupa fraktur transversal, obliq, spiral, torus, dan greenstick. Fraktur pada umumnya
terjadi pada tahun pertama kehidupan.9 Dada mungkin kecil. Beberapa fraktur tulang
rusuk sering ditemukan, menyebabkan tulang rusuk menjadi cacat. Selain itu, kelainan
12
Bentuk-bentuk ini sering dipersulit oleh pembentukan kalus hiperplastik. Kalus
yang paling sering ditemukan di sekitar tulang femoralis dan sering besar, muncul
sebagai massa padat, tidak teratur, timbul dari korteks tulang. Kalus ini dikaitkan
dan osteokondroma.6
multipel costa dan pembentukan kalus dalam berbagai tingkatan. (Sumber: Paterson CR,
2003.)
13
Gambar 4. Penyembuhan fraktur humerus diafisis kiri dengan pembentukan kalus
14
Selain itu, dengan peningkatan keparahan penyakit, tulang kranial tengkorak
menunjukkan densitas yang rendah dan tampak tulang-tulang Wormian, yaitu tulang-
Gambar 6. Radiografi kranial lateral pada pasien wanita muda dengan tipe III
2012.)
Gambar 7. Röntgen kranial posteroanterior pada pasien wanita muda dengan tipe III
2012.)
15
(a) (b)
kortikal dan tulang kosta menjadi 3 subtipe , yaitu IIA, IIB, dan IIC. Pada subtipe IIA
dan IIB, tulang kortikal pendek dan lebar. Pada tipe IIC, tulang kortikal tipis dan
berbentuk silinder.
16
Gambar 9. Bayi baru lahir dengan osteogenesis imperfecta. Tampak gambaran fraktur
multipel dan deformitas pada seluruh tulang. (Sumber: Rogers LF, Auringer ST, 1998.)
sering di artikulasio genu. Hal ini terjadi akibat mikrofraktur berulang pada plat
pertumbuhan.
segitiga.
17
Gambar 10. Radiografi vertebra posteroanterior pada pasien osteogenesis imperfecta
tipe III yang berat. Tampak skoliosis berbentuk S. (Sumber: Sumber: Kirpalani A,
2012.)
Gambar 11. Radiografi vertebra lateral pada anak 1 tahun dengan osteogenesis
18
Gambar 12. Radiografi osteogenesis imperfecta tipe III anak usia 6 tahun.
A. Tulang tibialis dan fibularis kanan dan kiri tampak osteoporotik dengan
d. Osteogenesisimperfecta tipe IV
19
Gambaran radiografi dari osteogenesis imperfecta tipe IV mirip dengan
tipe IV adalah invaginasi basiler dengan atau tanpa kompresi batang otak. Hal ini
mungkin terdeteksi pada radiografi polos tengkorak atau tulang vertebra servikalis.
pertumbuhan tulang dari pemberian dosis pamidronat dapat diukur dengan jarak antara
garis pertumbuhan.5,6
20
Gambar 13. Radiografi cruris pada pasien dengan osteogenesis imperfecta tipe I
menunjukkan bukti osteoporosis parah, overtubulasi tibia dan fibula, dan patahan
osteogenesis imperfecta tipe III dan penyembuhan fraktur femoralis bilateral. Beberapa
pengobatan bifosfonat.
Gambaran fraktur yang terjadi jarang multipel. Sekalipun tampak trabekulasi, pada
21
Gambar 15. Fraktur metafisis distal tibialis kanan.
Pada penyakit Paget juvenil, reaksi periosteal sangat menonjol dengan lesi
22
Gambar 17. Radiografi tibia lateral pada pasien dengan sarcoma Paget.
c. Riketsia
mineral dari luar tubuh, bukan penyakit yang diturunkan secara autosom seperti
osteogenesis imperfecta.1
23
Gambar 18. Radiografi anak 2 tahun dengan riketsia dengan penurunan densitas tulang,
ditegakkan pada minggu ke-17 kehamilan dengan mendeteksi kelainan morfologi pada
kortikal, panjang tulang kortikal memendek dari ukuran normal, dan fraktur multipel
costa.6
24
Gambar 19. Ultrasonografi pada kehamilan 16 minggu menunjukkan kesan edema
Celah kecil gelap di bawah kulit belakang leher pada janin disebut dengan
nuchal translucency (NT) pada kehamilan 10-14 minggu atau nuchal fold (NF) pada
pendeknya tulang kortikal dari ukuran normal, atau fraktur multipel costa.6
25
2.6.3 Peranan Pencitraan Lain
Modalitas ini digunakan untuk menilai invaginasi basiler yang terjadi sebagai
komplikasi dari osteogenesis imperfect tipe IV. Garis McGregor, garis lurus yang
menghubungkan permukaan atas tepi posterior palatum durum ke titik kaudal kurva
oksipital, dapat digunakan untuk menilai komplikasi ini. Proyeksi ujung prosesus
Gambar 21. CT scan vertebra servikal pada perempuan, 16 tahun, dengan osteogenesis
imperfecta tipe IV. Gambar ini menunjukkan invaginasi basiler ringan, dengan ujung
dan CT scan dapat menunjukkan kelainan ini dengan baik, MRI memiliki keuntungan
26
Gambar 22. MRI servikal potongan sagital wanita pada gambar 33. Gambar ini
menunjukkan stenosis ringan pada foramen magnum yang disebabkan oleh invaginasi
27
Gambar 23. Invaginasi basiler pada MRI potongan sagital pada anak dengan
osteogenesis imperfecta tipe III tanpa gejala. Terdapat invaginasi odontoid di atas garis
b. BMD vertebra lumbal pada anak lebih tua dari satu tahun dan leher
femoralis pada anak yang lebih tua dari enam tahun, di mana BMD
(DXA).
