Anda di halaman 1dari 8

Ubrug

Diceritakan disebuah daerah di banten ada sebuah sanggar teater ubrug


yang sudah mendunia sampai internasional yang dikelola oleh seorang istri
bernama imas dan suaminya bernama asep , tetapi karena masuknya budaya
modern dan perkerbangan zama menjadi kan sanggar tersebut tergusur ,sampai
sang istri kesal karena sanggar tersebut sudah ditinggal oleh murid – muridnya.

Imas : “ kang sini deh ada yang mau omongin ?”

Asep : “ada apa istri ku ?”

Imas : “ini kang barang – barang yang ada di sanggar udah pada berdebu”

Asep : “terus memang kenapa kalau barang – barang disanggar itu berdebu?”

Imas : “aku sudah capek harus membersihkan barang – barang itu ,kamu tau kan
?”

Asep : “kamu itu selama ini memang pernah membersihkan sanggar ,aku yang
selalu membersihkannya jangan mengada – ngada deh kamu”

Imas : “tapi kang sanggar itu sudah berguan lagi ,orang – orang zaman sekarang
selalu memntingkan budaya luar yang keren itu ,kita juga harus berkembang
mengikuti jaman jangan berpatokan dengan sanggar ini terus kita harus menjual
sanggar ini dan barang- barng yang ada didalamnya?”

Asep: “untuk apa kamu menjual sanggar itu kita masih mempunyai tabungan
apa akang kurang memberimu uang untuk memberikan kebutuhanmu?”

Imas: “bukan begitu kang maksudku tapi sanggar itu sudah ditinggalkan murid-
muridnya, anak jaman sekarang itu lebih mementingkan budaya luar dari pada
budayanya sendiri dan juga kita bisa membuat ruangan untuk usaha lain”

Asep: “usaha apa lagi yang mau kita bangun aku hanya bisa main ubrug ini dan
tidak ada lagi bakat yang aku pumya selain bermain teater ini”
Imas: “akang tapi kita bisa berjualan,dan berdagang dari uang itu,kita bisa
memanfaatkan uang itu untuk merenofasi rumah kita?

Asep; “ya sudah kamu saja yang mengurus aku tidak mau tapi aku sudah
mengingatkan budaya ini adalah milik kita.

Stage2

(2 bulan berlalu) setelahnya barang-barang telah terjual dan sanggar pun sudah
kosong tiba-tiba ada seorang maha siswa dari luar negeri bernama putri dwi
starly sedang mencari sanggar ubrug untuk melakukan penelitian tentang ubrug

Pd : “sepeda.....”

Asep : “neng ada siapa diluar kok ngomong sepeda”

Imas : “gak tau kang ,ya udah akang yang bersihin sanggar dulu saya yang
keluar nemuin orang itu “

Pd : “hey.... sepada ........ sepada...... ello........”(membisikan imas)

Imas : “iya mbak kenapa ?,(kaget)mas.... mas.... cepat kemari...... mas......”

Asep : iya – iya adapa ada toh dek ? sudah kalo ada tamu dipersilangkan masuk
saja”(menuju pintu)

Imas : mbak /mister .... tunggu dulu sebentar disini(berlari ke asep),(dengan


bahasa teregah -egah)mas asep ..... mas asep..... ada..... ada..... “

Asep : ada apa toh dek saya lagi bersihin ruangan sanggar ini”

Imas : (membentur asep )mas itu.itu.....”

Asep : “itu apa sih , kamu kenaapa sih seperti habis melihat hantu saja (sf :
jreeng)”

Imas : “bukan mas tapi ..... itu ada orang bule depan rumah gak tau mau
ngapain”
Asep : “hah terus kenapa “

Imas : “ini mas .....(membisikan).....”

Asep : “(kaget)hah....... apa jadi makasud kamu dek,bule didepan itu mencari
sanggar ini dan ingin dibuat penetilian untuk tugas akhir di kuliah ya”

Imas : “iya mas ,jadi gimana sudah si bule itu mau membayar mahal untuk
penelitian disini ,dan nominal ya sini mas (membisikan)”

Asep : “apa....... dia mau tinggal disini 3 bulan untuk penetian tentang ubrug ini
dan ingin membayar hingga 100-an juta untuk saja”

Imas : “aduhh.... jadi gimana mas?”

