Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat
insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi
insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar pancreas,atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO,1999).
Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap
disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung. Orang lazim menyebutnya
sebagai penyakit gula atau kencing manis yang ditandai dengan kadar glukosa darah
yang melebihi normal (hiperglekemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolute
maupun relative. Absolute berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relative
berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang.
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh
kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar
menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut
glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh
menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin
dengan tepat terjadilah diabetes. Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan
makanan yang rendah kadar gulanya, obat yang di minum, atau suntikan insulin
secara teratur.Meskipun begitu, penyakit ini lama kelamaan minta korban juga,
terkadang menyebabkan komplikasi seperti kebutaan dan stroke.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati urutan
ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus (DM). Sementara di Medan
sendiri menempati urutan pertama diatas penyakit jantung korone. Melihat pola
pertambahan penduduk saat ini diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah
178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi Diabetes
Mellitus sebesar 2 %, akan didapatkan 3,56 juta pasien Diabetes Mellitus, suatu
jumlah yang besar untuk dapat ditanggani sendiri oleh para ahli DM.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perjalanan penyakit dari Diabetes Melitus (DM) ?
2. Bagaimana Etiologi pada penyakit Diabetes Melitus(DM) ?
3. Bagaimana pembagian type dari penyakit Diabetes Melitus(DM) ?
4. Bagaimana tanda dan gejala pada penyakit Diabetes Melitus (DM) ?
5. Bagaimana Komplikasi yang akan ditimbulkan oleh penyakit Diabetes Melitus
(DM) ?
6. Bagaimana pemeriksaaan dari penyakit diabetes mellitus ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Diabetes Melitus (DM) ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari penyakit Diabetes Melitus (DM).
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari Diabetes Melitus (DM).
3. Mahasiswa dapat mengetahui type-type dari penyakit diabetes mellitus
4. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala pada penyakit diabetes mellitus
5. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi yang akan ditimbulkan oleh penyakit
diabetes mellitus
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan dari penyakit diabetes mellitus
7. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan dari penyakit diabetes mellitus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Diabetes mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defenisi
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan
kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal,
suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan
adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga
elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau
penyembuhan diabetes .

2.2 Etiologi
Faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit diabetes melitus diantaranya :
1. Autoimun
2. Herediter
3. Gaya hidup
4. Usia

2.3 Klasifikasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk Diabetes mellitus yaitu:
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes mellitus, IDDM)
terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin.Hal ini karena adanya
kerusakan pada sel pancreas yang memproduksi insulin. Diabetes tipe 1 diderita
sekitar 15 % dari keseluruhan kasus diabetes. Tipe ini paling sering dijumpai pada
anak dan remaja.
2. Diabetes mellitus tipe 2
Penderita diabetes tipe 2 ini sekitar 85 % dari jumlah penderita diabetes.
Umumnya pada usia diatas 40 tahun. Factor yang mempengaruhi yaitu gaya
hidup, riwayat penyakit keluarga. Diabetes tipe 2 ini terjadi karena tubuh tidak
menghasilkan cukup insulin atau insulin yang dihasilkan tidak bekerja dengan
baik.
3. Diabetes mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus yang muncul p ada masa kehamilan, umumnya bersifat
sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk Diabetes Mellitus tipe 2. Sekitar
4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau
setelah trimester kedua .

2.4 Manifestasi klinis


1. Poliuria (banyak kencing )
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria) ( Bare &
Suzanne, 2002).
2. Polidipsia (banyak minum )
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel.
Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia) ( Bare &
Suzanne, 2002).
3. Poliphagia ( banyak makan)
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.
Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia)
( Bare & Suzanne, 2002)
4. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan
secara otomatis (Bare & Suzanne, 2002).
5. Malaise atau kelemahan
Kelemahan dapat disebabkan karena glukosa dalam darah tidak dapat masuk
kedalam sel, sehingga sel kekurangan karbohidrat untuk menghasilkan tenaga.
Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain
yaitu sel lemak dan sel otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan
otot sehingga menjadi kurus.( Bare & Suzanne, 2002)

