Anda di halaman 1dari 10

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

PENURUNAN KADAR COD, BOD, DAN TSS PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI
MSG (MONOSODIUM GLUTAMAT) DENGAN BIOFILTER ANAEROB
MEDIA BIO-BALL

Hani Madarina Fitri*), Mochtar Hadiwidodo**), Muhammad Abdul Kholiq**)


Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
email : hanimadarina@yahoo.com

Abstrak
Monosodium Glutamat (MSG) adalah limbah dengan kandungan bahan organik yang tinggi.
Salah satu pengolahan untuk limbah dengan kandungan bahan organik yang tinggi adalah
pengolahan secara anaerobik. Biofilter anaerob adalah proses fementasi menggunakan
mikroorganisme dengan sistem pertumbuhan melekat, degradasi bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme terjadi pada media lekat. Reaktor anaerob memiliki volume efektif 37,5 liter.
Limbah MSG masuk ke dalam reaktor dengan sistem aliran ke atas. Limbah tersebut
dipompakan dari bagian bawah reaktor, mengalir melalui media bioball, dan terjadi kontak
dengan mikroorganisme pada media. Proses degradasi bahan organik terjadi selama terjadi
kontak dengan biofilm yang terdapat pada media. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis efisiensi penyisihan kadar COD, BOD, dan TSS dengan biofilter anaaerob.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kadar COD, BOD dan TSS. Hasil
penelitian menunjukkan dengan waktu tinggal hidraulik 14,42 hari dapat menurunkan
konsentrasi COD, BOD, dan TSS dengan efisiensi penurunan konsentrasi COD 20,67% -
30,88% ; BOD 7,70 % - 45,71 %, dan TSS 12,32 % - 62,82%.

Kata Kunci: Anaerob, Biofilter, Bioball, Limbah Cair Monosodium Glutamat

Abstract
[Degradation of COD, BOD and TSS Consentration in Monosodium Glutamate
Wastewater Using Anaerobic Biofilter and Bioball as a Support Media]. Monosodium
Glutamte is high strength organic wastewater. One of wastewater treatments for high
strength organic wastewater is anaerobic treatment. Anaerobic biofilter is a fermetation used
microorganism attached growth system, degradation of organic material done by
microoganism that growth in support media. Anaerobic reactor has effective volume 37,5 l.
Wastewater is feeding to the reactor by upflow system. Wastewater is pumped from the
bottom of reactor, flow through the support media, and contact with microorganism on
media. Degradation of organic material process is take place along wastewater contact with
biofilm on media. The reserach aim to analyze the removal efficiency of COD, BOD, and TSS
consentration by using anaerobic biofilter. The result shows that hidraulic retention time
14,42 days can decrease consentration of COD, BOD and TSS with removal efficiency of
COD 20,83%- 47,21%, BOD 6,19% - 49,46% and TSS 12,32%- 62,82%.

