Anda di halaman 1dari 22

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

TRAUMA GINJAL

Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Gadar Kritis 2

yang diampu oleh dosen Nyayu Nina PC, Ners,.M.Kep.

disusun oleh :

Ai Isma Awaliyah 217049

Aisah Nurhasanah 217050

Paramitha 217077

Rianti Agustina 217080

Rias Sri Utami 217081

Sahrul Ramadhan 217083

Sita Milenia Pratama 217085

Titis Lisalsabila 217087

Wisnu Ramadita 217090

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji serta syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang ini dengan sebaik mungkin.

Selain itu, penyusun berterima kasih kepada Ibu Nyayu Nina PC, Ners,.M.Kep. selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Gadar Kritis 2 yang telah memberikan tugas ini kepada
penyusun. Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kekurangan, dikarenakan kemampuan dan pengalaman penyusun yang
terbatas. Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun khususnya dan
bagi siapa saja yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Definisi Trauma Ginjal................................................................................................3

2.2 Etiologi Trauma Ginjal................................................................................................3

2.3 Klasifikasi Trauma Ginjal...........................................................................................4

2.4 Patofisiolgi Trauma Ginjal..........................................................................................6

2.5 Manifestasi Trauma Ginjal..........................................................................................7

2.6 Komplikasi Trauma Ginjal..........................................................................................8

2.7 Penatalaksanaan Medis Trauma Ginjal.......................................................................8

2.8 Pemeriksaan Diagnostik Trauma Ginjal......................................................................9

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan pada Trauma Ginjal...................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan................................................................................................................17

3.2 Saran..........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma didefinisikan sebagai cedera fisik atau luka pada jaringan hidup yang
disebabkan oleh agen ekstrinsik atau faktor luar. Trauma merupakan penyebab
keenam yang menyebabkan kematian di seluruh dunia, kira- kira 10 % dari semua
mortalitas. Ini menyumbangkan sekitar 5 juta kematian setiap tahun di seluruh dunia
dan menyebabkan jutaan lebih kecacatan (Soreide, 2009). Bahkan, kecelakaan lalu
lintas menjadi penyebab utama kematian di dunia dengan rentang usia 10-24 tahun.
Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas lebih kurang 12 ribu orang per
tahun sehingga dapat disimpulkan bahwa trauma dapat menyebabkan angka kematian
yang tinggi. (Rasjad, 2003).
Pada sebagian besar pusat trauma, trauma tumpul lebih umum daripada trauma
tembus, sehingga membuat luka ginjal tumpul sebanyak 9 kali lebih umum daripada
cedera tembus. Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal.
Dengan lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan,
kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat. Dari 1.588
pasien trauma tumpul dengan hematuria mikroskopik hanya 3 memiliki cedera yang
signifikan tetapi kasus ini ditemukan selama pemeriksaan radiologi untuk cedera
terkait. Orang dewasa dengan trauma tumpul ginjal, hematuria mikroskopik dan tidak
ada syok atau cedera intra - abdominal utama dapat terhindar dari pencitraan
radiografi (Miller dan McAninch, 1995).
Ginjal adalah organ yang paling sering terluka dalam sistem genitourinaria dan
trauma ginjal terlihat sampai dengan 3% dari semua kasus trauma (Baverstock, 2001)
dan 10% dalam semua kasus trauma abdomen. Dalam kecelakaan kenderaan
bermotor, trauma ginjal terlihat jelas setelah dampak langsung ke sabuk pengaman
atau setir mobil (crash frontal) atau dari intrusi panel tubuh di dampak samping
tabrakan (Kuan, 2007). Ginjal adalah paling umum tercedera pada organ genitourinari
di semua usia pada pria dan wanita rasio menjadi 3:1 (Paparel, 2006). Selama 20
tahun terakhir ini, kemajuan dalam pencitraan dan strategi pengobatan telah
meningkatkan kemampuan untuk mencapai penjagaan ginjal dan penurunan
kebutuhan untuk intervensi bedah. Sebagian besar cedera kini dilakukan secara
konservatif (Hurtuk, 2006).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari trauma ginjal ?
2. Apa etiologi terjadinya trauma ginjal ?
3. Bagaimana klasifikasi trauma ginjal ?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya trauma ginjal ?
5. Bagaimana manifestasi klinik trauma ginjal ?
6. Apa komplikasi dari trauma ginjal ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada trauma ginjal ?
8. Apa pemeriksaan diagnostik pada trauma ginjal ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada trauma ginjal ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari trauma ginjal.
2. Mendeskripsikan penyebab trauma ginjal.
3. Mendeskripsikan klasifikasi trauma ginjal.
4. Menjelaskan patofisiologi trauma ginjal.
5. Menjelaskan manifestasi klinik dari trauma ginjal.
6. Menjlaskan komplikasi trauma ginjal.
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari trauma ginjal.
8. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik trauma ginjal.
9. Menjelaskan asuhan keperawatan kegawatdaruratan trauma ginjal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Trauma Ginjal