Asep : “gimana apa ya?”

Imas : “lihat semua ini barang di sanggar ini sudah kita jual semua dan kosong
pula,kita tidak akan bisa meminta barang itu kembali?”

Asep : “apa maksud kamu dek ? bukan nya uang ya masih ada belum kita pake
semua ?”

Imas : hmm.... untuk uang ya aku sudah... (guyam)”

Asep : “hah .... gak kedengeran dek”

Imas : “uang ya sudah aku pakai untuk membeli ......”

Asep : “ada pa dek kamu ngomong guyam – guyam terus ...,ngomong yang
jelas”

Imas : “(dengan usara keras) uang ya sudah ku buat beli perhiasan dipasar
kemarin “

Asep : “apa... (kaget)apa maksud mu dek ,jadi uang ya sudah habis untuk
membeli perhiasan untuk mu ..... ahh.........(berteriak)”

Imas : “maaf mas.....”


Asep : “padahal ini saat ya untuk mengembangkan sanggar ini lagi ke dunia “

Imas : “maaf mas “

Asep : “iya ya sudah ......(melanjutkan menyapu dengan perasaan kesal)”

Imas : “akang sayang maaf ya kang...”

Asep : “iya..... iya.....”

Imas : “jadi bule di depan gimana ?”

Asep : “ya gimana kamu tolak saja permintaan penelitian ya mau penelitian
disini?”

Imas : “kok ditolak mas ,uang 100jt loh didepan kita?”

Asep : “iya aku tau dek ,tetapi mau diapan lagi kamu liat semua barang di
sanggar ini sudah tidak ada ?”

Imas : “ya mas...”

Asep : “ya apa ,siapa yang minta semua barang sanggar di jual”

Imas : “iya ... iya..(suara marah)kamu tuh jangan marah... terus dan salahin aku
dong banru cari solusi biar kita dapet uang 100jt itu”

(berpikir)

Asep : “nah..... mas tau cara ya “

Imas : “bagimana mas....?”

Asep : “jadi bagaimna jika..... jika..... dikata suruh pulang saja dan kembali 3
hari lagi ? dan dalam waktu 3 hari itu kamu membantu mas mengumpulkan
barang – barang sanggar yang sudah kita jual”

Imas : “hah...... mas kalu itu saja aku pun sudah tau”

Asep : “ya terus apa selain itu”


Imas : “ya sudah tapi kamu yang ngobrol sama si bule itu dan kamu sampai kan
solusi kamu”

Asep : “kenapa harus aku?”

Imas : “terus siapa lagi kalau bukan mas ,aku mau buat minuman buat kalian“

Asep : “ya sudah lah....”

(asep berjalan keluar dan kaget)

Asep : “neng ..... ,neng ......”

Pd : “iya ......”

Asep : “neng ini yang mau penelitian itu ya”

Pd : “iya ,abah ini abah asep ya yang punya sanggar ubrug ini”

Asep : “neng bisa bahasa indonesia ?”

Pd : “bisa saya sempat tinggal di bali selama 4 bulan”

Asep : “iya neng saya abah asep yang puny asanggar ini ,nama neng siapa “

Pd : nama saya ..........”

Asep : “kamu kesini ingin penelitian tetang ubrug?”

Pd : “iya abah saya ingin belajar dan meneliti tentang ubrug “

Asep : “ya sudah kamu pulang dulu saja dan tinggalkan nomor telpon mu ,3 hari
lagi kamu balik untuk penelitian”

Pd : “siap abah saya pulang dulu asslamukaikum”

Asep : “wallaikumslaam”

(beberapa menit setelah pd pulang)

Asep : “hah... akhir ya selesai”


Imas : “kang jadi bagaimna dengan si bule itu apakah dia akan kembali untuk
penelitian?”