Keywords: Anaerob, Biofilter, Bioball, Monosodium Glutamate wastewater

*Penulis 1
**Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

PENDAHULUAN masakan ini 6). Dengan meningkatnya


Monosodium Glutamat (MSG) jumlah produksi tersebut pada jumlah
merupakan penyedap rasa pada makanan limbah yang dihasilkan juga akan semakin
yang dihasilkan dari proses fermentasi bertambah. Oleh karena itu diperlukan
mikroba menggunakan molase atau tetes upaya untuk menurunkan konsentrasi
tebu sebagai sumber karbon dan zaetin bahan organik yang terkandung dalam
atau ammonia sebagai sumber nitrogen. limbah cair MSG.
Effluen dari proses ekstraksi glutamat Upaya yang telah dilakukan
mengandung bahan organik yang tinggi diantaranya adalah pengolahan fisik dan
seperti asam organik, asam amino, kimia seperti koagulasi-flokulasi, oksidasi,
senyawa-senyawa nitrogen, dan lain-lain. filtrasi dan elektrokimia. Pengolahan
Studi karakteristik awal yang dilakukan di tersebut digunakan menghilangkan warna
China menyebutkan bahwa limbah MSG dan mengurangi konsentrasi COD dari
yang berasal dari pabrik di China memiliki limbah industry 1). Meskipun pengolahan
konsentrasi COD 176.000 mg/l, BOD5 tersebut terbukti efisien, pengolahan
86.500 mg/l, dan pH 3 1). Studi tersebut memiliki kekurangan salah
karakteristik awal limbah MSG juga satunya yaitu biaya operasional yang
dilakukan di China dengan industri MSG tinggi. Oleh sebab itu, pada pengolahan
yang berbeda menyebutkan, konsentrasi limbah cair MSG ini menggunakan
COD 496.000 mg/l, BOD5 162.000 mg/l teknologi yang pengelolaannya mudah dan
dan pH 2,5 2). Limbah MSG secara fisik biaya operasinya rendah yaitu dengan
memiliki warna coklat tua dan sangat biofilter anaerob.
keruh dengan kandungan total solids, C Pengolahan dengan biofilter
organik yang tinggi serta nilai pH yang anaerob ini adalah pengolahan dengan
rendah3). memanfaatkan mikroorganisme untuk
Berdasarkan karakteristik tersebut, mendegradasi bahan organik tanpa
limbah MSG merupakan limbah yang oksigen. Pengolahan ini merupakan
mengandung bahan organik yang tinggi. pengolahan biologi yang dianggap efektif
Jika limbah cair MSG yang mengandung dalam mendegradasi bahan organik yang
bahan organik yang sangat tinggi ini tinggi 7). Dalam proses biofilter ini
dibiarkan mengalir ke badan air tanpa mikroorganisme melekat pada suatu
pengolahan maka akan menyebabkan media. Media yang digunakan bertujuan
pencemaran air. Dampak dari limbah MSG untuk tempat melekatnya mikroorganisme
langsung dialirkan ke badan air terjadi di sehingga mikroorganisme akan melekat
Vietnam. Limbah MSG dialirkan langsung dan berkembangbiak pada media tersebut
8)
ke badan air yaitu Sungai Thi Vai yang . Media biofilter yang digunakan dalam
menyebabkan sumur-sumur warga penelitian ini adalah bioball. Alasan
tercemar, ikan-ikan mati, dan banyak menggunakan media tersebut karena luas
warga yang jatuh sakit 4). permukaan yang besar, pemasangannya
Di Indonesia pada tahun 2008 mudah, dan mudah diperoleh. Pengolahan
sampai dengan 2013 mengalami dengan biofilter anaerob ini mampu
peningkatan produksi MSG dengan rata- mendegradasi COD pada limbah rumah
rata 9,1% per tahun 5). Produksi limbah potong hewan sebesar 78,7% 9). Penelitian
MSG pun diperkirakan akan terus lain menyebutkan biofilter anaerob mampu
bertambah dengan semakin meningkatnya mendegradasi COD pada limbah susu
permintaan dari industri penyedap sebesar 82,1% 10). Tetapi masih kurangnya