Trauma renal adalah terjadinya cedera pada panggul, punggung, dan abdomen
atas yang dapat menyebabkan memar, laserasi, atau ruptur aktual pada ginjal.
(Brunerr & Suddarth.2002).
Normalnya ginjal dilindungi oleh susunan tulang iga, muskulatur punggung
posterior, dan oleh lapisan dinding abdomen serta visera anterior. Semuanya dapat
digerakkan dan “difiksasi” hanya pada pedikel renal (batang pembuluh darah renal
dan ureter). Adanya cedera traumatik, menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh iga
paling bawah, sehingga terjadi konstusi dan ruptur. Fraktur iga atau fraktur prosesus
transversus lumbar vertebra atas dapat dihubungkan dengan kontusi renal atau
laserasi.
Cedera dapat tumpul (kecelakaan lalulintas, jatuh, cedera atletik, akibat
pukulan) atau penetrasi (luka tembak, luka tikam). Lalai dalam menggunakan sabuk
pengaman sangat berperan dalam menimbulkan trauma renal pada kecelakaan
lalulintas. Trauma renal sering dihubungkan dengan cedera lain; lebih dari 80%
pasien trauma renal mengalami cedera pada organ internal yang lain.

2.2 Etiologi Trauma Ginjal


Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu :

1) Trauma tajam
Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman pada abdomen bagian atas atau
pinggang merupakan 10 – 20 % penyebab trauma pada ginjal di Indonesia.

2) Trauma iatrogenik
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau
radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography,
percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin

3
meningkatnya popularitas dari teknik teknik di atas, insidens trauma iatrogenik
semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah diperkenalkan ESWL.
Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal .

3) Trauma tumpul
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan
lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian
trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat.

Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma
langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau
perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai
organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang
menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum.
Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima
arteri renalis yang menimbulkan trombosis.

2.3 Klasifikasi Trauma Ginjal


American Association for Surgery of Trauma membagi trauma ginjal atas 5 gradasi :
Grade 1 :
a) Kontusio renis
b) Terdapat perdarahan di ginjal tanpa kerusakan jaringan, kematian jaringan
maupun kerusakan kaliks
c) Hematuria dapat mikroskopik/ makroskopik
d) Pemeriksaan CT-scan normal
Grade 2 :
a) Hematom subkapsular atau perirenal yang tidak meluas, tanpa adanya kelainan
parenkim.
Grade 3 :
a) Laserasi ginjal tidak melebihi 1 cm
b) Tidak mengenai pelviokaliks
c) Tidak terjadi ekstravasasi.
Grade 4 :

4
a) Laserasi lebih dari 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks atau ekstravasasi urin
b) Laserasi yang mengenai korteks, medulla, dan pelviokaliks.
Grade 5 :
a) Cedera pembuluh darah utama
b) Avulsi pembuluh darah è gangguan perdarahan ginjal
c) Laserasi luas pada beberapa tempat

Mekanisme dan keparahan cedera. Trauma renal digolongkan berdasarkan


mekanisme cedera (tumpul versus penetrasi), lokasi anatomis, atau keparahan cedera.

a) Trauma renal minor, mencakup kontusi, hematom, dan beberapa laserasi di


korteks ginjal
b) Cedera renal Mayor mencakup laserasi mayor disertai ruftur kapsul ginjal
c) Trauma renal Kritikal, meliputi laserasi multipel yang parah pada ginjal
disertai cedera pada suplai vaskuler

5
.

