Abortus Insipiens
Abortus Insipiens
Abortus Insipiens
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
setiap saat. Sekarang ini secara umum telah diteliti bahwa setiap
15% dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi
1
hingga kematian ibu. sehingga apabila itu semua tidak diatasi maka Angka
asuhan secara optimal pada ibu hamil harus dilakukan sesuai dengan
Indonesia.
B. TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Abortus
cara apapun sebelum janin bertahan hidup. (Gary Cunningham, 2005 : 951).
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. (Ida Bagus Manuaba, 1998 : 214).
B. Klasifikasi Abortus
1. Berdasarkan kejadiannya :
a. Keguguran spontan
Terjadi apabila ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan
sendiri.
3
b. Keguguran Buatan
a) Indikasi Medis
ultrasonografi
b) Indikasi Sosial
2. Berdasarkan Pelaksanaannya :
4
3. Berdasarkan Gambaran Klinisnya Gugur Kandung dibagi menjadi :
dikeluarkan seluruhnya.
e. Keguguran Habitualis
g. Missed Abortion
C. Penyebab Abortus
a. Factor Kromosom
kromosom seks.
5
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi
hasil konsepsi
kehamilan.
c. Pengaruh Luar
konsepsi
berfungsi
3. Penyakit ibu
sifilis.
6
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai
D. Patofisiologi Abortus
sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi
uterus dimulai dan segera setelah itu, terjadi pendorongan pada benda
asing itu untuk keluar dari rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan
bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama
dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 villi korialis
dengan cepat dan hubungan villi korialis dengan desi dua semakin erat
7
sehingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal
4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
Sebagian besar abortus termasuk dalam tiga tipe pertama, karena itu
b. Mola krueta adalah telur yang dibungkus oleh darah Kristal. Mola
sempat membeku antara desidua dan korion. Jika darah beku ini
8
d. Nasib janin yang mati bermacam-macam, jika masih sangat kecil dapat
diabsorpsi dan hilang. Jika janin sudah agak besar, cairan amnion
ABORTUS INSIPIENS
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini, rasa mules menjadi lebih sering
dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
perforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat
dengan pemberian infuse oksitosin. Apabila janin telah keluar tetapi plasenta
adapat disusul dengan kerokan bila masih ada sisa plasenta yang tertinggal.
Bahaya perforasi pada hal yang terakjir ini tidak seberapa besar karena dinding
9
Abortus insipiens ditandai dengan pecahnya kulit ketuban karena adanya
dilatasi serviks. Dalam kondisi tersebut, hampir dapat dipastikan akan terjadi
abortus. Jarang sekali pengeluaran ketuban yang deras dalam paruh pertama
peristiwa yang sering terjadi bisa berupa kontraksi uterus yang timbul seketika
disertai sebelumnya timbul rasa nyeri atau perdarahan, maka wanita tersebut harus
kebocoran cairan lebih lanjut, perdarahan, kram, ataupun panas. Jika setelah 48
jam tidak terdapat pengeluaran cairan amnion lebih lanjut, dan juga tidak terdapat
perdarahan atau nyeri serta gejala panas, maka pasien diperbolehkan bangun dan
dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa kecuali dalam bentuk penetrasi vagina.
perdarahan dan rasa nyeri, atau kemudian terjadi panas, maka keadaan ini harus
dipertimbangkan sebagai abortus yang tidak terelakkan dan uterus harus segera
dikosongkan.
2. Serviks terbuka
10
3. Besarnya uterus sesuai dengan masa kehamilan
4. Gejalanya adalah kram atau nyeri perut bagian bawan dan belum terjadi
1. Penilaian awal
c. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah,
stabilisasi)
2. Penanganan Spesifik
dikeluarkan
11
Bila usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur
dengan :
konsepsi
diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal
3. Penanganan lanjutan
abortus. Selain itu perlu diperhatikan involusi uteri dan kadar HCG 1-2
12
Komplikasi Abortus
1. Perdarahan
waktunya.
2. Perforasi
Peerforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
dengan lebih teliti. Jika terdapat tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
uterus biasanya luas; mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih
komplikasi.
3. Infeksi
13
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank
PMS.
panjang
memungkinkan
menghentikan fertilisasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
14
ASUHAN KEBIDANAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Istri Suami
2. Keluhan Utama
15
Ibu datang ke BRSD Cibinong pukul 06.00 mengaku hamil 2 bulan.
Saat ini ibu mengeluh keluar darah merah segar pervaginam dan disertai
mules dan terasa nyeri perut bagian bawah sejak pukul 03.00 WIB.
3. Riwayat Kehamilan
pernah keguguran. Haid terakhir ibu pada tanggal 23 Agustus 2008 (TP 30
September 2008 dan telah dilakukan tes kehamilan dengan hasil positif
dokter.
Ibu juga mengatakan didalam keluarga ibu dan suami tidak memiliki
16
5. Riwayat Kontrasepsi
saat ini.
1) Sebelum hamil :
Ibu makan tiga kali sehari dengan menu nasi, lauk, sayuran dengan
porsi sedang. Ibu mengatakan minum empat sampai lima gelas air
putih perhari.