2
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

pengolahan limbah industri MSG dengan berkisat 6,9 -7 maka dilakukan proses
biofilter anaerob ini menjadi dasar running selama 14,42 hari. Pada tahap ini
pertimbangan dilakukannya penelitian ini. didapatkan efisiensi penyisishan dari
Tujuan dari penelitian ini ialah biofilm selama 120 hari. Pengambilan
menganalisis karakteristik awal limbah sampel dilakukan 4 kali yaitu hari ke – 0,
MSG, menganalisis hasil pengolahan hari ke – 4, hari ke – 9, dan hari ke – 14
terhadap pH dan biogas pada saat seeding dengan titik sampling pada influent dan
dan aklimatisasi dan manganalisis efisiensi efluent reaktor. Tahap selanjutnya
penurunan kadar COD, BOD dan TSS dilakukan pengambilan data hasil
pada limbah cair MSG dengan penelitian yaitu berupa kadar BOD, COD
menggunakan biofilter anaerob dengan dan TSS pada limbah hasil olahan yang
media bio-ball dilanjutkan dengan analisis perubahan
karakteristik limbah setelah perlakuan
METODOLOGI PENELITIAN dengan biofilter anaerob dalam reaktor
Jenis penelitian ini bersifat fixed bed menggunakan media biofilter
eksperimental laboratoris. Penelitian bio-ball.
dilakukan dalam skala laboratorium 1. Tahap Persiapan
dengan menggunakan biofilter anaerob Parameter yang diuji pada analisis
dalam reaktor fixed bed menggunakan awal adalah BOD, COD dan TSS. Baku
media biofilter bio-ball. Sampel air di mutu yang digunakan mengacu pada
ambil dari limbah industri MSG yang Peraturan Gubernur Jawa Timur No.52
berasal dari Probolinggo, Jawa Timur. Tahun 2014 mengenai Baku Mutu
Jangka waktu penelitian ini adalah Limbah Cair. Sedangkan biofilter yang
5 bulan dimulai pada bulan Juni 2015. digunakan adalah bioball tipe bulat
Pada proses seeding dan aklimatisasi berdiameter 30 mm. Biofilter ini terbuat
dilakukan selama 121 hari dan pada proses dari bahan PVC berwarna hitam. Bioball
running berjalan 14,42 hari. Pada proses ini mudah untuk mengisi ruang reaktor
seeding dan aklimatisasi pengukuran yang karena bentuk bulat sehingga
dilakukan yaitu biogas dan pH selama hari penempatannya acak. Kelebihan lain
kerja, sedangkan pada proses running media biofilter ini adalah memiliki luas
waktu pengukuran berdasarkan pada spesifik yang besar, ringan, dan terbuat
variasi waktu pengambilan sampel selama dari bahan inert.
14,42 hari yaitu COD,BOD, dan TSS. Reaktor didesain dengan bentuk
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium tabung yang memiliki ketinggian 200 cm
Analitik, Badan Pengkajian dan Penerapan dan diameter 20 cm. Reaktor terbuat dari
Teknologi (BPPT), Serpong. bahan plexy glass dengan diberi penutup
Penelitian ini meliputi tiga tahapan dan penyangga reaktor. Pada bagian
utama, yaitu tahap persiapan, tahap bawah reaktor terdapat inlet yang
pelaksanaan serta tahap analisis data. bertujuan untuk memasukkan air limbah
Tahap persiapan dilakukan dengan dengan menggunakan pompa. Air limbah
merancang reaktor dengan bentuk tabung yang masuk ke dalam reaktor akan
yang memiliki ketinggian 200 cm dan melewati biofilter bioball. Air limbah di
diameter 20 cm dan diisikan bioball dalam reaktor disirkulasikan dengan
sebanyak 2432 buah. Pada tahapan menggunakan pompa selama 24 jam setiap
penelitian, dilakukan dengan proses awal hari. Pada reaktor diisikan bioball
tahapan seeding dan aklimatisasi. Setelah sebanyak 2432 buah, jumlah ini
proses seeding aklimatisasi selama 120 menyisakan jarak dengan tutup reaktor 10
hari dengan ditandai pH netral yaitu cm. Sehingga tinggi media untuk bioball

3
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

adalah 200 cm. hasil uji karakteristik awal dapat diketahui,


bahwa konsentrasi seluruh parameter
2. Tahap Pelaksanaan
limbah cair MSG yang telah diuji belum
Pada tahap ini dilakukan memenuhi baku mutu menurut Peraturan
pengolahan limbah cair MSG dengan Gubernur Jawa Timur No.52 Tahun 2014
biofilter anaerob dalam reaktor fixed bed. tentang Baku Mutu Air Limbah. Setelah
Pemilihan parameter yang diteliti diambil uji karakteristik awal dilakukan proses
berdasarkan penelitian yang telah penelitian dengan tiga tahapan yaitu
dilakukan sebelumnya dan berdasarkan
seeding, aklimatisasi, dan running.
literatur yang berhubungan dengan proses
anerob dan biofilter.
1.Seeding dan Aklimatisasi
Prosedur pelaksanaan penelitian
meliputi proses awal yaitu tahapan seeding
dan aklimatisasi. Setelah proses seeding
aklimatisasi selama 121 hari dengan
ditandai pH netral yaitu berkisat 6,9 -7
maka dilakukan proses running selama
14,42 hari. Kemudian dianalisa efisiensi
penyisihan COD, BOD, dan TSS oleh
lapisan biofilm dari proses seeding dan
aklimatisasi. Pada tahap ini dapat
diketahui seberapa besar efisiensi
penyisishan dari biofilm selama 120 hari.
Pengambilan sampel dilakukan 4 kali yaitu Gambar 1. 1A
hari ke – 0, hari ke – 4, hari ke – 9, dan Grafik pH pada Tahap Seeding
hari ke – 14 dengan titik sampling pada dan Aklimatisasi
influent dan efluent reaktor.
Tahap selanjutnya adalah tahap
analisa data. Data-data hasil penelitian
dikelompokkan menjadi grafik dan
dianalisa secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum pengolahan terlebih
dahulu dilakukan analisa karakteristik
awal sampel. Analisa sampel limbah
dilakukan untuk mengetahui karakteristik
limbah MSG awal yang digunakan dengan Gambar 1. 1B
melakukan pengukuran untuk beberapa Grafik pH pada Tahap Seeding
parameter, yaitu COD, BOD, TSS, dan Aklimatisasi
Ammonia Bebas, pH, dan suhu. Keterangan gambar 1.1 A:
Data Hasil Uji Karakteristik Awal i : Penambahan nutrisi hari ke-14
Sampel Air Limbah menunjukkan hasil ii : Cairan kotoran sapi baru dan limbah
untuk parameter COD, BOD dan TSS MSG 5 liter
berturut-turut : 191.833, 32.775 mg/L, dan Keterangan gambar 1.1 B:
a : Penambahan limbah MSG 50 ml
2.986 mg/L. Limbah cair MSG sangat
b : Penambahan limbah MSG 100 ml
pekat berwarna coklat kehitaman dengan
c : Penambahan limbah MSG 100 ml
kadar organik sangat tinggi. Berdasarkan
4
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