2.4 Patofisiolgi Trauma Ginjal


Secara anatomis ginjal dilindungi oleh susunan tulang iga, otot punggung
posterior, lapisan dinding abdomen, serta visera anterior. Oleh Karena itu, cidera
ginjal tidak jarang diikuti oleh cidera organ – organ yang mengitarinya.
Adanya cidera traumatic, menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh iga paling
bawah shingga terjadi kontusi dan ruptur. Fraktur iga atau fraktur prosesus transverses
lumbar vertebra atas dapat dihubungkan dengan kontusi renal atau laserasi. Cidera
dapat tumpul (kecelakaan lalu lintas, jatuh, cidera atletik, akibat pukulan) atau
penetrasi (luka tembak, luka tikam)
Ketidakdisiplinan dalam menggunakan sabuk pengaman akan memberikan
reaksi goncangan ginjal didalam rongga retroperitoneum dan menyebabkan regangan
pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis. Robekan
ini akan memeacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat
menimbulkan thrombosis arteri renalis beserta cabang – cabangnya. Kondisi adanya
penyakit pada ginjal seperti hidronefrosis, kista ginjal, atau tumor ginjal akan
memperberat suatu trauma pada kerusakan struktur ginjal.
Cidera ginjal akan menyebabkan menifestasi kontusi, laserasi, rupture dan
cidera pedikel renal, atau laserasi internal kecil pada ginjal. Secara fisiologis, ginjal
menerima setengah dari aliran darah aorta abdominal, oleh karena itu meskipun hanya
terdapat laserasi renal yang kecil, namun hal ini dapat menyebabkan perdarahan yang
banyak. Cidera ginjal akan memberikan berbagai manifestasi masalah keperawatan.
CIDERA TUMPUL

KERUSAKAN
STRUKTUR GINJAL

KONTUSI,LASERASI,RUPTU
R PADA GINJAL

6
PEREGANGAN DR RESPON PERDARAHAN
SARAF KEMIH ARTERI GINJAL

KOLIK RENAL
RESIKO SYOK
HIPOVOLEMIK

INTERVENSI BEDAH
NYERI PEMENUHAN INFORMASI
PRA OPERASI

KURANG PENGETAHUAN
RESPON PASCA
BEDAH
CEMAS

RESPON LUKA PASCA BEDAH INTAKE NUTRISI PENURUNAN


PSIKOLOGIS TIDAK ADEKUAT FISIOLOGI GINJAL

KECEMASAN NYERI RESTI KERIDAK (AKTUAL)RESIKO


INFEKSI SEIMBANGAN NUTRISI HIPOVOLEMIK

2.5 Manifestasi Trauma Ginjal


1) Nyeri
2) Hematuria
3) Mual dan muntah
4) Distensi abdomen
5) Syok hipovolemik
6) Nyeri pada bagian punggung
7) Hematoma di daerah pinggang yang semakin hari semakin besar
8) Massa di rongga panggul
7
9) Ekimosis
10) Laserasi atau luka pada abdomen lateral dan rongga panggul

2.6 Komplikasi Trauma Ginjal


Komplikasi dini terjadi dalam bulan pertama setelah injuri, dan dapat terjadi
perdarahan, infeksi, perinefrik abses, sepsis, fistula urinaria, hipertensi, extravasi
urinaria, dan urinoma. Adapun komplikasi yang tertunda, yaitu perdarahan,
hidronefrosis, pembentukan calculi, pyelonefritis kronik, hipertensi, arterivenous
fistula, pseudoaneurisma.

Perdarahan retroperitoneal yang tertunda, biasanya terjadi pada beberapa


minggu dari terjadinya injuri dan dapat mengancam jiwa. Embolisasi angiografik
yang selektif adalah pengobatan pilihan.

Pembentukan abses Perinephric biasanya dapat diatasi dengan drainase


perkutan. Manajemen perkutan memberikan risiko yang minimal pada kerusakan
ginjal dibandingkan re-operasi, yang dapat menyebabkan nephrectomy ketika jaringan
yang terinfeksi sulit untuk beregenerasi.

Hipertensi dapat terjadi secara akut sebagai akibat dari kompresi eksternal,
karena hematoma perirenal dan membuat jaringan ginjal iskemik.

Renin - yang dimediasi hipertensi dapat terjadi jangka panjang sebagai akibat
dari komplikasi; etiologinya termasuk trombosis arteri ginjal, trombosis arteri
segmental, dan fistula arteriovenosa. Arteriografi dapat memberi informasi dalam
kasus-kasus pasca-trauma hipertensi.