2.5 Patofisiologi
1. DM tipe 1
Ketika penderita diabetes tipe 1 mengkomsumsi makanan, karbohidrat yang
terkandung dalam makanan akan diuraikan menjadi glukosa. Glukosa tersebut
akan bergerak mengkuti aliran darah. Pada tipe ini tidak ada insulin yang
dihasilkan sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tubuh. Hal ini
mengakibatkan kadar glukosa dalam tubuh meningkat. Tubuh berusaha untuk
menurunkan kadar glukosa dengan cara mengeluarkan glukosa melalui ginjal
itulah sebabnya para penderita diabetes tipe 1 sering buang air kecil atau poliurie.
Seiring pengeluaran glukosa oleh ginjal,cairan pun keluar dari tubuh dan
menyebabkan rasa haus bagi penderita.
2. DM tipe 2
Penderita diabetes tipe 2 ini sekitar 85 % dari jumlah penderita diabetes.
Umumnya pada usia diatas 40 tahun. Factor yang mempengaruhi yaitu gaya
hidup, riwayat penyakit keluarga. Diabetes tipe 2 ini terjadi karena tubuh tidak
menghasilkan cukup insulin atau insulin yang dihasilkan tidak bekerja dengan
baik. Ketika seseorang memiliki berat badan yang berlebihan umumnya dia
memiliki kadar lemak yang tinggi didalam tubuh dan kondisi sini yang dapat
menghambat fungsi insulin. Saat glukosa masuk kedalam sel melalui aliran darah ,
glukosa tersebut tidak dapat masuk kedalam sel tubuh karena lubang kunci pada
pintu sel telah dipenuhi oleh lapisan lemak, akibatnya insulin tidak dapat
melakukan fungsinya untuk membukan pintu sel dengan baik yang mengakibatkan
meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
3. DM tipe 3

2.6 Komplikasi
1. Kerusakan mata
Penyakit diabetes dapat merusak pembuluh darah dimata, yang bisa
menyebabkan berbagai macam penyakit seperti katarak, glaucoma, kerusakan
retina, hingga kebutaan.
2. Masalah pada kulit dan kaki
Penderita diabetes sangat rentan terhadap masalah pada kaki. Rusaknya
jaringan saraf dan pembuluh darah akan membatasi aliran darah ke tempat
tersebut. Luka gores kecil di kaki atau kulit dengan mudah berubah menjadi luka
infeksi yang sangat parah. Tanpa perhatian yang serius, luka tersebut akan
semakin menyebar dan merusak. Pada kondisi terparah, bagian tersebut harus
diamputasi agar infeksi tidak terus menyebar.
3. Masalah jantung
Seseorang dengan diabetes beresiko tinggi terkena masalah jantung. Peneliti
mengatakan bahwa resiko serangan jantung pada penderita diabetes sama dengan
orang yang pernah terkena serangan jantung sebelumnya.
Beberapa masalah pada jantung dan penyempitan pembuluh darah yang
berhubungan dengan diabetes antara lain :
a. Stroke
b. Kerusakan pembuluh darah arteri
c. Hipertensi
d. Kolestrol tinggi

4. Neuropathy
Gula yang berlebih pada tubuh dapat merusak saraf dan jaringan pembuluh di
kaki dan tangan, menyebabkan kesemutan, mati rasa, sakit atau sensasi seperti
terbakar. Pada kondisi mati rasa yang parah, pendertia diabetes bahkan tidak dapat
merasakan rasa sakit jika tergores, hingga akhirnya sadar saat luka tersebut
melebar dan terinfeksi. Selain beberapa komplikasi diatas penyakit-penyakit
berikut juga memiliki potensi terjadi pada penderita diabetes dalam jangka
panjang :
a. Infeksi kulit
b. Infeksi saluran kemih
c. Gagal ginjal
d. Disfungsi ereksi

2.7 Pemeriksaan
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian diikuti dengan tes toleransi
Glukosa oral standar. Untuk kelompok resiko tinggi DM, seperti usia dewasa tua,
tekanan darah tinggi, obesitas dan adanya riwayat keluarga dan menghasilkan
hasil pemeriksaan negatif, perlu pemeriksaan penyaring setiap tahun. Bagi
beberapa pasien yang berusia tua tanpa fakto resiko, pemeiksaan penyaring dapat
dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel interpretasi kadar glukosa darah (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa
darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa
darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110

Tes toleransi glukosa oral / TTGO :


Tes ini telah digunakan untuk mendiagnosis diabetes awal secara pasti, namun
tidak dibutuhkan untuk penapisan dan tidak sebaiknya dilakukan pada pasien
dengan manifestasi klinis diabetes dan hiperglikemia. Cara pemeriksaannya
adalah :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa
2. Kegiatan jasmani cukup
3. Pasien puasa selama 10-12 jam
4. Periksan kadar glukosa darah puasa
5. Berikan glukosa 75 gam yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam
waktu 5 menit.
6. Periksa kadar glukosa darah saat ½ , 1. Dan 2 jam setelah diberi glukosa
7. Saat pemeriksaan, pasien harus istirahat, dan tidak boleh merokok

Pada keadaan sehat, kadar glukosa darah puasa individu yang dirawat
jalan dengan toleransi glukosa normal adalah 70-110 mg/dl. Setelah
pemberian glukosa, kadar glukosa akan meningkat, namun akan kembali ke
keadaaan semula dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa serum yang <200 mg/dl
setelah ½. 1, dan 1 ½ jam setelah pemberian glukosa, dan <140 mg/dl setelah
2 jam setelah pemberian glukosa, ditetapkan sebagai nilai TTGO normal.