d : Penambahan limbah MSG 300 ml pH untuk bakteri methan adalah 6,6-7,6 11).
e : Penambahan limbah MSG 300 ml Pada hari ke-11 pH menunjukkan nilai
f : Penambahan limbah MSG 400 ml 7,65 tetapi biogas masih belum terbentuk,
g : Penambahan limbah MSG 400 ml maka pada hari ke-14 cairan kotoran sapi
h : Penambahan limbah MSG 500 ml dalam reaktor diberi nutrisi. Cairan diberi
Gambar 1.1A menunjukkan grafik nutrisi C : N : P = 100 : 5 : 1 dengan
pH pada awal proses dengan penambahan
sumber C berasal dari gula C6H12O6 , N
nutrisi pada hari ke-14 dan pada hari ke-31
berasal dari (NH2)2CO (Urea), dan P dari
cairan kotoran sapi pada reaktor diberi
cairan kotoran sapi yang baru yang telah NPK. Berdasarkan hasil perhitungan
tercampur dengan limbah MSG sebanyak diperoleh Urea 6,8 gram, NPK 5 gram, dan
5 liter. Gambar 1.1B merupakan proses gula 250 gram. Setelah pemberian nutrisi
lanjutan dari proses selama 62 hari. Pada nilai pH mengalami penurunan sampai
tahap ini pada hari ke-63 sampai pada hari nilai pH menunjukkan kondisi asam yaitu
ke-94 cairan kotoran sapi tersebut tidak 4,53. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam
diberi limbah MSG. Penambahan rekator terjadi proses pembentukan asam.
dilakukan pada hari ke-96 sampai pada Dalam kondisi asam bakteri methan
hari ke-121 dengan volume limbah MSG terganggu, bakteri methan ini
yang ditambahkan 50ml sampai dengan berkembangbiak lebih lama dibanding
500ml. bakteri dominan lain yaitu bakteri
Proses seeding dan aklimatisasi
pembentuk asam.
mikroorganisme dilakukan secara
Selama 8 hari cairan dalam
bersamaan yaitu dengan
reaktor tidak dipantau sampai pada hari
mengembangbiakkan di dalam reaktor,
ke-27 pH menunjukkan penurunan yaitu
dengan cara memasukkan cairan kotoran
3,92. Karena nilai pH sangat asam maka
sapi ke dalam reaktor yang telah terisi oleh
reaktor dikosongkan dan diganti dengan
bioball. Reaktor didesain dengan sirkulasi
cairan kotoran sapi yang baru. Sebelum
menggunakan pompa selama 14 hari
cairan kotoran sapi dimasukkan ke dalam
dengan waktu kontak 24 jam. Sirkulasi
reaktor, cairan kotoran sapi diberi limbah
dengan pompa adalah sirkulasi pada outlet
MSG sebanyak 5 liter dan ditambung
bagian tengah reaktor. Selama 14 hari
didalam derigen bervolume 20 liter
tersebut belum ada tanda biogas terbentuk,
sebanyak 2 buah. Derigen yang berisi
hal ini dilihat dari belum adanya
cairan kotoran sapi dan limbah MSG
perubahan posisi jarum pada gas meter.
menghasilkan biogas setelah didiamkan
Adanya biogas menandakan sudah ada
selama kurang lebih 7 hari dengan ditandai
aktivitas mikroorganisme.
plastik pada derigen mengembang, adanya
Pada saat proses seeding dan biogas ini menandakan adanya aktivitas
aklimatisasi, pH dijadikan sebagai variabel bakteri. Setelah cairan kotoran sapi
kontrol. Perubahaan yang terjadi pada pH tersebut dimasukkan ke dalam reaktor, pH
harus diperhatikan dengan baik, karena pada reaktor menunjukkan nilai 5,3 pada
perubahan pH mempengaruhi grafik 1.1A ditunjukkan pada hari ke-31.
pertumbuhan bakteri pada reaktor maupun Pada hari ke-33 pH menurun menjadi 3,9
derigen. Pada gambar 1.1A menunjukkan hal ini terjadi karena penambahan limbah
bahwa pada awal proses seeding yaitu hari MSG sebanyak 5 liter sebagai substrat
ke-0 pH cairan kotoran sapi netral 7,08. terlalu banyak. Sehingga bakteri
Nilai pH tersebut merupakan pH optimum mengalami shock loading yang dapat
untuk pertumbuhan bakteri methan. Range menyebabkan gangguan pada bakteri,