2.7 Penatalaksanaan Medis Trauma Ginjal


Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengendalikan hemoragi, nyeri dan infeksi,
untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal, dan untuk mempertahankan
drainase urin,
1) Hematuria merupakan manifestasi yang paling umum, hematuria mungkin
tidak muncul atau terdeteksi hanya melalui pemeriksaan mikroskopik.
Sehingga urin yang dikumpulkan dan dikirimkan ke laboratorium untuk
dianalisis guna mendeteksi adanya sel darah merah dan untuk mengikuti

8
perjalan pendarahan. Kadar hematokrit dan hemoglobin dipantau dengan ketat
untuk melihat adanya hemoragi.
2) Pantau adanya oliguria dan tanda syok hemoragik, karena cedera pedikel atau
ginjal yang hancur dapat menyebabkan eksanguinasi (kehilangan banyak
darah yang mematikan).
3) Hematoma yang yang meluas dapat menyebabkan ruptur kapsul ginjal. Untuk
mendeteksi adanya hematoma, area disekitar iga paling bawah, lumbar
vertebra atas dan panggul, dan abdomen dipalpasi terasa nyeri tekan.
4) Terabanya massa disertai nyeri tekan,bengkak dan ekimosis pada panggul atau
abdominal menunjukkan adanya hemoragi renal.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik Trauma Ginjal


Ada beberapa tujuan pemeriksaan diagnostik pada pasien yang dicurigai menderita
trauma ginjal, yaitu :
1) Plain Photo
Adanya obliterasi psoas shadow menunjukkan hematom retroperitoneaal atau
ekstravasasi urin. Udara usus pindah dari posisinya. Pada tulang tampak
fraktur prosesus transversalis vertebra atau fraktur iga.(Donovan , 1994)

2) Intravenous Urography (IVU)


Pada trauma ginjal, semua trauma tembus atau trauma tumpul dengan
hemodinamik tidak stabil yang membutuhkan eksplorasi segera harus
dilakukan single shot  high dose intravenous urography (IVU) sebelum
eksplorasi ginjal. Single shot IVU ini bersisi 2 ml/kgBB kontras standar 60%
ionic atau non ionic yang disuntikkan intra vena, diikuti satu pengambilan
gambar abdomen 10 menit kemudian. Untuk hasil yang baik sistol
dipertahankan diatas 90 mmHg. Untuk menghemat waktu kontras dapat
disuntikkan pada saat resusitasi awal. Keterbatasan pemeriksaan IVU adalah
tak bisa mengetahui luasnya trauma.  Dengan IVU bisa dilihat fungsi kedua
ginjal, serta luasnya ekstravasasi urin dan pada trauma tembus bisa
mengetahui arah perjalanan peluru pada ginjal. IVU sangat akurat dalam
mengetahui ada tidaknya trauma ginjal. Namun untuk staging trauma
parenkim, IVU tidak spesifik dan tidak sensitive. Pada pasien dengan
9
hemodinamik stabil, apabila gambaran IVU abnormal dibutuhkan pemeriksaa
lanjutan dengan Computed  Tomography (CT) scan. Bagi pasien hemodinamik
tak stabil, dengan adanya IVU abnormal memerlukan tindakan eksplorasi.

3) CT Scan
Staging trauma ginjal paling akurat dilakukan dengan sarana CT scan. Teknik
noninvasiv ini  secara jelas memperlihatkan laserasi parenkim dan ekstravasasi
urin, mengetahui infark parenkim segmental, mengetahui ukuran dan lokasi 
hematom retroperitoneal, identifikasi jaringan nonviable serta  cedera terhadap
organ sekitar seperti lien, hepar, pankreas  dan kolon (Geehan , 2003). CT
scan telah menggantikan pemakaian IVU dan arteriogram.Pada kondisi akut,
IVU menggantikan arteriografi karena secara akurat dapat memperlihatkan
cedera arteri baik arteri utama atau segmental. Saat ini telah  diperkenalkan
suatu helical CT scanner  yang mampu melakukan imaging dalam waktu 10
menit pada trauma abdomen (Brandes , 2003).

