Anda di halaman 1dari 2

Faktor yang mempengaruhi

1. Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 149 orang, didapatkan sebanyak 88 orang (59,1%)
memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu tidak tamat SMP, SD atau bahkan tidak bersekolah, dan
61 orang (40,9%) memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu menamatkan sekolah hingga diatas
SMP. Bila dihubungkan dengan kepatuhan minum obat didapatkan bahwa pada kelompok yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi (34,4%) lebih patuh minum obat bila dibandingkan dengan
kelompok yang memiliki tingkat pendidikan rendah (14,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian
Hairunisa (2014), yang medapatkan hasil bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan responden
maka semakin meningkat tingkat kepatuhan nya. Namun penelitian ini mendapatkan hasil yang
berbeda dengan penelitian Nandang Tisna (2009), yang menyimpulkan bahwa semakin rendah
tingkat pengetahuan pasien maka akan semakin tinggi tingkat kepatuhan nya.
Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, menurut Notoatmojo
(2005) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah pula mereka
menerima informasi yang pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki,
sebaliknya jika pendidikan rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan, sehingga tingkat
pendidikan yang tinggi, akan membuat wawasan pengetahuan semakin bertambah dan semakin
menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk
melakukan kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik.

2. Pekerjaan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 149 orang didapatkan sebanyak 59 orang (39,6%)
bekerja, dan 90 orang (60,4%) tidak bekerja. Bila dihubungkan dengan kepatuhan minum obat
didapatkan bahwa pada pada kelompok yang bekerja (25,4%) lebih patuh minum obat
dibandingkan kelompok orang yang tidak bekerja (21,1%), hal ini tidak sejalan dengan penelitian
Nandang Tisna (2009) bahwa kelompok responden yang bekerja lebih patuh minum obat
antihipertensi dibandingkan dengan kelompok responden yang tidak bekerja. Hasil penelitian ini
juga didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Shea (1997) dalam Kyngas (1999) yang
mengatakan bahwa seseorang yang bekerja akan lebih patuh dibandingkan dengan seseorang
yang tidak bekerja.

3. Sosial Ekonomi
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 149 orang didapatkan sebanyak 27 orang (18,1%)
memiliki tingkat social ekonomi tinggi yaitu penghasilan diatas rp. 2.000.000, 92 orang (61,7%)
memiliki tingkat sosial ekonomi menengah yaitu antara Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000, dan 30
orang (20,1%) memiliki tingkat sosial ekonomi rendah yaitu penghasilan di bawah Rp. 1.000.000.
bila dilihat hubungan tingkat sosial ekonomi dengan kepatuhan minum obat, maka kelompok
orang yang memiliki tingkat sosial ekonomi tinggi (37%) memiliki kepatuhan yang lebih baik
dibanding dengan tingkat sosial ekonomi menengah (18,47%) dan tingkat sosial ekonomi rendah
(23,3%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nandang Tisna (2009), yang
menyatakan responden yang memiliki sosial ekonomi tinggi lebih memiliki tingkat kepatuhan
yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok sosial ekonomi rendah. Menurut Pujiyanto
(2008) faktor sosio-ekonomi turut mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat antihipertensi
Menurut Notoatmojo (2005), ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang, antara lain adalah: umur, jenis kelamin, pekerjaan dan sosial ekonomi, artinya keempat
aspek sosial tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan responden, salah satunya kepatuhan
minum obat antihipertensi.

Anda mungkin juga menyukai