5
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

karena bakteri belum siap untuk mengolah 1.2B.


beban organik yang lebih besar. Nilai pH
mengalami kenaikan pada hari ke-42 yaitu
4,43. Kenaikan nilai pH ini karena terjadi
percampuran cairan kotoran sapi dengan
limbah MSG di mana limbah MSG, baru
dimasukkan dalam reaktor, cairan tersebut
tidak disirkulasi menggunakan dosing
pump, sehingga nilai pH dalam reaktor
tidak tercampur secara merata. Pada
bagian atas reaktor nilai pH mempunyai
nilai yang lebih tinggi dibanding dengan
bagian tengah dan bawah reaktor. Bagian Gambar 1. 2A
atas reaktor memiliki nilai pH 4,7 Grafik Biogas pada tahap seeding dan
sedangkan bagian bawah mempunyai nilai aklimatisasi
pH 3,9. Setelah beberapa hari pH menjadi
tercampur merata. Nilai pH mengalami
kenaikan pada hari ke-49 yaitu 4,8.
Limbah MSG ditambahkan ke dalam
reaktor sebanyak 150 ml, 300 ml, 600 ml,
dan 1200 ml secara bertahap setiap hari.
Penambahan ini menyebabkan nilai pH
semakin turun menjadi 4,74 pada hari ke-
53 dan turun menjadi 4,72 pada hari ke-62.
Dalam keadaan asam biogas tidak
Gambar 1.2B
terbentuk karena dalam keadaan asam
Grafik Biogas pada tahap seeding dan
tersebut bakteri methan terganggu atau aklimatisasi
berkurang alkalinitasnya.
Agar biogas dapat dihasilkan Gambar 4.3A menunjukkan grafik
maka pH harus dalam kondisi netral. biogas pada awal proses dengan
Maka, cairan kotoran sapi yang baru penambahan nutrisi pada hari ke-14 dan
sebanyak 18 liter disirkulasikan pada hari ke-31 cairan kotoran sapi pada
menggunakan dosing pump selama kurang reaktor diberi cairan kotoran sapi yang
lebih 60 hari. Gambar 1.1B menunjukkan baru yang telah tercampur dengan limbah
pada hari ke-63 sirkulasi menunjukkan MSG sebanyak 5 liter. Gambar 4.3B
kenaikan pH dari 4,72 menjadi 4,79. Pada merupakan proses lanjutan dari proses
hari ke-65 pH menunjukkan kenaikan lagi selama 62 hari. Pada tahap ini pada hari
menjadi 5. Setiap hari pH terus mengalami ke-63 sampai pada hari ke-94 cairan
kenaikan, pada hari ke-94 nilai pH kotoran sapi tersebut tidak diberi limbah
mencapai 6,24 dan biogas mulai terbentuk MSG. Penambahan dilakukan pada hari
sebanyak 1,2 liter. Nilai pH mencapai 7 ke-96 sampai pada hari ke-121 dengan
dan nilai pH tertinggi pada hari ke-112 volume limbah MSG yang ditambahkan
yaitu 7,13. Sampai pada hari ke-121 nilai 50ml sampai dengan 500ml. Volume
pH masih dalam keadaan netral yaitu biogas yang dihasilkan akan terukur pada
6,91. Selanjutnya untuk parameter biogas gas meter yang terpasang pada reaktor.
seperti pada gambar 1.2A dan gambar Pada gambar 1.2A menunjukkan
biogas belum terbentuk pada hari pertama
6
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