4) Arteriografi
Bila pada pemeriksaan sebelumnya tidak semuanya dikerjakan, maka
arteriografi bisa memperlihatkan cedera parenkim dan arteri utama. Trombosis
arteri dan avulsi pedikel ginjal terbaik didiagnosis dengan arteriografi
terutama pada ginjal yang nonvisualized dengan IVU. Penyebab utama ginjal
nonvisualized pada IVU adalah avulsi total pedikel, trombosis arteri, kontusio
parenkim berat yang menyebabkan spasme vaskuler. Penyebab lain adalah
memang tidak adanya ginjal baik karena kongenital atau operasi sebelumnya.
(Mc Aninch , 2000)

5) Ultra Sonography (USG)


Pemeriksa yang terlatih dan berpengalaman dapat mengidentifikasi adanya
laserasi ginjal maupun hematom. Keterbatasan USG adalah ketidakmampuan
untuk        membedakan darah segar dengan ekstravasasi urin, serta
ketidakmampuan mengidentifikasi cedera pedikel  dan infark segmental.
Hanya dengan Doppler berwarna maka cedera vaskuler dapat didiagnosis.

10
Adanya fraktur iga , balutan, ileus intestinal, luka terbuka serta obesitas
membatasi visualisasi ginjal.(Brandes, 2003).

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan pada Trauma Ginjal

1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Kaji mekanisme cedera yang mengenai ginjal
2) Kaji keluhan nyeri secara PQRST
3) Kaji ada riwayat penyakit ginjal pada masa sebelumnya yang dapat
memperburuk reaksi cedera.
4) Kaji apakah ada riwayat penyakit lain seperti DM dan hipertensi
5) Kaji pemakaian obat-obatan sebelumnya dan sesudah kemana saja klien
meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya
6) Kaji pengaruh cedera terhadap respons psikologis klien
b. pengkajian fokus
a) Pengkajian primer
a. Airway
- Kaji penyebab terjadinya obstruksi atau gangguan jalan nafas seperti
tersedak adanya benda asing
- Non obstruksi, kaji penyebab adanya trauma medula spinalis
b. Breathing
- Kaji penyebab adanya penurunan kesadaran
- Kaji penyebab adanya fraktur iga
- Kaji penyebab adanya cyanosis sentral sekitar mulut

c. Circulation
- Kaji penyebab adanya gangguan berhubungan dengan darah dan
pembuluh darah
- Kaji penyebab adanya perdarahan
- Kaji penyebab nadi tidak teratur
- Kaji penyebab CRT lebih dari 2 detik

11
- Kaji penyebab cyanosis perifer
- Kaji penyebab pucat

Neurologi

- Nilai GCS (E : M: V: )
- Kesadaran kuantitatif
d. Diasability
- Pupil isokor , anisokor
- Refleks cahaya
- Besar pupil
e. Exprosure
- Kaji adanya luka atau jejas
f. Folley catheter
- Pemasangan kateter
- Urine yang dikeluarkan
- Warna urine

c. Pemeriksaan fisik khusus


1) Inspeksi :
Pemeriksaan secara umum,klien terlihat sangat kesakitan oleh adanya
nyeri.pada status lokasi biasanya didapatkan adanya jejas pada
pnggang atau punggung bawah,terlihat tanda ekimosis dan laserasi
atau luka di abdomen lateral dan rongga panggul.pemeriksaan urine
output didapatkan adanya hematuria.pada trauma rupture perikel,klien
sering kali dating dalam keadaan syok berat dan terdapat hematoma di
daerah pinggang yang makin lama makin besar
2) Palpasi :
Didapatkan adanya massa pada rongga panggul,nyeri tekan pada
region kostovertebra.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan; ginjal b/d trauma
12
2. Nyeri akut b/d trauma
3. Gangguan eliminasi urine b/d trauma
4. Resiko hipertensi b/d infark parenkim renal
5. Resiko syok hipovolemik b/d pengeluaran darah masin pada arteri renal
6. Resiko tinggi infeksi b/d adanya luka pembedahan

3. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan; ginjal b/d trauma
Tujuan : Mempertahankan fungsi renal agar maksimal
Intervensi :
Intervensi Keperawatan Rasional
a) Kaji tanda-tanda vital Pengamatan tanda-tanda vital
membantu memutuskan tindakan
keperawatan yang tepat

b) Kaji daerah abdomen, dada Mengetahui adanya


dan punggung pembengkakan, palpasi massa,
edema, ekimosis, perdarahan atau
ekstravasasi urine.