c. BMD tulang vertebra lumbar diukur dengan alat CT scan pada anak lebih
Terdapat beberapa metode untuk menilai densitas massa tulang, antara lain
lengan bawah dan tumit, serta dual-photon absorptiometry (DPA) dan dual energy X-
ray absorptiometry (DXA) lumbal dan proksimal femur, serta quantitative computed
tomography (QCT).11
mempunyai energi foton rendah sekitar 28 keV guna menghasilkan berkas radiasi
28
kolimasi tinggi. Intensitas berkas radiasi yang diabsorpsi ditangkap oleh scintillation
counter. Dengan menggunakan scanning rektilinier, densitas massa tulang dapat diukur.
Dosis absorpsi yang diperoleh sekitar 5 mrad (50 μGy). Intensitas berkas radiasi
dibandingkan dengan intensitas berkas radiasi pada phantom yang telah diketahui
densitasnya, sehingga densitas mineral tulang dapat ditentukan. Nilai koefisien akurasi
SPA sebesar 4-6 % sedangkan nilai koefisien presisi sebesar 1-2 %. Kelemahan alat ini
yaitu penggunaannya terbatas pada bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak tidak
tebal (seperti tulang radius dan tulang kalkaneus), sumber radioisotop harus diganti
Dual-photon absorptiometry (DPA) memiliki cara kerja yang sama dengan SPA,
tetapi sumber energinya mempunyai foton dengan dua tingkat energi yang berbeda guna
mengatasi tulang dan jaringan yang cukup tebal, sehingga dapat dipakai untuk evaluasi
bagian-bagian tubuh dan tulang yang kompleks seperti leher tulang femur dan tulang
vertebra. Sumber energi yang paling sering digunakan adalah Gd153 yang mempunyai
dua tingkat energi, 44 keV dan 100 keV. Dosis yang diabsorpsi sekitar 15 mrad (150
μGy), waktu paruhnya 240 hari, dan dapat digunakan selama 13-15 bulan. Tingkat
akurasi metode ini sekitar 94-98 % atau koefisien akurasi sebesar 5-10 % dan koefisien
Dual energy X-ray absorptiometry (DXA) merupakan metode yang peling sering
dipakai dalam menilai densitas massa tulang karena mempunyai tingkat akurasi dan
presisi yang tinggi. prinsip kerjanya sangat mirip DPA, tetapi sumber energinya berasal
dari sinar-X yang dihasilkan dari tabung sinar-X. DXA dapat menghasilkan dua tingkat
energi antar 70 kVp dan 140 kVp dalam dua sistem yang dapat berganti secara cepat
satu sama lain dengan menggunakan filter (K-edge filter) pada energi sinar-X yang
29
konstan. Energi efektif yang dihasilkan sebesar 45 keV dan 100 keV. Nilai koefisien
akurasi sebesar 4-10 % dan koefisien presisi sebesar 1-3 %. Nilai koefisien presisi
vertebra, kalsifikasi aorta, dll.) dan faktor nontulang (barium intraluminal, prosthesa,
Hasil pengukuran dengan DXA berupa (1) densitas mineral tulang pada area
yang dinilai satuan bentuk gram per cm2; (2) kandungan mineral tulang dalam satuan
gram; (3) perbandingan hasil densitas mineral tulang dengan nilai normal rata-rata
densitas tulang pada orang seusia dan dewasa muda yang dinyatakan dalam persentase;
dan (4) perbandingan hasil densitas mineral tulang dengan nilai normal rata-rata
densitas tulang pada orang seusia dan dewasa muda yang dinyatakan dalam skor standar
deviasi (Z-score atau T-score). Pada vertebra, nilai densitas mineral tulang yang dilihat
yaitu nilai rata-rata densitas tulang L2-L4 dan pada sendi panggul, dengan
pennghitungan sendi panggul, kolumna femoris, segitiga Ward, dan trokhanter mayor.11
30
T-score = BMD pasien – BMD rata-rata orang dewasa muda
ideal karena mengukur densitas tulang secara volumetrik (g/cm 3). Kelebihan QCT
daerah trabekula saja, dan tidak terpengaruh pada artefak kalsifikasi ekstra dan
31
intraosseus, seperti kalsifikasi aorta dan osteofit serta ukuran-ukuran tinggi dan berat
badan pasien. Sementara itu, kekurangan metode ini yaitu dosis radiasi yang dihasilkan
lebih tinggi dibandingkan DXA, sekitar 60 μSv atau sekitar >200 kali lebih besar dari
DXA. Pada tulang vertebra L4, dengan potongan bidang midline akan tampak
perbedaan atenuasi antara korteks dan trabekula, sehingga dipilih daerah trabekula di
1. Kardiovaskuler
aneurisma aorta.