sampai pada hari ke-13. Setelah pemberian dihasilkan setiap hari berkisar 4-5 liter per
nutrisi C : N : P, ketika nilai pH hari. Pemberian substrat ini dilakukan
mengalami penurunan pada hari ke-14 selama 26 hari. Setelah itu pemberian
jumlah biogas yang dihasilkan masih substrat dihentikan dan dilanjutkan dengan
sangat sedikit yaitu 0,02 liter. Pada hari proses running.
ke-18 jumlah biogas mencapai angka
10,124 liter dan mengalami kenaikan 2.Hasil Running berdasarkan Waktu
sebesar 33,24 liter pada hari ke-27. Jumlah Tinggal Hidraulik
biogas yang dihasilkan mengalami 2.1. Penurunan Konsentrasi COD
penurunan pada hari ke-30 dan hari ke-31
yaitu 0,01 dan minus 4,4 liter atau dapat
dikatakan produksi biogas terhenti. Pada
hari ke- 35 sampai hari ke-40 biogas yang
dihasilkan 4,334 liter. Pada hari ke-42 dan
hari ke-45 biogas yang dihasilkan 31,368
dan 30,294, kemudian biogas mengalami
penurunan dan produksi biogas terhenti.
Jika, dilihat dari nilai pH menunjukkan pH
dalam keadaan asam, maka biogas tidak
dapat dihasilkan. Diperkirakan jumlah
biogas yang dihasilkan berdasarkan Gambar 2.1
Grafik Penurunan Konsentrasi COD dan
gambar 1.2A adalah bukan biogas
Efisiensi Terhadap Waktu Tinggal
melainkan tekanan udara dari hasil Hidraulik 14,42 Hari
aktivitas pompa sirkulasi yang
mempengaruhi pergerakan jarum pada gas Pada gambar 2.1 konsentrasi COD
meter. masuk berfluktuatif. Pada hari ke-0
Pada gambar 1.2B menunjukkan konsentrasi COD yang masuk ke dalam
jumlah produksi biogas setelah dilakukan reaktor sebesar 32.800 mg/l kemudian
sirkulasi dengan cairan kotoran sapi yang konsentrasi COD menjadi 24.000 mg/l
baru. Pada hari ke- 63 sampai pada hari pada oulet dengan efisiensi penghilangan
ke- 86 biogas belum terbentuk karena yaitu 26,83%. Hari ke- 4 konsentrasi COD
kondisi pH yang masih asam. Biogas yang masuk lebih kecil dibandingkan hari
sudah mulai terbentuk hari ke-94 dalam ke-0 yaitu 23.400 mg/l sedangkan
kondisi pH 6,24. Selanjutnya limbah MSG konsentrasi outlet 18563 mg/l dengan
mulai dimasukkan kembali sedikit demi efisiensi 20,67 %. Hari ke-9 yaitu 30,37 %
sedikit mengingat kandungan bahan dengan nilai konsentrasi COD yang masuk
organik yang tinggi dan pH yang sangat sebesar 29838 mg/l dan konsentrasi pada
asam dapat menyebabkan kestabilan outlet sebesar 20.775 mg/l. Kosentrasi
reaktor terganggu. Limbah MSG hampir COD tertinggi yang masuk ke dalam
setiap hari dimasukkan secara bertahap reaktor pada hari ke-14 yaitu 42.263 mg/l
dengan dengan metode buang dan isi dan konsentrasi pada outlet menjadi
(draw and fill) yaitu sampel diambil 29.213 sehingga diperoleh nilai efisiensi
kemudian diisi kembali dengan substrat 30,88 %. Dari hasil penelitian dapat
yang baru yaitu limbah MSG 12). Pada diketahui bahwa nilai efiensi tertinggi
awalnya limbah MSG dimasukkan yaitu pada hari ke-14 sebesar 30,88%. Hal
sebanyak 50 ml kemudian ditingkatkan ini menandai adanya aktifitas
menjadi 100 ml, kemudian dinaikkan mikroorganisme dalam mendegradasi
menjadi 200 ml sampai 500 ml. Selama senyawa organik.
pemberian limbah MSG pH tetap berada
pada rentang 6,9 -7 dan biogas yang