c) Memberikan cairan intra vena Terapi intra vena berguna dalam


memperbaiki tekanan darah dan
perfusi ginjal

d) Monitor hematuria Hematuria mengidentifikasi


perdarahan renal.

e) Anjurkan pasien untuk Peningkatan pemasukan cairan


meningkatkan asupan cairan membantu kelancaran pengeluaran
bila diindikasikan. urine; menilai faal ginjal

13
2. Diagnosa nyeri b/d trauma
Tujuan              : Nyeri dapat terkontrol
Intervensi         :
Intervensi Keperawatan Rasional
a) Kaji nyeri, perhatikan lokasi Hasil pengkajian membantu
dan karakteristik evaluasi derajat ketidak nyamanan
dan ketidak efektifan analgesik
atau menyatakan adanya
komplikasi

b) Bedrest dan atur posisi yang Posisi yang nyaman dapat


nyaman bagi pasien membantu meminimalkan nyeri.

c) Anjurkan pasien untuk Nyeri akut tercetus panda area


menghindari posisi yang ginjal oleh penekanan.
menekan lumbal daerah
trauma

d) Lakukan kompres dingin area Kompres dingin mengkontriksi


ekimosis bila tanpa kontra vaskuler.
indikasi

e) Berikan analgesik sesuai Analgesic dapat menghilangnkan


anjuran nyeri dan ketidaknyamanan.

14
3. Diagnosa Gangguan eliminasi urine b/d trauma
Tujuan              : Eliminasi urine cukup atau kembali normal
Intervensi         :
Intervensi Keperawatan Rasional
a) Monitor asupan dan haluaran Hasil monitoring memberikan
urine informasi tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi. Contohnya
infeksi dan perdarahan.

b) Monitor bising usus (paralisis Gangguan dalam kembalinya


ileus) bising usus dapat mengindikasikan
adanya komplikasi, contoh
peritonitis, obstruksi mekanik.

c) Pantau selang drainase dan Hambatan aliran urine


kantung sehingga memungkinkan terbentuknya
memungkinkan tidak tekanan dalam saluran
terhambatnya aliran urine perkremihan, membuat resiko
kebocoran dan kerusakan
parenkim ginjal.

4. Diagnosa resiko hipertensi b/d infark parenkim ginjal


15
Tujuan              : Untuk meminimalkan resiko/ mencegah hipertensi.
Intervensi          :
Intervensi Keperawatan Rasional
a) Awasi denyut jantung, Takikardi dan hipertensi terjadi
tekanan darah dan CVP karena (1) Kegagalan ginjal untuk
mengekskresi urine, (2) Perubahan
fase oliguria,dan atau (3)
Perubahan panda system
aldosteron rennin-angio tensin.

b) Amati warna kulit, Adanya pucat, dingin, kulit lembab


kelembapan, suhu dan masa dan pengisian kapiler lambat
pengisian kapiler mungkin berkaitan dengan
vasokontriksi

c) Berikan lingkungan yang Lingkungan yang tenang dan


tenang dan nyaman nyaman membantu menurunkan
ransang simpatis , meningkatkan
relaksasi

d) Pertahankan pembatasan Aktivitas yang minimal dan


aktivitas periode istirahat yang tepat
dijadwalkan membantu
menghindari stress dan ketegangan

e) Kolaborasi terapi obat Inhibitor simpatis dapat menekan


pelepasan renin.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai
macam trauma baik tumpul maupun tajam. Ekstrapolasi dari data USA
memperkirakan bahwa sekitar 245.000 cedera ginjal setiap tahun di dunia, sekitar
80% disebabkan trauma tumpul. Kecelakaan kendaraan bermotor dan jatuh adalah
penyebab utama yang jelas dari trauma ginjal.

3.2 Saran
Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifat nya membangun untuk
menjadikan makalah ini lebih baik lagi

17
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ed.8;vol


2. Jakarta : EGC

Hudak and Gallo (1995). Keperawtan Kritis, Pendekatan Holistik. Jakarta.


EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku saku : Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Williams & Wilkins.Newberry, Lorene, RN,MS,CEN. 2003. Emergency Nursing


Principleand Practice. Ed.5. Mosby: Philadelphia.

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,, vol.


2. Jakarta : EGC.

http://bedahmataram.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=108:trauma-ginjal-ur&catid=43:regfrat-
urologi&Itemid=81 (diakses pada 13 Juni 20)

18
19

Anda mungkin juga menyukai