2) Selama hamil :
Ibu makan dua kali sehari dengan menu nasi, lauk, sayuran dengan
b. Eliminasi
1) Sebelum hamil :
Ibu biasa BAB satu kali dalam sehari dengan konsistensi lunak dan
2) Selama hamil :
Ibu biasa BAB satu kali sehari dengan konsistensi agak padat
kehitaman dan BAK lima sampai enam kali sehari berwarna kuning.
c. Istirahat
17
1) Sebelum hamil :
Ibu mengatakan biasa tidur malam pada pukul 22.00 – 05.00 WIB
2) Selama hamil :
Ibu mengatakan tidur malam pada pukul 23.00 – 05.00 WIB dan
d. Personal hygene
1) Sebelum hamil :
Ibu mengatakan setiap hari mandi 2-3 kali per hari. Dan mencuci
2) Selama hamil :
Ibu mengatakan setiap hari mandi 2-3 kali per hari. Dan mencuci
harinya harus bekerja mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB. Ibu mengatakan
18
f. Pola hidup sehat
– obatan terlarang. Namun suami ibu merupakan perokok aktif dan ibu
melakukan olahraga.
- Sebelum kehamilan :
- Setelah kehamilan :
7. Riwayat Psikososial
ataupun bagi suami ibu. Usia ibu saat menikah yaitu 24 tahun dan usia
19
keputusan pada keluarga ada pada suami. Saat ini ibu tinggal bersama
suami.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
1) TD : 110/70 mmHg
3) Suhu : 37.20 C
b) Antropometri
1) TB : 158 cm
2) BB sebelum hamil : 47 kg
3) BB saat hamil : 48 kg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Muka
2) Mata
20
Sclera tidak ikterik dan konjungtiva tidak pucat.
3) Mulut
Bibir tidak stomatitis, tidak ada karies dan lubang pada gigi, gusi
tidak pucat.
b. Leher
c. Payudara
Simetris, puting susu menonjol dan payudara bersih. Tidak ada retraksi,
d. Abdomen
1. Inspeksi
Tidak terdapat bekas luka oprasi, tidak ada linea alba dan striae
gravidarum.
2. Palpasi
e. Genitalia
berwarna merah segar, tidak ada massa, tidak ada varices, tidak ada
21
Ujung jari tangan dan kaki tidak pucat dan pada kaki tidak terdapat
3. Pemeriksaan Penunjang
III. ASSESMENT
IV. PLANING
persiapan kuret
06.30)
persiapan kuretase
proses kuret
22
CATATAN PERKEMBANGAN
S: Ibu mengatakan masih merasa sedikit mulas dan masih keluar flek-flek
darah dari kemaluan. Ibu mengatakan makan terakhir pada pukul 08.00
pagi dan minum terakhir pada pukul 10.00 WIB. Ibu telah BAK pada
O: Keadaan umum
Nadi : 83x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 37,4°C
Pemeriksaan fisik :
- Abdomen :
Palpasi
23
Kandung kemih kosong
- Genitalia
5. Mensterilisasi alat-alat
SpOG
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis mencoba melakukan Asuhan pada ibu yang
A. DATA SUBJEKTIF
Berdasarkan data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesa pada kasus
ini diperoleh data, bahwa Ny. D, mengeluh sakit pada bagian bawah abdomen
dan keluar perdarahan pervaginam sejak pukul 03.00 dini hari. Sesuai dengan
teori yang ada,dalam buku prawirohardjo, 2005, sehingga data tersebut dapat
B. DATA OBJEKTIF
25
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada pasien diperoleh data Pada
fundus uteri, dan adanya nyeri tekan di bagian bawah abdomen serta pada
adanya pembukaan serviks sebesar 1cm. Hal ini sesuai teori yang terdapat
2. Serviks terbuka
4. Gejalanya adalah kram atau nyeri perut bagian bawan dan belum terjadi
C. ASESSMENT
26 tahun, hamil 10 minggu dengan abortus insipiens. Dengan dasar pada data
subjektif HPHT ibu pada 23 Agustus 2008 yang dapat menentukan uasia
kehamilan dan ibu mengatakan bahwa terdapat nyeri pada bagian bawah
abortus. Dengan dasar data objektif, terdapat nyeri tekan pada bagian bawah
26
D. PLANNING
Pada kasus abortus insipiens ini peran yang dilakukan oleh bidan adalah
kuretase serta membesarkan hati ibu karena kehilangan buah hati yang
E. FAKTOR PENUNJANG
Faktor Penunjang
itu, lingkungan yang memberikan rasa nyaman untuk bekerja, para tenaga
diberikan.
27
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
dengan keluhan sakit perut bagian bawah. Pada hasil data objektif pada
yang tepat untuk ibu. Asuhan tersebut diberikan sesuai dengan kebutuhan
ibu.
B. SARAN
Asuhan yang diberikan pada Ny.D pada masa antenatal dapat berjalan
28
akademik agar dapat meningkatkan kualitas asuhan secara maksimal dan
menyeluruh.
29