7
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

2.2 Penurunan Konsentrasi BOD 2.3 Penurunana Kosentrasi TSS

Gambar 2.3
Gambar 2. 2 Grafik Penurunan Konsentrasi TSS dan
Grafik Penurunan Konsentrasi BOD Efisiensi terhadap Waktu Tinggal
dan Efisiensi Terhadap Waktu Tinggal Hidraulik 14,42 hari
Hidraulik 14,42 Hari Berdasarkan gambar 2.3 nilai
Nilai BOD yang digunakan dalam penyisishan konsentrasi TSS mengalami
analisis ini adalah nilai BOD 5 hari yaitu kenaikan. Pada hari ke-0 konsentrasi TSS
nilai BOD didapat dari hasil inkubasi yang masuk adalah 3.045 mg/l dan
sampel selama 5 hari. Pada hari ke-0 konsentrasi pada outlet adalah 2.670
konsentrasi BOD masuk adalah 10.733 dengan efisiensi 12,32 %. Konsentrasi TSS
mg/l dan konsentrasi pada outlet menjadi pada outlet mengalami penurunan pada
7.200 mg/l dengan efisiensi 32,92 %. hari ke- 4 yaitu 2.000 mg/l dengan
Efisiensi penurunan konsentrasi BOD pada konsentrasi masuk 3410 mg/l dengan
hari ke-4 7,70 % dengan konsentrasi efisiensi sebesar 41,35 %. Pada hari ke- 9
masuk sebesar 6094 mg/l dan pada outlet konsentrasi masuk adalah 3.950 mg/l dan
turun menjadi 5625 mg/l. Nilai efisiensi konsentrasi pada outlet menjadi 2.250 mg/l
tertinggi adalah pada hari ke-9 yaitu 45,71 efisiensi penuruna mencapai 43,04 %.
% dengan konsentrasi masuk sebesar Nilai efisiensi tertinggi terjadi pada hari
8.650 mg/l dan pada outlet turun menjadi ke-14 yaitu 62,82 %. Konsentrasi TSS
4.696 mg/l. Pada hari ke-14 efisiensi yang masuk adalah 2.950 mg/l kemudian
mengalami penurunan sebesar 28,07 %. pada oulet mengalami penurunan sebesar
Konsentrasi BOD masuk 14.354 mg/l 1080 mg/l. Proses penurunan konsentrasi
menjadi 10.325 mg/l. TSS menghasilkan efisiensi penurunan
yang baik. Nilai efisiensi semakin lama
Berdasarkan gambar 2.2 pada hari semakin naik. Salah satu faktor yang
ke-9 efisiensi masih cukup tinggi dan berpengaruh dalam penyisihan TSS adalah
mengalami penurunan pada hari ke-14. ukuran diameter media yang digunakan 13).
Hal ini akibat pembebanan yang masih Ukuran pada media memiliki pengaruh
cukup tinggi sehingga efisiensi menjadi dalam penyisihan material organik, karena
semakin turun. media pada biofilter memiliki fungsi
sebagai filtrasi. Sehingga kandungan TSS
tersaring melalui celah-celah media dan
biofilm yang membungkus permukaan
media. Hal ini membuktikan bahwa salah
satu kelebihan biofilter yaitu dapat
menghilangkan padatan tersuspensi
14)
dengan baik .