Asep : “iya ia akan kembali 3 hari lagi “

Imas : “untung lah .....”(bersyukur)

Asep : “untung dari mana ,barang – barang di sanggar ini sudah tidak ada kamu
ingat kan ,pokoknya kamu yang harus mencari bantu akang buat
mengembalikan barang – barang sanggar “

Imas : “iya kang ini kopi ya, aku mau pergi ke dapur dulu”

(imas pergi ke dpur)

Asep : “hahahaha... tumben sekali kopi berasa lebih enak dari biasa ya ,kenapa
ya budaya negeri ini sangatlah banyak tetapi yang mempedulikan ya hanya
orang – orang luar negeri itu yang menghargainya ,bahkan orang – orang negeri
ini saja sudah tidak menghargai dan memperdulikan budaya ubrug ini dan lebih
menghargai dan meperdulikan budaya orang luar ,memang – memang dunia
sudah teerbalik” (sambil menyeruput kopi)

(lampu perlahan redup)

Stage 3

(lampu hidup perlahan ke arah asep dan imas)

Imas : “jadi bagaimana kang sudah 3 hari berlalu tapi tidak ada yang mau
barang yang kita jual ,di kembalikan bagaimna ?”

Asep : “akang juga pusing apa yang harus akang lakukan ,aku sudah berjanji ke
dia untuk kembai 3 hari lagi “

Imas : “jadi gimana kan ,ini semua salah akang jadi kita gak bisa mendapatkan
uang 100 jt itu dan menjual barang – barang itu”
Asep : “hah..... salah akang ,bukan ya kamu yang merayu dan mejarut akan
untuk menjual barang itu ?”

Imas : “memang aku tapi akang kan kepala keluarga di rumah ini dan akang
seorang budayawan kenapa akang berani menjual seni akang begitu saja”

Asep : “masih salah akang juga yang meminta menjual dan memakai semua
uang ya untuk membeli emas itu kan kamu “

Imas : “pokoknya ini semua salah akang .....(sambil menyalahkan asep)

Asep : “stop....(menampar) stop.....(menagis)memang ini salah mas, aku kesal


bukan karean tidak mendapatkan uang 100 jt itu tetapi aku kesal saat kesenian
ku ,jati diriku , pengetahuan ku semua dia jual dengan mudah dan murah seperti
itu bagaikan barang rongsokan ,aku kesal karana budaya yang selama ini aku
jaga , hargai ,pedulikan dijual dengan beberapa lembar uang saja dengan mudah
ya “

Imas : “(menagis dan sedih).......”

(diselang itu beberapa lama)

Pd : “permisi assalammuallakum abah ini aku yang mau penelitian di sanggar


ini, hah ada apa didalam seperti orang ribut – ribut dan mennagis saja “

Asep : “maaf neng abah berbohong kepada akmu tentang sangagr ini , semua
sudah di jual jadi kamu tidak bisa penelitian disini lagi “

Pd : “tidak apa – apa abah ,aku juga sebenarnya ingin berbicara denagn abah
,bahwa aku datang juga untuk membangun dan mengembangkan tempat ini “

Asep : “apa neng ,jadi maksud kamu bahwa kamu datan bukan hanya untuk
meneliti tapi juga datang untuk membangun budaya ubrug ini lagi”

Pd : “iya abah saya datang eksini unruk membangun lagi sanggar ini dan
mengembangkan budaya ini sampai dunia internasional lagi “
Asep : “memang apa penting ya budaya ini untuk neng ?”

Pd : “abah aku ini seorang belastera ibu ku belanda dan ayah ku indonesia
pribumi ,dan juga aku pernah melihat abah tampil di panggug dunia itu ,saat aku
kecil dulu m itulah yang membuat ku harus mengembangkan budaya ini lagi”

Asep : “(air mata menetes dan mengais) makasih neng walau neng ini orang
luar tetapi mau mngembangkan budaya kami sampai seperti ini ,abah sanagt lah
senang “

Pd : “dan ini ada sedikit uang untuk membangun keembali sanggar ini dan aku
minta banggun lah sanggar ini denagn bagus dan peralatan yang bermutu hingga
masyarakat indonesai dan dunia mau datang untuk belajer dan melihat
kebudayaan indonesia yang banyak ini

Imas : “(mengambil uang denagn cepat) ya sudah mas ini laki – laki masih saja
menangis “

Asep : “ya sudah seterah kamu saja “

Anda mungkin juga menyukai