2.8 Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha, antaranya:
1. Terapi Farmakologi :
a. Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel β pankreas dalam merespon
glukosa. Insulin merupakan polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino
tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B
terdiri dari 30 asam amino. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan
luas dalam pengendalian metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu
transport glukosa dari darah ke dalam sel.
Macam-macam sediaan insulin :
 Insulin kerja singkat Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa,
mulai kerjanya baru sesudah setengah jam (injeksi subkutan), contoh:
Actrapid, Velosulin, Humulin Regular. 2. Insulin kerja panjang (long-
acting) Sediaan insulin ini bekerja dengan cara mempersulit daya
larutnya di cairan jaringan dan menghambat resorpsinya dari tempat
injeksi ke dalam darah. Metoda yang digunakan adalah
mencampurkan insulin dengan protein atau seng atau mengubah
bentuk fisiknya, contoh: Monotard Human. 3. Insulin kerja sedang
(medium-acting) Sediaan insulin ini jangka waktu efeknya dapat
divariasikan dengan mencampurkan beberapa bentuk insulin dengan
lama kerja berlainan, contoh: Mixtard 30 HM
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2 kemudian
akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa
darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar
glukosa darahnya dengan kombinasi metformin dan sulfonilurea,
langkah selanjutnya yang mungkin diberikan adalah insulin
 Obat Antidiabetik Oral :
Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan
pasien diabetes mellitus tipe 2. Farmakoterapi antidiabetik oral dapat
dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari
dua jenis obat (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
 Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar
pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans
pankreas masih dapat berproduksi Penurunan kadar glukosa darah
yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea
disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas.
Obat golongan ini merupakan pilihan untuk diabetes dewasa baru
dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami
ketoasidosis sebelumnya.
 Sulfonilurea generasi pertama :
Tolbutamid diabsorbsi dengan baik tetapi cepat dimetabolisme dalam
hati. Masa kerjanya relatif singkat, dengan waktu paruh eliminasi 4-5
jam (Katzung, 2002). Dalam darah tolbutamid terikat protein plasma.
Di dalam hati obat ini diubah menjadi karboksitolbutamid dan
diekskresi melalui ginjal. Asektoheksamid dalam tubuh cepat sekali
mengalami biotransformasi, masa paruh plasma 0,5-2 jam. Tetapi
dalam tubuh obat ini diubah menjadi 1- hidroksilheksamid yang
ternyata lebih kuat efek hipoglikemianya daripada asetoheksamid
sendiri. Selain itu itu 1-hidroksilheksamid juga memperlihatkan masa
paruh yang lebih panjang, kira-kira 4-5 jam (Handoko dan Suharto,
1995). Klorpropamid cepat diserap oleh usus, 70-80% dimetabolisme
di dalam hati dan metabolitnya cepat diekskresi melalui ginjal. Dalam
darah terikat albumin, masa paruh kira-kira 36 jam sehingga efeknya
masih terlihat beberapa hari setelah pengobatan dihentikan (Handoko
dan Suharto, 1995). Tolazamid diserap lebih lambat di usus daripada
sulfonilurea lainnya dan efeknya pada glukosa darah tidak segera
tampak dalam beberapa jam setelah pemberian. Waktu paruhnya
sekitar 7 jam.
 Sulfonilurea generasi kedua :
Gliburid (glibenklamid) khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira 100
kali lebih kuat daripada tolbutamida. Sering kali ampuh dimana obat-
obat lain tidak efektif lagi, risiko hipoglikemia juga lebih besar dan
sering terjadi. Pola kerjanya berlainan dengan sulfonilurea yang lain
yaitu dengan single-dose pagi hari mampu menstimulasi sekresi
insulin pada setiap pemasukan glukosa (selama makan) Obat ini
dimetabolisme di hati, hanya 21% metabolit diekresi melalui urin dan
sisanya diekskresi melalui empedu dan ginjal (Handoko dan Suharto,
1995). Glipizid memiliki waktu paruh 2-4 jam, 90% glipizid
dimetabolisme dalam hati menjadi produk yang aktif dan 10%
diekskresikan tanpa perubahan melalui ginjal. Glimepiride dapat
mencapai penurunan glukosa darah dengan dosis paling rendah dari
semua senyawa sulfonilurea. Dosis tunggal besar 1 mg terbukti efektif
dan dosis harian maksimal yang dianjurkan adalah 8 mg. Glimepiride
mempunya waktu paruh 5 jam dan dimetabolisme secara lengkap oleh
hati menjadi produk yang tidak aktif
 Golongan Biguanida :
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin menurunkan
glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada
tingkat selular dan menurunkan produksi gula hati. Metformin juga
menekan nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga
layak diberikan pada penderita yang overweight.
 Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas dan
berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan
meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan
hati, sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak
dan otot meningkat. Tiazolidindion diharapkan dapat lebih tepat
bekerja pada sasaran kelainan yaitu resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan
sel β pankreas. Contoh: Pioglitazone, Troglitazon.
 Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase :
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin. Contoh: Acarbose
2. Terapi Non Famakologi :
a. Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan pengobatan diet pada
diabetes adalah:
- Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal.
- Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
- Mencegah komplikasi akut dan kronik.
- Meningkatkan kualitas hidup. Terapi nutrisi direkomendasikan untuk
semua pasien diabetes mellitus, yang terpenting dari semua terapi
nutrisi adalah pencapian hasil metabolis yang optimal dan pencegahan
serta perawatan komplikasi. Untuk pasien DM tipe 1, perhatian
utamanya pada regulasi administrasi insulin dengan diet seimbang
untuk mencapai dan memelihara berat badan yang sehat. Penurunan
berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan
memperbaiki respon sel-sel β terhadap stimulus glukosa.
b. Olah raga :
Berolah secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Prinsipya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan
asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi,
bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olah raga akan memperbanyak
jumlah dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.