8
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

vulgaris Cultivated with Diluted


Monosodium Glutamate
KESIMPULAN
Limbah MSG pada karakteristik Wastewater. Jinan : Bioresource
awal mempunyai nilai COD, BOD, dan Technology 152. pp. 471- 476
TSS yang sangat tinggi dan bersifat asam 3) Singh, Satnam ; Rekha, P.D. ;
dengan pH rendah. Selama proses Arun, A.B. ; Young, Chiu-Chung.
aklimatisasi rentang pH berkisar 6,24-7,13. 2009. Impact of Monosodium
Nilai pH tersebut masih memenuhi rentang Glutamate Industrial Wastewater
pH pada proses anaerob yaitu 6,6-7,6 dan on Plan growth and Soil
volume biogas yang dihasilkan tertinggi Characteristics. National Chung
yaitu pada hari ke-109 sebesar 6,222 Hsing University, Taiwan and
liter/hari. Selama proses seeding dan Yenepoya University, India. pp.
aklimatisasi pada penelitian ini dibutuhkan 1559-1563
waktu 121 hari untuk mencapai nilai pH
4) Overland, M.A., 2008. Vietnam
netral (6-7) dan terbentuknya biogas. Dari
cracks down
hasil pengolahan berdasarkan waktu
polluters.URL:http://www.time.co
tinggal hidraulik selama 14,42 hari, terjadi
m/time/world/article/0,8599,18513
penurunan pada konsentrasi COD, BOD,
31,00.html diakses pada 20
dan TSS. Penyisihan konsentrasi COD
Agustus 2015
terbesar adalah pada hari ke-14 sebesar
5) Pratiwi, Winda. 2015. Pesona
30,88 %. Sedangkan penyisihan
‘Kristal Putih’ Kembali Memikat
konsentrasi BOD terbesar pada hari ke- 9
yaitu sebesar 45,71 %. Penyisihan Pasar Indonesia.
konsentrasi TSS terbesar yaitu pada hari www.marsindonesia.com. Diakses
ke- 14 sebesar 62,82 %. pada tanggal 21 September 2015.
6) Muyassir. 2002. Pemupukan
SARAN Limbah Monosodium Glutamate
Perlunya penelitian lanjutan dan Gypsum Terhadap Serapan N,
biofilter anaerob dengan menggunakan P dan K Tanaman Jagung (Zea
sumber bakteri lain pada proses seeding mays L). Unsyiah : Banda Aceh.
dan dengan memvariasikan waktu tinggal 7) Indriyati. 2004. Pengaruh Waktu
hidraulik. Ttinggal terhadap Perbandingan
BOD dan COD serta Pembentukan
DAFTAR PUSTAKA
Gas Metan (CH4). Jakarta. P3TL-
1) Jia, Cuiying ; Kang, Ruijuan ; BPPT
Zhang, Yuhui ; Zhang, Yong ; 8) Said, Nusa I dan Firly. 2005. Uji
Cong, Wei. 2007. Degradation and Performance Biofilter Anaerobik
Decolorization of Monosodium Unggun Tetap Menggunakan
Glutamate Wastewater with Media Biofilter Sarang Tawon
Coriolus versicolor. Beijing : untuk Pengolahan Air Limbah
Institute of Process Engineering, Rumah Potong Ayam. Jakarta :
Chinese Academy and Hennan Pusat Pengkajian dan Penerapan
Agricultural. pp. 551-557 Teknologi Lingkungan, BPPT.
2) Ji, Yan ; Hu, Wenrong ; Li, 9) Padmono, Djoko. 2003. Pengaruh
Xiuqing ; Ma, Guixia ; Song, Beban Organik Terhadap Efisiensi
Mingming ; Pei, Haiyan. 2013. Anaerobic Fixed Bed Reactor
Mixotrophic Growth and dengan Sistem Aliran Catu Up-
Biochemical analysis of Chlorella Flow. Jakarta: P3TL-BPPT

9
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

10) Nikolaeva, S ; Sanchez, E ; Borja,


R. 2013. Dairy Wastewater
Treatment by Anaerobic Fixed Bed
Reactors from Laboratoty to Pilot
Scale plant : A case study in Costa
Rica Operating at Ambient
Temperature. Costa Rica
Universidad Nacional de Costa
Rica : Int. J. Environ. Res., 7 (3) :
759-766
11) Moertinah S. 2010. Kajian Proses
Anaerobik Sebagai Alternatif
Teknologi Pengolahan Air Limbah
Industri Organik Tinggi. Semarang
: Balai Besar Teknologi
Pencegahan Pencemaran Industri
(BBTPPI)
12) Priyono, Agus ; Ahmad, Adrianto ;
Bahruddin. 2013. Kajian
Aklimatisasi Proses Pengolahan
Limbah Cair Pabrik Sagu Secara
Anaerob. Pekanbaru : Teknik
Kimia, Universitas Riau
13) Zahra, Zoraya L dan Purwati, Fitri
I. 2015. Pengolahan Limbah
Rumah Makan dengan Biofilter
Aerobik. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh November
14) Said, Nusa I dan Wahjono, Dwi
H.1999. Teknologi Pengolahan Air
Limbah Rumah Sakit dengan
Sistem Biofilter Anaerob-Aerob.
Jakarta : Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Lingkungan,
BPPT

10

Anda mungkin juga menyukai