2. Jaringan Ikat
Penderita akan mudah mengalami luka memar karena kulit yang tipis.
4. Sistem Endokrin
tiroksin.
5. Sistem Pencernaan
32
Protusio asetabulum dan deformitas pelvis menyebabkan konstipasi pada
penderita.
6. Sistem Pendengaran
7. Sistem Saraf
8. Fungsi Pernafasan
pneumonia akut dan penyimpangan fungsi pulmonal yang terjadi pada anak-
9. Ginjal
10. Gigi
maloklusi gigi.
33
dan fungsi independen. Berikut langkah-langkah penatalaksanaan osteogenesis
imperfect:1,2
2. Manajemen Ortopedi
Untuk beberapa bentuk nonletal, rehabilitasi fisik aktif pada tahun-tahun awal
memungkinkan anak mencapai level fungsi muskuloskeletal yang lebih tinggi. Anak
dengan osteogenesis imperfecta tipe I dan beberapa tipe IV secara spontan dapat
berlatih berjalan. Anak dengan osteogenesis imperfecta tipe III dan tipe IV yang parah
memakai penyangga kaki plastik atau alat bantu jalan. Beberapa butuh kursi bantu tapi
fraktur dan mengkoreksi deformitas menuju fungsi normal. Fraktur harus segera
diimobilisasi dengan bidai. Fraktur osteogenesis imperfecta dapat sembuh dengan baik.
3. Medikamentosa
tulang pada anak yang responsif, biasanya tipe I dan IV. Pengobatan dengan bifosfonat
34
vertebra (tulang trabekular) dibandingkan tulang kortikal. Pengobatan selama 1-2 tahun
Akan tetapi, matriks tulang panjang akan melemah dengan pemanjangan waktu
pengobatan dan nonunion pascaosteostomi meningkat. Selain itu, tidak ada efek
bifosfonat terhadap nilai mobilitas, kekuatan otot, dan nyeri tulang. Efek samping
rahang, dan kerusakan tulang mirip osteopetrosis. Pembatasan pengobatan selama 2-3
hidup dan tingkatan fungsional. Bayi dengan osteogenesis imperfecta tipe II biasanya
meninggal pada hitungan bulan sampai satu tahun kehidupan. Anak denganosteogenesis
imperfecta tipe III mengalami penurunan harapan hidup dengan sebab pulmonal pada
masa anak awal, remaja, dan 40-an tahun. Osteogenesis imperfecta tipe I dan IV
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
pembentukan jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan ikat tubuh serta pada
umumnya diturunkan secara autosomal dominan. Kelainan ini disebut juga brittle bone
fraktur multipel akibat trauma ringan. Insiden osteogenesis imperfecta terdeteksi sekitar
1 : 20.000 kelahiran hidup serta tidak berhubungan dengan jenis kelamin maupun ras
tertentu.
sintesis kolagen tipe I serta yang lebih jarang terjadi melalui mutasi resesif gen LEPRE1
associated protein). Mutasi genetik yang terjadi tidak hanya bermanifestasi sebagai
kerapuhan tulang, tetapi juga berupa penipisan kulit, deviasi struktur tulang,
menjadi tipe I s.d. tipe VII berdasarkan manifestasi klinis dan histologis yang
ditemukan serta mekanisme pewarisan mutasi genetik, secara autosomal dominan atau
autosomal resesif.
36
dapat menilai fraktur tulang kortikal, kompresi vertebra, dan kelainan osifikasi tulang
keadaan klinis untuk menentukan tipe dan tingkat keparahan osteogenesis imperfecta.
tomography (CT scan), magnetic resonance imaging (MRI), dan bone mass
imperfecta antara lain modifikasi perilaku dan gaya hidup, manajemen ortopedi, dan
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Marini JC, 2007. Osteogenesis Imperfecta. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Stanton BF, ed., Nelson Textbook of Pediatrics, 18th edition.
Philadelphia: Saunders Elsevier Publisher; 2007, chapter 699.
4. Murray RK, Keeley FW, 2014. Matriks Ekstrasel. Dalam: Murray RK, Granner DK,
Mayes PA, Rodwell VW, ed., Biokimia Harper, edisi ke-29, cetakan
pertama, terj. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014 662-680.
7. Anderson PD, 2012. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia, edisi sebelas, cetakan
keempat, terj. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012, 37-44.
38
9. Peterson CR, 2003. Radiological Features of The Brittle Bone Disease. Journal of
Dagnostic Radiography and Imaging. 2003; 5, 39-45.
39