c. Terapi keperawatan
Terapi keperawatan pada pasien diabetes berfokus pada intervensi
gaya hidup, menurunkan faktor risiko kardiovaskular lainnya, dan menjaga
kadar glukosa darah di dalam kisaran normal.
Olahraga dan pola makan yang sesuai merupakan dasar dari tata
laksana diabetes dengan jumlah olahraga yang lebih banyak memberikan hasil
yang lebih baik. Olahraga aerobik memberikan peningkatan sensitivitas
insulin.
Diet diabetes yang bertujuan untuk menurunkan berat badan juga
penting. Diet indeks glikemik rendah telah terbukti dapat memperbaiki
kontrol glukosa darah. Biasanya, edukasi yang tepat dapat membantu pasien
diabetes tipe 2 mengontrol kadar glukosa darah mereka, setidaknya hingga
enam bulan kemudian. Apabila perubahan gaya hidup, pada penderita dengan
diabetes ringan, belum menunjukkan perbaikan glukosa darah dalam waktu
enam minggu, perlu dipertimbangkan pemberian obat-obatan.

d. Edukasi
1. Memberitahukan kepada pasien untuk selalu menerapkan gaya hidup
sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menghindari
makanan yang banyak mengandung kadar gula yang berlebihan.
2. Menganjurkan untuk melakukan diet nutrisi. Diet nutrisi yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
hal karbohidrat, protein dan lemak.
3. Pasien dianjurkan melakukan terapi nurtrisi. Terapi nutrisi
direkomendasikan untuk semua pasien diabetes melitus, yang
dimaksudkan dari semua terapi nutrisi adalah pencapian hasil
metabolis yang optimal dan pencegahan serta perawatan komplikasi.
4. Pasien juga dianjurkan untuk berolahraga secara teratur karena dengan
berolahraga dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap
normal. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan
atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olah raga
akan memperbanyak jumlah dan juga meningkatkan penggunaan
glukosa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat, ditarik kesimpulan bahwa penyakit diabetes
mellitus adalah Diabetes mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan
atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau
disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Jadi ini merupakan
penyakit ini sangat berbahaya. Banyak sekali factor yang menyebabkan seseorang
menderita penyakit diabetes mellitus seperti obesitas, factor genetic, pola hidup
yang tidak sehat, dan masih banyak yang lainnya.

3.2 Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. selalu berhati-hatilah dalam menjaga pola hidup, sering berolahrga dan
istirahat yang cukup.
2. Menjaga pola makan, jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau
minuman yang terlalu manis. Karena itu dpat menyebabkan kadar gula
meningkat dengan cepat.
3. Selalu mencari informasi tentang apa saja pencegahan dari penyakit diabetes.
4. Menjauhi faktor-faktor penyebab dari penyakit diabetes.

Anda mungkin juga menyukai